• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB. Selayang II Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB. Selayang II Medan Tahun 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2014).

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukkan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2010).

(2)

Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence Rate/Angka Kesakitan = 45,85/100.000 penduduk dan CFR/Angka Kematian =0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 90.245 kasus (Kemenkes RI, 2014).

Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi sebanyak 71.668 orang, 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (2013) dengan jumlah penderita sebanyak 112.5111 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 meskipun secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD, diantaranya Sumatera Utara, Riau, Kepri, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Utara (Kemenkes RI, 2014).

(3)

Melalui Kepmenkes No. 581/Tahun 1992, telah ditetapkan Program Nasional Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu : 1) Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB, 2) Pemberantasan Vektor, 3) Penatalaksanaan Kasus, 4) Penyuluhan, 5) Kemitraan dalam Wadah Kelompok Kerja Porasional (POKJANAL) DBD, 6) Peran Serta Masyarakat : Juru Pemantau Jentik (Jumantik), 7) Pelatihan, dan 8) Penelitian (Depkes RI, 2010).

Sumatera Utara merupakan daerah endemis DBD dimana kasus DBD terjadi setiap tahun dan wilayah penyebaran DBD semakin meluas. Program P2 DBD sejak lama telah dilaksanakan untuk menunjang upaya pengendalian DBD di Sumatera Utara namun berdasarkan laporan kasus DBD selama 6 (enam) tahun terakhir dari 2008-2013 menunjukkan bahwa beberapa kabupaten yang pada awalnya tidak ada laporan kasus DBD (daerah bebas DBD) menjadi daerah sporadis, dan daerah sporadis menjadi daerah endemis (Dinkes Provsu, 2014).

(4)

pemberantasan yang berwawasan kepedulian masyrakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru. Upaya yang telah di lakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah antara lain : 1) Pertemuan Jumantik PSN DBD, 2) Fogging fokus bagi kasus yang terjadi di Kelurahan/Kecamatan di Kota Medan, 3) Fumigasi, 4) Pendistribusian bubuk abate keseluruh masyarakat melalui Puskesmas-Puskesmas kota medan, 5) Pemberitahuan tentang kewaspadaan dini setiap peningkatan kasus penyakit (KLB) kepada Puskesmas-Puskesmas Kota Medan (Dinkes Kota Medan, 2013).

Berdasarkan data dari bidang P2P Dinkes Kota Medan tahun 2014 jumlah kasus DBD sebesar 1270 kasus. Dimana Insiden Rate kasus DBD sebesar IR= 59,8 per 100.000 penduduk, sementara Case Fatality Rate (CFR) sebesar 23% Kemudian pada tahun 2015 terdapat 1.669 kasus DBD dengan Insiden Rate IR=77,5 per 100.000 penduduk, sementara (CFR) 0,9 % (Profil Kesehatan Kota Medan, 2014-2015).

Tabel 1.1 Jumlah Kasus DBD di Kota Medan Tahun 2012-2015 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Kasus Mati Kasus Mati Kasus Mati Kasus Mati

2384 22 1201 7 1270 9 1699 15

Sumber :Dinas kesehatan Kota Medan Tahun 2012-2015

(5)

1270 dengan angka kematian 9, dan pada tahun 2015 terdapat sebanyak 1699 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15 (Dinkes Kota Medan Tahun 2012-2015).

Berdasarkan laporan direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan DBD yang selalu meningkat yaitu: 1) kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, terutama pada kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) meskipun pada umumnya pengetahuan tentang DBD dan cara-cara pencegahannya cukup tinggi. 2) kurangnya jumlah dan kualitas SDM pengelola program DBD disetiap jenjang administrsi, 3) kurangnya kerjasama serta komitmen lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian DBD (Kemenkes RI, 2011).

Tabel 1.2 Jumlah Pasien yang Terkena DBD di Puskesmas PB Selayang II Tahun 2014 – 2015

Tahun 2014

Kelurahan L P Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total PB Selayang I 0 3 0 0 1 0 0 6 11 1 5 2 29 PB Selayang

II 2 1 0 0 1 1 2 0 3 3 7 5 24

Beringin 0 0 1 0 0 0 0 0 5 1 1 2 10 Sempakata 4 0 1 0 0 0 0 0 6 3 1 2 17 Tanjung Sari 3 6 0 0 0 1 2 2 1 1 7 7 30 Asam

(6)

Tahun 2015 Sumber: laporan Tahunan Puskesmas PB Selayang II Tahun 2015

Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas PB Selayang II yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan, dapat dilihat pada tahun 20114 -2015 jumlah pasien yang terkena penyakit DBD masih tinggi hal ini diakibatkan oleh kurang berjalannya pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB Selayang Pada Tahun 2014- 2015.

Penelitian Sriwulandari (2009) tentang Evaluasi pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue Dinas Magetan menyatakan Keberhasilan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DBD di pengaruhi oleh kurangnya dana, kurangnya kesadaran masyarakat, masih kurangnya gerakan PSN, susahnya koordinasi dengan beberapa pihak dan rendahnya pendidikan masyarakat.

(7)

dilakukan yaitu memberikan penyuluhan, melakukan PSN, Pemeriksaan Jentik Berkala, pemberian serbuk abate dan adanya jumantik. Program PSN kurang berjalan dengan baik karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan 3M Plus.

Penanggung jawab program DBD menyatakan selain masalah kesadaran warga kurangnya kerjasama antar program di Puskesmas menjadi kendala yang dihadapi, dapat dilihat dari tidak aktifnya petugas survailans dalam pelaporan data DBD. Pemeriksaan Jentik Berkala tidak memiliki jadwal tertentu karena jumantik sudah dilanggap cukup untuk melakukan pemeriksaan.

Penyuluhan yang diberikan dalam mencegah terjadinya DBD hanya dilakukan sebulan 2 kali penyuluhan dilakukan melalui penyuluhan home visit yang tidak merata. Terkadang penyuluhan juga dilakukan di dalam kegiatan posyandu.

Pemberian abate yang dilakukan apabila ada di Puskesmas dan pembagiannya belum merata keseluruh masyarakat. Tingginya DBD di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II juga didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang kurang dalam melakukan 3M Plus serta kurangnya pengawasan dari Puskemas terhadap kader-kader jumantik yang menyebabkan sering terjadinya manipulasi data dari kader.

(8)

dapat diketahui bahwa Puskesmas sudah menjalin kerjasama dengan lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan Pemerintah setempat yaitu melalui pengasapan/fogging, pendistribusian bubuk abate keseluruh masyarakat dan adanya jumantik, Upaya Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3 M Plus (mengurus, menutup, dan mengubur) plus menabur larvasida.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Rahayu (2005) tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) Pencegahan dan Pengobatannya menyatakan pencegahan DBD tergantung pada pengendalaian vektor nyamuk Aedes aegypti

yang harus melibatkan secara aktif semua kalangan baik pemrintah maupun semua masyarakat dengan metode yang pertama : lingkungan (PSN, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, perbaikan desain rumah), seperti menguras bak penampungan air, vas bunga, dan tempat minuman air burung dan lain-lain minimal seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air dan mengubur barang bekas) dikenal dengan 3 M. Selanjutnya dapat dengan metode biologis dengan memanfaatkan bakteri larvasida seperti

Bacillus thuringiensis. Dan menanam ikan pemakan jentik/larva nyamuk. Metode kimiawi dilakukan dengan cara pengasapan/fogging apabila sudah terjadi endemi/terdapat warga yang terkena DBD atau melakukan abatasi dengan memberi bubuk abate pada tempat penampungan air yang berfungsi sebagai sarang nyamuk.

1.5 Perumusan Masalah

(9)

Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015”.

1.6 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk menjelaskan tentang Pelaksanaan Manajemen Program P2M dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas PB Selayang II Medan Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di puskesmas PB Selayang II, sehingga dapat meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen progran P2M dalam pencegahan Penyakit DBD.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi Puskesmas PB Selayang II mengenai pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sehingga dapat mencegah terjadinya KLB di wilayah Puskesmas PB Selayang II.

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan manajemen program P2M dalam pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kasus DBD di Kota Medan Tahun 2012-2015
Tabel 1.2 Jumlah Pasien yang Terkena DBD di Puskesmas PB Selayang II Tahun 2014 – 2015

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas pada variabel kualitas produk dilakukan pada 30 pelanggan yang berada di warung sate kambing Pak Syamsuri dengan jumlah butir pernyataan sebanyak 14

1) Modul input sudah dapat mengatasi bouncing, pada saat penekanan tombol. 2) Rangkaian driver relai dapat melakukan tugasnya dengan baik. 3) Rangkaian dimmer yang

Hal tersebut dikarenakan lokasi penelitian berada pada kabupaten/Kota yang memiliki karakteristik wilayah serupa, kriteria LPS ilegal tersebut diantaranya yaitu;

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Konsep normatif agama mengenai budaya tidak saja mencoba memahami, melukiskan, dan mengakui keunikan-keunikannya, tetapi agama juga mempunyai konsep pembenahan

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak,

memiliki tujuan tertentu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah Suatu metode dan proses yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai

MC acara Adat dan Keagamaan adalah MC yang memiliki kompetensi dalam memahami dan memandu pelaksanaan MC acara adat dari etnis tertentu, dan atau agama