BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1Pengertian Bank
Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran
uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima
simpanan uang, meminjamkan uang dan menerbitkan promes atau yang dikenal
sebagai banknote.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Menurut pasal 1 Undang-undang No.4 Tahun 2003 tentang perbankan,
bank adalah bank umum dan bank perkreditan rakyat yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut G.M Verryn Stuart dalam Dendawijaya (2009:14)bank adalah
suatu badan usaha yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa
masyarakat yang mempunyai kelebihan uang dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat yang kekurangan uang dalam bentuk kredit dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.1.2 Jenis-jenis Bank
Didalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan. Untuk lebih jelasnya jenis perbankan dapat ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1. Dari segi fungsinya
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatanusaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariahyang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintaspembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yangmelaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atauberdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidakmemberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Dari segi kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah
Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang aktapendirian maupun
modal bank ini sepenuhnya dimiliki olehpemerintah Indonesia, sehingga
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh
swasta.
c. Bank Milik Asing
Bank Milik Asing merupakan bank yang kepemilikansahamnya 100%
dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) diIndonesia. Bank milik asing
merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta
asing maupun pemerintah asing suatu negara.
d. Bank Milik Campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga neraga Indonesia.
3. Dilihat dari segi status
a. Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque,
pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Bank non devisa
melakukantransaksi dalam batas-batas negara.
4. Dilihat dari segi menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional merupakan bank yang dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya didasarkan
pada dua metode, yaitu menetapkan bunga sebagai harga untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan ataupun deposito serta untuk jasa-jasa
bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu
yang dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah merupakan bank yang menetapkan
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
baik dalam hal penyimpanan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudharabah)
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikian atas barang
yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.1.3 Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya tugas pokok bank menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan
memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup
rakyat banyak.
Sedangkan fungsi bank pada umumnya adalah(Siamat, 2005:276):
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
2. Menciptakan uang.
3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.
4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
2.1.4 Kinerja Keuangan Bank
Salah satu acuan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan bank
dalam menjalankan bisinisnya adalah kinerja dan kesehatan yang baik
(Adityantoro dan Rahardjo, 2013).Kinerja keuangan bank adalah salah satu dasar
penilaian terhadap kondisi keuangan bank yang dapat dinilai melalui berbagai
macam variabel. Sumber utama variabel yang dijadikan dasar penilaian adalah
laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang
transparansi dan kondisi keuangan bank, bank wajib menyusun dan menyajikan
laporan keuangan dalam bentuk dan cakupan yang tediri dari :
1. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan
Laporan Tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja suatu bankdalam
kurun waktu satu tahun.Laporan Keuangan Tahunan adalah Laporan keuangan
akhir tahun bank yang disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang
berlaku dan wajib diaudit oleh Akuntan public.
Laporan Keuangan Tahunan adalah:
a. Neraca, menggambarkan posisi keuangan dari sati kesatuan usaha yang
merupakan keseimbangan antara aktiva, utang, dan modal pada suatu
tanggal tertentu.
b. Laporan laba rugi merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban
dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu.
c. Laporan perubahan equitas adalah laporan perubahan modal dari satu
kesatuan usaha selama satu periode tertentu yang meliputi laba
komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik.
d. Arus kas berisi rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baikyang
berasal dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan darisatu
kesatuan usaha selama satu periode tertentu.
2. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan
3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan
Laporan ini adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan laporan
bulanan bank umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan setiap bulan.
4. Laporan Keuangan Konsolidasi
Bank yang merupakan bagian dari suatu kelompok usaha dan atau memiliki
anak perusahan, wajib menyusun laporan keuangan konsolodasi berdasarkan
pernyataan standar akuntansi keuangan yang berlaku serta menyampaikan
laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia.
Penilaian kinerja keuangan bank dimaksudkan untuk menilai keberhasilan
manajemen di dalam mengelola suatu badan usaha. Penilaian ini dapat diproksi
dengan:
1. Indikator Financial Ratio.
2. Ketentuan penilaian kesehatan perbankan (peraturan Bank Indonesia), dan
3. Fluktuasi harga saham dan return saham (bank publik).
2.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator kinerja yang lazim dipakai
untuk mengukur apakah sebuah perusahaan berhasil dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas
yang maksimal (Adityantoro dan Rahardjo, 2013).Profitabilitas perbankan
merupakan suatu kesanggupan atau kemampuan bank dalam memperoleh laba
atau keuntungan bank. Profitabilitas menjadi kunci utama pendukung
maka semakin baik kinerja perbankan atau perusahaan dan kelangsungan hidup
perbankan atau perusahaan tersebut akan terjamin (Prasetyo,2015). Menurut PBI
No. 6/10/PBI/2004 pasal 4 ayat (4) tentang sistem penilaian tingkat kesehatan
bank umum, bank diharuskan menggunakan rasio ROA untuk mengukur
profitabilitasnya. Ongore dan Kusa dalam Lipunga (2014) juga menyatakan
bahwa salah satu rasio utama dalam mengukur profitabilitas sebuah bank adalah
Return on Asset (ROA).Return on Asset(ROA) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas
dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan (Oktavianus,
2016).
2.3 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk
mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada
dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan
angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau kombinasi
antara keduanya. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah
membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan
dengan item lainnya. Cara ini ternyata lebih dapat menjelaskan makna suatu
angka yang ada di laporan keuangan dibandingkan dengan hanya melihat angka
tersebut dengan begitu saja (Syahyunan, 2015:103).
2.3.1Return on Asset(ROA)
Return on Asset(ROA) merupakan rasio yangdigunakan untuk mengukur
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari
segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:118).
Menurut Dewi, et al(2015) ROA adalah rasio antara laba sebelum
pajakterhadap total aset bank tersebut. Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum
pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Laba
sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak.
Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva (Manikam
dan Syafruddin, 2013). Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut
(Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011):
���= ����������������
���� − �������������× 100%
Tabel 2.1
Predikat Bank Berdasarkan ROA
No. Rasio Predikat
1 2% < ROA Sangat Sehat
2 1,25% < ROA ≤ 2% Sehat
3 0.5% < ROA ≤ 1.25% Cukup Sehat
4 0% < ROA ≤ 0.5% Kurang Sehat
5 ROA ≤ 0% Tidak Sehat
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
2.3.2Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR)adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain (Dendawijaya, 2009:118).
Menurut Almilia (dalam Manikam dan Syafruddin, 2013) CAR
merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank
dalam mengidentifikasi, mengukur, dan mengawasi risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh tehadap besarnya modal.
Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI
13/24/DPNP/2011):
���= �����
�����������������������������(����)× 100%
Tabel 2.2
Predikat Capital Adequacy Ratio (CAR)
No. Rasio Predikat
1 12% < CAR Sangat Sehat
2 9% < CAR ≤ 12% Sehat
3 8% < CAR ≤ 9% Cukup Sehat
4 6% < CAR ≤ 8% Kurang Sehat
5 CAR ≤ 6% Tidak Sehat
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
2.3.3Non Performing Loan (NPL)
Non Performing loan(NPL) adalah rasio perbandingan antara kredit
bermasalah terhadap total kredit yang diberikan (Dewi, et al, 2015).Rasio NPL
menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah yang
diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga, tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah
Syafruddin, 2013).Risiko kredit diukur dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011):
���= ���������������ℎ
����������� × 100%
Agar nilai bank terhadap rasio ini baik, Bank Indonesia menetapkan
kriteria rasio NPL net di bawah 5%.
Tabel 2.3
Predikat Non Performing Loan (NPL)
No. Rasio Predikat
1 0% < NPL < 2% Sangat Baik
2 2% ≤ NPL < 5% Baik
3 5% ≤ NPL < 8% Cukup Baik
4 8% < NPL ≤ 11% Kurang Baik
5 NPL > 11% Tidak Baik
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
2.3.4Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional ( BOPO )
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya (Dendawijaya, 2009:120).
Rasio BOPO atau yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan (Manikam dan Syafruddin,
2013). Rumus untuk menghitung BOPO adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI
���� = ����������������
���������������������× 100%
Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah di
bawah 94%, karena jika rasio BOPO melebihi 94% hingga mendekati angka
100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan
operasionalnya.
Tabel 2.4
Predikat Bank Berdasarkan BOPO
No. Rasio Predikat
1 < 94 % Sehat
2 > 94 % Tidak Sehat
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
2.3.5Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin ( NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga dari sumber dana yang
dikumpulkan.Sumber dana bank terdiri dari: (1) dana dari pihak pertama (modal
sendiri), (2) dana dari pihak kedua (pinjaman dari bank-bank lain), (3) dana
daripihak ketiga (dana dari masyarakat). Semakin tinggi NIM menunjukkan
semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit
sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Rumus untuk menghitung NIM
adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011):
��� = ��������������������ℎ
Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana,
biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masing-masing
sumber dana bank yang bersangkutan.
Tabel 2.5
Predikat Bank Berdasarkan NIM
No. Rasio Predikat
1 3% < NIM Sangat Sehat
2 2% < NIM ≤ 3% Sehat
3 1.5% < NIM ≤ 2% Cukup Sehat
4 1% < NIM ≤ 1.5% Kurang Sehat
5 NIM ≤ 1% Tidak Sehat
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
2.3.6Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan
terhadap dana pihak ketiga (Dewi, et al, 2015). Menurut Dendawijaya (2009:116)
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, sejauh mana pemberian kredit kepada nasabah dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang
ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk
memberikan kredit. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) memberikan
indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin
besar. Rumus untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut (Lampiran SE BI
��� = �����������
������ℎ��������× 100%
Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas LDR berada pada
tingkat 85%-100%.
Tabel 2.6
Predikat Loan To Deposit Ratio
No. Rasio Predikat Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut:
Tabel 2.7 secara simultan berpengaruh tehadap Profitabilitas (ROA)
2. CAR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
3. LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
4. NPL berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
Lanjutan Tabel 2.7
1. CAR tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA)
2. NPL berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA)
3. BOPO berpengaruh
terhadap Profitabilitas (ROA)
4. LDR tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA)
5. NIM berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) 3. Dewi, et al
1. CAR secra parsial tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA)
2. NPL berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas (ROA)
3. LDR tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA)
Lanjutan Tabel 2.7 Pakistan for the Period of
2009-1. Cost efficiency berpengaruh
negatif tehadap Profitabilitas (ROA)
2. Liquidity berpengaruh
negatif tehadap Profitabilitas (ROA)
3. Capital Adequacy
berpengaruh positif tehadap Profitabilitas (ROA)
4. Deposits berpengaruh
positif tehadap Profitabilitas (ROA)
5. Size of the Bank
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
6. Manikam
1. CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
2. NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap Profitabilitas (ROA)
3. BOPO berpengaruh
signifikan negatif terhadap Profitabilitas (ROA)
4. NIM berpengaruh signifikan
positif terhadap Profitabilitas (ROA)
5. LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
7. Adityantoro dan (ROA) sementara NIM, Firm Size, dan Status
Lanjutan Tabel 2.7 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas
2. Amount and type of Loan
Paid dan Liquidity
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Profitabilitas
3. Credit Risk dan Cost
Management berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas.
1. Bank Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)
2. Bank Loans berpengaruh
signifikan tehadap Profitabilitas (ROA)
3. Credit Risk berpengaruh negative dan signifikan tehadap Profitabilitas (ROA)
4. Bank Deposits berpengaruh positif dan signifikan tehadap Profitabilitas (ROA)
5. Bank Interest berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas
Operational Efficiency dan
Asset Management berpengaruhsignifikan
2.5Kerangka Konseptual
2.5.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Profitabilitas (ROA)
Capital Adequacy Ratio (CAR)adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain (Dendawijaya, 2009:118).
Menurut Peraturan Bank Indonesia angka rasio CAR minimal yang
ditetapkan adalah 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti
bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari
kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa
bank tersebut semakin solvable atau dengan kata lain, semakin besar jumlah
modal bank yang dapat dioperasionalkan. Kondisi ini tentunya akan memberikan
peluang bagi bank untuk dapat melakukan ekspansi kredit dengan segala
konsekuensinya. Jika bank mampu melakukan ekspansi kredit dengan baik, maka
pendapatan bunga bank akan meningkat.
Menurut Manikam dan Syafruddin (2013) semakin besar CAR maka
semakin besar kemampuan bank tersebutuntuk mendanai aktiva produktif,
sehingga semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank. Semakin
menurun CAR maka semakin rendah tingkat profitabilitas (ROA) yang diperoleh,
sehingga CAR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA). Penelitian
Adityantoro dan Rahardjo (2013) juga menyatakan CAR memiliki pengaruh
2.5.2 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Profitabilitas(ROA)
Rasio NPL menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
Siamat (2005:174) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab
runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi batas kewajaran
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL timbul karena tidak kembalinya dana
yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya. Semakin tinggi rasio ini
mengindikasikan akan buruknya kualitas kredit bank tersebut. Hal ini
menandakan bahwa bank akan mengalami kerugian dalam menjalani kegiatan
operasionalnya dan berpengaruh terhadap perolehan laba (ROA) yang diperoleh
bank tersebut.
Menurut Oktavianus (2016) rasio NPL yang meningkat akan menurunkan
tingkat profitabilitas bank yang ketika tidak segera diantisipasi akan mengurangi
sumber daya bank sehingga mengganggu proses penyaluran kredit kepada
masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Manikam dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa semakin besar NPL
maka semakin besar resiko kegagalan kredit yang disalurkan, yang berpotensi
menurunkan pendapatan bunga serta menurunkan laba (ROA). Penelitian ini juga
2.5.3 Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) Terhadap Profitabilitas(ROA)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya (Dendawijaya, 2009:120).
Rasio BOPO yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat menimbulkan
kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya (Bank Indonesia,
2004). Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi
kerugian akibat ketidakefisienan bank dalam mengelola usahanya sehingga laba
yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin besar rasio BOPO menunjukkan
bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba menurun karena bank tidak
efisien dalam pengelolaan biaya operasionalnya.
Menurut Manikam dan Syafruddin (2013) semakin besar rasio BOPO
menunjukkan tingkat inefisiensi bank dalam mengelola kegiatannya yang akan
menurunkan laba sehingga BOPO memiliki hubungan negatif terhadap kinerja
bank dan berpengaruh negatif terhadap ROA.Demikian juga dengan penelitian
Prasetyo (2015) dan penelitian Adityantoro dan Rahardjo (2013) yang
2.5.4 Pengaruh Net Interest Margin (NIM) Terhadap Profitabilitas(ROA)
Net Interest Margin ( NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih.Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan, dan kredit yang diberikan.Semakin besar rasio ini menunjukkan meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecilatau
tingkat profitabilitasnya semakin besar.
Menurut Dewi et al(2015) semakin besar NIM menunjukkan semakin
efektifbank dalam penempatan aktiva perusahaan dalam bentuk kredit, sehingga
ROAbank akan meningkat. Atau dengan kata lain, semakin besar NIM maka
semakin besar juga ROA. Artinya, NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA.
Demikian juga dengan penelitian Oktavianus (2016), penelitian Prasetyo (2015)
dan penelitian Adityantoro dan Rahardjo (2013) yang menyatakan bahwa NIM
berpengaruh positif terhadap ROA.
2.5.5 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Profitabilitas(ROA)
Menurut Dendawijaya (2009:116) Loan to Deposit Ratio menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
Menurut Bank Indonesia (2004), penilaian likuiditas dimaksudkan untuk
mengevaluasi kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang
memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. Analisis likuiditas
dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu
membayar utang-utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.Semakin tinggi rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah rasio LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Jika rasio LDR bank berada pada standar yang ditetapkan Bank Indonesia, maka laba yang diperoleh bank tersebut akan meningkat.
Menurut Manikam dan Syafruddin (2013) semakin tinggi LDR maka laba
perusahaan semakin meningkat, dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil.
Sehingga LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Demikian juga dengan
penelitian Adityantoro dan Rahardjo (2013) yang menyatakan bahwa LDR
berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA).
Berdasarkan uraian teori tersebut maka kerangka konseptual penelitian ini
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.6Hipotesis
Berdasarkan uraian teori, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang
telah diuraikan, maka hipotesis yangdiajukan adalah sebagai berikut:Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM) dan Loan
to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia.
Return on Asset Capital Adequacy Ratio
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Non Performing Loan
Net Interest Margin