• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Ekonomi dan Kontribusi Penggunaan Lahan Sistem Agroforestri Di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Ekonomi dan Kontribusi Penggunaan Lahan Sistem Agroforestri Di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

xv

TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi

masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat, maupun

lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem

kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

daya semusim, peternakan, barang dan jasa, serta rekreasi alam (Awang. dkk.

2002).

Salah satu jenis hutan berdasarkan kepemilikan status (status hukum) yaitu hutan

kemasyarakatan (social forest) yang merupakan suatu sistem pengelolaan hutan

yang bertujuan untuk mendukung kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar

hutan dengan meningkatkan daya dukung lahan dan sumber daya alam tanpa

mengurangi fungsi pokoknya, misalnya melakukan agroforestri oleh kelompok

tani hutan. Hal ini diharapkan tidak merusak lahan dan tanaman pokok hutan

(Arief, 2001).

Salah satu solusi untuk mengurangi tekanan terhadap hutan dan mengatasi

masalah kebutuhan lahan pertanian adalah dengan menerapkan sistem

agroforestri. Agroforestri merupakan sistem pemanfaatan lahan secara optimal

berasaskan kelestarian lingkungan dengan mengusahakan atau mengkombinasikan

tanaman kehutanan dan pertanian (perkebunan, ternak) sehingga dapat

(2)

xvi

Lembaga Penelitian IPB (1983) dalam Purwanto. dkk, (2004) membagi hutan

rakyat dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Hutan rakyat murni (monoculture), yaitu hutan rakyat yang hanya terdiri dari

satu jenis tanaman pokok berkayu yang ditanam secara homogen atau monokultur.

2. Hutan rakyat campuran (polyculture), yaitu hutan rakyat yang terdiri dari

berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara campuran.

3. Hutan rakyat wana tani (agroforestry), yaitu yang mempunyai bentuk usaha

kombinasi antara kehutanan dengan cabang usaha tani lainnya seperti tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan lain-lain yang dikembangkan

secara terpadu.

AGROFORESTRI Pengertian Agroforestri

Agroforestri adalah suatu bentuk hutan kemasyarakatan yang memanfaatkan lahan

secara optimal dalam hamparan yang menggunakan produksi berdaur panjang dan

berdaur pendek, baik secara bersamaan maupun berurutan. Agroforestri secara

ekonomi penting bagi penduduk pedesaan. di Sumatera, agroforestri

menghasilkan 80% dari pendapatan penduduk desa dan meningkatkan standard

hidup mayoritas rumah tangga. Agroforestri dapat menjadi contoh srategi “

pemulihan hutan” yang bisa mendukung perkembangan pedesaan dan

membangun kembali jalur-jalur keanekaragaman hayati dalam bentang alam

pertanian. Bentuk-bentuk agroforestri dapat dilaksanakan dalam beberapa model

yakni tumpang sari, silvopasture, silvofishery, dan farmforestry

(3)

xvii Fungsi Agroforestri

Fungsi agroforestri terhadap aspek sosial, budaya dan ekonomi antara lain:

a. Kaitannya dengan aspek tenurial, agroforestri memiliki potensi di masa

kini dan masa yang akan datang sebagai solusi dalam memecahkan konflik

menyangkut lahan negara yang dikuasai oleh para petani penggarap.

b. Upaya melestarikan identitas kultural masyarakat, pemahaman akan

nilai-nilai kultural dari suatu aktivitas produksi hingga peran berbagai jenis pohon atau

tanaman lainnya di lingkungan masyarakat lokal dalam rangka keberhasilan

pemilihan desain dan kombinasi jenis pada bentuk-bentuk agroforestri modern

yang akan diperkenalkan atau dikembangkan di suatu tempat.

c. Kaitannya dengan kelembagaan lokal, dengan praktik agroforestri lokal

tidak hanya melestarikan fungsi dari kepala adat, tetapi juga norma, sanksi, nilai,

dan kepercayaan (unsur-unsur dari kelembagaan) tradisional yang berlaku di

lingkungan suatu komunitas.

d. Kaitannya dalam pelestarian pengetahuan tradisional, salah satu ciri dari

agroforestri tradisional adalah diversitas komponen terutama hayati yang tinggi

(polyculture).

Fungsi agroforestri ditinjau dari aspek biofisik dan lingkungan pada skala

bentang lahan adalah kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan

kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian

lahan antara lain: (a) Memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah; (b)

Mempertahankan fungsi hidrologi kawasan; (c) Mempertahankan cadangan

karbon; (d) Mengurangi emisi gas rumah kaca; dan (e) mempertahankan

(4)

xviii Klasifikasi sistem agroforestri

Berbagai tipe agroforestri telah banyak diinventarisir dan dikembangkan dengan

bentuk yang beragam tergantung kondisi wilayah, lokasi dan tujuan agroforestri

itu sendiri. Namun demikian, keragaman agroforestri tersebut dapat

dikelompokkan ke dalam empat dasar utama (Sardjono dkk., 2003), yaitu:

1. Berdasarkan strukturnya / komponen-komponen penyusunnya :

a. Agrisilvikultur

Sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan

(tanaman berkayu) dengan komponen pertanian (tanaman non kayu). Tanaman

berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non kayu

dari jenis tanaman semusim (annual crops).

b. Silvopastura

Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (tanaman berkayu)

dengan komponen peternakan (ternak/pasture). Kedua komponen dalam

silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan waktu yang sama (misal:

penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan pinus.

c. Agrosilvopastura

Merupakan pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian

(semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang

sama. Contoh: berbagai bentuk kebun pekarangan, kebun hutan, ataupun kebun

desa.

2. Berdasarkan sistem produksi:

(5)

xix

Adalah bentuk agroforestri yang diawali dengan pembukaan sebagian areal hutan

dan/atau belukar untuk aktivitas pertanian.

b. Agroforestri berbasis pada pertanian

Yaitu produk utama tanaman pertanian dan atau peternakan tergantung sistem

produksi pertanian dominan di daerah tersebut. Komponen kehutanan merupakan

elemen pendukung bagi peningkatan produktivitas dan/atau sustainabilitas.

c. Agroforestri berbasis pada keluarga adalah agroforestri yang dikembangkan di

areal pekarangan rumah.

3. Berdasarkan masa perkembangannya :

a. Agroforestri tradisional/klasik

Yaitu tiap sistem pertanian, dimana pohon-pohonan baik yang berasal dari

penanaman atau pemeliharaan tegakan/tanaman yang telah ada menjadi bagian

terpadu, sosial ekonomi dan ekologis dari keseluruhan sistem atau yang biasa

disebut agroekosistem. Penerapan agroforestri ini memiliki banyak kelebihan

diantaranya yaitu ditinjau dari kombinasi jenis, agroforestri ini Tersusun atas

banyak jenis (polyculture), dan hampir keseluruhannya dipandang penting serta

banyak dari jenis-jenis lokal (dan berasal dari permudaan alami) dan dari

keterkaitan sosial budaya, Memiliki keterkaitan sangat erat dengan sosial-budaya

lokal karena telah dipraktekkan secara turun temurun oleh masyarakat

Akan tetapi agroforestri ini tetap memiliki kelemahan yaitu ditinjau dari orientasi

penggunaan lahan, dimana hasil yang didapat dari agroforestri ini hanya dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sehingga tidak dapat diharapkan untuk

meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal ini dapat disebabkan karena luasan

(6)

xx

penanaman yang tidak beraturan dan perawatan yang kurang intensif. Serta dari

struktur tegakan, agroforestri ini sangat tidak beraturan dan rapat sehingga

membuat persaingan dalam memperoleh hara lebih tinggi yang menyebabkan

hasil produksi semakin menurun.

b. Agroforestri modernumumnya hanya melihat pengkombinasian antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Salah satu kelebihan

dari sistem agroforestri modern saat ini yaitu tidak lagi hanya berfokus kepada

masalah produksi dan produktivitas namun telah berkembang kepada hal-hal yang

berkaitan dengan perhatian masyarakat secara global, seperti kaitannya dengan

global warming atau climate change, jasa-jasa lingkungan serta dengan upaya

upaya pengentasan kemiskinan.

4. Berdasarkan orientasi ekonomi :

a. agroforestri skala subsisten

merupakan pemanfaatan lahan yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari. Dengan ciri-ciri : lahan yang diusahakan terbatas, jenis yang

diusahakan beragam dan non-komersial, serta penanaman tidak beraturan dan

perawatan tidak intensif.

b. agroforestri skala semi-komersil

peningkatan produktivitas serta kualitas hasil yang dapat dipasarkan untuk

memperoleh uang tunai. Meskipun dengan keterbatasan investasi yang dimiliki,

jangkauan pemasaran produk yang belum meluas, serta ditambah dengan pola

hidup yang masih subsisten, maka jaminan pemenuhan kebutuhan hidup

(7)

xxi c. agroforestri skala komersil

pada orientasi skala komersial, produk utama biasanya hanya satu jenis dalam

kombinasi tanaman yang dijumpai. Dengan ciri-ciri, komposisi hanya terdiri dari

2-3 kombinasi jenis dimana hanya satu jenis kombinasi yang menjadi komoditi

utama, dikembangkan pada skala yang cukup luas dan menggunakan teknologi

yang memadai, serta menuntut manajemen yang profesional.

Nilai Ekonomi Agroforestri

Analisis nilai ekonomi adalah analisis yang mengacu pada keunggulan komparatif

atau efisiensi dari penggunaan barang dan jasa dalam satu kegiatan produktif.

Efisien di sini diartikan bahwa alokasi sumber-sumber ekonomi digunakan untuk

kegiatan yang menghasilkan output dengan nilai ekonomi tertinggi. Sedangkan

perbedaannya dengan analisis finansial yaitu dalam evaluasi manfaat – biaya

mengacu kepada penerimaan dan pengeluaran yang mencerminkan harga pasar

aktual yang benar-benar diterima atau yang dibayar oleh petani (Budidarsono,

2001)

Menurut hasil penelitian dari Simatupang (2011) bahwa besar kecilnya nilai

ekonomi jenis- jenis agroforestri sangat tergantung pada jumlah barang yang

diambil, frekuensi pengambilan, total pengambilan, harga tiap jenis produk

agroforestri dan tiap satuannya. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa

komponen agroforestri yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap

pendapatan rumah tangga adalah komponen kehutanan dengan nilai ekonomi

sebesar Rp 491.740.000 dan yang terendah adalah komponen peternakan sebesar

(8)

xxii

Beberapa ahli ekonomi telah mengembangkan dan mengaplikasikan beberapa

metode penilaian manfaat hutan yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan

moneter. Beberapa metode mencoba untuk menggambarkan permintaan

konsumen, sebagai contoh kesedian membayar konsumen terhadap manfaat hutan

yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter atau kesediaan menerima

konsumen terhadap kompensasi yang memberikan kepada konsumen untuk

manfaat yang hilang dalam satuan moneter. Terdapat lima metode perhitungan

ekonomi untuk manfaat yang diperoleh dari sumber daya alam dan lingkungan :

1. Penilaian berdasarkan harga pasar ditempat lain

2. Pendekatan harga pengganti, termasuk metode biaya perjalanan dan

pendekatan biaya pengganti

3. Pendekatan fungsi produksi, dengan focus pada hubungan biofisik antara

fungsi hutan dan kegiatan pasar

4. Pendekatan dengan metode penilaian

5. Pendekatan biaya

(Gigona dan Lugina, 2007).

Penilaian manfaat agroforestri

Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang ataupun jasa bagi

manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa

(sumber daya lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilaku

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat, maupun

organisasi. Jika nilai sumber daya hutan, ataupun lebih spesifik barang dan jasa

hutan telah tersedia informasinya, seperti halnya harga berbagai produk yang ada

(9)

xxiii

keperluan seperti pengambilan keputusan pengelolaan, perencanaan dan lain-lain

(Bahruni, 1999).

Sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

: manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible). Manfaat

langsung hutan antara lain : kayu, hasil hutan ikutan, dan lain-lain. Sedangkan

manfaat tidak langsungnya antara lain : pengaturan tata air, pendidikan,

kenyamanan lingkungan, dan lain-lain (Affandi dan Patana, 2002).

Tidak tersedianya informasi nilai (harga) dari produk/jasa hutan maka

diperlukan suatu usaha kreatif untuk menduga nilai sumber daya hutan. Belum

tersedianya informasi nilai dari hutan disebabkan karena produk barang/jasa hutan

tidak seragam, karena merupakan hasil alam, sehingga membuat standar yang

berlaku umum. Oleh itu perlu dilakukan suatu usaha untuk menduga nilai dari

sumber daya hutan (Bahruni, 1999).

Menilai Keberadaan dan Mengukur Efisiensi

Salah satu cara untuk menilai keberadaan agroforestri adalah

mengevaluasi produktivitas agroforestri baik secara ekonomi. Produktivitas disini

diartikan sebagai kemampuan untuk berproduksi secara ekonomi diukur dari

seberapa besar agroforestri mampu memberikan keuntungan berupa pendapatan

bersih atau sering disebut dengan profitabilitas. Pertanyaan pertama yang harus

dikemukakan adalah siapa yang berkepentingan terhadap agroforestri dan apa

kepentingannya (Kominta dkk, 2013).

Evaluasi ekonomi agroforestri perlu dimulai dari pemahaman atas model atau

(10)

xxiv

proses dan tahapan pengembangannya, karakteristik lingkungannya, output yang

dihasilkan termasuk jasa lingkungan, teknologi yang digunakan, kebutuhan

modal, biaya sosial, serta manfaat ekologis yang sering kali tidak dengan sengaja

dihasilkan oleh petaninya. Menyangkut apa yang dihasilkan oleh agroforestri,

dengan bertolak dari pandangan nilai ekonomi total, penilaian ekonomi

agroforestri tidak hanya terbatas pada hasil produksi yang memiliki nilai pasar/

marketable, akan tetapi juga terhadap jasa lingkungan yang secara empiris tidak

memiliki nilai ekonomi/ non-marketeble (Kominta dkk, 2013).

Seperti halnya kegiatan pertanian, keberadaan wanatani tidak hanya menjadi

kepentingan petani saja. Akan tetapi juga merupakan kepentingan pemerintah

(pengambil keputusan). Para pengambil keputusan berkentingan terhadap

produktivitas penggunaan lahan, kelestarian lingkungan, tersedianya lapangan

pekerjaan di pedesaan, kecukupan pangan bagi masyarakat. Kepentingan petani

dalam membudidayakan wanatani terutama terletak harapan untuk mendapatkan

penerimaan dari hasil wanatani. Kedua kepentingan tersebut akan menentukan

parameter produktivitas yang akan dipakai (Budidarsono, 2001).

Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Agroforestri sebagai suatu sistem produksi tentunya memberikan pendapatan

terhadap pengelolanya baik langsung (tangible) maupun tidak langsung

(intangible). Analisis ekonomi yang banyak dilakukan di Indonesia adalah melihat

seberapa besar suatu sistem agroforestri memberikan kontribusi terhadap

pendapatan total keluarga dan juga bagaimana kontribusi hasil dari suatu sistem

agroforestri terhadap perekonomian daerah setempat (Suharjito.

(11)

xxv

Menurut hasil penelitian dari Azmy (2004) bahwa beberapa alasan utama

masyarakat menanam berbagai jenis tanaman keras, palawija, dan mpon- mpon di

dalam dan disekitar kebun karet. Kebanyakan masyarakat menanam tanaman

lainnya dalam bentuk agroforestri bertujuan untuk menambah pendapatan (31,09

%), memenuhi kebutuhan rumah tangga (16,80 %), menjaga kelestarian hutan

(26,05 %), menjaga kondisi tanah (12,62%), mengisi lahan kosong (7,56%),

mengisi waktu luang (3,36%), dan tidak ada alasan khusus (2,52%). Ini

menunjukkan bahwa keinginan masyarakat menerapkan sistem agroforestri dalam

pengelolaan lahannya sangat tinggi terutama dalam hal menambah pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya masing-masing.

Aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat

pada suatu periode tertentu. Dengan kegiatan-kegiatan kehutanan yang baik,

sumber-sumber daya hutan mampu memberikan kontribusi langsung dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di pedesaan,

mengandalkan pemanfaatan langsung hasil pertanian dan hutan serta berbagai

sumber pendapatan lainnya yang dihasilkan dari penjualan hasil hutan atau dari

upah pekerja (Wirakusumah, 2003).

Sumber pendapatan utama rumah tangga dilokasi penelitian berasal dari

pengelolaan agroforestri karet yaitu Rp. 485. 415.000,- (78, 47 %), dan sisanya

Rp. 133.333.000,- (21,53%) berasal dari luar agroforestri. Dengan persentase

pendapatan sebesar 78, 47% terhadap total pendapatan rumah tangga, maka

pengelolaan agroforestri karet di Desa Lau Demak memberikan kontribusi yang

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa paket software telah banyak di gunakan dalam aktifitas bisnis dalam skala komputer pribadi, antara lain paket program terpadu seperti Microsoft Access; Word, Excel,

Orang – orang yang pertama kali masuk agama Islam 28.. Rasulullah meninggal karena sakit selam

[r]

Pilihlah jawaban yang paling tepat diantara a, b, c, d atau e yang sesuai dengan pernyataan sebelumnya dari tiap nomor berikut dengan cara member tanda silang (x) pada lembar jawab

Bagi peserta lelang yang merasa keberatan atas Penetapan tersebut diatas, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan lewat LPSE kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa IAIN.

Pesert a yang t idak mendaft arkan dan melakukan pengambilan Undangan, sert a pengambilan Dokumen Lelang, maka dokumen penaw aran yang diserahkan t ersebut dinyat akan

Bagi peserta lelang yang merasa keberatan atas Penetapan tersebut diatas, diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan lewat LPSE kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa IAIN.

Jumlah dan jenis jamur yang diperoleh hasil isolasi rizosfer tanaman kentang sehat dari lahan pertanian kentang organik di Dusun Sembungan Desa Gondangsari Kecamatan