MANAJEMEN DAKWAH PADA MAJELIS TAKLIM DI
PONDOK PESANTREN NURUL MUBIN
BALONGPANGGANG GRESIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
MIFTAKHUL JANNAH NIM. B74211073
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Miftakhul Jannah, B74211073, 2016. Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim
Di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik.
Skripsi Program Study Managemen Dakwah Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya
Kata Kunci : Managemen Dakwah, Perencanaan, Pengorganisasian,
Kepemimpinan
Persoalan yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik (dalam Bidang Perencanaan, Pengorganisasian, dan Kepemimpinan).
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode deskriptif kualitatif agar bisa menggambarkan dan mengungkapkan fakta dan data yang ada dalam manajemen dakwah yang dilakukan dalam organisasi majelis taklim Nurul Mubin. kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan manajemen organisasi islam yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, serta kepemimpinan. Sehingga bisa mengungkap manajemen dakwah yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan di majelis taklim Nurul Mubin.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Konsep ... 5
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II : KAJIAN TEORITIK A.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 10
B. Kerangka Teori ... 13
1. Manajemen Dakwah ... 13
2. Perencanaan Dakwah ... 16
3. Pengorganisasian Dakwah ... 19
4. Kepemimpinan Dakwah ... 25
B. Lokasi Penelitian ... 34
C. Jenis dan Sumber Data ... 34
D. Tahap-Tahap Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Teknik Validitas Data ... 39
G. Teknik Analisa Data ... 40
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44
B. Penyajian Data ... 47
1. Managemen Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 47
2. Perencanaan Majelis Taklim Nurul Mubin ... 50
3. Pengorganisasian Majelis Taklim Nurul Mubin ... 57
4. Kepemimpinan Majelis Taklim Nurul Mubin ... 64
C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 67
1. Manajemen Organisasi Berdasar Syariat Islam ... 69
2. Perencanaan Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 72
3. Pengorganisasian Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 77
4. Kepemimpinan Dakwah Majelis Taklim Nurul Mubin ... 82
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Saran dan Rekomendasi ... 88
C. Keterbatasan Penelitian ... 90
DAFTAR PUSTAKA
BOIDATA PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami perkembangan ajaran Islam pada akhir-akhir ini menuntun
kita kepada pengkajian yang semakin meluas terhadap pemikiran-pemikiran
yang dianut oleh masyarakat dalam menjalankan syariat agama Islam. Hal ini
dikarenakan banyaknya ajaran yang berbeda terutama terkait masalah lembaga
dan organisasi yang bergerak berdasarkan ajaran agama Islam tersebut.
Dimana lembaga dan organisasi tersebut mempunyai metode dan pesan
tersendiri kepada umat yang menganut ajaranya.
Dari berkembangnya berbagai ajaran ini maka diperlukan sebuah
manajemen dakwah yang baik agar bisa meningkatkan kualitas masyarakat
terhadap berbagai ajaran yang hendak disampaikan dan diterapkan sehingga
bisa mewadahi pesan dalam dakwah kepada umatnya. Dimana keberadaan
metode dakwah diperlukan dalam mengorganisasikan masyarakat didalam
sebuah wadah yang dikelola secara baik dan teratur dalam manajemen yang
sesuai, sehingga bisa menjadi acuan yang benar-benar dianut oleh umat.
Dakwah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab “da’wah”.
Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan wawu. Dari ketiga
huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna
tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon,
menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan,
2
Dalam Al-Qur’an, kata da’wah dan berbagai bentuk katanya ditemukan
sebanyak 198 kali menurut hitungan Muhammad Sulthon (2003:4), 299 kali
versi Muhammad Fu’ad „Abd al-Baqi’ (dalam A. Ilyas Isma’il, 2006: 144
-145), atau 212 kali menurut Asep Muhiddin (2002: 40). Ini berarti, Al-Qur’an
mengembangkan makna dari kata da’wah untuk berbagai penggunaan.1
Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan pengelolaan
manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan
kegiatan yang dinamis dan terarah. Karena hampir dalam setiap sendi
kehidupan peranan manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan
penting. Demikian halnya dengan sebuah lembaga maupun yayasan Islam,
perlu dibuat lembaga atau yayasan dakwah yang terencana terorganisir,
terarah, dan terevaluasi secara professional.
Agar menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen
yang baik dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu
planning, organizing, actuating, dan controling. yang baik,. Dakwah secara
terorganisir merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan, apalagi obyek
dakwah yang semakin beragam dan berbeda saat ini, dengan obyek dakwah
yang semakin beragam, dengan permasalahan yang semakin beragam pula.
Penyelenggaraan dakwah akan berjalan secara efektif apabila terlebih dulu
dilakukan identifikasi dan antisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi.
1
3
Dalam hal ini Pondok Pesantren Nurul Mubin Balonggpanggang
Gresik menerapkan manajemen dakwah melalui Majelis Taklim yang dibuat
sebagai sarana untuk memberikan pengajaran yang mendalam terhadap ajaran
Islam kepada masyarakat yang mengikutinya. Sehingga sedikit atau banyak
tentunya dalam melaksanakan kegiatannya di dalam Pondok Pesantren ini
memerlukan penerapan yang sesuai mengenai teori fungsi-fungsi manajemen
dalam manajemen dakwah agar maksud dan tujuan yang diinginkan bisa
tercapai.
Adanya Majelis Taklim di tengah-tengah masyarakat bertujuan untuk
menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman
ajaran agama, sebagai ajang silaturrahmi anggota masyarakat, dan untuk
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan
jamaahnya.2 Majelis Taklim juga berguna untuk membina dan
mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat
yang bertaqwa kepada Allah SWT, menjadi taman rohani, ajang silaturrahmi
antara sesama muslim, dan menyampaikan gagasan-gagasan yang bermanfaat
bagi pembangunan umat dan bangsa.
Dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang diterapkan, maka dibutuhkan sebuah sistem kepemimpinan
yang bisa menunjang jalannya organisasi Majelis Taklim dan juga proses
pembelajaran agama di dalam Pondok Pesantren ini. Hal ini berfungsi agar
2
Tuti Alawiyah, 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, cet. Pertama, Mizan,
4
terjadi hubungan yang baik antara pemimpin dan pengikutnya agar pesan dan
ajaran dakwah bisa berjalan dengan baik.
Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin akan terjalin dengan
baik bila masing-masing menyadari apa yang telah menjadi tanggung jawab
masing-masing, dan apa yang telah mereka butuhkan dari masing-masing
pihak. Dan hubungan ini akan menjadi pincang apabila salah satu pihak
merasa tidak mendapatkan apa yang diharapkan. Hubungan menjadi baik akan
terjalin antara pemimpin dan pengikut, apabila mereka saling membantu untuk
mengembangkan diri masing-masing, sambil tetap mempertahankan
batas-batas (statusquo) dan identitas (identity) dirinya dengan cara yang terbuka dan
saling menerima (open) dan tidak saling menutup diri (close).3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
Bagaimana Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok
Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik (dalam Bidang Perencanaan,
Pengorganisasian, dan Kepemimpinan)?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah tersaji, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa dan memahami tentang Manajemen Dakwah
Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang
Gresik (dalam Bidang Perencanaan, Pengorganisasian, dan Kepemimpinan).
3
A.W. Widjaja, 1986, Peranan Motivasi Dalam Kepemimpinan, Cet.Pertama , Akademika
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan teori manajemen
terutama manajemen dakwah yang dilakukan dalam lembaga atau
organisasi Islam. Tentang pengelolaan Majelis Taklim dan pendidikan
agama yang baik di dalam lingkungan Pesantren dan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi
Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik dalam
menjalankan kegiatan kepengurusan Majelis Taklim kepada santrinya.
disamping itu juga sebagai bahan pustaka bagi Universitas Islam Negri
Sunan Ampel Surabaya khususnya Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
E. Definisi Konsep
1. Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, istilah
manajemen mengacu pada suatu proses mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien
dan efektif dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan
6
oleh para manajer. Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai
merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.4
2. Dakwah
Dakwah ditinjau dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab “da’wah”.
Da’wah mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, „ain, dan wawu. Dari ketiga
huruf asal ini, terbentuk beberapa kata dengan ragam makna.
Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang, minta tolong, meminta,
memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan,
mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi (Ahmad Warson
Munawwir, 1997:406).5
3. Manajemen Dakwah
Pengertian manajemen dakwah yaitu sebagai proses perencanaan
tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan
tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian
menggerakkan ke arah tujuan dakwah.6 Dalam hal ini manajemen dakwah
yang dimaksud oleh peneliti yakni merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, dan mengendalikan suatu organisasi dakwah agar
tercapainya tujuan secara efektif dan efisien, yang tentunya membutuhkan
sosok kepemimpinan yang baik agar segala kegiatan dalam organisasi bisa
terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
4. Majelis Taklim
4
Amirullah Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 7-8.
5
Moh. Ali Azis, 2004, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 6.
6
7
Dalam bahasa Arab kata “majlis” adalah bentuk isim makan (kata
tempat) dari kata kerja yang artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan.7
Sedangkan kata ”ta’lim” sendiri dalam bahasa Arab merupakan masdar
dari kata kerja yang mempunyai arti pengajaran.8
Pada umumnya Majelis Taklim adalah lembaga swadaya masyarakat
murni. Ia dilahirkan, dikelola, dipelihara, dikembangkan, dan didukung
oleh anggotanya. Oleh karena itu, Majelis Taklim merupakan wadah
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Para mubaligh
atau da’i sangat penting untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan jamaah,
agar ia dapat menyesuaikan atau mengarahkan jamaah pada tujuan yang
ingin dicapai.9 Sedangkan menurut peneliti kali ini Majelis Taklim yakni
tempat atau perkumpulan untuk menambah wawasan atau ilmu
pengetahuan yang di butuhkan oleh anggotanya, dalam hal ini dikhususkan
pada ilmu pengetahuan keagamaan.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini. Dan agar
dapat dipahami permasalahannya lebih sistematis dan kronologis, maka
pembahasan ini akan disusun penulis sebagai berikut:
7
Ahmad Warson Munawir, 1997, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Progresif, cet.
Ke-14, Yogyakarta, hlm. 202. 8
Ahmad Warson Munawir, 1997, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Pustaka Progresif, cet.
Ke-14, Yogyakarta, hlm. 1038. 9
Tuti Alawiyah, 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, cet. Pertama, Mizan,
8
Bagian Awal : Pada bagian awal yakni berisi judul penelitian
(sampul), persetujuan dosen pembimbing,
pengesahan tim penguji, motto dan persembahan,
pernyataan pertanggung jawaban otentisitas skripsi,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar table, dan
daftar gambar.
Bab I : Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional,
dan sistematika pembahasan.
Bab II : Merupakan kajian teoritis, pada dalam bab ini
penulis akan menyajikan penelitian terdahulu yang
relevan, kerangka teori, paradigma penelitian, dan
hipotesis penelitian.
Bab III : Merupakan metode penelitian yang berisi tentang
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik validitas data, dan teknik
analisis data.
Bab IV : Pada bab ini berisi tentang pemaparan hasil
penelitian yang berisikan tentang analisis
manajemen dakwah pada Majelis Taklim di Pondok
9
yang di sajikan dalam bentuk gambaran umum
obyek penelitian, penyajian data, dan pembahasan
hasil penelitian.
Bab V : Merupakan penutup, dalam bab ini berisikan
mengenai kesimpulan, saran dan rekomendasi, serta
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Berikut ini akan dipaparkan mengenai contoh penelitian lain sebagai
tinjauan penelitian terdahulu. Tujuan mencantumkan contoh penelitian lain
ialah dengan maksud agar penelitian yang diteliti penulis tidak berdasarkan
plagiat atau dengan istilah lain menjiplak karya tulis peneliti lain. Hal ini
hanya sebagai perbandingan dengan karya tulis orang lain, sehingga dapat
dilihat perbedaannya dengan penelitian yang penulis kerjakan. Untuk
membandingkan dengan penelitian lainnya, maka penulis mengambil contoh
karya tulis atau penelitian lainnya sebagai berikut:
1. Pada tahun 2009, penelitian yang dilakukan oleh Iyus Herdiana Saputra,
mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul “Manajemen Pendidikan
Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawatengah”.1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Model Pendidikan Pesantren Darul Hikmah adalah pendidikan
Pesantren di bawah naungan Yayasan Darul Hikmah Kutoarjo. Pola
pendidikan Pesantren Darul Hikmah adalah pola pendidikan Pesantren
Modern yang berbasis asrama. Dalam mengembangkan manajemen
Pesantren Darul Hikmah (PPDH) menggunakan model Manajemen
1
Iyus Herdiana Saputra, Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawatengah,
11
Berdasarkan Sasaran (MBS) atau Management By Objective (MBO).
Sasaran yang ingin dicapai PPDD adalah fokus pada pendidikan.
b. Untuk mencapai pendidikan ini, maka langkah-langkah manajemen
yang ditempuh PPDH adalah :
1) Perencanaan
Model perencanaan yang dikembangkan PPDH adalah
model perenanaan strategis yang terdiri atas sistem perencanaan,
penyusunan program, dan penganggaran.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian di PPDH menggunakan sistem
desentralisasi dalam pembagian wewenang maupun tugas serta
pengembangannya.
3) Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di PPDH dilakukan dalam usaha
mempersatukan rangkaian aktivitas penyelenggara PPDH dalam
rangka meningkatkan kerjasama, kebersamaan antara pejabat
organisasi PPDH semaksimal mungkin.
4) Pengawasan
Pengawasan pengelolaan PPDH meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Iyus Herdiana Saputra
adalah sama-sama meneliti tentang manajemen pada kegiatan yang
12
melakukan dakwah dan ajaran Islam. Sedangkan penelitian ini memiliki
perbedaan dalam objek yang dikaji serta metode yang lebih mendalam
dalam menggali manajemen dakwah yang ingin digali oleh peneliti.
2. Pada tahun 2015, penelitian yang dilakukan oleh Imam Jazuli, mahasiswa
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
penelitian tersebut berjudul “Analisis Fungsi Perencanaan di Madrasah
Ibtidaiyah Al Huda Karangnongko Maguwoharjo Depok Sleman
Yogyakarta Tahun 2014/2015.2
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah proses
perencanaan yang ada di MI Al Huda Depok telah dilakukan dengan
cukup baik, meskipun masih terdapat kekurangan terutama belum adanya
identifikasi dahulu tentang berbagai permasalahan dan belum
maksimalnya efektivitas rencana yang ada. Proses penetapan kebijakan
diambil atas dasar kebijaksanaan kepala sekolah, guru, staf, pengurus
dewan sekolah/majelis madrasah atau komite sekolah. Namun untuk
proses pengajaran, oleh kepala madrasah mempasrahkan sepenuhnya
kepada guru. Dengan demikian kebijakan yang di tentukan akan dapat
direncanakan dengan baik.
Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Imam Jazuli yakni
sama-sama meneliti tentang analisis manajemen pada kegiatan yang
dilakukan dalam sebuah lembaga keagamaan yang bertujuan untuk
melakukan dakwah dan ajaran Islam. Sedangkan penelitian ini memiliki
2
Sugeng Hariyanto, Analisis Fungsi Perencanaan di Madrasah Ibdtidaiyah Al Huda
13
perbedaan dalam objek yang dikaji serta metode yang lebih mendalam
dalam menggali manajemen dakwah yang ingin digali oleh peneliti.
B. Kerangka Teori
1. Manajemen Dakwah
Islam merupakan agama dakwah yang mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu menyampaikan kepada masyarakat luas. Secara
kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan
mentranformasikan sikap batin dan perilaku masyarakat menuju sebuah
tatanan kesalehan individu atau kesalehan sosial. Dakwah dengan
pesan-pesan keagamaan juga merupakan ajakan kepada kesadaran untuk
senantiasa memiliki komitmen kepada jalan yang lurus. Dakwah adalah
ajakan yang dilakukan untuk membebaskan setiap individu dan
masyarakat dari pengaruh nilai-nilai kesyaitanan maupun nilai-nilai
jahiliyah menuju internalisasi ketuhanan, di lain pihak dakwah juga
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dalam berbagai
aspek ajarannya agar diaktualisasikan dalam bersikap maupun bertindak.3
Seperti dalam firman Allah SWT yang artinya:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
3
Suyuti Pulungan. 2002. Fiqh Siyasah, ajaran, sejarah, dan pemikiran. Rajawali Press. Jakarta.
14
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl; 125).4
Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur,
mengurus atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para
ahli terhadap istilah manajemen ini, namun dari sekian banyak definisi
tersebut ada satu yang kiranya dapat dijadikan pegangan dalam memahami
manajemen tersebut, yaitu: Manajemen adalah suatu proses yang terdiri
dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk
menetukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Terry
mengemukakan pendapatnya tentang manajemen adalah: Manajemen
merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya5.
Manajemen organisasi adalah pembagian kerja yang direncanakan
untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan
antar pekerjaan, yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan
dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bisa bekerja secara
efisisen.Memanajemen organisasi juga bisa didefinisikan sebagai tugas,
pendelegasian otoritas, dan menetapkan aktifitas yang hendak dilakukan
4
--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 421
5
15
oleh manajer pada seluruh hierarki. Manajemen organisasi dapat diartikan
seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan6. Dalam penelitian ini peneliti
menentukan beberapa variabel yang mendukung penggunaan teorinya,
yaitu perencanaan, pengorganisasian, dan kepemimpinan. Dimana
kesemuanya mempunyai keterkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu
merencanakan dan mengorganisasikan suatu organisasi yang di arahkan
dan di koordinasi oleh seorang pemimpin yang sekaligus sebagai
penanggung jawab utama dalam organisasi tersebut. Sehingga ketiga
variabel ini membantu peneliti untuk menentukan alur dalam sebuah
penelitiannya.
Secara umum managemen organisasi dakwah menunjuk pada
kegiatan yang bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan
positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran
dakwah adalah iman. Karena tujuannya baik maka kegiatannya juga harus
baik. Ukuran baik dan buruk adalah syariat Islam yang termaktub dalam
Al-Quran dan Hadist. Dimana terdapat proses yang menunjukan kegiatan
terus menerus, berkesinambungan, dan bertahap. Peningkatannya adalah
perubahan kualitas yang positif : dari buruk menjadi baik, atau dari baik
menjadi lebih baik. Peningkatan iman sendiri termanifestasi dalam
6
16
peningkatan pemahaman, kesadaran, dan perbuatan. Secara singkat
managemen dakwah bisa dikatakan kegiatan peningkatan iman menurut
syariat Islam.7
2. Perencanaan Dakwah
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
memegang peran sangat penting dan bahkan sangat menentukan dalam
mencapai tujuan organisasi. Perencanaan menjadi sangat penting untuk
dapat memilih langkah-langkah cerdas dan tepat agar organisasi mampu
mewujudkan hasil memadai dari operasinya. Perencanaan pada hakikatnya
adalah pemilihan saat ini terhadap kondisi masa depan yang kita
kehendaki (choosing our desired future today) beserta langkah-langkah
yang kita perlukan untuk mewujudkan kondisi-kondisi tersebut.8
Untuk mewujudkan organisasi islam yang kokoh diperlukan
adanya kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam perencanaannya. Hal ini
tercantum dalam surat ash shaff ayat 1 – 3.
Artinya: (1)Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana)(2) Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?(3) Amat besar
7
Moh. Ali Azis, 2004, Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 6.
8
17
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.9
Dijelaskan dalam ayat ini, bahwa seruan-seruan ini hanya
ditujukan untuk orang-orang beriman dan tidak untuk semua orang.
Artinya bahwa, sebagai orang beriman harus memahami dan
melaksanakan hal tersebut. Selain itu, yang diseru di sini adalah
orang-orang beriman bukan hanya satu orang-orang beriman.dan di sinilah pesan
konsep keorganisasiannya.
Kesesuaian antara konsep dan pelaksanaan artinya tidak hanya
lihai merumuskan ide yang tidak diiringi dengan amal nyata. Justru
keduanya harus berjalan dengan sinergi antara konsep dan pelaksanaan.
Organisasi itu harus mempunyai konsep cara bekerja. Bukan hanya
sekedar mempunyai kemampuan bekerja tetapi juga menguasai cara
bekerja. Penguasaan cara bekerja akan memudahkan bagaimana mencapai
tujuan berkerja.
Dalam konteks organisasi, perencanaan dapat diartikan sebagai
suatu proses menetapkan tujuan dan sasaran, menentukan pilihan-pilihan
tindakan yang akan dilakukan, dan mengkaji cara-cara terbaik untuk
mencapai tujuan masa depan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian perencanaan mengandung beberapa arti, antara lain:
a. Proses
9
18
Yaitu suatu konsep dasar yang menjelaskan bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang
telah ditentukan. Dalam hal ini, kegiatan dalam perencanaan
dilakukan menurut proses yang berlaku.
b. Penetapan tujuan dan sasaran
Yaitu kegiatan merencanakan ke arah mana organisasi itu akan
dituju. Organisasi dapat menetapkan tujuannya secara khusus ataupun
secara umum. Atau menetapkan tujuan jangka panjang maupun jangka
pendek.
c. Pemilihan tindakan
Yang berarti organisasi harus mengoptimalkan pada beberapa
tindakan yang efektif ketimbang harus menggunakan semua tindakan
yang kadang kala tidak efektif.
d. Mengkaji cara terbaik
Walaupun pilihan tindakan itu sudah dianggap baik, namun
bisa saja tetap tidak efektif kalau dilakukan dengan cara yang kurang
baik. Sebaliknya, sesuatu yang baik apabila dilakukan dengan cara
yang baik pula maka akan menghasilkan sesuatu yang efektif.
e. Tujuan
Hal ini menyangkut hasil akhir atau sasaran khusus yang
diinginkan oleh organisasi. Keinginan itu bisa dinyatakan dalam suatu
19
Dari pengertian perencanaan diatas, maka dapatlah disimpulkan
bahwa suatu perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang mencoba
untuk memaksimumkan efektivitas secara total dari organisasi sebagai
suatu sistem sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi
tersebut. Dengan demikian perencanaan paling tidak harus memiliki tiga
aspek utama, yaitu 1) menyangkut masa yang akan datang. 2) harus
menyangkut tindakan; dan 3) memiliki serangkaian tindakan pada masa
yang akan datang yang akan diambil oleh perencana.10
Pengelolaan yang baik dan terarah akan sangat mendukung
terhadap aktifitas tujuan organisasi, yaitu membentuk manusia yang
berakhlak baik dan berkualitas. Untuk membentuk pengelolaan yang baik
dan terarah maka diperlukan sebuah adanya proses manajemen organisasi
Islam yang dimanifestasikan dengan Visi,Misi, tujuan, SDM, manajemen
operasional, manajamenen pemasaran, Kepimimpinan, komunikasi,
budaya organisasi dan etika organisasi yang baik. Penerapan manajemen
organisasi merupakan hal sangat mendasar dalam pembentukan dan
perjalanan suatu organisasi yang bertujuan untuk melaksanakan dan
mengatur semua sumber-sumber yang dibutuhkan oleh manusia. Tujuan
dari manajemen organisasi adalah membimbing manusia untuk bekerja
sama secara efektif.11
3. Pengorganisasian Dakwah
10
Amirullah Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 92.
11
20
Organisasi berasal dari bahasa latin „organum’ yang dapat berarti
alat, bagian, anggota, badan. Dengan demikian organisasi adalah suatu
sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.12
Organisasi juga dapat diartikan sebagai sistem sosial dan dibentuk atas
dasar kepentingan bersama. Karena organisasi merupakan sistem sosial
konsekuensinya, aktivitas organisasi diatur oleh hukum sosial dan hukum
psikologi. Sama halnya dengan manusia yang memiliki kebutuhan
psikologis, organisasi juga memiliki peran dan status sosial.Perilaku
organisasi dipengaruhi oleh dorongan kelompok dan individu di dalam
organisasi.Terdapat dua jenis sistem sosial yang tegak berdampingan
dalam organisasi. Satu diantaranya adalah sistem sosial formal (resmi) dan
yang lain adalah sistem sosial informal. Eksistensi sistem sosial
menyiratkan bahwa lingkungan organisasi merupakan sesuatu yang
bergerak secara bersama, Adapun kepentingan bersama diungkapkan
dengan organisasi memerlukan orang-orang, dan orang-orang
membutuhkan organisasi. Organisasi memiliki tujuan manusiawi,
organisasi dibentuk dan dipertahankan atas dasar kepentingan bersama di
kalangan anggotanya. Orang-orang memandang organisasi sebagai sarana
untuk membantu mencapai tujuan mereka.
Organisasi islam merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah
ditetapkan dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan
12
21
menyelenggarakan berbagai Misi dan mengimplementasikan Nilai-nilai
yang dikembangkan yang berdasarkan asas, nilai, dan prinsip-prinsip
Islam. Asas atau dasar suatu organisasi Islam adalah Islam, yang
bersumber dari Al Quraan dan Sunnah Rasulullah shallallaahu „alaihi wa
sallam, dan ijtihad dari mayoritas ulama Islam. Setiap gerak langkah
organisasi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Tujuan dan
visi organisasi yang baik adalah yang memiliki dimensi duniawi maupun
ukhrawi. Yaitu Iman, Ilmu,Amal Dan Harus selaras dengan prinsip-prinsip
Islam. Nilai-nilai Islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya
organisasi, nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional, Kualitas, Prestasi,
perbaikan.
Untuk memperkuat organisasi islam dibutuhkan kekuatan spiritual
dimana manusia merupakan mahluk dualitas, berdiri di titik antara rasional
dan irasional, di samping perannya sebagai mahluk sosial. Untuk itu
keseimbangan antara keduanya sangat diperlukan, kalau tidak ingin terjadi
gejolak dalam diri manusia. Sebagai homo religius, maka kebutuhan
spiritualitas sesungguhnya merupakan suatu hal yang ada dalam dirinya
atau paling tidak ada naluri yang mendorong manusia untuk cenderung
mengakui adanya Zat Adikodrati (Zat Yang Maha Tinggi).13
Dalam ayat keempat surat ash shaff:
13
Hartono Djoko, 2011. Kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses, LKPI-PPMJA, Surabaya,
22
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.14
Allah SWT menyukai mukmin yang berjuang dalam sebuah
bangunan yang kokoh. Ciri dari bangunan yang kokoh adalah seluruh
komponen di dalamnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Dapat
dirinci, bahwa soliditas organisasi memiliki tiga ciri, yaitu: masing-masing
komponen didalamnya bisa menguatkan satu dengan yang lain, bersinergi
dalam bekerja serta memiliki program yang jelas, termasuk pembagian
pelaksanaan program (pembagian potensi dan pemanfaatan kemampuan).
Dalam hal ini, diperlukan adanya ketepatan di dalam penempatan orang.
Siapa yang harus jadi tiang, jendela, atap, dsb.
Untuk membuat soliditas tim dalam organisasi dibutuhkan
kekuatan spiritual didalamnya. Mengacu pada kebutuhan puncak manusia
yang sesuai ajaran islam, maka seorang muslim yang baik sudah barang
tentu tidak akan meninggalkan spiritualitas. Ajaran ini justru merupakan
jawaban akan kebutuhan manusia sebagai mahluk yang memiliki dimensi
batin dibalik unsur jasmaniah. Hal ini karena menurut Viktor Frankle,
eksistensi manusia ditandai oleh tiga faktor, yakni kerohanian
(spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility).15
14
--- 1972, Al Quran dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara penterjemah/pentafsir Al Quran, Jakarta, hlm. 928
15
Hartono Djoko, 2011. Kekuatan spiritualitas para pemimpin sukses, LKPI-PPMJA, Surabaya.
23
Untuk menguatkan kinerja yang ada dalam organisasi maka
diperlukan adanya pembentukan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan dalam organisasi tersebut.
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
atau jaringan kerja terhadap tugas-tugas, sistem pelaporan, dan
komunikasi yang menghubungkan secara bersama pekerjan individual
dan kelompok. Dimana Organisasi adalah bentuk formal dari
sekelompok manusia dengan tujuan individualnya masing-masing
(gaji, kepuasan kerja, dll) yang bekerjasama dalam suatu proses
tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Agar
tujuan organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan
harmonis maka diperlukan kerjasama dan usaha yang
sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan anggota
organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban
masing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat
masing-masing mendapatkan haknya dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi
anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus organisasi/pejabat
yang berwenang.
b. Pembagian kerja
Pengorganisasian merupakan proses penempatan orang-orang
dan sumber daya lainnya untuk melakukan tugas-tugas dalam pencapaian
24
mengkoordinasikan dalam proses manajemen. Pengorganisasian
adalah fungsi manajemen kedua dan dilakukan secara langsung dari
dasar yang telah dibuat oleh perencanaan yang baik.16
Organisasiadalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan
fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggungjawab. Karakterisitik
organisasi menurut Schein meliputi, memiliki struktur, tujuan, saling
berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk
mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya.
c. Departementalisasi
Departementalisasi adalah menggabungkan kembali dan
mengelompokkan menjadi satu pekerjaan individual17. Organisasi sendiri
mempunyai identitas yang dapat digambarkan, dianalisis, diawasi, dan
diarahkan, kepada suatu bentuk yang tepat untuk tujuan tertentu.
Administrator melihat organisasi sebagai sesuatu yang belum selesai
dan belum lengkap, yaitu sebagai alat kerja yang selalu dapat diubah.
Bila organisasi dipandang sebagai instrumen yang harus digunakan
secara efektif, maka keterbatasan dan kelebihanya harus bisa dipahami.
Teori-teori organisasi merupakan kerangka acuan yang dapat
dikomunikasikan sebagai dasar untuk menganalis dan memahami
suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana ada
sejumlah manusia saling berintraksi satu dengan yang lainya, karena
16
Amirullah Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 165.
17
25
adanya satu tujuan dan keinginanyang relatif sama. Kemudian
organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang
saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya
memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Sebagai satu kesatuan
mempunyai tujuan tertentu dan batas-batas yang jelas, sehingga dapat
dipisahkan secara tegas dari lingkunganya.
4. Kepemipinan Dakwah
Keberhasilan sebuah organisasi tidak terbatas pada kemampuan
yang dikelola, peran pemimpin sebagai pengarah dan pengendali juga
sangat menentukan. Dan untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen
dalam organisasi tentunya membutuhkan seorang peimimpin yang dapat
melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Kepemimpinan adalah suatu
faktor kemanusiaan, mengikat suatu kelompok bersama, dan memberi
motivasi untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan organisasi
sebelumnya. Tanpa kepemimpinan yang efektif (baik formal maupun
informal) individu-individu maupun kelompok cenderung tidak memiliki
arah, tidak puas, dan kurang termotivasi.18
Ketika kita membuka kembali ayat-ayat yang terukir indah dalam
surat Ash Shaff. Kita juga akan menemukan konsep kepemimpinan dalam
organisasi islam. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah
fokus utama dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan fokus
18
26
dakwah Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan
aqidah dan ruhiyah ummat Islam masa itu.Dalam surat ini, terdapat tiga
konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang
kokoh.Yaitu:
a. Ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai
kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui
bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka
tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (6).
Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini
adalah sihir yang nyata”.( 7). Dan siapakah yang lebih zalim daripada
27
agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.19
Dalam ayat 5 – 9 dijelaskan tentang tantangan yang dihadapi
oleh para nabi dan rasul. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran
bahwa perlunya untuk mengukur tantangan-tantangan yang akan
dihadapi dalam kerja-kerja organisasi. Jika kita mengetahui ukuran
tantangan itu, maka kita bisa membuat program yang bisa mengatasi
tantangan tersebut. Kegagalan dalam mengukur tantangan yang akan
dihadapi, akan mengakibatkan ketidakjelasan merumuskan tahap-tahap
pelaksanaan amal sehingga bisa terjebak dalam suatu amal yang
bersifat asal-asalan. Tantangan yang perlu diukur adalah semua
tantangan baik dari dalam maupun luar organisasi. Pada ayat 9,
dijelaskan bahwa visi kerosulan-lah yang bisa digunakan untuk
mengeliminir tantangan-tantangan tersebut.
Hal ini sesuai dengan pengambilan keputusan dalam
berorganisasi. Dimana pengambilan keputusan bisa diartikan sebagai
suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai
dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu
pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan
penilaian itu biasanya diawali dengan mengidentifikasikan masalah
utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis, dan
memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang
19
28
dianggap paling baik. Langkah terakhir dari proses itu merupakan
sistem evaluasi untuk menentukan efektivitas dari keputusan yang
diambil.
b. Konsep kesungguhan dalam bekerja dan berjuang
(10)Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(11) (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,(12)niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu)
ke tempat tinggal yang baik di dalam surga „Adn. Itulah
keberuntungan yang besar.(13) Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.20
Dijelaskandalam ayat 10-13 ini bahwa untuk membangun
sebuah organisasi yang kokoh diperlukan adanya sebuah konsep
perjuangan organisasi. Hal ini menjelaskan indahnya sebuah konsep
besungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya.Dan sebuah konsep
perjuangan itu hendaknya sebuah konsep yang mengandung motivasi
20
29
serta makna optimisme yang jauh dari konsep perjuangan yang
menakutkan, tidak realistis dan membuat komponen di dalamnya ragu
dapat melaksanakannya atau tidak.
Dengan demikian peran pemimpin dalam melakukan
pendekatan motivasi harus mampu menganalisa dan memahami
sifat-sifat kebutuhan para bawahan yang merupakan indikator bagi tingkah
lakunya, agar kita mengetahui bagaimana memotivasi mereka untuk
melakukan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu jenis-jenis
kebutuhan yang merupakan faktor penggerak tingkah laku manusia.
c. Memiliki kader yang militan
14. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ’Isa putera Maryam telah
berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama)
Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong
-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan
segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.21
21
30
Dalam ayat 14 surat ini, dijelaskan bahwa keberhasilan suatu
perjuangan dalam organisasi juga ditentukan dengan ada tidaknya
kader-kader militan di dalamnya. Militan ini terkait dengan makna
komitmen, konsistensi, keseimbangan (tawazunitas), ketaatan serta
kecintaan. Karena memang amal yang baik dari seorang kader
organisasi tidak akan bisa terwujud tanpa lima hal di atas. Dan dengan
memiliki kader yang militan, amal-amal terbaik akan dihasilkan dalam
organisasi.
Di dalam organisasi juga diperlukan adanya ruuh (semangat)
organisasi. Dan ruuh organisasi ditentukan oleh sistem yang ada dalam
organisasi, kualitas sang pemimpin, sejauh mana organisasi mempunyai
semangat kompetisi dengan yang lain serta sejauh mana memadukan
semangat dan ilmu yang dimiliki. Di dalam organisasi Islam terdapat
banyak sekali lembaga ataupun organisasi yang bertujuan untuk mengelola
dan mengatur dakwah dengan baik. Baik itu lembaga ekonomi, lembaga
politik, lembaga pendidikan, maupun organisasi masyrakat dan lembaga
sosial.
Gaya kepemimpinan juga diartikan sebagai perilaku atau cara yang
dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran,
perasaan, sikap dan perilaku para bawahannya. Gaya kepemimpinan dapat
diartikan sebagai perilaku pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya
artinya kemampuan pemimpin untuk mengatakan sesuatu hal dengan
31
kepemimpinan tertentu. Istilah gaya atau style sama dengan cara yang
dipergunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi para
bawahannya22.
Dari sisi lain Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa perilaku
atau gaya kepemimpinan yang paling efektif berbeda-beda, sesuai dengan
kematangan bawahan. Kematangan atau kedewasaan bukan dalam arti usia
atau stabilitas emosional, melainkan keinginan untuk berprestasi.
Kesadaran untuk bertanggung jawab dan kemampuan serta pengalaman
yang berhubungan dengan tugas.
Teori kepemimpinan dengan pendekatan situasional, yaitu suatu
pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilaku, sifat-sifat bawahan dan situasi dalam menggunakan
suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan kepemimpinan
inimensyaratkan pemimpin harus memiliki keterampilan diagnostik dalam
perilaku manusia. seperti teori yang diungkapkan oleh Hessey dan
Blanchard dengan menggunakan 4 (empat) gaya kepemimpinan,
diantaranya adalah:
a. Direktif dapat disebut Telling (Intruksi)
Ditandai dengan tinggi tugas dan rendah hubungan,
komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peranan bawahan dan
menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana dan bagaimana
suatu tugas harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan
22
Miftah Thoha, 1995. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal.
32
keputusan semata-mata menjadi tanggung jawab pemimpin, yang
kemudian disampaikan kepada bawahan.
b. Konsultatif dapat disebut Selling (Konsultasi)
Ditandai dengan tinggi tugas dan tinggi hubungan, pemimpin
melakukan komunikasi dua arah dan memberikan motivasi terhadap
bawahan. pemimpin mau mendenganrkan keluhan dan perasaan
bawahan mengenai keputusan yang akan diambil.
c. Partisipatif dapat disebut Participating (Partisipasi)
Ditandai dengan tinggi hubungan dan rendah tugas,
komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin
mendengarkan secara intensif terhadap bawahan. Kontrol atas
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan
bawahan dalam keadaan seimbang. Pemimpin beranggapan bahwa
bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk
menyelesaikan tugas
d. Delegatif dapat disebut Delegating (Delegasi)
Ditandai dengan rendah hubungan dan rendah tugas, adanya
wewenang yang diberikan kepada bawahan untuk menyelesaikan
tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri. Sebab mereka
dianggap telah memiliki kecakapan dan kepercayaan dan memiliki
tanggung jawab untuk mengelola dirinya sendiri.
Keempat variabel diatas merupakan acuan pokok yang digunakan
33
Majelis Taklim merupakan kegiatan organisasi yang pada dasarnya
membutuhkan perencanaan, pengorganisasian dan gaya kepemimpinan
yang baik agar manajemen yang dilakukan bisa berjalan dengan baik
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatandan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan paradigma penelitian kualitatif yang berarti
pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta
yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan.1 Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran secara mendalam dari fokus penelitian yang
telah dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari observasi,
dokumentasi dan wawancara mendalam dengan informan penelitian.
Dalampenelitian ini, penulis ingin mengetahui lebih rinci data
dilapangan dengan terjun secara langsung dan mendalam agar fakta yang
diperoleh bisa semakin banyak dan akurat serta memaparkan secara baik
dan apa adanya mengenai “Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di
Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik”.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
menggunakan study deskriptif. Penelitian deskriptif yang mendiskripsikan
keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta dan data
yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian kualitatif adalah sebagai
1
34
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilakunya dapat diamati.2
Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk :
1) Mengumpulkan Informasi secara detail.
2) Mengindentifikasi masalah yang ada.
3) Membuat perbandingan atau evaluasi.
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang Analisis
Manajemen Dakwah Pada Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul
Mubin Balongpanggang Gresik.
B.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Gresik, tepatnya di Pondok Pesantren
Nurul Mubin Balongpanggang Gresik, berlokasi di Jl. Kauman Desa
Balongpanggang Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik. Lokasi ini
dipilih dengan alasan bahwa Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin
Balongpanggang Gresik juga merupakan lembaga dakwah yang juga
diindikasikan berpotensi memiliki masalah dengan sistem manajemen
dakwahnya.
C.Jenis dan SumberData
Dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Prof. Dr. Lexy
J. Moleong, M. A., jenis data dalam penelitian kualitatif terdiri dibagi ke dalam
2
35
kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Dalam
penerepannya peneliti hanya menggunakan jenis data kata-kata dan tindakan,
sumber data tertulis, dan foto yang kemudian lebih peneliti kerucutkan menjadi
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber
asli atau pertama.3Data yang diperoleh secara langsung dari responden atau
obyek yang akan diteliti melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan
fokus penelitian yang penulis teliti. Dalam penelitian ini yang menjadi key
informan adalah pengasuh Pondok Pesantren Nurul Mubin serta beberapa
pengurus jamaah Majelis Taklim.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan.4 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
bisa menggunakan dokumentasi maupun informasi lain yang berkaitan
dengan jalannya penelitian ini.
D.Tahap-TahapPenelitian
Peneliti harus menyusun tahap-tahap penelitian terlebih dahulu, agar
penelitian yang dihasilkan sistematis dan terstruktur. Tahap-tahap penelitian
yang akan dilakukan antara lain:
3
Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,
hlm. 123. 4
36
1. Tahap Pra Lapangan
a. Menyusun proposal penelitian, peneliti terlebih dahulu menyusun
rancangan penelitian atau disebut proposal penelitian. Proposal ini
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian,
kerangka teori, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
b. Mengurus surat izin, mengajukan perizinan yang diperoleh dari fakultas
untuk melakukan penelitian, kemudian digunakan kepada pengasuh
Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang.
c. Menjajaki dan menilai lapangan, dilakukan untuk mengetahui
gambaran umum tentang keadaan geografis, demografis,
kebiasaan-kebiasaan dari pegawai.
d. Menyiapkan perlengkapan penelitian, hal ini semua perlengkapan, baik
perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis, terutama dalam
interview dengan informan seperti pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada informan, dan peralatan tulis atau alat recorder.
e. Etika penelitian, dalam melakukan penelitian dilapangan, etika adalah
hal yang sangat penting. Dengan beretika dan memahami peraturan
yang ada dilapangan, maka akan semakin memudahkan peneliti
mendapatkan informasi dan data yang ada dilapangan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap ini, peneliti memasuki lapangan penelitian, yaitu
37
melakukan proses penelitian dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian dengan melakukan pengumpulan data yang merupakan
kelengkapan atau pengembangan metode untuk mendapatkan data primer
melalui proses observasi, wawancara dan dokumentasi, disamping itu
peneliti juga mencari data di situs internet maupun di buku kepustakaan
ilmiah untuk melengkapi data sekunder yang sudah peneliti jalankan pada
tahap sebelumnya.
3. Tahap Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.5Peneliti berusaha merangkai serta menarik
benang merah yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan melakukan
crosscheck terhadap semua data yang peneliti dapatkan dari lapangan
dengan teori-teori yang berkaitan agar bisa mendeskipsikan hasil
penelitian yang sesuai dengan keilmuan manajemen dakwah.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahapini merupakan tahap akhir dalam melakukan penelitian.
Setelah data-data terkumpul, peneliti tinggal menyusun laporan yang
5
38
sistematis. Dalam tahap ini, peneliti mempunyai peran dan pengaruh yang
sangat besar terhadap hasil penelitian. Di karenakan penulisan laporan
yang sesuai prosedur penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas dari
hasil penelitian yang baik pula.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standard yang di tetapkan. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi (Pengamatan)
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dalam
observasi ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung pada
Majelis Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang
Gresik.
2. Interview(Wawancara)
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.6 Peneliti melakukanwawancara dengan
6
Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,,
39
Pengasuh Pondok, Ketua dan Bendahara Majelis Taklim Nurul
Mubindengan maksud untuk melengkapidata yang diperoleh melalui
observasi. Data ini berupa : Analisa Manajemen Dakwah Pada Majelis
Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi
sebagai saranauntuk mendapatkan data tentang: profil dan kegiatan Majelis
Taklim di Pondok Pesantren Nurul Mubin Balongpanggang Gresik yang
didapatkan dari dokumen profil dan data Majelis Taklim Nurul Mubin,
sekaligus dokumentasi foto saat kegiatan berlangsung.
F. Teknik Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa
kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal,
40
seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar
belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang
yang berbeda meneliti objek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan
semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda
dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. Dalam
objek yang sama peneliti dengan latar belakang pendidikan akan menemukan
data yang berbeda dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen,
Antropologi, Sosiologi, Kedokteran, Teknik dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Triangulasi Teknik.
Dimana Triangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuisioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas
data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya
benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.7
G.Teknik Analisa Data
Proses analisa data ini dimulai dengan seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi yang pernah
ditulis dalam catatan lapangan, yang selanjutnya diklarifikasi sesuai dengan
deskripsi kualitatif yang menggambarkan kondisi latar penelitian yang
7
Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,,
41
diperoleh dari lapangan, hukum yang dibangun. Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, sehingga dapat mudah
difahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Dalam penelitian ini peneliti meneliti membagi teknik analisis data
dalam dua proses, antara lain :
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan.8
2. Analisis Selama di Lapangan Model Miles and Huberman
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu :
8
Jonathan Sarwono,2006,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta,,
42
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka lengkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and
Huberman (1984) menyatakan “the most frequent form of display data
for qualitative research data in the past has been narrative tex”, yang
peling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
c. Conclusing Drawing / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles
and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data yang berikutnya. Tetapi apabila
43
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Pondok Pesantren Nurul Mubin
Pesantren Nurul Mubin berdiri pada tahun 2001 di Kecamatan
Balongpanggang, yang berada kurang lebih 42km dari Kabupaten Gresik.
Pendirinya KH. Ainur Rofiq, sekaligus sebagai pengasuh Pesantren hingga
sekarang. Pada tahun 2003 jumlah santri telah mencapai angka 50 orang,
20 orang santri putra dan 30 orang santri putri. Terdiri dari 15 orang santri
mukim dan 35 orang santri tidak menetap yang kebanyakan berasal dari
penduduk sekitar Pesantren.1
2. Majelis Taklim Nurul Mubin
Majelis Taklim Nurul Mubin adalah organisasi masyarakat yang
bergerak dibidang keagamaan, terutama berkegiatan pada pengajian agama
islam yang bertujuan untuk memperdalam ilmu rohani bagi setiap
jamaahnya. Selain itu dalam majelis yang beralamat di Jl. Kauman desa
Balongpanggang Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik ini juga
ada kegiatan yang dilakukan oleh jamaah untuk memberikan layanan
keilmuan kepada masyarakat sekitar mengenai agama islam.
Dilatar belakangi adanya Pon-Pes (Pondok Pesantren) Nurul
Mubin yang sudah berdiri sejak tahun 2001. Maka banyak masyarakat
1