HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SDN 2 DAN SDN 3
BERKOH PURWOKERTO
Tririni Budi Setyaningsih, Hilma Paramita, Anton Budi Darmawan, Ferra Nurul Hidayani1
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman E-mail: hanashi_f28@yahoo.com
ABSTRACT
Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) is characterized by a pattern of diminished sustained attention (inattention), hyperactivity and higher levels of impulsivity in a child or adolescent than expected for someone of that age and developmental level. A child with ADHD usually gets a difficulty in learning process that cause the decreasing of achievement at school. The objective of this study was to know the correlation between ADHD with the achievement among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto. The method of this study was analytic observational with cross-sectional design studies and sampling techniques were purposive sampling and simple random sampling in 43 students; 19 students that had high risk of ADHD and 24 students without ADHD. Univariate analysis used table of frequency and bivariate analysis used chi square. Proportion of ADHD was 44,2%. There was a correlation between ADHD with the achievement (p=0,004; r=0,450). This result showed that there was a statistically significant correlation between ADHD with the achievement among students of SDN 2 and SDN 3 Berkoh Purwokerto.
Key words: ADHD, achievement
PENDAHULUAN
5-14 tahun 104 orang, pada usia diatas 15 tahun 140 per 1000. Prevalensi diatas 100 per 1000 anggota rumah tangga dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian (priority public health problem).1
Gangguan jiwa tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga dapat dialami oleh remaja dan anak-anak. Salah satu gangguan jiwa yang sering dialami remaja dan anak-anak, terutama anak-anak, adalah Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). GPPH adalah gangguan penyesuaian diri perkembangan perhatian (inatensi), aktivitas berlebih (hiperaktivitas) dan kontrol perilaku kurang (impulsif).2
Penelitian di sekolah dasar di Kabupaten Sleman Yogyakarta pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi GPPH 9,5%. Setiap kelas sekolah dasar diperkirakan 2-3 anak dengan GPPH atau 1-2 di antara 10 anak sekolah dasar mengalami GPPH. Prevalensi GPPH pada anak sekolah dasar di DKI Jakarta adalah 26,2%, pada rentang usia 6-13 tahun.3,4
Anak dengan GPPH seringkali menunjukkan masalah dalam berbagai tugas yang memerlukan konsentrasi yang optimal dan akurasi serta aturan-aturan tertentu. Hal ini tentunya juga akan berkaitan dengan sikap motivasi yang rendah serta masalah dalam sistem
regulasi diri. Anak dengan GPPH sering mengalami kesulitan dalam berbagai aspek kehidupannya yang salah satunya adalah kesulitan belajar yang akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Akibat dari semua ini tentunya akan menurunkan kualitas hidup anak baik saat ini
maupun di kemudian hari.4
METODE PENELITIAN
menggunakan alat bantu. Subjek penelitian berjumlah 43 anak serta dipilih dengan cara purposive sampling dan simple random sampling.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah GPPH. Variabel tergantung adalah prestasi belajar. Pengumpulan data karakteristik subjek penelitian dilakukan sebagai data pendukung melalui pengisian kuesioner dan pemeriksaan oleh peneliti. Karakteristik subjek penelitian meliputi kelas, usia, jenis kelamin, status gizi, fungsi pendengaran, fungsi penglihatan dan anemia.Sedangkan untuk data primer adalah pengisian kuesioner Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI) untuk menilai GPPH. Data prestasi belajar didapat dari data sekunder raport kelas.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang terdapat dalam hipotesis penelitian. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, terdapat nilai expected yang kurang dari lima, maka uji yang dipakai adalah uji alternatifnya, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Kekuatan hubungan dinilai dengan uji koefisien kontingensi.
HASIL
Penelitian tentang hubungan antara GPPH dengan prestasi belajar siswa SDN 2 dan SDN
3 Berkoh Purwokerto, terwakili dalam 43 sampel yang terbagi atas 2 kelompok berdasarkan risiko GPPH, yaitu 19 anak merupakan kelompok yang berisiko tinggi GPPH dan 24 anak merupakan anak tidak GPPH.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel Penelitian Frekuensi %
10
Pengisian kuesioner dilakukan oleh orang tua atau wali murid dan guru, 19 di antaranya berisiko tinggi untuk menderita GPPH. Hasil penelitian menunjukkan proporsi GPPH di SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto adalah 44,2%. Subjek penelitian laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu 8,8:1. Dari 19 responden yang berisiko tinggi GPPH, 4 orang (21,1%) di antaranya pernah tinggal kelas.
Tabel 2. Hubungan antara GPPH dengan Prestasi Belajar
Hasil yang diperoleh dari analisis bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara GPPH dengan prestasi belajar dengan kekuatan sedang (p=0,004; r=0,450).
PEMBAHASAN
Proporsi GPPH pada penelitian ini adalah sebesar 44,2%. Angka ini lebih tinggi dari pada penelitian yang dilakukan oleh Polanczyk, dkk yaitu 5,29%, berdasarkan data dari Januari 1978 sampai Desember 2005 di berbagai negara.5 Penelitian yang dilakukan oleh Saputro menunjukkan prevalensi anak GPPH di DKI Jakarta sebesar 26,2%.3 Angka proporsi GPPH pada penelitian ini menjadi lebih besar dapat dikarenakan jumlah sampel yang jauh lebih sedikit dibanding dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Angka proporsi yang lebih tinggi juga dapat disebabkan oleh metode pengambilan sampling yang digunakan yaitu non-probability sampling, purposive sampling. Rasio perbandingan anak laki-laki dan perempuan pada penelitian ini adalah 8,8:1. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan rentang rasio antara anak laki-laki dan perempuan GPPH adalah 2:1 sampai 9:1.2,5 Penelitian oleh Michanie dkk. dan Galéra dkk. menunjukkan bahwa salah satu masalah edukasional yang dapat
ditimbulkan oleh gejala-gejala GPPH adalah tinggal kelas.7,8
Pada penelitian ini didapat nilai p = 0,004 yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara GPPH dan prestasi belajar. Hasil serupa juga didapat pada penelitian oleh
Hayati tentang hubungan GPPH dengan prestasi belajar anak-anak TK ABA XV Banjarmasin dengan nilai p = 0,000. Prestasi belajar dinilai berdasarkan raport harian yang dinilai guru setiap hari selama satu semester.9
Anak-anak dengan GPPH sulit dalam pelajaran yang membutuhkan konsentrasi, memori dan akurasi yang akan mempengaruhi prestasi belajar mereka, terutama pada kemampuan matematika dan membaca.6,10,11Penelitian oleh Scheffler dkk. didapat bahwa anak-anak dengan GPPH yang diberikan pengobatan memiliki skor matematika 2,9 kali lebih tinggi dari pada anak-anak yang tidak diobati (p = 0,04). Anak-anak yang diberi pengobatan lebih atau sama dengan dua kali memiliki skor membaca rata-rata 5,4 kali lebih tinggi dari pada kelompok anak-anak yang tidak diobati (p < 0,01).12
dopamin mengalami gangguan. Pompa tersebut bekerja terlalu cepat sehingga ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di daerah limbik dan lobus prefrontal meningkat. Perubahan secara genetik jalur katekolamin dapat memblok reseptor alfa 2 noradrenalin dengan memproduksi yohimbin juga menimbulkan gejala-gejala GPPH, seperti hiperaktivitas, impulsivitas dan kemampuan memori yang lemah.13,14
Selain gangguan neurobiologi, pada anak dengan GPPH terdapat pengecilan lobus prefrontal kanan pada bagian korteks, nukleus kaudatus kanan, globus palidus kanan serta vermis. Lobus prefrontal dikenal sebagai bagian otak yang terlibat dalam proses editing perilaku dan emosi, mengurangi distraktibilitas, membantu kesadaran diri dan waktu seseorang. Hasil imaging pada pasien dengan GPPH didapat bahwa bagian korteks lobus prefrontal kanan kurang aktif dan memiliki koneksi yang lemah dengan bagian otak yang lain. Nukleus kaudatus dan globus palidus berperan dalam menghambat respons otomatis yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi rangsangan tersebut tetap optimal. Fungsi serebelum adalah mengatur keseimbangan.14,15
Anak dengan GPPH juga mengalami perkembangan intelektual yang lebih lambat
dibandingkan dengan anak normal dan saudaranya, tingkat intelegensinya (IQ) 7-15 poin di
bawah anak normal. Meskipun memiliki tingkat intelegensi normal, tetapi kemampuan
adaptasi anak itu berada di bawah kemampuan anak normal.3,8
Prestasi akademik yang di bawah rata-rata atau buruk sering menimbulkan konflik dengan
orang tua atau guru di sekolah. Anak dengan gangguan ini tidak dapat menyelesaikan tugas
dengan baik sehingga sering dianggap sebagai anak yang membangkang, anak malas atau
anak yang tidak bertanggung jawab. Kondisi ini menyebabkan respon keluarga atau
lingkungan terhadap anak ini cenderung bersikap memusuhi atau tidak menyukai.3 Hal seperti
ini dapat menyebabkan lingkaran setan antara GPPH dengan prestasi belajar yang rendah pada
anak dengan GPPH.
maupun disingkirkan dalam penelitian ini. Hal yang berhubungan dengan prestasi belajar berupa kecerdasan, bakat dan lingkungan belum diteliti.
KESIMPULAN
Proporsi GPPH di SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto adalah 44,2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) dengan prestasi belajar siswa SDN 2 dan SDN 3 Berkoh Purwokerto dengan kekuatan sedang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat, D. 2007. Pelayanan Kesehatan Jiwa Integratif. Makalah disampaikan dalam
Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka Menyambut Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia. Jakarta.
2. Sadock, B. J. dan Sadock V. A. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, USA. Hal. 1207.
3. Saputro, D. 2009. ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). Sagung Seto,
Jakarta. Hh. 153.
4. Wiguna, T. 2007. Gejala, Latar Belakang Permasalahan dan Kebutuhan Anak dengan
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) dan Gangguan Spektrum
Autistik. Makalah Disampaikan dalam Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka
Menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Jakarta.
5. Polanczyk, G., de Lima M. S., Horta B. L.,Biederman J. dan Rohde L. A. 2007. The Worldwide Prevalence of ADHD: A Systematic Review and Metaregression Analysis. American Journal of Psychiatry, 164, 942-948.
6. Siqueira, C. M. dan Gurge-Giannetti J. 2011. Poor School Performance: an Updated Review. Revista da Associação Médica Brasileira, 57 (1), 76-86.
8. Galéra, C., Melchior M., Chastang J., Bouvard M., dan Fombonne E. 2009. Childhood
and Adolescent Hyperactivity-inattention Symptoms and Academic Achievement 8 Years
Later: The GAZEL Youth Study. Psychological Medicine, 11 (39), 1895-1906.
9. Hayati, I. N. 2009. Hubungan antara Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) dengan Prestasi Belajar di TK ABA XV Banjarmasin Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
10. Loe, I. M. dan Feldman, H. M. 2007. Academic and Educational Outcomes of Children
with ADHD. Journal of Pediatric Psychology, 32 (6), 643-654.
11. Alloway, T. P., Gathercole S. E. dan Elliott J. 2010. Examining The Link between Working Memory Behaviour and Academic Attainment in Children with ADHD. Developmental Medicine & Child Neurology, 52, 632-636.
12. Scheffler, R. M., Brown T. T., Fulton B. D., Hinshaw S. P., Levine P. dan Stone S. 2009.
Positive Association between Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder Medication Use
and Academic. Pediatrics, 123, 1273-1279.
13. Arnsten A. F. 2006. Fundamentals of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder: Circuits and Pathways. Journal of Clinical Psychiatry, 67 (8), 7-12.
14. Arnsten A. F.. 2009. Toward A New Understanding of Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Pathophysiology: An Important Role for Prefrontal Cortex Dysfunction. . Central Nervous System Drugs, 23 (1), 33-41.