• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah pertentangan, percekcokan, atau perselisihan. Wujud konflik dibagi dalam dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah pertentangan, percekcokan, atau perselisihan. Wujud konflik dibagi dalam dua"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian tentang konflik dalam naskah drama Bapak karya Bambang Soelarto melalui pendekatan psikologi sastra. Konflik adalah pertentangan, percekcokan, atau perselisihan. Wujud konflik dibagi dalam dua kategori, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal maupun konflik eksternal dapat terjadi karena beberapa hal antara lain adanya ketegangan yang diekspresikan, adanya tujuan yang berbeda, adanya saling ketergantungan (Chandra, 1992:30). Dampak dari konflik yang dirasakan pada seseorang menyebabkan kecemasan yang bersifat emosional atau frustasi emosional. Kecemasan yang diakibatkan dari konflik yang terjadi, merupakan mekanisme kerja dari mekanisme psikologi pada individu yang meliputi Id, Ego, dan Superego.

Berdasarkan hal-hal di atas dapat diketahui sejauh mana konflik yang terjadi, apa yang menyebabkan konflik tersebut dan bagaimana dampak adanya konflik yang muncul dalam naskah drama Bapak. Ketiga permasalahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

4.1.1 Wujud konflik dalam naskah drama Bapak

Wujud konflik dalam naskah drama dibagi dalam dua kategori yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya. Dengan demikian dapat dikatakan

(2)

bahwa konflik eksternal mencakup dua kategori konflik yaitu konflik antar manusia sosial dan konflik antar manusia dan alam. Konflik internal adalah konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini biasanya dialami oleh manusia dengan dirinya sendiri. Jenis konflik yang masuk dalam konflik internal yaitu konflik dalam diri seorang tokoh. Kedua konflik tersebut muncul dalam dialog dan monolog yang dipaparkan oleh tokoh yang terdapat dalam naskah drama ini. Dalam naskah drama ini akan dianalisis bagaimanakan konflik yang ada dalam naskah drama Bapak karya Bambang Soelarto.

4.1.1.1 Konflik Eksternal dalam naskah drama Bapak

Konflik eksteral yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama Bapak ini berawal dari pertentangan yang dialami oleh :

a. Bapak dengan anak sulung

Dalam naskah drama bapak ini terjadi beberapa perdebatan yang terjadi antara bapak dan sulung.

a) Perdebatan pertama

Anak sulung kembali ke kampung halamannya dengan membawa sebuah usul yang sangat mengangetkan si Bapak. Si anak datang ke kampung halamannya bermaksud untuk mengajak bapak dan adiknya untuk pergi merantau di negeri sebrang tetapi bapaknya menolak usul anaknya. Perdebatan yang terjadi antara bapak dan anak, dapat kita lihat dalam penggalan dialog berikut.

(3)

Sulung : Pertanda akan hilang keamanan, berganti huru-hara keonaran. Dan, mumpung masih keburu waktu, bagaimana dengan keputusan bapak atas usulku itu?

Bapak : Menyesal sekali, Nak…

Sulung : Bapak menjawab dengan penolakan, bukan? Bapak : Ya.

Dari dialog antara bapak dan sulung di atas, terjadi perdebatan antara keduanya. Pada dialog tersebut anak sulung kembali bertanya pada bapaknya tentang usul yang diajukannya : “mumpung masih keburu waktu, bagaimana dengan keputusan bapak atas usulku itu?”. Sikap yang ditunjukkan sulung merupakan energi dari Id. Sulung ingin membawa bapak dan adiknya untuk pergi dari kampung halamannya karena menurut sulung di negeri yang dia tempati sekarang merupakan tempat yang nyaman, tidak seperti tempat yang bapak dan adiknya tempati sekarang. Mereka disana dapat merasakan hidup yang nyaman dan merdeka, tidak merasa jadi budak belian ataupun tawanan perang. Tetapi bapak menolak usul yang diberikan sulung “Menyesal sekali, Nak…” dari pernyataan bapak itu kita bisa melihat bahwa dalam diri bapak terdapat energi Ego yaitu dengan mengambil keputusan untuk tetap bertahan di kampung halamannya walaupun sudah dalam keadaan yang tidak nyaman. Dengan pernyataan bapak dengan menolak, sulung yakin jika bapaknya menolak usulannya “Bapak menjawab dengan penolakan, bukan?” dengan mantap bapak berkata kalau dia yakin dengan pilihannya untuk tetap tinggal. Dari perkataan sulung tersebut, dapat dilihat dalam diri sulung terdapat mekanisme Id yang sangat kuat.

(4)

b). Pertentangan kedua antara bapak dan sulung

Pada perdebatan selanjutnya, bapak meminta agar anaknya segera sadar dengan apa yang diucapkannya. Perdebatan anatara bapak dan sulung dapat kita lihat dalam penggalan dialog berikut.

Sulung : Sudah kutanyakan tadi, bahwa antara kita ada perbedaan kutub, perbedaan dalam merumuskan tafsir makna. Kita menempuh jalan yang berbeda. Bapak memilih jalan pembangkang, aku sebaliknya. Konsekuensinya memang berat amat.Satu tragedi. Dan menurut tanggapanku, tragedi yang terjadi dan bakal terjadi di sini menjadi tanggung jawab kaum ekstrimis, dari pihak yang seyakin-yakinnya dengan Bapak.

Bapak : Sayang sekali Nak, kita tegak pada dua kutub yang bertentangan secara asasi. Tapi adalah keliru bila kau menimpakan kesalahan dan tanggung jawab segala duka cita pada pihak kami, nak. Kami cinta damai, tapi adalah pasti, lebih memberati kemerdekaan! Dan bila pihak kalian membenarkan tindak paksa, tindak kekerasan dalam menindas gerak perjuangan kemerdekaan, maka pihak kami pun membenarkan tindak pembangkangan senjata. Bagaimanapun juga, kedudukan kami adalah bertahan diri.

Sulung : Begitu pendapat Bapak? Memang Bapak ada hak penuh untuk berpendapat demikian itu.

Bapak : Nak, keyakinanmu salah. Sadarlah!!

Sulung : Salah bagi Bapak, benar bagiku. Dan aku sadar benar akan itu. Dan dengan penuh kesadaran pula, aku bersedia menanggung segala resikonya.

Dari penggalan dialog yang terjadi antara bapak dan sulung, dapat bahwa dalam diri sulung masih memiliki energi Id dan pada diri bapak memiliki sikap

(5)

Superego. Dimana bapak meminta agar anaknya segera sadar dengan apa yang dia lakukan. Bapak mengingatkan pada anaknya tapi anaknya masih tetap teguh dengan pendiriannya.

b. Bapak dengan anak bungsu

Konflik eksternal yang dialami bapak bukan hanya perdebatannya dengan anak sulung. Bapak juga mengalami perdebatan dengan anak bungsunya. Bungsu menanyakan apa yang terjadi antara bapak dan abangnya. Kenapa seorang bapak yang dia banggakan tega membunuh anaknya sendiri. Konflik eksternal antara bapak dengan anak bungsu dapat dilihat dari penggalan dialog berikut ini.

Bungsu : Bapak, apa yang terjadi!

Bapak : Aku….aku telah menembak mati abangmu, anak kandungku pribadi.

Bungsu : Tapi..tapi bagaimana mungkin Bapak bertindak begitu.

Bapak : Bagaimanapun juga, aku telah melakukannya dengan penuh kesadaran

Bungsu : Apa…. apa dosa abangku seorang!!

Bungsu : Bapak, jawablah tanyaku tadi. Katakanlah apa dosa, apa salah abang!

Dari penggalan dialog di atas dapat dilihat gambaran perdebatan antara bapak dengan anak bungsu yang berbentuk konflik eksternal. Pada dialog di atas jelas menggambarkan bahwa bungsu bertanya apa yang terjadi antara bapak dan abangnya “Bapak, apa yang terjadi!”.

(6)

Dari kalimat di atas terlihat jelas bahwa bungsu memastikan apa yang terjadi antara bapak dengan abangnya. Kemudian bapak mengatakan “Aku….aku telah menembak mati abangmu, anak kandungku sendiri”. Bungsu masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh bapaknya. Bungsu tidak habis pikir kenapa bapaknya bertindak seperti itu. Orang yang begitu dia sayang kenapa melakukan itu terhadap anaknya sendiri. Bungsu menanyakan kembali apa yang terjadi pada abangnya “Tapi..tapi bagaimana mungkin Bapak bertindak begitu!!” tetapi bapak hanya menjawab dengan “Bagaimanapun juga, aku telah melakukannya dengan penuh kesadaran” bungsu marah kepada bapaknya kenapa tega melakukan itu terhadap anaknya sendiri. Dari dialog di atas dalam diri bapak terdapat mekanisme superego di mana bapak harus memilih untuk membunuh anaknya yang pengkhianat atau membela tanah airnya.

4.1.1.2 Konflik Internal dalam naskah drama Bapak

Konflik internal tersebut diawali ketika anak sulung datang ke kampung halamannya dengan membawa sebuah usul yang sangat mengagetkan si bapak. Bapak tidak setuju dengan usul sulung untuk pindah ke negeri sebrang. Keduanya saling berdebat hingga akhirnya sulung pergi ke kamarnya dan meninggalkan bapaknya sendiri. Pada saat itu bapak mendengar sesuatu dari dalam kamar sulung. Bapak mendengar suara isyarat pesawat pemancar isyarat. Bapak tersentak keheranan. Dan dengan penuh curiga bapak melangkah kedalam kamar sulung. Dari situlah bapak mengetahui ternyata anak yang dia sayangi selama ini adalah seorang

(7)

pengkhianat. Dari sinilah konflik internal terjadi pada tokoh bapak. Konflik itu dapat dilihat dari penggalan dialog berikut.

Bapak : (Dia anak kandungku, pengkhianat! Lihat-lihat! Dia dalam seragam tentara kolonial dengan pangkat Letnan! Lengkap dengan bintang-bintang jasa khianatnya menghiasi dada)

Dari penggalan monolog di atas, jelas terlihat konflik yang dialami oleh bapak yang merupakan tokoh utama dalam naskah drama Bapak. Bapak mengalami konflik internal atau konflik batin yang sangat mendalam. Ia tidak menerima kenyataan pahit bahwa anak yang sangat ia sayangi ternyata seorang pengkhianat. Berulang kali bapak menggumam kata-kata pengkhianat. Dengan menahan amarah campur kepedihan hati, bapak melihat potret sulung dengan berucap “Lihat-lihat! Dia dalam seragam tentara kolonial dengan pangkat Letnan! Lengkap dengan bintang-bintang jasa khianatnya menghiasi dada”.

Konflik yang dirasakan bapak tersebut dipengaruhi aspek psikologis. Aspek tersebut merupakan Id yang ada dalam diri bapak sehingga membentuk energi psikis yang meningkat karena adanya rangsangan dari dalam dirinya. Rangsangan tersebut menimbulkan ketegangan dan membuat rasa tidak nyaman, namun fungsi dari Id sendiri tidak dapat mereduksikanya untuk meghilangkan perasaan tidak enak tersebut. Ketegangan dan emosi pun tidak dapat dikendalikan sehingga timbul berbagai cara untuk menghentikan tegangan-tegangan tersebut. Cara yang dilakukan bapak untuk menghentikan keteganggan tersebut adalah dengan membunuh anaknya yang merupakan seorang pengkhianat.

(8)

4.1.2 Penyebab konflik dalam naskah drama Bapak

Dalam naskah drama bapak terjadi berbagai macam konflik, baik itu dari konflik eksternal maupun konflik internal. Indikator adanya kehadiran konflik tersebut disebabkan karena adanya beberapa unsur yaitu adanya ketegangan yang diekspresikan, adanya tujuan atau pemenuhan kebutuhan yang dilihat berbeda, dan adanya saling ketergantungan (Chandra, 1992:30). Sesuai dengan teori tersebut,maka dapat dilihat bahwa penyebab konflik dalam naskah drama Bapak adalah sebagai berikut.

1. Adanya ketegangan yang diekspresikan

a. Ketegangan terjadi ketika bungsu dan perwira mendengar suara tembakan dari dalam rumah. Hal ini dapat dilihat dari dialog berikut.

Bungsu : kau dengar mas? Perwira : Tembakan pistol! Bungsu : Dari dalam rumah…

Perwira : Pasti ada sesuatu yang tidak beres, di dalam sana

Dari penggalan dialog di atas, digambarkan adanya ketegangan yang diekspresikan oleh bungsu dan perwira. Mereka kaget dengan apa yang terjadi di dalam rumah.

b. Bapak melihat buku harian mendiang anaknya dan catatan terakhirnya bahwa “pada tanggal 19 januari jam 12.00 cukup diterjunkan satu kompi pasukan payung untuk mendobrak pertahanan TNI”. Bapak baru menyadari bahwa hari itu tanggal 19 januari. Tiba-tiba terdengar deru pesawat-pesawat terbang. Mereka sama tersentak. Bapak segera menyuruh anaknya untuk

(9)

pergi bersama bakal suaminya. Hal ini dapat dilihat dalam penggalan dialog berikut.

Bapak : Mereka datang. Cepatlah bertindak! Dan kau anakku, ikutlah bersama bakal suamimu

Bungsu : Bapak juga

Bapak : Tidak! Aku tidak akan pergi. Aku akan tetap akan tetap di sini Dari penggalan dialog di atas digambarkan ketegangan yang terjadi antara bapak, bungsu dan suaminya ketika penjajah telah datang untuk menghancurkan kota mereka.

2. Adanya tujuan yang dilihat berbeda

Keinginan Sulung untuk mengajak bapak dan adiknya pindah kenegeri sebrang ternyata ditolak oleh bapaknya dan dengan pindah kenegeri sebrang, mereka akan menjalani hidup yang merdeka. Hal ini dapat dilihat dalam dialog berikut.

Bapak : Menyesal sekali, Nak…

Sulung : Bapak menjawab dengan penolakan, bukan? Bapak : Ya.

Sulung : Bapak yang baik. Bertahun sudah aku hidup di daerah pendudukan sana bersama beribu bangsa awak tercinta. Dan aku seperti mereka, tidak pernah merasa menjadi budak belian ataupun tawanan perang. Ketahuilah ya, Bapak, di sana kami hidup merdeka.

Dari sikap yang ditunjukkan oleh sulung di atas, terlihat bagaimana tujuan sulung untuk mengajak bapak dan adiknya untuk pindah ke negeri sebrang dengan harapan agar bapak dan adiknya mau mengikutinya, tapi ternyata apa yang diharapkannya berbeda seperti yang diinginkannya

(10)

3. Adanya saling ketergantungan

Tindakan bungsu untuk tetap bertahan bersama ayahnya walaupun kehancuran sudah terjadi tetapi ayahnya melarangnya untuk bertahan. Bapak menyuruh bungsu untuk ikut dengan bakal suaminya. Hal ini dapat dilihat dari penggalan dialog berikut.

Bungsu : Tidak! Bapak musti ikut kami

Dari dialog diatas, menggambarkan bahwa adanya ketergantungan antara anak dan bapak. Bungsu ingin bertahan tetapi bapak menyuruhnya untuk segera pergi dengan bakal suaminya. Akhirnya bungsu mengiyakan permintaan bapak tapi dengan syarat bapak harus ikut dengan mereka. Tetapi bapak menolak permintaan bungsu. Bapak memilih untuk bertahan apapun yang terjadi.

4.1.3 Dampak adanya konflik yang muncul dalam naskah drama Bapak

Dalam rangka individu mencapai tujuan justru sering individu menghadapi kendala, sehingga ada kemungkinan tujuan tersebut tidak dapat tercapai. Apabila individu tidak mencapai tujuan dan individu tidak dapat mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat tercapai, maka individu akan mengalami frustasi atau kecewa. Bentuk reaksi dari frustasi tergantung dari watak dan manusianya. Bentuk-bentuk reaksi terbagi menjadi (1) agresi marah (angry aggression), (2) ketidakberdayaan (helplessness anxiety), (3) kemunduran (regression), (4) fiksasi, (5)

(11)

penekanan. Beberapa bentuk reaksi frustasi tersebut juga terjadi pada tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama Bapak. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian berikut. 1. Agresi marah (angry aggression)

Agresi marah merupakan reaksi yang ditandai dengan emosi yang tinggi, hal ini dapat dalam bentuk lisan bahkan fisik. Reaksi ini merupakan kekuasaan Id yang berada alam bawah sadar setiap individu. Agresi kemarahan ini dialami oleh beberapa tokoh berikut:

a. Bapak

Reaksi kemarahan terjadi ketika perkataan bapak dihiraukan oleh sulung. Hal ini ditunjukkan dalam penggalan dialog berikut.

Bapak : Namun kau, kau wajib untuk merenungkannya. Sebab, aku yakin kau akan mampu menemukan titik simpul kebenaran ucapanku itu.

Dari dialog diatas, dapat dilihat bagaimana wujud kemarahan yang ditunjukkan bapak. Bapak marah karena sulung tidak mau mendengarkan perkataan bapak.

b. Sulung

Reaksi kemarahan juga dirasakan oleh sulung. Ia marah ketika bapak menolak usulnya untuk pindah ke negeri sebrang. Hal ini dapat dilihat dari penggalan dialog berikut.

(12)

Dari perkataan sulung, dapat dilihat bahwa ia marah dengan tindakan bapak yang tidak mau mengikutinya ke negeri seberang. Dorongan Id dalam diri sulung sangat besar sehingga implis-implis yang mendorong sikap agresif begitu tinggi. Kedua bagian mekanisme yang lain tidak berhasil merintanginya.

c. Bungsu

Tokoh sulung juga mengalami agresi kemarahan. Kemarahan yang terjadi pada tokoh bungsu ketika ia bertanya pada bapaknya kenapa sampai membunuh abangnya. Hal ini dapat dilihat dari dialog berikut.

Bungsu : Tapi..tapi bagaimana mungkin Bapak bertindak begitu!!

Dari penggalan dialog diatas, dapat dilihat bahwa bungsu memarahi bapaknya. Bungsu memarahi bapaknya kenapa bapak yang ia banggakan selama ini tega membunuh anak kandungnya sendiri.

2. Ketidakberdayaan (helplessness anxiety)

Ketidakberdayaan merupakan suatu reaksi emosional dimana individu menunjukkan sikap yang tak berdaya, pasif, patah hati, sehingga menyebabkan sakit. Reaksi ini tidak terlihat dalam naskah drama Bapak.

3. Kemunduran (regression)

Kemunduran merupakan suatu reaksi individu yang telah dewasa tapi menunjukkan tingkah laku yang umum bersifat kekanak-kanakan. Reaksi ini tidak terlihat dalam naskah drama Bapak.

(13)

4. Fiksasi

Fiksasi merupakan bentuk reaksi emosional dimana individu mengulang kembali sesuatu cara yang pernah memberikan hasil yang baik atau memuaskan. Dalam naskah drama Bapak, terdapat reaksi fiksasi. Reaksi fiksasi dialami oleh sulung. Hal ini dapat dilihat dalam penggalan dialog berikut.

Sulung : Bapak yang baik, bertahun sudah aku hidup di daerah pendudukam sana bersama beribu bangsa awak yang tercinta. Dan aku seperti juga mereka, tidak pernah merasda jadi budak belian ataupun tawanan perang. Ketahuilah ya, bapak disana kami hidup merdeka.

Dari dialog diatas, dapat dilihat bahwa sulung ingin mengajak bapaknya dan adiknya untuk pindah ke negeri seberang karena dengan pindah ke negeri sebrang, mereka akan hidup merdeka.

5. Penekanan

Reaksi penekanan terjadi bila individu menekakan emosinya atau berusaha melupakan sesuatu atau pengalaman yang dianggap pengalaman pahit atau buruk. Dalam naskah drama Bapak terjadi penekanan yang alami oleh bapak. Hal ini dapat kita lihat dalam penggalan dialon berikut.

Bapak : Kebencianku pada mereka, dulu, sekarang, dan besok, bukanlah karena dendam pribadi. Tidak! Pembangkanganku dulu, sekarang, dan besok bukan karena sentiment, tapi karena keyakinan. Ya, keyakinan bahwa mereka adalah penjajah. Keyakinan bahwa membangkang penjajah adalah suatu tindakan mulia, tindak hak.

Dari penggalan dialog diatas, dapat dilihat bahwa bapak menekankan emosinya dan melupakan semua kejadian buruk yang terjadi di masa lalu. Dalam

(14)

diri bapak terdapat mekanisme superego karena dalam hal ini bapak mempertimbangkan terhadap nilai-nilai baik dan buruk.

4.2 Pembahasan

Dari hasil di atas, dapat dilhat bahwa dalam naskah drama bapak terdapat sebuah konflik. Konflik yang muncul dalam naskah drama bapak tersebut terbagi dalam dua bagian yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal terjadi pada bapak dan sulung dimana sulung yang ingin mengajak bapaknya pindah ke negeri sebrang, tetapi usul sulung ditolak oleh bapak. dari konflik tersebut, dalam diri sulung terdapat mekanisme-mekanisme psikologi sastra yaitu Id dimana sulung merasakan ketidaknyamanan dan selalu mencari kenikmatan. Dalam diri bapak terdapat mekanisme Ego, dimana bapak mengambil sebuah keputusan untuk tetap bertahan. Pada konflik eksternal selanjutnya terjadi perdebatan antara bapak dan sulung dimana sulung yang tetap bersikeras untuk mengajak bapak dan adiknya untuk segera pindah. Dalam diri sulung tersebut mekanisme dari Id masih sangat kuat. Tetapi bapak tetap ingin bertahan di kampung halamannya. Bapak memberi nasehat kepada sulung dan segera sadar dengan apa yang dilakukannya. Pada diri bapak terdapat mekanisme Superego. Konflik internal yang terjadi dalam naskah drama bapak yaitu ketika bapak mengetahui ternyata anak yang dia sayangi selama ini adalah seorang mata-mata musuh. Disini bapak mengalami konflik yang sangat mendalam. Konflik yang dialami bapak adalah konflik batin dimana bapak harus memilih membela tanah airnya atau membunuh anaknya seorang pengkhianat. Tanpa

(15)

pikir panjang bapak membunuh anaknya yang pengkhianat. Dalam diri bapak tersebut terdapat mekanisme psikologi Id.

Adapun penyebab dan dampak adanya konflik yang terjadi dalam naskah drama tersebut. Penyebab yang terjadi dalam naskah drama yaitu karena adanya beberapa unsur sehingga munculnya indikator adanya kehadiran konflik tersebut. Unsur-unsur tersebut yaitu adanya ketegangangan yang diekspresikan oleh bapak, bungsu, dan perwira.; adanya tujuan yang dilihat berbeda dan adanya saling ketergantungan. Ketika individu memiliki tujuan untuk mencari kenikmatan (Id) yang tidak tercapai, maka individu akan mengalami frustasi atau kecewa. Dampak adanya konflik yang muncul dalam naskah drama terdapat bentuk-bentuk reaksi yang terbagi dalam agresi marah, ketidakberdayaan, kemunduran, fiksasi dan penekanan.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir karya Seni ini bertujuan untuk mengkonsep visualisasi tokoh Sakera dari Madura sebagai media informasi dan edukasi nasional yang di dalamnya berisi

Oleh karena itu bentuk kegiatan PKM ini adalah penyuluhan sebagai upaya memberikan pengetahuan umum kepada pengelola dan warga di lingkungan RPTRA Meruya

Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Apabila thitung> ttabel, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh status

Melihat dari kegunaannya berdasarkan jenisnya serta permasalahan yang ada pada Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur

Gambar2Hasil jawaban siswa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Iik Nurhikmayati, 2017) dalam jurnalnya yang berjudul “Kesulitan Siswa Berpikir Abstrak Matematika

[r]

Dari sepuluh komponen komunikasi tersebut, hanya beberapa komponen yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk peristiwa komunikasi pada komunitas perempuan pesisir antara