• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA BAHARI PULAU PAHAWANG KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA BAHARI PULAU PAHAWANG KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT

SENGAJA DIKOSONGKAN

© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973

TINGKAT KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA BAHARI PULAU PAHAWANG

KABUPATEN PESAWARAN

M. Ikhlasul Razy Daulay

Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

1 Email :Muhammad.22116020@student.itera.ac.id

Sengaja dikosongkan ABSTRAK

Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini didukung dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah perjalanan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 250 juta jiwa dan terus meningkat hingga mencapai 303 juta jiwa pada tahun 2017. Perkembangan sektor parwisata tersebut dapat meningkatkan perekonomian di indonesia, namun perkembangan tersebut juga dapat mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya alam yang disebabkan jumlah wisatawan yang melebihi daya dukung parwisata tersebut.Berdasarkan data BPS, jumlah wisatawan Pulau Pahawang pada tahun 2012 sebanyak 8.571 oramg dan meningkat menjadi 81.833 orang pada tahun 2016. Seiring dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan di Pulau Pahawang, berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Pesawaran 2017-2031 (RIPPDA) kondisi terumbu karang di Pulau Pahawang seluas 557,69 Ha memiliki kondisi yang sudah rusak. Kemudian di dalam dokumen RIPPDA, Pulau Pahawang di tetapkan menjadi kawasan pengembangan kegiatan ekowisata bahari pantai dan terumbu karang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian dan daya dukung kawasan ekowisata bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif. Pada penelitian ini, data kuantitatif yang didapat akan diproses dengan analisis kesesuaian dan daya dukung serta arahan zonasi dalam pengembangan ekowisata bahari.

Kata Kunci: Ekowisata bahari, Tingkat kesesuaian ekowsita bahari, Daya Dukung

ekowisata bahari, Arahan Zonasi Ekowisata bahari A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan sektor pariwisata di Indonesia memberikan dampak untuk peningkatan jumlah perjalanan wisatawan, terutama wisatawan nusantara. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Jumlah Perjalanan Wisatawan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 250 juta dan pada tahun 2017 meningkat jumlahnya menjadi 303 juta atau mengalami peningkatan sebesar 21,34% dalam kurun lima tahun terakhir. Akan tetapi, tingginya jumlah wisatawan juga dapat memberikan efek negatif terhadap objek wisata tersebut. Salah satu contoh kasus tingginya jumlah kunjungan wisatawan berdasarkan contoh kasus di Indonesia tepatnya di Pantai Balangan, Desa Ungasan, Jimbaran, yang menurut Prastika dan Sunarta (2010) memberikan dampak negatif karena di Pantai Balangan tingginya

(2)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

2 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 wisatawan mancanegara dan lokal yang berwisata mengakibatkan sampah – sampah yang dibuat oleh wisatawan atau sampah yang berasal dari laut saat pasang pun oleh pihak pengelola dibuang di sempadan pantai dan kemudian dibakar. Tingginya minat wisatawan dapat berdampak buruk juga terhadap wisata, sehingga dibutuhkan pengelolaan pada wisata tersebut dengan meminimalisir dampak negatif pembangunan industri pariwisata, maka pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) perlu dikembangkan sesuai kondisi wilayah yang ada.

Menurut Yulianda (2007) ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut, pendekatan ini diharapkan pengembangan ekowisata dapat melaksanakan pembangunan dan pelestarian secara terpadu antara upaya konservasi dengan melaksanakan program yang memperhatikan aspek kesesuaian wisata dan daya dukung (carrying capacity). ). Kemudian menurut Bkork (2000) dalam Ketjulan (2010), menyatakan bahwa ekowisata bahari adalah suatu aktivitas, dimana manusia melakukan kunjungan ke daerah-daerah yang masih bersifat alami dengan mempelajari karakteristik dan menikmati keindahaan alam dengan cara tetap menjaga sumber daya yang ada, tetapi justru memberikan kontribusi terhadap lingkungan dan sumber daya. Oleh karena itu, ekowisata bahari merupakan konsep kegiatan wisata yang dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan pemanfaaatan sumber daya dan kegiatan pariwisata unutk wilayah pesisir dan laut.

Kondisi yang sama terjadi di Kabupaten Pesawaran yang memiliki arti strategis untuk pengembangan pariwisata. Berdasarkan Rencana Induk Pengambangan Pariwisata daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesawaran 2017-2031, tema utama pengembangan produk wisata di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Pahawang adalah ekowisata bahari pantai dan snorkeling. Namun, kondisi lapangan pengembangan tidak sesuai dengan tema pengembangan yang ada di Pulau Pahawang. Menurut BPS Kabupaten Pesawaran Jumlah Pengunjung Tempat Hiburan di Kabupaten Pesawaran (Orang) 2012-2016, khususnya Pulau Pahawang pada tahun 2012 tahun jumlah wisatawan sebanyak 8.571 orang dan pada tahun 2016 meningkat jumlahnya menjadi 81.833 orang dan berdasarkan RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 Pulau Pahawang sudah mengalami kerusakan alam yang ditandai dengan adanya penurunan kondisi terumbu karang. Saat ini, terumbu karang seluas 1.673,063 Ha yang ada di laut Kabupaten Pesawaran, hanya 22,22 % atau 371.79 Ha yang berkondisi baik, sementara seluas 743,5856 Ha atau 44,44 % berkondisi cukup baik, dan sisanya 557,69 Ha atau 33,34% memiliki kondisi yang sudah rusak.

Oleh karena itu, jumlah pengunjung pulau pahawang semakin meningkat setiap tahunnya, namun terdapat penurunan kondisi alam yang ditandai dengan rusaknya potensi alamnya yang menjadi tempat tujuan wisatawan dan tema utama pengemabangan KSPD Pahawang sebagai ekowisata bahari, maka perlu adanya analisis daya dukung kawasan dan kesesuaian serta arahan zonasi dalam pemanfaatan sumber daya alam dengan pemanfaatan kawasan pariwisata untuk mendukung ekowisata bahari Pulau Pahawang.

(3)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

2. Tujuan dan Sasaran

Adapun hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui Tingkat Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau

Pahawang Kabupaten Pesawaran. Berkaitan dengan tujuan tersebut, sasaran yang ingin dicapai melalui studi ini adalah:

1. Mengidentifikasi kesesuaian ekowisata bahari di Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

2. Mengidentifikasi daya dukung kawasan ekowisata bahari Pulau Pahawang, Kabupaten Pesawaran

3. Menyusun arahan zonasi ekowisata bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

3. Teori

3.1 Pariwisata Bahari

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana, serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.

3.2 Konsep Ekowisata Bahari

Menurut Yulianda (2007) bahwa ekowisata bahari sebagai suatu konsep pemanfaatan berkelanjutan sumber daya alam pesisir dengan sistem pelayanan jasa lingkungan yang mengutamakan sumberdaya alam pesisir sebagai objek pelayanan. Penataan kawasan ekowisata bahari harus memperhatikan prinsip konservasi dengan tujuan untuk mempertahankan keseimbangan alam. Salah satu upaya untuk melindungi sumber daya alam dan mempermudah pengelolaan adalah dengan sistem zonasi.

3.3 Kesesuaian Ekowisata Bahari

Berdasarkan Yulius (2018) penetapan kriteria zonasi ekowisata bahari dilakukan berdasarkan aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Aktivitas wisata yang dapat dikembangkan di suatu daerah pesisir disesuaikan dengan sumber daya yang ada di daerah tersebut. Pengembangan ekowisata bahari mempunyai parameter kesesuaian yang harus dipenuhi terlebih dahulu dan berbeda-beda berdasarkan jenis aktivitas wisata. Sementara itu, Yulianda (2007) menjabarkan kesesuaian ekowisata bahari merupakan kriteria sumber daya dan lingkungan yang disyaratkan atau dibutuhkan bagi pengembangan ekowisata bahari.

3.4 Daya Dukung Ekowisata Bahari

Menurut Yulianda (2007), daya dukung ekowisata bahari merupakan konsep yang mengutamakan lingkungan harus memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung pertumbuhan suatu kawasan atau perkembangan potensi pemanfaatan sumber daya alam. Konsep ini dikembangkan untuk mencegah kerusakan atau degradasi sumber daya alam dan lingkungan, sehingga konsep daya dukung dapat dihitung sebagai tingkat maksimum penggunaan atau kegiatan suatu kawasan, baik berupa jumlah pengunjung atau wisatawan maupun kegiatan - kegiatan yang ada kawasan tersebut, agar batasan daya dukung atas jumlah wisatawan atau pengunjung yang merupakan jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas sumber daya dan lingkungan.

(4)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

4 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 3.5 Arahan Zonasi Ekowisata Bahari

Zonasi kawasan ekowisata bahari dilakukan untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya dan mempermudah pengelolaan pemafaatan kegiatan pada masing-masing zonasi. Hal ini untuk melindungi sumberdaya maupun memberikan keragaman pengalaman bagi pengunjung, dan memudahkan sistem pengelolaan ekowisata. Zonasi ekowisata bahari menurut Yulianda (2007) dibagi menjadi empat zona, yaitu zona inti, zona khusus, zona penyangga, dan zona pemanfaatan dengan masing-masing tujuannya.

B. METODE PENELITIAN

1. Analisis Kesesuaian Ekowisata Bahari

Analisis data yang digunakan merupakan analisis kesesuaian wisata dengan menggunakan matriks kesesuaian wisata bahari berdasarkan Yulius (2010) dalam Buku Panduan Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari. Data dianalisa menggunakan matriks kesesuaian wisata bahari yang terdiri dari matriks wisata pantai dan matriks wisata snorkeling.

Tabel 1 Matriks Kesesuaian Wisata Pantai

Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian (Skor)

3 2 1 0 Kedalaman Perairan (m) 5 0-3 >3-6 >6-10 >10 Tipe Pantai 5 Pasir Putih Pasir Putih, Sedikit Karang Pasir Hitam, Berbatu Terjal Lumpur, Terjal Lebar Pantai (m) 5 >15 10-15 3-<10 <3 Material Dasar Perairan 3 Pasir Pasir Berkarang Pasir Berlumpur Lumpur Kecepatan Arus (m/dtk) 3 0-0,17 0,17-0,34 0,34-0,51 >0,51 Kemiringan Pantai 3 <10 10-25 >25-45 >45 Kecerahan Perairan (%) 1 >80 50-80 20-50 <20 Penautupan Lahan Pantai 1 Kelapa, Lahan Terbuka Semak Belukar Belukar tinggi Hutan Bakau, Permukiman , Bulu babi Ketersedian Air Tawar(jarak/km) 1 <0,5 >0,5-1 >1-2 >2 Biota Berbahaya

1 Tidak Ada Bulu Babi

Bulu Babi, Ikan Pari,lepu Bulu Babi, Ikan Pari,lepu,hiu Sumber: Yulianda 2007

Tabel 2 Matriks Kesesuaian Wisata Snorkeling

Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian (Skor)

3 2 1 0

(5)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

Kriteria Bobot Kelas Kesesuaian (Skor)

3 2 1 0 (%) Penutupan Komunitas Karang (%) 5 >75 50-75 25-50 >25 Jenis Life Form

Karang 3 >12 <7-12 4-7 <4

Jumlah Jenis Ikan

Karang 3 >50 50-30 30-10 <10 Kecepatan Arus (m/dtk) 1 0-0,17 0,17-0,34 0,34-0,51 >0,51 Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 1-3 3-6 6-10 >10 Lebar Hamparan Karang (m) 1 >500 100-500 20-100 <20 Sumber: Yulianda 2007

Analisis Kesesuaian Ekowisata ini digunakan untuk mendapatkan data penentu beberapa syarat yang ditentukan dalam kegiatan wisata yang sesuai dengan objek wisata yang akan dikembangkan dengan melihat aspek ekologis lingkungan laut. Untuk menghitung kesesuaian wisata menggunakan rumus (Yulianda, 2007).

Keterangan:

IKW = Indeks kesesuaian wisata

Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor)

Nmax = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata

Dalam melakukan analisis kesesuaian digunakan matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan acuan kriteria kesesuaian setiap peruntukan. Matriks kesesuaian lahan dapat disusun dengan pembobotan (weighting) dan pengharkatan (scoring), dan parameter sesuai kondisi wilayah tujuan penelitian. Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk kegiatan yang dimaksud akan diperoleh peta kesesuaian lahan yang mendeskripsikan pola penggunaan bagi peruntukan kawasan dengan 4 kelas kesesuaian yaitu:

Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Berdasarkan Total Bobot x Score

Klasifikasi Nilai Sangat Sesuai (S1) 80 - 100 % Cukup Sesuai (S2) 50 - 80 % Sesuai Bersyarat (S3) 17 – 50 % Tidak Sesuai < 17 % Sumber: Yulianda 2007

(1) Sangat Sesuai (S) yang berarti bahwa daerah yang dimaksud tidak mempunyai pembatas yang serius untuk penerapan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti terhadap penggunaannya dan tidak akan menaikkan masukan/tingkat perlakuan yang diberikan.

(6)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

6 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 (2) Cukup Sesuai (CS) yang berarti bahwa daerah yang dimaksud mempunyai

pembatas untuk penerapan perlakuan yang diberikan atau mempunyai faktor pembatas terhadap penggunaannya yang akan mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan yang di peroleh serta meningkatkan input untuk kelestarian lahan tersebut.

(3) Sesuai Bersyarat (SB) yang berarti bahwa daerah yang dimaksud mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan atau pembatas akan lebih meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang diperlukan.

(4) Tidak Sesuai (TS) yang berarti daerah yang dimaksud sama sekali tidak dapat digunakan karena memiliki pembatas yang permanen.

2. Analisis Daya Dukung Ekowisata bahari

Daya dukung kawasan dihitung agar diketahui jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersedia pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Rumus yang digunakan dalam analisis ini juga mengacu pada Yulianda (2007) yaitu:

Keterangan:

DDK : Daya dukung kawasan

K : Potensi ekologis pengunjung atau kapal per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Luas unit area untuk kebutuhan tertentu

Wt : Waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp : Waktu yang dihabiskan pengunjung atau kapal untuk tiap kegiatan tertentu.

Potensi ekologis pengunjung (K) ditentukan oleh kondisi sumber daya dan jenis kegiatan yang dikembangkan . Luasan area yang dimanfaatkan pengunjung harus memperhatikan kemampuan alam untuk mentolerir aktivitas pengunjung sehingga keaslian tetap terjaga. Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan pengunjung untuk berwisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan kawasan (Wt) yaitu lama waktu areal dibuka dalam satu hari untuk kegiatan wisata. Berikut merupakan ketetapan potensi ekologis pengunjung masing-masing kegiatan wisata dan waktu yang dibutuhkan setiap jenis kegiatan wisata, menurut yulianda (2007).

Tabel 4

Potensi ekologis pengunjung (K), luas area kegiatan (Lt), waktu kunjungan (Wp) dan waktu yang disediakan objek wisata (Wt)

No Jenis Kegiatan K (Σ Pengunj ung) Unit Area (Lt) Waktu yang dibutuhkan Wp (jam)

Total Waktu 1 hari Wt – (jam)

1 Pantai 1 50 m 3 6

(7)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

Sumber: Yulianda (2007); Nugraha et al. (2013) 3. Arahan Zonasi Ekowisata Bahari

Dalam mengetahui hubungan kesesuaian dan daya dukung dalam pengelolaan ekowisata bahari dilakukan analisis deskriptif dengan melihat daerah yang sesuai untuk mendukung ekowisata bahari di Pulau Pahawang. Dalam penelitian ini, penentuan lokasi zonasi wisata pantai dan snorkeling di Pulau Pahawang dilakukan dengan mempertimbangkan kegiatan rekreasi atau pariwisata eksisiting dengan kelestarian sumber daya alam secara eksisting, yang kemudian dengan menggunakan analisis akan diketahui hubungan kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari, dapat menghasilkan penentuan zonasi yang tepat untuk setiap wilayah agar tidak terjadi benturan antara zonasi kawasan ekowisata bahari yang dikelola dengan zonasi kawasan yang dimanfaatkan sebagai kegiatan rekreasi..

Berdasarkan hal tersebut, merujuk pada zonasi ekowisata bahari menurut Yulianda (2007) dalam buku Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari, maka zonasi kawasan ekowisata bahari dibagi menjadi empat zona, yaitu zona inti, zona khusus, zona penyangga, dan zona pemanfaatan dengan masing-masing tujuan sebagai berikut

Tabel 5 Zonasi di Kawasan Ekowisata Bahari

Zona Tujuan Keterangan

Zona Inti (10–20%) Melindungi satwa dan ekosistem yang sangat rentan

Dilarang untuk masuk ke dalam

Zona Khusus (10–20%) Pemanfaatan terbatas dengan tujuan khusus (penelitian, pencinta alam, petualang, penyelam)

Jumlah pengunjung terbatas dengan izin dan

aturanaturan khusus agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistem

Zona Penyangga (40–60%) Sebagai kawasan penyangga yang dibuat untuk

perlindungan terhadap zonazona inti dan khusus

Dapat dimanfaatkan terbatas untuk ekowisata dengan batasan minimal gangguan terhadap zona inti dan khusus

Zona Pemanfaatan(10–20%) Pengembangan kepariwisataan alam, termasuk pengembangan fasilitas-fasilitas wisata alam

Persyaratan: kestabilan bentang alam dan

ekosistem, resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya

(8)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

8 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Kesesuaian Ekowisata Bahari Pantai dan Snorkeling

Kondisi sumber daya alam merupakan hal yang penting dalam pengembangan setiap kegiatan wisata. Tingkat kesesuaian ekowisata pantai dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter, yang dimaksud dengan 10 parameter tersebut meliputi kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, kecepatan arus, meterial dasar perairan, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan pantai, ketersediaan air tawar dan biota berbahaya. Kesesuaian ekowisata bahari pantai dihitung dengan menjumlahkan nilai setiap parameter dikali dengan bobot per parameter, nilai bobot dari tiap parameter berpengaruh pada kesesuaian ekowisata bahari untuk pantai. Berikut merupakan rumus perhitngan kesesuaian ekowisata bahari pantai

(9)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

Tabel 6 Analisis Kesesuaian Ekowisata Pantai Pulau Pahawang

Kriteria Bobot

Kelas Kesesuaian Pantai

Pantai Jelarengan Pantai Cukuh Nyai Batu Jago Pantai Pasir Timbul Pahawaang Lunik

Parameter Skor Ni=(BXS) Parameter Skor Ni=(BxS) Parameter Skor Ni=(BxS)

Kedalaman

Perairan (m) 5 >3-6 2 10 >3-6 2 10 >3-6 2 10

Tipe Pantai 5 Pasir Putih 3 15 Pasir Putih 3 15 Pasir Putih

Sedikit Karang 2 10 Lebar Pantai (m) 5 3-<10 1 5 3-<10 1 5 <3 0 0 Material Dasar Perairan 3 Pasir Berlumpur 1 3 Pasir Berlumpur 1 3 Pasir Berlumpur 1 3 Kecepatan Arus (m/dtk) 3 0-0,17 3 9 0-0,17 3 9 0-0,17 3 9 Kemiringan Pantai ° 3 10-25 2 6 10-25 2 6 10-25 2 6 Kecerahan Perairan (%) 1 >80 1 3 >80 1 3 >80 1 3

(10)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

10 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 Kriteria Bobot

Kelas Kesesuaian Pantai

Pantai Jelarengan Pantai Cukuh Nyai Batu Jago Pantai Pasir Timbul Pahawaang Lunik

Parameter Skor Ni=(BXS) Parameter Skor Ni=(BxS) Parameter Skor Ni=(BxS)

Pennutupan Lahan Pantai 1 Kelapa, Lahan Terbuka 3 3 Kelapa, Lahan Terbuka 3 3 Hutan Bakau, Permukiman, Bulu Babi 0 0 Ketersedian Air (jarak/km) 1 <0,5 3 3 <0,5 3 3 >2 0 0

Biota Berbahaya 1 Tidak Ada 3 3 Tidak Ada 3 3 Tidak Ada 3 3 Sumber: Hasil Analisis 2020

(11)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

Tabel 7 Total Kesesuaian Ekowisata Pantai Pulau Pahawang

Kelas Kesesuaian Pantai No Nama Pantai Total

Ni Nmaks IKW=(Ni/Nmaks)x100%

1 Pantai Jelarengan 60 84 71,42%

2 Pantai Cukuh Nyai Batu

Jago 60 84 71,42%

3 Pantai Pasir Timbul

Pahawaang Lunik 44 84 52,38% Sumber: Hasil Analisis 2020

Berdasarkan tabel diatas, tingkat kesesuaian ekowisata bahari pantai yang berada di Pulau Pahawang memiliki Tingkat Cukup Sesuai (CS) dengan nilai total dari masing-masing pantai yakni Pantai Jelarengan sebesar 71,14%, Pantai Cukuh Nyai Batu Jago sebesar 71,14% dan Pantai Pasir Timbul Pahawang Lunik sebesar 52,38%. Cukup Sesuai (CS) yang dimaksud adalah pembatas dalam penerapan yang diberikan atau mempunyai faktor pembatas terhadap penggunaannya. Berikut Parameter yang mempengaruhi nilai total kesesuaian ekowisata bahari sebagai berikut.

Pada spot Pantai Jelarengan, Cukuh Nyai serta Pasir Timbul memiliki lebar pantai yang sangat kecil saat air sedang pasang dan substrat dasar lautnya juga memiliki karakteristik pasir berlumpur, sehingga lebar pantai serta substrat dasar laut merupakan salah satu indikator yang berpengaruh dalam parameter kesesuaian ekowisata bahari pantai. Kemudian pada pantai Pasir Timbul juga memiliki kekurangan seperti penutupan lahan pantai tersebut berupa hutan bakau dan di pantai tersebut juga tidak memiliki pemukiman sehingga pantai tersebut tidak memiliki ketersediaan air tawar yang dibutuhkan dalam pengembangan ekowisata bahari.

Oleh karena itu, pembatas dalam penerapannya tidak terlalu serius karena parameter-parameter yang mempengaruhi nilai tingkat kesesuaiannya tidak dapat diberikan faktor pembatas yang berarti terhadap penggunannya. Akan tetapi, faktor pembatas tetap diberi dalam penggunanya dimana faktor pembatas yang dimaksud merupakan hasil analisis daya dukung ekowisata bahari dan rencana pengelolaan arahan zonasi pantai yang akan diterapkan pada zonasi pantai tersebut.

Selanjutnya tingkat kesesuaian snorkeling dilakukan dengan mempertimbangkan 7 parameter antara lain, tutupan terumbu karang, kecerahan perairan, jumlah jenis life form karang, jumlah jenis ikan kararng, kedalaman terumbu karang, lebar hamparan karang dan kecepatan arus. Kesesuaian ekowisata bahari pantai dihitung dengan menjumlahkan nilai setiap parameter dikali dengan bobot per parameter, nilai bobot dari tiap parameter berpengaruh pada kesesuaian ekowisata baharinya. Berikut merupakan rumus perhitungan kesesuaian ekowisata bahari snorkeling.

(12)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

12 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

Tabel 8 Analisis Kesesuaian Ekowisata Snorkeling Pulau Pahawang

Kriteria Bobot

Kelas Kesesuaian Snorkeling

Snorkeling Nemo dan Candi Snorkeling Cukuh Bedil Snorkeling Pancong

Paramter Skor Ni=(BxS) Paramter Skor Ni=(BxS) Paramter Skor Ni=(BxS)

Keccerahan Perairan (%) 5 100 3 15 100 3 15 100 3 15 Penutupan Komunitas Karang (%) 5 25-50 2 5 25-50 2 5 25-50 2 5

Jenis Life Form

Karang 3 >12 3 9 >12 3 9 >12 3 9

Jumlah Jenis Ikan

Karang 3 >50 3 9 >50 3 9 >50 3 9 Kecepatan Arus (m/dtk) 1 0-0,17 3 3 0-0,17 3 3 0-0,17 3 3 Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 3-6 2 2 3-6 2 2 3-6 2 2 Lebar Hamparan Karang (m) 1 20-100 1 0 20-100 1 0 <20 0 1

(13)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

Tabel 9 Total Kesesuaian Ekowisata Snorkeling Pulau Pahawang Kelas Kesesuaian Snorkeling

No Nama Pantai Total

Ni Nmaks IKW=(Ni/Nmaks)x100%

1 Snorkeling Nemo dan

Candi 43 57 75,33%

2 Snorkeling Cukuh Bedil 43 57 75,33%

3 Snorkeling Pancong 44 57 77,19%

Sumber: Hasil Analisis 2020

Berdasarkan tabel di atas, tingkat kesesuaian ekowisata bahari snorkeling yang berada di Pulau Pahawang memiliki Tingkat Sesuai (S) dengan nilai total dari masing-masing pantai yakni, snorkeling Nemo dan Candi 75,33%,

snorkeling Cukuh Bedil 75,33% dan yang tingkat sesuai snorkeling Pancong

77,19%. Hal ini karena pada wilayah snorkeling Nemo dan Cukuh Bedil memiliki kondisi terumbu karang yang rusak dan lebar hamparan karang yang tidak luas, akibat dari banyaknya terumbu karang yang rusak pada wilayah

snorkeling ini, sedang dilakukan restorasi terumbu karang kembali untuk

memperbaiki terumbu karang yang sudah rusak.

Berbeda dengan wilayah snorkeling di Pancong yang masih alami karena spot snorkeling yang jauh dari Pulau Pahawang sehingga wisatawan jarang mendatangi spot snorkeling tersebut dan spot ini juga tidak banyak direkomendasikan kepada wisatawan karena pada lokasi ini juga banyak nelayan yang sedang memancing/menangkap ikan pada sekitaran wilayah tersebut, sehingga dapat menggangu aktivitas nelayan tersebut. Selanjutnya pembatas yang akan digunakan pada setiap spot wisata dan pantai di pulau pahawang akan di bahas di bagian arahan zonasi ekowisata bahari Pulau Pahawang.

2 Daya Dukung Ekowisata Bahari

Analisis daya dukung dihitung agar diketahui jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang tersedia pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Penentuan daya dukung kawasan dilakukan berdasarakan luas areal untuk setiap jenis kegiatan wisata. Penentuan daya dukung kawasan berbeda-beda untuk setiap jenis kegiatan wisata. Daya dukung kawasan wisata pantai dan snorkeling ditentukan dengan berdasarkan luas areal yang potensial untuk dilakukan kegiatan wisata. Berikut perhitungan analisis seperti pada tabel sebagai berikut.

(14)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

104 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973

Tabel 10 Analisis Daya Dukung Ekowisata Pulau Pahawang DDK=

K*(LP/LT)*(WT/WP) K LP LT WT WP TOTAL

Pantai Jelarengan 1 2704,96 m 50 m 6 3 108 orang/hari

Pantai Cukuh Nyai 1 2154 m 50 m 6 3 86 orang/hari

Pantai Pasir Timbul 1 1535 m 50 m 6 3 62 orang/hari

Snorkeling Nemo&Candi 1 24566,2 m² 500 m² 6 3 98 orang/hari

Snorkeling Cukuh Bedil 1 310317 m² 500 m² 6 3 120 orang/hari

Snorkeling Pancong 1 23918 m² 500 m² 6 3 96 orang/hari

Sumber: Hasil Analisis 2020

Berdasarkan hasil observasi lapangan dengan mengambil titik-titik koordinat luas kegiatan wisata yang digunakan untuk masing-masing wilayah spot wisata pantai dan snorkeling yang kemudian dilakukan digitasi pada citra Pulau Pahawang dengan satelit bingmap bird-eye, didapatkan luas setiap spot snorkeling dan panjang pantai yang ada di Pulau Pahawang kemudian didapatkan maksimal atau standar pengunjung di setiap spot wisata di Pulau Pahawang Namun, hal ini berbanding terbalik dengan keadaan eksisting di Pulau Pahawang, berdasarakan wawancara dengan salah satu anggota POKDARWIS Pahawang, memberitahukan rata-rata jumlah pengunjung yang berwisata selama satu hari dapat mencapai kurang lebih 500 orang/hari. Terdapat gap yang sangat jauh antara analisis daya dukung ekowisata dengan keadaaan eksisting

Oleh karena itu, untuk mendukung pengembangan ekowisata bahari dibutuhkan batasan-batasan maksimal pengunjung dalam suatu kawasan agar jumlah wisatawan dapat di minimalisir, maka dampak kerusakan pada ekosistem terumbu karang dapat berkurang, sehingga upaya pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki dapat dijaga kelestariannya dan ekosistem terumbu karang tetap terjaga tanpa menimbulkan kerusakan secara berkelanjutan.

3 Arahan Zonasi Ekowisata Bahari Pulau Pahawang

Pada spot pantai di dapatkan tingkat kesesuaian yang cukup sesuai (CS) maka, arahan zonasi pada spot pantai akan dibagi 3 zonasi yaitu zonasi khusus

(15)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

20%, zonasi penyangga 60% dan zonasi pemanfaatan 20%. Berikut ilustrasi pengembangan arahan zonasi ekowisata pantai di Pulau Pahawang.

Gambar 1 Ilustrasi Arahan Zonasi Pantai Jelarangan Pulau Pahawang

(16)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

106 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 3 Ilustrasi Arahan Zonasi Pantai Pasir Timbul Pulau Pahawang

Perencanaan pengelolaan arahan zonasi yang dilakukan akan sesuai dengan kegunaan masing-masing zonasi itu sendiri yakni zonasi khusus dipergunakan untuk kelestarian pantai dan pemanfaatan yang terbatas hanya untuk penelitian, pecinta alam dengan membatasi jumlah pengunjung. Zonasi penyangga digunakan sebagai perlindungan dari zona khusus yang dimana zona ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata bahari. Namun, harus memberikan aturan-aturan yang mengurangi tekanan atau gangguan terhadap zonasi khusus maupun ekosistem tersebut. Zonasi pemanfaatan digunakan sebagai pengembangan kepariwisataan termasuk di dalamnya pengembangan-pengembangan fasilitas pendukung wisata

Perencanaan pengelolaan arahan zonasi yang telah disebutkan, akan diterapkan batasan-batasan jumlah ideal yang berdasarkan hasil analisis daya dukung ekowisata bahari. Pantai Jelarengan memiliki standar jumlah wisatawan sebanyak 87 orang/hari, Pantai Pasir Timbul Pahawang Lunik standar jumlah wisatawan sebanyak 50 orang/hari dan Pantai Cukuh Nyai Batu Jago standar jumlah wisatawan sebanyak 78 orang/ hari.

Selanjutnya arahan zonasi snorkeling berdasarkan tingkat kesesuaian ekowisata bahari didapatkan hasil 1 kelas yakni, sesuai (S) pada spot snorkeling Gosong H.Bekritengah (Candi) atau Gosong H Bekri Pinggir (Nemo), Cukuh Bedil dan Gosong Kelapa Rebah (Pancong). Namun, terdapat perbedaan zonasi

snorkeling Pancong dengan snorkeling Nemo dan Cukuh Bedil, dimana kondisi

terumbu karang pada spot snorkeling Nemo atau Candi sedang tahap restorasi terumbu karang sedangkan snorkeling Pancong memiliki sumber daya terumbu karang yang masih alami sehingga diberkan zona inti ekowisata bahari pada spot tersebut, penentuan zonasi untuk snorkeling pada Cukuh Bedil, Gosong H.Bekritengah (Candi) dan Gosong H Bekri Pinggir (Nemo) dibagi menjadi 3

(17)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

zonasi yaitu zonasi khusus 20%, zonasi penyangga 60% dan zonasi pemanfaatan 20%.

Sumber: Hasil lapangan 2020

Gambar 4 Kegiatan Restorasi Terumbu Karang Pada Spot Cukuh Bedil dan Nemo Pulau Pahawang

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 5 Ilustrasi Arahan Zonasi Snorkeling Nemo dan Candi Pulau Pahawang

(18)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

108 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 6 Ilustrasi Arahan Zonasi Snorkeling Cukuh Bedil Pulau Pahawang

Perencanaan pengelolaan arahan zonasi yang dilakukan akan sesuai dengan kegunaan masing-masing zonasi itu sendiri yakni zonasi khusus dipergunakan untuk kegiatan restorasi terumbu karang dan pemanfaatan yang terbatas hanya untuk penelitian. Zonasi penyangga digunakan sebagai perlindungan dari zona khusus yang dimana zona ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata bahari. Namun, harus memberikan aturan-aturan yang mengurangi tekanan atau gangguan terhadap zonasi khusus maupun ekosistem tersebut. Zonasi pemanfaatan digunakan sebagai pengembangan kepariwisataan termasuk di dalamnya pengembangan-pengembangan fasilitas pendukung wisata perencanaan pengelolaan arahan zonasi yang telah disebutkan, akan diterapkan dengan hasil analisis daya dukung ekowisata bahari di Pulau Pahawang sehingga,

snorkeling Nemo memiliki standar jumlah wisatawan sebanyak 82 orang/hari, snorkeling Cukuh Bedil standar jumlah wisatawan sebanyak 96 orang/hari

Kemudian arahan zonasi pada spot snorkeling Gosong Kelapa Rebah (Pancong) untuk tetap mempertahankan kelestarian yang sudah ada maka arahan zonasi snorkeling pada Pancong dibagi menjadi 4 arahan zonasi yaitu zona inti 10%, zona khusus 10%, zona penyangga 60% dan zona pemanfaatan 20%.

(19)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

\ Sumber: Hasil lapangan 2020

Gambar 7 Terumbu Karang Pada Spot Snorkeling Pancong

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 8 Ilustrasi Arahan Zonasi Snorkeling Pancong Pulau Pahawang

Perencanaan pengelolaan arahan zonasi yang akan dilakukan ialah, zona inti digunakan untuk mempertahankan kelestarian sumber daya alam yang sudah ada sehingga, ditetapkan sebagai tempat konservasi ekowisata bahari khususnya untuk terumbu karangnya. Zonasi khusus diperuntukan untuk penelitian dan pecinta alam. Zonasi penyangga digunakan sebagai perlindungan dari zona khusus yang dimana zona ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata bahari. Namun, harus memberikan aturan-aturan yang mengurangi tekanan atau gangguan terhadap zonasi khusus maupun ekosistem. Zonasi pemanfaatan digunakan sebagai pengembangan kepariwisataan termasuk di dalamnya pengembangan-pengembangan fasilitas pendukung wisata.

Perencanaan pengelolaan arahan zonasi yang telah disebutkan, akan diterapkan dengan hasil analisis daya dukung ekowisata bahari pantai di Pulau Pahawang sehingga, snorkeling Pancong memiliki standar jumlah wisatawan sebanyak 77 orang/harinya.

(20)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

110 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973 D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diattas, penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Pahawang berdasarkan tingkat kesesuaian ekowisata bahari pulau pahawang pada spot pantai sudah cukup sesuai (CS) yakni, Pantai Jelarengan, Pantai Cukuh Nyai Batu Jago dan Pantai Pasir Timbul Pahawang Lunik dan untuk snorkelingnya Gosong H.Bekritengah (Candi) dan Gosong H Bekri Pinggir (Nemo), Cukuh Bedil dan Gosong Kelapa Rebah (Pancong) di dapatkan hasil tingkat yang sesuai (S).

Kemudian untuk daya dukung ekowisata bahari di Pulau Pahawang Pantai Jelarengan sebanyak 108 orang/hari, Pantai Cukuh Nyai Batu Jago 86 orang/hari dan Pantai Pasir Timbul Pahawang Lunik 62 orang/hari. Kemudian pada spot ekowisata snorkeling di, Gosong H.Bekritengah (Candi) dan Gosong H Bekri Pinggir (Nemo) 98 orang/hari, Cukuh Bedil 120 orang/hari dan Gosong Kelapa Rebah (Pancong) 96 orang/hari

Untuk upaya pengembangannya ekowisata bahari diperlukan arahan zonasi ekowisata pantai dibagi menjadi 3 zonasi khusus 20%, zonasi penyangga 60% dan zonasi pemanfaatan 20% dan snorkeling Gosong H.Bekritengah (Candi) dan Gosong H Bekri Pinggir (Nemo) dan Cukuh Bedil arahan zonasi dibagi menjadi 3 bagian zonasi khusus 20%, zonasi penyangga 60% dan zonasi pemanfaatan 20% dan snorkeling Gosong Kelapa Rebah (Pancong) dibagi menjadi 4 bagian yaitu zona initi 10%, zona khusus 10%, zona penyangga 60% dan zona pemanfaatan 20%.

E. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pada jam 09.30 WIB.

Badan Pusat Statistik (BPS). “Pesawaran dalam Angka 2018”. Katalog BPS 1102001.1375 diakses dari https://pesawarankab.bps.go.id/, diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pada jam 13.00 WIB

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat

Ketjulan, Romy. 2010. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Bogor: Institut Pertanian Bogor, https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41202, . diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pada jam 13.00 WIB

Nurisyah, S. 1998. Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman Lanskep Indonesia Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Volume 3, Nomor 2

Regina Scheyvens 26 Februari 2019 12.46pm WIB Terlalu banyak turis

membawa dampak buruk pada lingkungan dan alam

(https://theconversation.com) diakses pada tanggal 16 Desember 2019 pada jam 10.45 WIB

(21)

M. Ikhlasul Razy Daulay, Tingkat Kesesuaian Dan Daya Dukung Kawasan Ekowisata Bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesawaran Tahun 2017-2031

Prastika Yulien, Sunarta I Nyoman. Studi Perkembangan Pariwisata Dan Pengaruhnya Pada Lingkungan Fisik Di Pantai Balangan, Desa Ungasan, Jimbaran. JURNAL DESTINASI PARIWISATA, [S.l.], v. 6, n. 1, p. 110-116, july 2018. ISSN 2548-8937. Data diakses pada tanggal 25 sep. 2020. doi: https://doi.org/10.24843/JDEPAR.2018.v06.i01.p16.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil

Yulius dkk, 2018. buku Panduan Kriteria Penetapan Zona Ekowisata Bahari. Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian\ Kelautan dan Perikanan 2018. Diakess pada tanggal 10 Desember pada jam 21.00 WIB

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Institut Pertanian Bogor, http://scholar.google.co.id/citations/ diakses pada tanggal 15 Desember 2019 pada jam 13.00 WIB

Gambar

Tabel 1 Matriks Kesesuaian Wisata Pantai  Kriteria  Bobot  Kelas Kesesuaian (Skor)
Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Berdasarkan Total Bobot x Score
Tabel 5 Zonasi di Kawasan Ekowisata Bahari
Tabel 6 Analisis Kesesuaian Ekowisata Pantai Pulau Pahawang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mencermati berbagai aktifitas wisata yang ada di Pulau Matakus yang kecil ini serta mengingat kegiatan ekowisata pesisir dan bahari biasanya mempunyai kekhususan sifat

Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Wisata Pulau Pahawang, diperoleh nilai Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar 0,7

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung untuk Ekowisata Pantai, Selam, dan Snorkeling di Pulau Berhala Serdang Bedagai Sumatera Utara.. Di Bawah Bimbingan YUNASFI dan

Jika ekowisata pantai, snorkeling dan selam Pulau Berhala dikembangkan apakah bapak/ibu/saudara/i berkeinginan untuk datang kembali berwisata dan menjaga lingkungan

2 Studi kesesuaian dan daya dukung ekosistem terumbu karang untuk wisata selam dan snorkeling di Kawasan Saporkren Waiged Selatan Kabupaten Raja Ampat Putra andry

Hasil dari analisis daya dukung kawasan (DDK) di Pulau Sebesi diperoleh bahwa kegiatan ekowisata bahari kategori diving yaitu 2.394 orang/hari dan ekowisata bahari

Pulau Mansinam memiliki potensi sumberdaya alam dengan ekosistem teresterial dan akuatik yang beraneka ragam flora, fauna, dan keindahan alam. Potensi ini belum

Hasil analisis kesesuaian wisata pantai untuk kategori rekreasi di wilayah pesisir Pantai Panjang Kota Bengkulu dengan mempertimbangkan semua parameter yang