• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Abuyamin (2015:26) adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Abuyamin (2015:26) adalah"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Definisi atau pengertian pajak menurut Abuyamin (2015:26) adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Sedangkan pengertian pajak menurut beberapa ahli (Resmi, 2009:1) yaitu sebagai berikut :

Menurut Soemitro menjelaskan bahwa :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Djajadiningrat menjelaskan bahwa :

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.”

(2)

Menurut Feldmann menjelaskan bahwa :

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri yang melekat pada definisi pajak, yaitu sebagai berikut :

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

2.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak, yaitu : 1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi

(3)

Contoh :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia

2.1.3 Jenis-Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:5) pajak dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut :

1. Menurut golongan

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 2. Menurut sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

(4)

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

 Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

 Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut Sari (2013:78) terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :

1. Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan (menghitung dan menetapkan) besarnya pajak yang terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.

(5)

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

2) Wajib Pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak dari fiskus

2. Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan (menghitung dan menetapkan) sendiri besarnya pajak yang terutang dan membayarnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

Ciri-ciri Self Assessment System adalah sebagai berikut :

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri

2) Wajib Pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

3. With Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan (menghitung dan menetapkan) besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-ciri With Holding System adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga.

(6)

2.2 Administrasi Perpajakan Modern

Menurut Pandiangan (2007:16) administrasi perpajakan dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Dalam arti sempit, administrasi perpajakan merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun di tempat wajib pajak. Sedangkan dalam arti luas, administrasi perpajakan dipandang sebagai fungsi, sistem dan lembaga.

Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program) atau reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut modernisasi. Modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi perpajakan ini dapat diartikan sebagai penggunaan sarana dan prasarana perpajakan yang baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi. Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan Good Governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini (Sari, 2013:14).

2.2.1 Karakteristik Administrasi Perpajakan Modern

Menurut Pandiangan (2007:7), administrasi perpajakan modern mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui sistem administrasi yang berbasis teknologi terkini

(7)

2. Seluruh wajib pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerimaan secara online

3. Seluruh wajib pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan media komputer e-SPT

2.2.2 Tujuan Administrasi Perpajakan Modern

Tujuan administrasi perpajakan modern berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-45/PJ/2007 adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dan seluruh stakeholder perpajakan.

Menurut Sari (2013:19), tujuan administrasi perpajakan modern adalah : 1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi

2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi

3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi 2.2.3 Penerapan Administrasi Perpajakan Modern

Menurut Rahayu (2013:117) penerapan sistem administrasi perpajakan modern terdiri dari sebagai berikut :

1. Program Reformasi Administrasi Perpajakan

Program-program reformasi administrasi perpajakan jangka menengah Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :

A. Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan 1. Meningkatkan Kepatuhan Sukarela

- Program kampanye sadar dan peduli pajak - Program pengembangan pelayanan perpajakan

(8)

2. Memelihara (Maintaining) Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Patuh - Program pengembangan pelayanan prima

- Program penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan 3. Menangkal Ketidakpatuhan Perpajakan (Combatting Noncompliance)

- Program merevisi pengenaan sanksi

- Program menyikapi berbagai kelompok Wajib Pajak tidak patuh - Program meningkatkan efektivitas pemeriksaan

- Program modernisasi aturan dan metode pemeriksaan dan penagihan

- Program penyempurnaan ekstensifikasi

- Program pemanfaatan teknologi terkini dan pengembangan IT masterplan

- Program pengembangan dan pemanfaatan bank data

B. Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap Administrasi Perpajakan 1. Meningkatkan Citra Direktorat Jenderal Pajak

- Program merevisi UU KUP

- Program penerapan Good Corporate Governance - Program perbaikan mekanisme keberatan dan banding - Program penyempurnaan prosedur pemeriksaan

2. Melanjutkan Pengembangan Administrasi Large Taxpayer Office (LTO) atau Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar - Program peningkatan pelayanan, pemeriksaan dan penagihan pada

(9)

- Program peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada LTO selain BUMN/BUMD

- Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus

- Program penerapan sistem administrasi LTO pada Kanwil lainnya C. Meningkatkan Produktivitas Aparat Perpajakan

1. Program reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan fungsi dan kelompok Wajib Pajak

2. Program peningkatan kemampuan pengawasan dan pembinaan oleh Kantor Pusat/Kanwil Direktorat Jenderal Pajak

3. Program penyusunan kebijakan baru untuk manajemen Sumber Daya Manusia

4. Program peningkatan mutu sarana dan prasarana kerja 5. Program penyusunan rencana kerja operasional

2. Langkah-langlah Reformasi dan Modernisasi Administrasi Perpajakan Dalam Nota Keuangan dan APBN Tahun Anggaran 2005 pada Bab 3 juga disebutkan langkah-langkah reformasi dan modernisasi administrasi perpajakan yang antara lain mencakup :

1. Penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan 2. Perluasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) khusus bagi Wajib Pajak

Besar, antara lain dengan pembentukan organisasi berdasarkan fungsi, pengembangan sistem administrasi perpajakan yang terintegrasi

(10)

dengan pendekatan fungsi, dan implementasi dari prinsip-prinsip tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Good Governance)

3. Pembangunan KPP khusus Wajib Pajak menengah dan KPP khusus Wajib Pajak kecil di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak I

4. Pengembangan basis data, pembayaran pajak, dan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara online

5. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak

6. Peningkatan efektivitas penerapan kode etik di jajaran Direktorat Jenderal Pajak dan Komisi Ombudsman Nasional. Dalam jangka menengah, upaya-upaya tersebut diharapkan dapat ditingkatkan, tidak hanya kepatuhan perpajakan (tax compliance), akan tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak, dan produktivitas aparat pajak

2.3 Pemeriksaan Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:52) pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Waluyo (2008:66) mengacu pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa :

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan proporsional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

(11)

Sasaran pemeriksaan dapat teridentifikasi sebagai berikut : 1. Penafsiran undang-undang perpajakan yang salah

2. Kesalahan hitung

3. Pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya (penggelapan)

4. Pemotongan/pemungutan dan pembebanan biaya yang dilakukan wajib pajak tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan 2.3.1 Tujuan Pemeriksaan

Menurut Suandy (2011:102) tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk : 1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal :

a) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

b) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi

c) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan

d) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Dirjen Pajak

(12)

e) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan tidak dipenuhi

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka :

a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan b) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

c) Pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak d) Wajib Pajak mengajukan keberatan

e) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto

f) Pencocokan data dan/atau alat keterangan

g) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil

h) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai i) Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

untuk tujuan lain selain huruf a sampai dengan huruf h 2.3.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Menurut Sari (2013:230) ruang lingkup pemeriksaan terdiri dari :

1. Pemeriksaan Lapangan, yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau untuk yang dilakukan di tempat Wajib Pajak

(13)

2. Pemeriksaan Kantor, meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak

2.3.3 Jangka Waktu Pemeriksaan

Menurut Waluyo (2013:230) jangka waktu pemeriksaan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang diberlakukan sejak 1 Januari 2008, ditetapkan bahwa :

1. Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

2. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

2.3.4 Jenis Pemeriksaan

Menurut Suandy (2011:106) jenis pemeriksaan antara lain sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Rutin, yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin

dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan

(14)

2. Pemeriksaan Khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak berkenaan dengan adanya masalah dan/atau keterangan yang secara khusus berkaitan dengan Wajib Pajak yang bersangkutan

3. Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan

4. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik, atau tempat usaha dari Wajib Pajak Domisili, yang lokasinya berada di luar wilayah kerja Unit Pelaksana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili

5. Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya

2.3.5 Tahapan Pemeriksaan Pajak

Menurut Rahayu (2013:286) tahapan pemeriksaan pajak terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :

(15)

2.3.5.1 Persiapan Pemeriksaan

Persiapan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan sebagai berikut :

- mempelajari berkas wajib pajak/berkas data

- menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak - mengidentifikasi masalah

- melakukan pengenalan lokasi wajib pajak - menentukan ruang lingkup pemeriksaan - menyusun program pemeriksaan

- menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam - menyediakan sarana pemeriksaan

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

2.3.5.2 Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi :

a) memeriksa di tempat wajib pajak

b) melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern c) memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan

d) melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen

(16)

e) melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga

f) memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak g) melakukan sidang penutup (Closing Conference) 2.3.5.3 Teknik dan Metode Pemeriksaan

Program pemeriksaan adalah pernyataan pilihan dan urutan metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Metode pemeriksaan adalah serangkaian teknik dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen. Teknik pemeriksaan adalah proses pembukuan dengan menggunakan rumus atau formula tertentu yang dikembangkan oleh pemeriksa.

Prosedur pemeriksaan adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk mengumpulkan bukti-bukti audit yang diperlukan dan analisis yang dilakukan terhadap bukti-bukti tersebut. Berbagai metode yang lazim digunakan dalam melakukan pemeriksaan pajak pada umumnya sebagaimana yang sudah kita kenal, sebagai berikut :

1. metode langsung 2. metode tidak langsung

3. metode pemeriksaan transaksi afiliasi

2.3.5.4 Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan

(17)

Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak adalah catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh Pemeriksa Kertas Kerja Pajak mengenai :

a) prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan b) pengujian-pengujian yang telah dilaksanakan c) sumber-sumber informasi yang telah diperoleh d) kesimpulan yang diambil oleh pemeriksa

Definisi Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) berdasarkan KMK No.545/KMK.04/2000 yang telah diubah dengan Peraturan Menkeu No.123/PMK.03/2006 adalah catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh Pemeriksa Pajak mengenal prosedur pemeriksaan yang ditempuh pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.

KKP merupakan wujud pertanggungjawaban Kertas Kerja Pemeriksa Pajak mengenai apa yang Pemeriksa lakukan dan bukti, data atau keterangan yang Pemeriksa temukan selama proses pemeriksaan, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, bahkan pada waktu memasuki penyusunan laporan pemeriksaan. Tujuan utama dari pembuatan KKP adalah sebagai bukti bahwa pemeriksa telah melaksanakan tugas pemeriksaan sebagaimana mestinya berdasarkan ilmu, kepandaian dan pengalaman yang dimilikinya.

2. Laporan Hasil Pemeriksaan

Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir Laporan Pemeriksaan pelaksanaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang

(18)

telah ditetapkan. Laporan Pemeriksaan Pajak juga merupakan sarana bagi pihak-pihak lain untuk mengetahui berbagai hal tentang pemeriksaan tersebut, baik berkenaan dengan pencarian informasi-informasi tertentu, maupun dalam rangka penguji kepatuhan prosedur dan mutu pemeriksaan yang telah dilakukan. Oleh karena itulah Laporan Pemeriksaan Pajak harus informatif. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun dengan menggunakan berbagai Kertas Kerja Pemeriksaan sebagai dasar dan acuannya. Hal ini memperjelas hubungan yang kuat antara KKP dengan LPP. KKP yang memenuhi syarat-syarat (lengkap, sistematis, akurat, rapi & teratur, logis, telah divalidasi) akan menghasilkan sebuah Laporan Pemeriksaan Pajak yang baik dan informatif.

2.3.6 Hak-hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Menurut Suandy (2011:115) hak-hak Wajib Pajak apabila dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Meminta Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa

2. Meminta tindakan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak

3. Menolak untuk diperiksa apabila Pemeriksa tidak dapat menunjukkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan

4. Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan

5. Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan, serta dokumen-dokumen yang dipinjam oleh Pemeriksa Pajak

6. Meminta perincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) mengenai

(19)

koreksi-koreksi yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak terhadap SPT yang telah disampaikan

7. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha Wajib Pajak dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak

8. Memperoleh lembar asli Berita Acara Penyegelan apabila Pemeriksa Pajak melakukan penyegelan atas tempat atau ruangan tertentu

2.3.7 Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Menurut Sari (2013:237) kewajiban Wajib Pajak yang diperiksa adalah : 1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai

dengan waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor

2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.

3. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan

4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan

(20)

5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor

6. Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan

2.4 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2013:138) menjelaskan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 dalam Nurcahyanti (2015:26) menjelaskan bahwa :

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara.”

2.4.1 Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2013:138) jenis-jenis kepatuhan wajib pajak adalah : 1. Kepatuhan formal, adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) PPh sebelum 31 Maret ke Kantor Pelayanan Pajak, dengan mengabaikan apakah isi Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut sudah benar atau belum. Yang penting Surat Pemberitahuan (SPT) PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret

(21)

2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Wajib pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut

2.4.2 Manfaat Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Nurcahyanti (2015:28) kepatuhan pajak akan menghasilkan banyak keuntungan bagi fiskus maupun bagi wajib pajak sendiri. Bagi fiskus, kepatuhan wajib pajak dapat meringankan tugas aparat pajak, sehingga petugas tidak terlalu banyak melakukan pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak akan mendapatkan pencapaian optimal.

Sedangkan bagi wajib pajak, manfaat yang diperoleh dari kepatuhan pajak yaitu akan diberikan fasilitas oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) seperti yang dikemukakan oleh Rahayu (2013:143) sebagai berikut :

1. Pemberian batas waktu penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan kelebihan pembayaran pajak yang diajukan wajib pajak diterima untuk Pajak Penghasilan (PPh) dan 1 (satu) bulan untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tanpa melalui penelitian dan pemeriksaan oleh Dirjen Pajak.

(22)

2. Adanya kebijakan percepatan penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) menjadi paling lambat 2 (dua) bulan untuk PPh dan 7 (tujuh) hari untuk PPN

2.4.3 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2013:139) kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari :

1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT) 3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang 4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, menyatakan wajib pajak dapat ditetapkan sebagai wajib pajak patuh apabila memenuhi persyaratan berikut :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), meliputi : a) Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga)

tahun terakhir

b) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut

(23)

c) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada huruf b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak 3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 No Penelitian/Penulis

/Tahun Judul Kesimpulan

1 W.K Sarunan, 2015 ISSN Vol. 3, No. 4 Tahun, 2015 Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado Hasil penelitian menunjukkan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan.

2 Humala Setia, 2015 Pengaruh Frekuensi Pemeriksaan Pajak dan Kualitas Pemeriksa Pajak Terhadap Hasil penelitian menggunakan analisis Structural Equation

Modelling (SEM) yang

frekuensi pemeriksaan pajak berpengaruh negatif dan

(24)

ISSN

Vol. 17, No. 1 Tahun, 2015

Kepatuhan Wajib Pajak Badan

signifikan terhadap tingkat kepatuhan perusahaan wajib pajak. Sementara, kualitas auditor pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan perusahaan wajib pajak. Hasil menemukan dalam penelitian ini juga memberikan pemahaman yang lebih dari beberapa faktor dalam kegiatan audit pajak memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan mencoba untuk mengoptimalkan kualitas

auditor untuk

meminimalkan kesalahan deteksi menurut prinsip perlakuan yang sama dapat dicapai dan akhirnya pajak aktivitas penggelapan bisa berkurang. 3 Alia Rochmah, 2014 ISSN Vol. 3, No. 10 Tahun, 2014 Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara variabel modernisasi struktur organisasi pada penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan variabel-variabel lain meliputi modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi organisasi, dan modernisasi budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 4 C. Mandagi., H. Sabijono., V. Tirayoh, 2014 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam

Dari hasil penelitian

diketahui bahwa

pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib

(25)

ISSN Vol. 2 , No. 3 Tahun, 2014 Memenuhi Kewajiban Perpajakannya pada KPP Pratama Manado

Pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Dan berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado sebagian besar dipengaruhi oleh pemeriksaan pajak dan lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini seperti sistem administrasi perpajakan, pelayanan, penegakan hukum perpajakan, dan tarif pajak. 5 Nur Cahyonowati, 2012 ISSN Vol. 9, No. 2 Tahun, 2012 Peranan Etika, Pemeriksaan, Dan Denda Pajak Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sebuah interaksi antara variabel denda pajak dan etika dalam mempengaruhi kepatuhan pajak. Namun, tidak terdapat bukti empiris adanya interaksi antara pemeriksaan pajak dan etika dalam mempengaruhi kepatuhan pajak

2.6 Kerangka Pemikiran

Program reformasi administrasi perpajakan telah mendapat peran cukup penting dalam menentukan masa depan Direktorat Jenderal Pajak. Tepatnya sejak program tersebut digulirkan pertama kali pada 2002. Untuk itu dalam praktiknya, Dirjen Pajak melakukan berbagai pembenahan. Di antaranya pembenahan organisasi yang kini lebih menyesuaikan pada kebutuhan wajib pajak. Dirjen

(26)

Pajak juga melakukan pembaharuan di bidang informasi teknologi, business redesign process serta sumber daya manusia (SDM).

Adapun modernisasi di bidang teknologi informasi terbukti merupakan salah satu terobosan yang cemerlang. Sebab para wajib pajak diberikan berbagai kemudahan dalam proses pelaporan pembayaran pajak. Para wajib pajak juga bisa mengakses kapan pun, dimana pun serta real time. Terobosan itu terdiri atas diluncurkannya produk-produk E-System. Antara lain yaitu E-Registration (pendaftaran NPWP secara on line), MP3 (Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak), dan E-Filling (Pelaporan Surat Pemberitahuan).

Pada tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 27.571.471 WP Orang Pribadi (OP). Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP.

Direktorat Jenderal Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) memiliki peranan penting untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya melalui pemeriksaan pajak. Salah satu upaya untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya maka aparat pajak atau fiskus melakukan kegiatan pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

(27)

Dengan demikian tujuan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya harus mendapat prioritas utama dan pemeriksaan pajak yang dilaksanakan oleh fiskus untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak harus secara objektif dan profesional.

Keterangan : Secara Simultan Secara Parsial Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.7 Hipotesis Penelitian

Menurut Sekaran (2015:135) hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditentukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka yang dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa :

Pemeriksaan Pajak (X2) Indikator : Tahapan Pemeriksaan Administrasi Perpajakan Modern (X1) Indikator : Langkah Reformasi dan Modernisasi Administrasi

Perpajakan

Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Indikator : Kriteria Kepatuhan

(28)

H1: Penerapan administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

H2: Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak H3: Penerapan administrasi perpajakan modern dan pemeriksaan pajak

Gambar

Tabel 2.1  No  Penelitian/Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Untuk muatan sedimen dasar menggunakan metode DuBoys, metode Shields, metode Schoklitsch, metode Meyer-Peter, metode Meyer-Peter dan Muller dan metode

(5) Badan Usaha yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sebagian atau semua klasifikasi bidang usaha bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Warga Tanah Putih menilai bahwa pelayanan publik yang dilakukan oleh desa Sari secara geografis jauh dari pemukiman warga desa Tanah Putih, maka masyarakat Tanah

Pada tabel 1 menunjukkan sampel bukan perokok A dan C memiliki vital capacity yang lebih tinggi dari sampel B dan D hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pada sampel B

• Formulir Pengajuan Perubahan Dana Investasi asli wajib diiisi dengan leng- kap dan ditandatangani oleh Pemegang Polis sesuai dengan tanda tangan yang tercantum dalam SPAJ dan

Undang, maka halmana sama dengan Mahkamah Konstitusi telah melakukan reformasi dalam peradilan dengan menjunjung tinggi penegakan supremasi hukum, penegakan keadilan

Hasil fermentasi semi-aerob bagase tebu dan limbah nanas digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi anaerob menggunakan digester 20 L, yang sebelumnya dicampurkan