• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI FISIOGRAFI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 DAN 8 DI WILAYAH MALANG BAGIAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERPRETASI FISIOGRAFI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 DAN 8 DI WILAYAH MALANG BAGIAN TIMUR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

INTERPRETASI FISIOGRAFI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 DAN 8 DI WILAYAH MALANG BAGIAN TIMUR

Oleh:

Nama mahasiswa : Dian Furranti Andhani

NIM : 130721616041

Mata Kuliah : Penginderaan Jauh Dosen Pengampu : Purwanto, Spd. Msi

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI Desember, 2015

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kecamatan Tumpang adalah salah satu dari 33 Kecamatan yang ada di Kabupaten Malang, yang terletak dibagian timur Kabupaten Malang dan merupakan pusat pengembangan kawasan Malang Timur. kec. Tumpang kab. Malang merupakan daerah agraris yang berbasis pada persawahan, sayuran dan pertanian lahan kering serta buah – buahan. Pada kuliah kerja lapangan dalam melihat kondisi lingkungan di daerah kec. Tumpang kab. Malang menggunakan citra lansat 7 dan 8.

Satelit landsat merupakan salah satu satelit yang digunakan untuk mengamati permukaan bumi. Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber daya alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber daya alam dan memantau kondisi lingkungan. Citra landsat 7 merupakan satelit yang diluncurkan pada tanggal 15 April 1999 dengan tujuan untuk memperbarui arsio citra satelit, menyediakan citra yang up to date dan bebas awan yang dikelola oleh NASA dan didistribusikan oleh USGS. Citra lansat 7 memungkinkan untuk gambar tiga dimensi dari Landsat 7 dan sumber-sumber lainnya untuk dapat dengan mudah dinavigasi dan dilihat dari berbagai sudut. Sedangkan citra lansat 8 merupakan project gabungan antara USGS dan NASA dan diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013. Dilengkapi oleh dua sensor yang merupakan pengembangan dari sensor yang terdapat pada satelit-satelit progam landsat sebelumnya yaitu Sensor Operational Land Manager (OLI) yang terdiri dari 9 band serta Sensor Thermal InfraRed Sensors (TIRS) yang terdiri dari 2 band.

Estes dan Simonett (1975) dalam Sutanto (1992) mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan objek bagi orang – orang yang berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan kata lain pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu sama. Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001).

(3)

Bentuk lahan (landform) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan masing-masing dari setiap satu kenampakan dari kenampakan secaramenyeluruh dan sinambung (multitudineous features) yang secara bersama-sama membentuk permukaan bumi. Hal ini mencakup semua kenampakan yang luas,seperti dataran, plato, gunung dan kenampakan-kenampakan kecil seperti bukit,lembah, ngarai, arroyo, lereng, dan kipas aluvial (Desaunettes,1977). Wiradisastra et al. (1999) menambahkan bahwa bentuk lahan merupakan konfigurasi permukaan lahan (land surface) yang mempunyai bentuk-bentuk khusus. Suatu bentuk-bentuk lahan akan dicirikan oleh struktur atau batuannya, proses pembentukannya, dan mempunyai kesan topografi spesifik.

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara bentuk lahan yang ada di citra dan di lapangan di kec. Tumpang kab. Malang.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemetaan bentuk lahan di kec. Tumpang kab. Malang.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui penggunaan lahan di kec. Tumpang kab. Malang.

C. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan bentuk lahan antara di citra dan di lapangan di kec. Tumpang kab. Malang.

2. Mahasiswa dapat mengetahui pemetaan bentuk lahan di kec. Tumpang kab. Malang.

3. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan lahan mengetahui di kec. Tumpang kab. Malang.

D. Output

1. Peta daerah kajian interpretasi bentuk lahan di wilayah Malang bagian Timur landsat 8 dengan komposit 4,3,2 skala 1:200.000

2. Peta daerah kajian interpretasi bentuk lahan di wilayah Malang bagian Timur landsat 8 dengan komposit 5,6,7 skala 1:200.000

(4)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bentuk Lahan

1. Pengertian bentuk lahan

Bentuk lahan (landform) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan masing-masing dari setiap satu kenampakan dari kenampakan secara menyeluruh dan sinambung (multitudineous features) yang secara bersama-sama membentuk permukaan bumi. Hal ini mencakup semua kenampakan yang luas,seperti dataran, plato, gunung dan kenampakan-kenampakan kecil seperti bukit,lembah, ngarai, arroyo, lereng, dan kipas aluvial (Desaunettes, 1977). Wiradisastra et al. (1999) menambahkan bahwa bentuk lahan merupakan konfigurasi permukaan lahan (land surface) yang mempunyai bentuk-bentuk khusus. Suatu bentuk lahan akan dicirikan oleh struktur atau batuannya, proses pembentukannya, dan mempunyai kesan topografi spesifik.

2. Faktor dan proses pembentukan bentuk lahan

Menurut Wiradisastra et al. (1999) bentuk - bentuk lahan yang ada dimuka bumi terjadi melalui proses geomorfik yaitu semua perubahan, baik fisik maupun kimia yang mempengaruhi perubahan bentuk permukaan bumi. Faktor penyebabnya berupa tenaga geomorfik yaitu semua media alami yang mampu memantapkan dan mengangkut bahan di permukaan bumi. Tenaga tersebut antara lain berupa air mengalir, air tanah, gletser, angin, dan gerakan air lainnya (gelombang laut, pasang surut dan tsunami). Menurut Thornbury (1969) secara garis besar proses geomorfik yang membentuk rupa bumi terdiri dari proses eksogenetik (epigenetik ), endogenetik (hipogenetik ), dan ekstraterestrial. Proses eksogenetik terjadi melalui proses gradasi dan aktivitas organisme termasuk manusia. Proses gradasi dapat berupa degradasi yang dapat terjadi melalui proses hancuran iklim (weathering processes), gerakan massa (mass wasting), dan erosi.

Proses gradasi dapat pula terjadi melalui agradasi yang penyebabnya berupa air mengalir, air tanah,gelombang air (laut atau danau), arus pasang surut, tsunami, gerakan angin dan gletser. Proses endogenetik terjadi melalui diastrofisme dan volkanisme, sedangkan proses ekstraterestrial terjadi melalui jatuhnya meteor. Proses hancuran iklim dan erosi yang terjadi pada batuan

(5)

memberikan pengaruh yang berbeda - beda terhadap bentuk lahan, yang disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu: kondisi iklim, jenis penyusun batuan, dan lamanya proses pembentukan lahan tersebut (Desaunettes, 1975) dari proses denudasi. Bentuk lahan yang terbentuk langsung dari aktivitas volkanik dan tektonik adalah bentuk lahan awal.

Pembentukan bentuk lahan dari proses dan pelaku denudasi termasuk ke dalam bentuk lahan sekuensial, yang berarti mereka adalah terbentuk pada beberapa tahapan setelah bentuk lahan awal terbentuk dan hancuran - hancuran dari kerak bumi muncul pada posisi-posisi tertentu. Pengelompokan bentuk-bentuk lahan utama diuraikan berikut ini (Wiradisastra et al., 2002).

B. Citra Landsat

1. Pengertian Citra Landsat

Citra Landsat merupakan gambaran permukaan bumi yang diambil dari luar angkasadengan ketinggian kurang lebih 818 km dari permukaan bumi, dengan skala 1 : 250.000.Dalam setiap perekaman citra landsat mempunyai cakupan area 185 km x 185 km sehinggaaspek dari objek tertentu yang cukup luas dapat diidentifikasi tanpa menjelajah seluruh daerahyang disurvei atau yang diteliti.Citra landsat merupakan citra yang dihasilkan dari beberapa spectrum dengan panjanggelombang yang berbeda.

2. Karakterisitk Data Landsat TM

Data Landsat TM (Thematic Mapper) diperoleh pada tujuh saluran spektral yaitu tiga saluran tampak, satu saluran inframerah dekat, dua saluran inframerah tengah, dan satu saluran inframerah thermal. Lokasi dan lebar dari ketujuh saluran ini ditentukan dengan mempertimbangkan kepekaannya terhadap fenomena alami tertentu dan untuk menekan sekecil mungkin pelemahan energi permukaan bumi oleh kondisi atmosfer bumi. Jensen (1986) mengemumakan bahwa kebanyakan saluran TM dipilih setelah analisis nilai lebihnya dalam pemisahan vegetasi, pengukuran kelembaban tumbuhan dan tanah, pembedaan awan dan salju, dan identifikasi perubahan hidrothermal pada tipe-tipe batuan tertentu. Data TM mempunyai proyeksi tanah IFOV (instantaneous field of view) atau ukuran daerah yang diliput dari setiap piksel atau sering disebut resolusi spasial. Resolusi spasial untuk keenam saluran spektral sebesar 30 meter,

(6)

sedangkan resolusi spasial untuk saluran inframerah thermal adalah 120 m (Jensen,1986).

3. Kegunaan Satelit Landsat

Terdapat banyak aplikasi yang dapat diterapkan dari data Landsat, diantaranya adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut dan lain-lain. Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan, data Landsat TM lebih dipilih daripada data SPOT multispektral karena terdapat band infra merah menengah. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah thermal . Data thermal diperlukan untuk studi proses-proses energi pada permukaan bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang diirigasi.

4. Kelebiahan Dan Kekurangan Citra Landsat

Citra landsat adalah citra yang di ambil menggunakan satelit landsat tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan,di antaranya :

Kelebihan :

1) Dapat merekam wilayah di permukaan bumi dengan lebih luas / cakupannya lebih besar.

2) Pada setiap topografi yang ada di permukaan bumi dibedakan dengan warna.

3) Setiap kejadian yang ada di permukaan bumi dapat dibedakan dengan panjang gelombangyang ada di citra landsat.

Kekurangan :

1) Apabila citra landsat / daerah yang akan dianalisis tertutup awan maka citra tersebut sulituntuk dianalisis.

2) Peliputan landsat pada musim kering sulit untuk membedakan 5. Macam-macam Jenis Satelit Landsat

1) Landsat 1

Landsat 1 pada mulanya bernama “Earth Resources Technology Satellite 1”. Landsat 1 adalah satelit pertama dari Amerika Serikat. Satelit yang diluncurkan pada 23 Juli 1972 oleh roket Delta 900 ini adalah versi modifikasi dari satelit meteorologi Nimbus 4. Satelit Landsat 1 melakukan monitoring

(7)

dengan membawa instrumen kamera RBV dan MSS. Operasi berakhir tahun 1978.

2) Landsat 2

Landsat 2 adalah satelit kedua dari program Landsat. Awalnya satelit ini bernama ERTS- B (Earth Resource Technology Satellite-B namun berganti nama menjadi “Landsat 2” sebelum peluncurannya pada 22 Januari 1975. Landsat 2 membawa sensor yang sama seperti pendahulunya, yaitu RBV dan MSS. RBV merupakan instrumen yang digunakan untuk tujuan evaluasi teknik sedangkan MSS secara sistematis terus mengumpulkan gambar dari Bumi. Landsat 2 beroperasi selama lebih dari tujuh tahun dan akhirnya berhenti beroperasi pada 25 Februari 1982.

3) Landsat 3

Landsat 3 adalah satelit ketiga dari program Landsat. Satelit ini diluncurkan pada tanggal 5 Maret 1978 dengan tujuan utama menyediakan arsip global foto satelit. Landsat 3 memiliki desain dasar sama seperti Landsat 2. Satelit ini membawa instrumen MSS, yang memiliki resolusi maksimum 75 m. Tidak seperti dua Landsat sebelumnya, instrumenthermal band telah dibuat pada Landsat 3, tetapi instrumen ini gagal beroperasi setelah satelit ditempatkan. Landsat 3 ditempatkan dalam orbit polar berjarak sekitar 920 km dan menghabiskan waktu 18 hari untuk memindai seluruh permukaan bumi. Landsat 3 sudah tidak beroperasi lagi karena adanya masalah teknis dan berhenti beroperasi pada 21 Maret 1983.

4) Landsat 4

Landsat 4 adalah satelit keempat dari program Landsat. Satelit ini diluncurkan pada 16 Juli 1982 dengan tujuan utama menyediakan arsip global foto satelit. Meski program Landsat dikelola oleh NASA, data dari Landsat 4 dikumpulkan dan didistribusikan oleh USGS. Landsat 4 sudah tidak beroperasi lagi karena adanya masalah teknis dan akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 1993. Landsat 4 memiliki andwidth transmisi maksimum sebesar 85 Mbit/s, membawa MSS yang telah diperbaharui dan Thematic Mapper (TM) yang memiliki resolusi maksimum 30 m. Perlu dicatat bahwa Landsat 4 adalah satelit pertama dalam program Landsat yang menggunakan sensor TM. Sensor TM

(8)

mampu mengumpulkan tujuh band data yang berbeda dari empat band data yang dikumpulkan MSS. Selain memliki tiga band data lebih banyak, para ilmuwan dapat melihat data TM dengan resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan MSS. Band 1-5 dan 7 masing-masing memiliki resolusi spektral 30 m sementara MSS hanya tersedia resolusi 79 m dan 82 m. Band 6 (merupakan ) band inframerah thermal memiliki resolusi spasial maksimum 120 m.

5) Landsat 5

Landsat 5 adalah satelit kelima dari program Landsat. Satelit ini diluncurkan pada tanggal 1 Maret 1984 dengan tujuan utama menyediakan arsip global foto satelit. Program Landsat dikelola oleh USGS dan data dari Landsat 5 dikumpulkan serta didistribusikan dari USGS’s Center untuk Earth Resources Observation and Science. Pada tanggal 2 Maret 2009, Landsat 5 merayakan 25 tahun keberhasilannya beroperasi. Landsat 5 telah melampaui harapan sejak pertama kali dirancang. Satelit ini memiliki bandwidth transmisi maksimum sebesar 85 Mbit/s dan ditempatkan pada ketinggian 705,3 km (438,3 mil). Dibutuhkan sekitar 16 hari untuk memindai seluruh bumi. Satelit ini adalah salinan identik dari Landsat 4 dan pada awalnya dimaksudkan sebagai backup Landsat 4 karena membawa instrumen yang sama, termasuk instrumen TM dan MSS . Instrumen MSS ini dimatikan pada tahun 1995. Dan pada akhirnya satelit ini berhenti beroperasi berakhir pada bulan Januari 2013.

6) Landsat 6

Landsat 6 dirancang untuk melanjutkan program Landsat. Satelit ini diluncurkan pada 5 Oktober 1993 menggunakan Titan II tapi gagal mencapai orbit karena masalah teknis. Sebagai akibatnya, Landsat 4 dan Landsat 5 digunakan lagi (melebihi umur yang telah ditetapkan). Namun hanya Landsat 5 yang masih beroperasi.

7) Landsat 7

Satelit ini diluncurkan pada tanggal 15 April 1999. Tujuan utama Landsat 7 adalah untuk memperbaharui arsip citra satelit, menyediakan citra yang update dan bebas awan. Meski program Landsat dikelola oleh NASA, data dari Landsat 7 dikumpulkan dan didistribusikan oleh USGS. Proyek NASA World Wind memungkinkan gambar tiga dimensi dari Landsat 7 dan sumber-sumber lainnya

(9)

untuk dapat dengan mudah dinavigasi dan dilihat dari berbagai sudut. Landsat 7 dirancang untuk dapat bertahan 5 tahun dan memiliki kapasitas untuk mengumpulkan dan mentrasmisikan hingga 532 citra setiap harinya. Orbit dari satelit ini adalah polar, orbit yang sinkron terhadap matahari, dalam arti dapat memindai seluruh permukaan bumi, yakni selama 232 orbit atau 15 hari. Massa satelit tersebut 1973 kg, memiliki panjang 4,04 meter dan diameter 2,74 meter. Tak seperti pendahulunya, Landsat 7 memiliki memori 378 gigabits (kira-kira 100 citra). Instrumen utama Landsat 7 adalah Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+).

8) Landsat 8

Landsat Data Continuity Mission (LDCM) atau dikenal juga dengan nama Landsat 8 merupakan satelit generasi terbaru dari Program Landsat. Satelit ini merupakan project gabungan antara USGS dan NASA beserta NASA Goddard Space Flight Center dan diluncurkan pada hari Senin, 11 Februari 2013 di Pangkalan Angkatan Udara Vandeberg, California – Amerika Serikat. Satelit Landsat 8 yang direncanakan mempunyai durasi misi selama 5 – 10 tahun ini, dilengkapi dua sensor yang merupakan hasil pengembangan dari sensor yang terdapat pada satelit-satelit pada Program Landsat sebelumnya. Kedua sensor tersebut yaitu Sensor Operational Land Manager (OLI) yang terdiri dari 9 band serta Sensor Thermal InfraRed Sensors (TIRS) yang terdiri dari 2 band.

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Diagram Alur

B. Alat dan Bahan 1. ENVI 4.5

2. Citra Landsat 7 dan 8 Malang Timur 3. Data Vektor sungai dan Jalan Malang 4. Yalon

5. Abney Lever 6. Meteran 7. GPS

C. Tahap Pengumpulan Data 1. Persiapan

Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melakukan KKL (Kuliah Kerja Lapanga) meliputi pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian KKL yang dilakukan. Informasi tambahan dari luar juga sangat dibutuhkan demi menambah wawasan tentang penelitian yang akan dilakukan.

2. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data yang dimaksud adalah mengumpulkan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan parameter yang akan diolah.

(11)

Pengumpulan data yang mampu diperoleh adalah data Jalan Kabupaten Malang dan Peta geologi Kabupaten Malang.

3. Pengerjaan Data

a. Laboratorium sebelum lapangan

 Pengolahan data Citra Landsat 7 dan 8 menggunakan aplikasi Envi 4.5 dan Arcgis 10.1

 Pengolahan Citra Landsat 8 Menggunakan Envi 4.5: - Perbaikan geometrik dan spasial citra yang

meliputi seluruh band yang digunakan.

- Pembuatan composite warna untuk band 3 warna merah (R), untuk band 2 warna hijau (G) dan untuk band 1 warna biru (B). - Pemotongan cirta pada landsat 8 yang telah terkoreksi dipotong sesuai

batas administrasi Kabupaten Malang. Pemotongan citra menggunakan software Envi 4.5.

 Pengolahan Citra landsat 8 yang telah terkomposit di Envi 4.5 menggunakan ArcGIS 10.1

- Interpretasi citra dalam penelitian ini dilakukan dengan cara digitasi. Interpretasi citra merupakan pengenalan karakteristik obyek secara keruangan (spatial) mendasarkan pada unsur-unsur interpretasi citra penginderaan jauh, yang terdiri dari rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi.

b. Lapangan

- Penentuan Post Lapangan

- Penentuan post lapangan dipilih oleh dosen yaitu terdiri dari 5 post - Menentukan titik koordinat X dan Y menggunakan GPS setiap pos - Menghubungkan titik koordinat X dan Y di peta menggunakan

penggaris agar mengetahui posisi tempat di lapangan dengan di peta - Mengukur kemiringan lereng setiap post:

 Tentukan arah garis profil yang dikehendaki  Tandai titik garis profil dengan yalon

(12)

 Ukur sudut kemiringan lereng dengan abney lever dengan ukuran yang sama dari yalon 2 ke yalon 1

 Catatlah hasil pengukuran tersebut

- Menentukan bentukan lahan (landform) setiap post menggunakan peta geologi.

- Membandingkan interpretasi lapangan dengan interpretasi pada peta. - Menganalisis perbandingan ke 2 interpretasi dimasing-masing post. - Interpretasi Ulang.

Interpretasi ulang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yaitu dengan memperbaiki kesalahan pada hasil interpretasi bentukan lahan yang dilakukan di lapangan. Interpretasi ulang ini dilakukan karena citra yang digunakan tahun perekamananya adalah tahun 2009 sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini adalah tahun 2015.

c. Laboratorium Setelah lapangan

 Pengolahan data menggunakan Software Envi

- Melakuakan digitasi pada citra landsat 8 yang telah di interpretasi - Layout peta interpretasi landform di Malang Timur

D. Analisis

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Karena dianggap yang paling relevan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi karena dapat menggambarkan secara keseluruhan keadaan objek atau data. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Citra Sebelum Lapangan (Terlampir)

2. Citra Perubahan Olah Lapangan (Terlampir)

3. Hasil Lapangan a) Lokasi 1

Merupakan daerah Qvt, yaitu endapan vulkanik dari bromo yang dibawah vulkanik kaki gunung buring.

Koordinat : 0685448 x 9117238 y Kemiringan :

- Segmen 1: 3030’ - Segmen 2: 3030’ - Segmen 3: 2010’

Suhu : 28,9 0C (thermal) dan 27,1 0C (thermometer tembak), berbeda temperatur karena perbedaan waktu untuk pengambilan data pada landsat dan lapangan.

Vegetasi : Hutan produksi, sawah, perkebunan, dahulunya perkebunan campuran

Landuse : jalan, sungai b) Lokasi 2

Lokasi 2 merupakan daerah Qpvb, yaitu perubahan penggunaan lahan, dan terdiri atas pemukiman.

Koordinat : 0684947 x 9116296 y Vegetasi : rumput gajah, tebu (jarang)

Suhu : 30,9 0C (thermal) dan 32,6 0C (Lapangan) Kemiringan : lebih curam daripada lokasi 1

(14)

c) Lokasi 3

Koordinat : 0684810 x 9114618 y

Landform : Merupakan daerah Qpvb, yaitu endapan gunung api buring terdiri dari lava basalt dan tuff pasiran, abu-abu kehitaman, berstruktur kasat mata hingga tak kasat mata. Tuf pasiran bewarna putih coklat kelabu dan keruh, komponen feldspar, kaca, batu apung, mineral hitam dan pecahan batuan berbutir pasir-lapili.

Kemiringan : lokasi 2 lebih miring daripada lokasi ini (3), artinya lokasi 3 sama dengan lokasi 1 untuk kemiringannya.

Sosial : masyarakatnya masih bergantung pada alam, yakni bertani, beternak, dll

Vegetasi : Hutan jati, sengon laut, rumput gajah, papaya, jagung, sungai (jalan berbatu)

Landuse : pemukiman. Suhu : 24,3oC

d) Lokasi 4

Koordinat : 0688695 x 9113179 y

Landform : datar, bentuk lahannya berbeda, perbatasan daerah alluvial dan daratan buring (antara Qpvh dan Qvt), perbukitan buring dan daratan aluvial Vegetasi : sawah, perkebunan jagung, perkebunan sayur (kubis), ubi jalar, tomat, jeruk, peternakan, dll

Landuse : lahan terbuka dan pemukiman. e) Lokasi 5

Lokasi 5 merupakan daerah pemukiman. Koordinat : 0699315 x 9109539 y Suhu : 42,2o C

Vegetasi : Pada lokasi 5, tidak ada vegetasi. Kebanyakan adalah berupa lahan kosong atau lapangan.

Landuse : Pada lokasi 5, penggunaan lahannya berupa pemukiman dan hutan produksi

(15)

f) Lokasi 6

Daerah DAS, Hutan produksi, sungai Koordinat : 0700052 x dan 9109085 y Suhu : 30,67oC

Vegetasi : Pada lokasi 6, vegetasinya merupakan vegetasi rapat seperti pinus, kopi.

Landuse : Penggunaan lahan pada lokasi 6 berupa hutan produksi, sungai, dan sawah pra panen.

Landform : kaki gunung buring.

B. Pembahasan 1. Lokasi 1

Lokasi 1 terletak pada koordinat x 0685448 dan koordinat y 9117238. Daerah tersebut merupakan daerah Qvt yaitu endapan vulkanik dari bromo yang dibawah vulkanik kaki gunung buring. Berdasarkan hasil pengukuran, kemiringan yang ada pada lokasi tersebut berkisar antara 2o hingga 3o. Hal tersebut dikarenakan lokasi tersebut berada pada kaki gunung vulkanik buring. Wilayah tersebut memilik suhu 27,1o pada lapangan dan sedikit memiliki perbedaan suhu dengan data pada landsat diakarenakan perbedaan waktu pengambilan data. Penggunaan lahan pada derah tersebut yakni jalan dan sungai dengan pola sentrifugal. Vegetasi penutup lahan pada daerah tersebut berupa hutan produksi, sawah, perkebunan, yang dahulunya perkebunan campuran.

2. Lokasi 2

Pos 2 terletak pada koordinat 0684947 x 9116296 y dengan suhu 2 derajat lebih tinggi di lapangan daripada saat dilihat di landsat thermal. Penutup lahan pada lokasi 2 berupa perumahan, dan jalan. Namun jika dibandingkan dengan data yang ada pada landsat 8, data lapangan menunjukkan sudah banyak perubahan seperti perluasan bangunan pada perumahan tersebut. Vegetasi yang ada pada daerah itu berupa rumput gajah dan beberapa tanaman tebu. Fisiografi pada derah tersebut merupakan Qpvb yaitu endapan gunung api buring. Suhu pada lokasi tersebut adalah kisaran 30-32oC.

(16)

3. Lokasi 3

Lokasi 3 terletak pada koordinat 0684810 x 9114618 y. Fisiografis daerah tersebut merupakan daerah Qpvb, yaitu endapan gunung api buring terdiri dari lava basalt dan tuff pasiran, abu-abu kehitaman, berstruktur kasat mata hingga tak kasat mata. Tuf pasiran bewarna putih coklat kelabu dan keruh, komponen feldspar, kaca, batu apung, mineral hitam dan pecahan batuan berbutir pasir-lapili. Memiliki kemiringan yang sama dengan lokasi 1. Penggunaan lahan daerah tersebut berupa permukiman dengan penutup lahan seperti Hutan jati, sengon laut, rumput gajah, papaya, dan jagung.

4. Lokasi 4

Pada lokasi 4, titik koordinat yang terukur adalah tepat pada 0688695 x 9113179 y. Fisiografisnya berupa datar, bentuk lahannya berbeda, perbatasan daerah alluvial dan daratan buring (antara Qpvh dan Qvt), perbukitan buring dan daratan aluvial. Pada daerah tersebut mayoritas penggunaan lahannya adalah untuk pemukiman, sisanya adalah lahan terbuka karena ditemukan lapangan. Vegetasi penutup lahannya berupa sawah, perkebunan jagung, perkebunan sayur (kubis), ubi jalar, tomat, jeruk, peternakan, dll.

5. Lokasi 5

Lokasi 5 berada pada titik 0699315 x 9109539 dengan suhu 42,2o Daerah tersebut tidak memiliki penutup lahan berupa vegetasi, kebanyakan berupa lahan kosong. Pada lokasi 5, penggunaan lahannya berupa pemukiman dan hutan produksi. Fisiografis pada lokasi 5 terletak pada dataran kaki gunung buring.

6. Lokasi 6

Pada lokasi 6 titik koordinat yang terukur menunjukkan angka 0700052 x dan 9109085 y. Daerah tersebut merupakan DAS, Hutan produksi, sungai dengan fisiografis kaki gunung buring. Suhu terukur pada daerah tersebut sebesar 30,67oC Vegetasi penutup lahan pada lokasi 6 merupakan vegetasi rapat seperti pinus, kopi. Penggunaan lahan pada lokasi 6 berupa hutan produksi, sungai, dan sawah pra panen.

(17)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Daerah kajian yang terletak pada kecamatan Tumpang kabupaten Malang merupakan daerah agorpolitan dimana masyarakat umumnya memanfaatkan lahan yang ada sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Dilihat dari sudut pandang fisiografis, derah tersebut terletak pada zona Qpvb dimana terbentuk dari endapan gunung api buring terdiri dari lava basalt dan tuff pasiran, abu-abu kehitaman, berstruktur kasat mata hingga tak kasat mata. Tuf pasiran bewarna putih coklat kelabu dan keruh, komponen feldspar, kaca, batu apung, mineral hitam dan pecahan batuan berbutir pasir-lapili. Dengan kondisi fisiografis yang memiliki kemiringan yang tidak begitu curam dan terletak di kaki gunung buring, maka sangat sesuai apabila lahan yang ada dimanfaatkan untuk produksi pertanian.

B. Saran

Dari kajian yang dilakukan, ditemukan beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu dari segi pemanfaatan lahan yang masih kurang sesuai dengan karakteristik lahannya. Banyak ditemukan lahan-lahan kosong yang belum dimanfaatkan dengan baik. Selain itu perlu relokasi lahan dalam upaya perbaikan pemanfaatan lahan tersebut.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Desaunettes, J. R. 1977. Catalogue of Landform for Indonesia. Example of Physiographic Approach to Land Evaluation for Agricultural Development. Prepared for The Land Capability Appraisal Project at The Soil Research Inst., Bogor-Indonesia

Thornbury, W. D. 1969. Principles of Geomorphology 2nd ed. Department of Geology. Indiana University. United States of America.

Wiradisastra, U. S., B. Tjahjono, K. Gandasasmita, B. Barus, dan Khursatul Munibah.1999. Geomorfologi dan Analisis Lansekap. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh; Jilid 1. Jogyakarta: Gajah Mada University Press

Puwadhi, Hardiyanti S, 2001. Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Semarang: LAPAN-UNES

Referensi

Dokumen terkait

yang positif pada siswa maka akan membentuk perilaku positif pada siswa, sebaliknyarendahnya pemberian punishment positif pada siswa maka pembentukan perilaku pada

Perlu saya beritahukan bahwa saya adalah salah seorang mahasiswa pada Program Studi Ekonomi Islam di Institut Agama Islam Negeri Walisongo (IAIN) Semarang yang

Temuan dari penelitian ini adalah variabel laba dan arus kas berpengaruh signifikan dan dapat digunakan untuk memprediksi nilai probabilitas variabel financial

Anda dapat memilih salah satu dari sumber video langsung dari input 1 sampai 8 atau sumber yang saat ini. ditetapkan sebagai BG (warna

Pengaruh islam di Melaka telah membawa beberapa kesan dalam sistem politik dan sosial di Melaka dengan menggantikan sistem beraja kepada institusi kesultanan

2017.. SOSIAL MEDIA SEBAGAI STRATEGI PROMOSI UNTUK MENARIK MINAT PENGUNJUNG DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN MADIUN. Tugas Akhir: Diploma III

Bank Syariah Sul-Selbar Cabang Makassar dalam upaya peningkatan kinerja karyawan melalui pembenahan struktur dan pemahaman akan arti peranan budaya organisasi dalam suatu

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh didapatkan hasil efektivitas serbuk cangkang keong mas dalam menyerap Hg10 ppm adalah pada massa 20 gr serbuk keong mas dengan