m a r i m e m b u a t v i d e o
Edisi Pertama, versi Bahasa Indonesia 2010 © G e d e S u gi a r t a d a n Yay a s a n I D E P Yay a s a n I D E P P O B OX 1 6 0 U b u d M e d i a U n i t @ i d e p f o u n d a t i o n . o r g w w w . i d e p f o u n d a t i o n . o r g 1FOVMJTtGede Sugiar ta
1FOZVOUJOHtEk a Santi Wijaya
*MMVTUSBUPStEva Collado tGede Sugiar ta
%FTBJOHSBGJTt1FUSB4 DIOFJEFSt(FEF4VHJBS UB
'PUPt:BZBTBO*%&1t:BTDJUB
Buku ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Stephen Foster dan Gede Sugiarta.
Yayasan IDEP mengundang organisasi dan/atau individu untuk menyebarkan dan mereproduksi buku ini, tanpa mengubah isi dari buku ini, sepanjang untuk tujuan non-komersial dalam aktivitas pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Untuk tujuan lain, silakan kirim permohonan tertulis kepada Yayasan IDEP. Kami sangat menghargai masukan dari Anda. Untuk mengirimkan komentar, saran, dan pertanyaan, silakan hubungi kami pada alamat yang tertera di atas.
I I I
Daftar Isi
Pendahuluan 2
Mengapa buku ini dibuat? 3
Buku ini untuk siapa? 4
Isi buku ini 5
Pelatihan pembuatan video dan manfaatnya 6
Kamera 8
Aperture (bukaan/rana) 10
Exposure (pajanan) 11
Lensa 11
Fokus dan depth of field (ketajaman gambar) 12
Komposisi gambar 16
Rule of third 16
Golden section 17
Golden spiral (golden rectangle) 17
Segitiga imajiner 18
Simetris 18
Penamaan komposisi gambar 18
Keseimbangan dan leading look (ruang penglihatan) 20
Bingkai (frame) 23
Garis panduan (leading lines) 23
Latar belakang (background) dan cahaya (light) 24
Gerakan kamera 26
Proses masuk dan keluar yang bersih 28
Batasan garis pengambilan gambar 28
Pan, tilt, dan zoom 31
Teknik-teknik lain pengambilan gambar 32
Cahaya 36
Refleksi cahaya 36
Cahaya putih bukan putih? 37
Pengaturan cahaya 37
Filter/gels 38
White balance 38
Standar penggunaan lampu 39
Pemotretan 42
Fokus pada subyek 42
Pertimbangan terhadap tata cahaya 44
Pertimbangan terhadap komposisi 45
Memotret manusia 46
Wawancara 50 Siapa penanyanya? 51 Suasana 51 Persiapan 52 Keterampilan dasar 52 Pertanyaan 53 Mengarahkan pertanyaan 54
Menghilangkan suara penanya 54
Posisi kamera 55
Menyelesaikan wawancara 56
Personal release form 56
Struktur cerita dan skrip 58
Contoh struktur cerita 58
Struktur cerita untuk video dokumenter 60
Menulis skrip film 62 Bentuk skrip 62 Menyunting 66 Persiapan 66 Capture 67 Mengisi timeline 68 Transisi 69
Lagu dan pengisi suara (narator) 70
Mengisi tulisan 70
Menyunting warna dan suara 71
Proses akhir 72
Kiat-kiat penting 73
Pertunjukan video di masyarakat 76
Proposal video dokumenter 80
Awak video dokumenter 82
Sutradara (director) 82 Operator kamera (camera operator) 82 Tukang listrik (gaffer) 83 Perekam suara (sound recordist) 83 Pembantu awak (grip) 83 Manajer produksi (production manager) 83
Lampiran tambahan 85
Contoh proposal video dokumentar 86
Daftar peralatan dasar yang dibutuhkan 87
1
Pendahuluan
Pada akhir 90-an, krisis keuangan yang menerpa Indonesia membuat semua harga barang-barang elektronik semakin mahal. Semakin mahalnya pembuatan film mendorong para sineas untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi video agar nantinya bisa ditonton di layar lebar.
Saat ini, pembuatan film sudah tidak mahal lagi dibandingkan pada masa sebelum teknologi digital diperkenalkan. Selain video, teknologi komputer juga berkembang semakin pesat. Semakin mudahnya proses pembuatan video membangkitkan gairah para pembuat video di Indonesia untuk mempelajarinya.
Komputer mampu mengubah bahasa gambar dalam video menjadi bahasa digital, yang memudahkan kita dalam melakukan proses penyuntingan (editing) dan penambahan efek. Berbekalkan hanya handycam dan komputer, Anda sudah bisa membuat video dokumenter sederhana, atau mendokumentasikan kegiatan-kegiatan penting. Aktivitas apapun bisa Anda rekam, walaupun nantinya hanya digunakan untuk hiburan pribadi bersama keluarga dan teman-taman.
Menjamurnya televisi swasta sejak awal 90-an di Indonesia juga menjadi dorongan bagi pembuat video dokumenter untuk mengembangkan ide-ide baru. Media televisi berpengaruh besar dalam penyebaran informasi. Lewat TV, masayarakat bisa mengetahui dengan cepat kejadian-kejadian di berbagai wilayah di Indonesia. Bersamaan dengan itu, masyarakat juga mudah terpengaruh oleh budaya atau gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan mereka.
3
Sampai tahun 2008, terdapat 116 TV lokal, 11 TV nasional, 8 TV kabel dan 14.000 radio di Indonesia. Bagi pembuat film yang tinggal di daerah, menyebarkan informasi melalui program-program TV menjadi tantangan yang sangat besar.
Di kota hingga kampung, hasil karya dari pembuat film independen berkembang secara pesat. Pembuat film independen mengembangakan ide-ide mereka dalam bentuk visual dengan cara pandang dan gaya yang mereka sukai.
Ada banyak festival film dokumenter yang mengakomodasi hasil karya pembuat film independen, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Tidak sedikit pula pembuat film dokumenter yang menerima penghargaan di festival film bergengsi, walaupun mereka tidak memiliki latar belakang sekolah perfilman dan hanya bermodal ketertarikan yang tinggi terhadap film dan ide unik dalam menuangkan suatu cerita.
Mengapa buku ini dibuat?
Dalam suatu acara penting, sering kali orang yang mendokumentasikan acara kurang memahami teknik-teknik pengambilan gambar. Akibatnya, di hasil rekaman tersebut banyak gambar yang goyang dan momen penting yang tidak terekam.
Dalam buku ini, kami mencoba untuk berbagi teknik-teknik dasar pengambilan gambar serta teknik sederhana pembuatan film yang mudah dipahami dan dipraktekkan oleh siapa pun.
Dengan menggunakan teknik sederhana yang dijelaskan dalam buku ini, kami berharap film Anda bisa mencapai tujuannya dan dokumentasi penting di masyarakat akan lebih berguna untuk kepentingan pembelajaran bagi masyarakat itu sendiri, maupun bagi orang lain.
Media suara gambar (audio visual) sangat efektif untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan melihat dan mendengarkan secara langsung, masyarakat dapat memahami suatu informasi dengan lebih mudah.
Mata kita dapat menyerap 60-65% informasi yang disampaikan, telinga dapat menyerap 20-25% informasi yang disampaikan, penyampaian informasi melalui tangan (gerakan) dapat diterima sebesar 10-15%, dengan mulut (berbicara) 20-25%, dan melalui hidung/sentuhan (rasa) hanya 5-10%.
Artinya, dengan mendengarkan dan melihat (suara dan gambar), kita dapat memahami suatu informasi dengan lebih baik, dibandingkan hanya mendengar saja, melihat saja, atau merasakan saja.
Buku ini untuk siapa?
Buku ini dapat digunakan oleh siapa pun yang tertarik dengan pembuatan film. Anda bisa mengembangkan ide-ide dalam buku ini, sesuai dengan keinginan atau proyek Anda.
Kami tidak mengharuskan Anda untuk mengikuti apa yang ada di dalam buku ini. Semakin banyak ide yang Anda miliki, maka akan semakin terbentuk gaya pembuatan film Anda sendiri.
5
Isi buku ini
Buku ini memperkenalkan teknik-teknik dasar pengambilan gambar, sistem kerja kamera, pencahayaan, wawancara, pembuatan skrip, pengajuan bantuan dana untuk pembuatan film, dan cara menentukan awak produksi.
Kami telah berupaya agar informasi dalam buku ini mudah dimengerti oleh siapa saja. Gambar teknis dalam buku ini juga akan memudahkan Anda dalam memahami setiap teknik yang dijelaskan.
Buku ini juga menjelaskan teknik penggunaan kamera foto untuk aktivitas di lapangan. Pada dasarnya, proses pengambilan gambar dengan kamera foto dan video hampir sama, terutama dalam hal komposisi gambar, cahaya, lensa, fokus, dan ketajaman gambar. Perbedaan utamanya adalah dengan kamera foto sekali pengambilan gambar mendapatkan satu gambar yang tepat, tapi dengan kamera video sekali tembak mendapatkan rangkaian gambar yang membentuk suatu gerakan.
Dalam buku ini kami memberikan contoh kasus perjalanan advokasi yang dilakukan oleh rekan kami di Nusa Ceningan, Bali saat memperjuangkan status tanah negara yang disertifikasi oleh oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Cerita seperti ini menunjukkan pentingnya peran dokumentasi dan media bagi masyarakat, dan gunanya dalam mencari dukungan dari berbagai pihak. Kasus-kasus seperti ini sering terjadi di berbagai wilayah di negeri kita yang tercinta ini.
Dengan memahami proses dokumentasi, informasi mengenai kegiatan yang Anda lakukan selama ini akan bisa tersebar lebih luas dan memiliki kekuatan yang lebih besar dalam mencapai perubahan sosial yang positif.
Pelatihan pembuatan video dan manfaatnya
Buku ini bisa digunakan untuk dipelajari sendirian atau dalam kelompok. Informasi dalam buku ini akan jauh lebih efektif jika peserta pelatihan mendapatkan banyak praktek intensif.
Kami menggunakan buku ini sebagai panduan dalam pelatihan pembuatan video. Melalui kegiatan pelatihan yang kami lakukan selama ini, kami mendapat tanggapan positif dan dapat mewujudkan keberlanjutan untuk kepentingan sosial maupun komersial.
Salah satu contohnya adalah lembaga pendamping kami di Aceh, yaitu GreenHand Field School (Yayasan Permakultur Aceh). Dengan peralatan minim, mereka memanfaatkan media video untuk kepentingan pendidikan di masyarakat, laporan kegiatan, maupun untuk penggalian dana demi keberlangsungan lembaga.
Media suara gambar berperan penting dalam menyampaikan informasi, terutama di daerah yang memiliki akses informasi terbatas.
Selamat mencoba...
Mencoba terus dan belajar dari kesalahan adalah proses pembelajaran yang akan meningkatkan keahlian Anda dalam membuat video. Kami yakin bahwa dengan kamauan untuk belajar, setiap orang bisa membuat video, belajar dari hasil karya orang lain, dan menerima kritikan secara positif. Selamat mempraktekkan materi yang ada dalam buku ini dan jangan putus asa. Alat yang bagus tidak menjamin bahwa karya Anda akan sukses. Ide, kemauan, keahlian dasar, dan dukungan dari berbagai pihak akan menjadi pondasi untuk karya yang sukses. Selamat mencoba!