• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan mutu pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.

Keberhasilan pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, pemerintah dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan itu sendiri dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi akan memberikan informasi tingkat pencapaian belajar peserta didik, dan bila dianalisis lebih rinci akan diperoleh informasi tentang kesulitan belajar peserta didik, yaitu konsep-konsep yang belum dikuasai oleh sebagian besar peserta didik. Informasi ini yang harus digunakan pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang nantinya dapat memperbaiki kualitas lulusan. Evaluasi memerlukan data yang akurat, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan pengukuran. Data yang akurat diperoleh apabila alat ukur yang digunakan sahih dan handal. Syarat yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan kesalahan pengukuran sehingga peserta didik tidak dapat diukur kompetensi yang sebenarnya.

(2)

2

Kesalahan dalam evaluasi dapat juga menyebabkan penurunan kualitas pendidikan di Indonesia.

Evaluasi yang dilaksanakan oleh pendidik menurut Ngalim Purwanto (2010:26) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu formatif dan sumatif. Informasi yang didapatkan dari penilaian formatif digunakan untuk menyesuaikan proses mengajar dan proses pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik. Guru dapat menggunakan informasi dari penilaian formatif untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu seperti reteaching, mencoba pendekatan alternatif terhadap peserta didik, atau menawarkan cara-cara lain untuk praktek apabila guru mengetahui bila peserta didik mendapatkan kesulitan. Evaluasi formatif bertujuan untuk memperbaiki cara atau strategi mengajar, sehingga hasilnya tidak digunakan untuk menentukan nilai peserta didik sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik, sehingga hasilnya berupa nilai yang diperoleh peserta didik.

Pelaksanaan evaluasi sumatif di SMP dilaksanakan dua kali yaitu pada akhir semester satu dan pada akhir semester dua. Tes sumatif pada akhir semester di SMP, yang pada saat ini disebut uji kompetensi. Ulangan akhir semester merupakan suatu bentuk assesment kepada peserta didik yang digunakan oleh institusi pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Ulangan akhir semester mempunyai fungsi untuk memberi gambaran tentang tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran selama satu tahun pelajaran, dan sebagai laporan kepada orang tua peserta didik, serta dapat

(3)

3

dijadikan bahan pengambilan keputusan untuk promosi kelas. Selain itu, ulangan akhir semester yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh SMP-SMP di suatu daerah dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran di suatu sekolah apabila dibandingkan dengan sekolah yang lain. Melihat dari tujuan dan manfaat maka ulangan akhir semester perlu dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya oleh institusi pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

Pelaksanaan Ulangan akhir semester mata pelajaran penjasorkes SMP di Propinsi DIY berbeda di kota dan setiap kabupaten. Observasi awal di lapangan menunjukkan bahwa Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP pada tahun ajaran 2014/2015 dilaksanakan oleh sekolah dengan pembuat soal adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Penyusun soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP pada tahun ajaran 2014/2015 adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Soal yang digunakan dalam Ulangan akhir semester akan berbeda apabila penyusun soal adalah guru mata pelajaran di sekolah masing-masing sehingga daya serap, tingkat kesukaran, daya beda butir akan berbeda.

Soal ulangan akhir semester biasanya menggunakan pilihan berganda, essay, soal menjodohkan dan mengarang. Oleh karena itu perlu melaukan analisis mengenai soal apa yang terbaik digunakan sehingga mampu untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam waktu yang tidak lama dan menghemat dana dalam pelaksanaannya. Hasil suatu pengukuran atau Ulangan harus memiliki kesalahan yang sekecil mungkin. Tingkat kesalahan

(4)

4

ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Kesalahan pengukuran ada yang bersifat acak dan ada yang sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh kondisi fisik dan mental peserta tes dan penyusun tes maupun pengawas yang bervariasi. Pengawas Ulangan akhir semester biasanya masih belum terlalu memperhatikan hal ini. Para pengawas sering kali berjalan berkeliling untuk melihat hasil kerja peserta didik dalam mengawasi Ulangan akhir semester, mengumumkan bahwa waktu Ulangan sudah hampir habis dan sebagainya. Mereka tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan menambah kecemasan peserta tes dalam mengerjakan Ulangan sehingga dapat menyebabkan hasil Ulangan tidak menunjukkan kemampuan yang sebenarnya.

Menurut Djemari Mardapi (2012 : 31) tujuan evalusai adalah sebagai berikut:

1) Untuk menentukan apakah suatu program mencapai tujun.

2) Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.

3) Untuk menentuakan apakah rogram sudah tepat.

4) Untuuk mengetahui besarnya rasio cost/benefid program.

5) Untuk menentukan siapa yang harus berpartisipasi pada program pembelajaran mendatang.

6) Untuk mengidentifikasi siapa yang memperoleh manfaat secara maksimun dan minimum

7) Untuk menentukan apakah program sudah tepat.

Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa sekolah maupun Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) belum melakukan analisis terhadap butir-butir tes yang digunakan dalam Ulangan akhir semester SMP. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang didapatkan dari hasil tes tidak akurat dan objektif. Saifuddin Azwar (2006: 2) mengatakan bahwa sifat suatu

(5)

5

instrumen ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Informasi yang keliru apabila digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan maka tidak akan menunjukkan keputusan yang tepat. Pernyataan di atas menunjukkan pentingnya validitas dan variabilitas suatu alat ukur tes, dari tes yang tidak valid dan tidak reliabel akan di dapatkan informasi yang salah sehingga apabila informasi itu secara tidak langsung digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan maka akan banyak pihak yang dirugikan.

Ulangan akhir semester membutuhkan dana yang besar untuk pembiayaan pelaksanaannya. Dana digunakan untuk pembuatan butir soal oleh guru-guru terpilih, penggandaan paket soal selain itu sekolah harus mengeluarkan dana untuk membeli soal dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Standar Penilaian Pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengatur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: Penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, Ulangan harian, Ulangan tengah semester, uUlangan akhir semester, Ulangan tingkat kompetensi, Ulangan mutu tingkat kompetensi Ulangan nasional dan Ulangan sekolah/madrasah.

Penggunaan soal-soal pilihan berganda dalam Ulangan akan memberikan efisiensi dalam pelaksanaan ulangan karena dapat menghemat waktu bagi peserta didik untuk mengerjakan soal, mencakup materi pelajaran yang luas dan pengkoreksian hasil jawaban dapat dilaksanakan dengan cepat.

(6)

6

Pengawas juga perlu memperhatikan faktor kecermatan, yaitu dalam mengawasi Ulangan sehingga kecurangan dapat ditiadakan dan hal-hal yang mengganggu peserta didik dalam mengerjakan soal dapat diminimalisir. Panitia Ulangan juga perlu untuk memperhatikan masalah ketepatan waktu dalam beberapa hal, yaitu ketepatan waktu dalam pengerjaan soal oleh peserta didik, ketepatan waktu untuk datang bagi panitia dan peserta Ulangan serta ketepatan waktu dalam memberikan nilai pada peserta didik sebelum rapot dibagikan. Faktor ekonomi juga perlu diperhatikan, yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk pelaksanaan Ulangan benar-benar sudah digunakan sebagaimana mestinya. Hasil Ulangan akhir semester harus dapat digunakan sebagai perbaikan kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga aspek produktifitas dapat tercapai. Jadi hasil analisis akan menunjukkan komponen sistem Ulangan akhir semester, mana yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada sistem Ulangan akhir semester tersebut. Ngalim Purwanto (2010: 19) mengatakan bahwa suatu evaluasi harus berkaitan erat dengan kurikulum sekolah karena ia merupakan bagian yang integral dengan pembimbingan pengalaman-pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan kurikulum. Dengan kata lain, tercapai tidaknya tujuan-tujuan kurikulum itu tercermin di dalam hasil-hasil penilaian terhadap pencapaian belajar dan perubahan tingkah laku pada murid. Dengan demikian, evaluasi yang baik tidak hanya untuk membimbing pertumbuhan siswa, tetapi juga bagi pembinaan dan perkembangan kurikulum serta metode-metode mengajar yang sesuai.

(7)

7 B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari uraian di atas adalah:

1. Pentingnya penyusunan soal Ulangan ulangan yang memiliki tingkat kesukaran dalam mengukur kemajuan kognitif dalam penjas orekes.

2. Soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman, belum pernah dianalisis karakteristik butir soalnya sehingga belum di ketahui tingkat kesukaran dan tingkat daya beda butir.

3. Tingkat kesukaran pengukuran pada instrumen tes di SMP belum diketahui.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang diidentifikasi terlalu luas untuk diteliti, sedangkan penyiapan soal untuk kegiatan evaluasi merupakan tahapan yang sangat penting. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan analisis butir soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman tahun ajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat kesukaran soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman tahun ajaran 2014/2015?

(8)

8

2. Bagaimanakah tingkat daya beda soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman?

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat kesukaran Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman pada tahun ajaran 2014/2015

2. Mengetahui tingkat daya beda Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai analisis tingkat kesukaran dan daya beda butir soal tes.

(9)

9 2. Manfaat praktis

a. Guru memperoleh informasi mengenai tingkat kesukaran, daya beda butir soal jawaban Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman sehingga dapat digunakan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

b. Peserta didik diharapkan dapat meningkatkan belajarnya setelah mengetahui tingkat kesukaran dan tingkat daya beda butir. Guru dapat memperbaiki kualitas soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes setelah mengetahui tingkat kesukaran dan daya beda.

c. Mahasiswa dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, serta dapat digunakan referensi bagi mahasiswa yang menekuni bidang pendidikan.

d. Sumbangan empiris bagi SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes pada tahun-tahun ajaran yang akan datang.

(10)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Evaluasi Hasil Belajar

a. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”. Suharsimi Arikunto (2013: 1), menjelaskan bahwa pengertian evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Penilaian menurut Zainul & Nasoetion (1994: 7) adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Djemari Mardapi (2008:8) menjelaskan bahwa secara singkat penilaian dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik.

Penilaian atau assessment sering diartikan kegiatan yang sama dengan evaluasi oleh sebagian para ahli pendidikan di Indonesia, hal ini dikarenakan kegiatan untuk menentukan performans suatu objek

(11)

sama-11

sama dilakukan dengan membandingkan terhadap kriteria. Beberapa ahli lain ada juga yang mengatakan bahwa penilaian dan evaluasi adalah kegiatan yang berbeda. Pendapat ini didasarkan pada pemanfaatan hasil kegiatan tersebut, apabila pemanfaatan hasil itu digunakan untuk pengambilan keputusan pada tingkat mikro maka disebut penilaian sedangkan apabila digunakan untuk mengambil kebijakan pada sekelompok orang atau program maka disebut evaluasi.

Evaluator terlebih dahulu melakukan pengukuran sebelum melakukan evaluasi atau penilaian. Kemudian Suharsimi Arikunto (2013: 3) menjelaskan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dimana pengukuran itu bersifat kuantitatif. Senada dengan para ahli yang lain, Djemari Mardapi (2008:02) mengatakan bahwa pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu dinyatakan dengan angka. Pengukuran yang dilakukan untuk menentukan karakteristik individu sedapat mungkin mengandung kesalahan yang kecil.

Pengertian-pengertian tentang pengukuran yang dijelaskan oleh para pakar pengukuran di atas memberikan penegasan bahwa dalam memberikan nilai atau angka kepada subjek atau objek pengukuran harus mengikuti aturan dan tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan. Artinya, orang yang akan memberi angka pada subjek, objek, ataupun

(12)

12

kejadian harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu agar angka yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semakin jauh yang melakukan pengukuran meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka semakin besar kesalahan yang terjadi.

Pengukuran dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Ulangan bagi peserta didik merupakan proses kuantifikasi prestasi belajar peserta didik dalam kelompok mata pelajaran tertentu yang dilakukan melalui tes. Mengetahui minat dan bakat seseorang merupakan kuantifikasi suatu objek yang dilakukan tidak melalui tes.

Anas Sudijono (2013: 67), berpendapat bahwa tes adalah cara (yang dapat digunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Ulangan akhir semester adalah salah satu jenis dari kegiatan tes, dan kegunaan yang utama adalah untuk mengambil keputusan tentang orang yang diuji, misalnya untuk keperluan sertifikasi/kelulusan, seleksi, penjurusan, dan sebagainya.

(13)

13

Kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli pendidikan yaitu bahwa tes merupakan bagian dari pengukuran, sedangkan pengukuran merupakan bagian dari evaluasi atau penilaian. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Djemari Mardapi (2008:8-9) bahwa evaluasi adalah judgement terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku. Bisa perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarkis ini menunjukkan bahwa setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen. Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses pencarian informasi melalui pengukuran yang sistematik sehingga hasilnya dapat digunakan untuk: (1) mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, (2) mengetahui ketepatan metode mengajar yang digunakan guru, (3) mengetahui keberhasilan peserta didik dalam meraih tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (4) bahan pertimbangan bagi guru sehingga mereka dapat mengambil keputusan secara tepat, langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya, dan (5) umpan balik bagi peserta didik agar mereka termotivasi untuk berprestasi lebih baik.

b. Hasil Belajar

Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan

(14)

14

perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1999:51). Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1999:244). Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata ajar pemahaman konsep menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif.

Menurut Simpson dalam Winkel, (1999:249-250) yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreatifitas.

Taksonomi hasil belajar afektif di kemukakan oleh Krathwohl dalam Winkel, (1999 : 247), membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, internalisasi. Bloom dalam Winkel, (1999 : 245-247) membagi dan menyusun secara hirarkis mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.

Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dengan tujuan agar peserta didik mengalami perkembangan melalui proses pembelajaran. Sedangkan proses pembelajaran itu ditentukan oleh banyak hal,

(15)

15

diantaranya yaitu peserta didik, materi, media belajar, guru, lingkungan, dan lain-lain. Faktor dari pihak guru yang turut mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran antara lain : kemampuan menguasai bahan pelajaran, kemampuan mengelola kelas, kemampuan menggunakan media dan sumber belajar, serta memiliki sifat positif terhadap kemampuan menyusun tes dan melaksanakan pengukuran guna mengevaluasi hasil belajar peserta didik

Hasil belajar perlu di evaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses pembelajaran sudah efektif. Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi (Ngatman 2011:4) merupakan empat istilah yang sering dipergunakan dalam kegiatan proses pembelajaran dan memiliki saling keterkaitan satu dengan yang lain. Dalam pelaksanaannya, evaluasi dapat mempergunakan pengukuran dan non pengukuran. Alat ukur yang bisa di pergunakan dalam kegiatan evaluasi antara lain adalah tes. Selain tes, kegiatan evaluasi dapat mempergunakan alat non pengukuran, seperti : pengamatan, wawancara, atau angket. Dengan demikian, tes merupakan salah satu bagian dari pengukuran, pengukuran dan penilaian merupakan bagian dari evaluasi.

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas Anas Sudijono (2013: 67).

(16)

16

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran yang bersifat kuantitatif. Dengan kata lain guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Penilaian menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 3) dapat diartikan sebagai mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilian bersifat kualitatif. Zainul, A & Nasoetion, N (1994 : 13) mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik. Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dari pertimbangan tertentu. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru harus menyadari bahwa

(17)

17

kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran.

Evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 3) mengemukakan bahwa evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai. Melalui evaluasi akan dapat di ketahui tentang hasil belakar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat dipantau secara kontinyu, sehingga dapat diketahui materi mana yang telah dikuasai siswa dan materi mana yang belum dikuasai.

Ulangan akhir semester SMP pada hakikatnya merupakan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh pendidik. Hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi belajar, seperti: pengertian, fungsi dan tujuan, teknik dan alat evaluasi, jenis tes prestasi hasil belajar, analisis tes prestasi hasil belajar dan penyusunan soal ulangan, akan diuraikan sebagai berikut.

2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Evaluasi

a. Tujuan Evaluasi.

Anas Sudijono (2013: 16) menyatakan bahwa secara umum tujuan evaluasi belajar adalah untuk: 1) menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; dan 2) mengetahui

(18)

18

tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Kegiatan evaluasi juga mempunyai tujuan khusus dalam bidang pendidikan, yaitu: 1) untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuah program pendidikan dan 2) untuk menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

b. Fungsi Evaluasi

Anas Sudijono (2013: 17), pada bagian lain, menjelaskan bahwa secara umum ada tiga fungsi evaluasi, yaitu untuk: 1) mengukur kemajuan, 2) menunjang penyusunan rencana, dan 3) memperbaiki atau melakukan pemyempurnaan kembali. Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam bidang pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu: 1) segi psikologis, 2) segi didaktik, dan 3) segi administratif.

Evaluasi pendidikan, bagi peserta didik secara psikologis, akan memberikan petunjuk untuk mengenal kemampuan dan status dirinya di antara kelompok atau kelasnya. Peserta didik akan mengetahui apakah dirinya termasuk berkemampuan tinggi, rata-rata, atau rendah. Apabila hal tersebut dapat dicapai maka diharapkan evaluasi pendidikan akan dapat memberikan dorongan kepada peserta didik untuk memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.

(19)

19

Ngalim Purwanto (2010: 108) Fungsi evaluasi dapat di golongkan menjadi 4 bagian yaitu :

1) Memperbaiki proses belajar-mengajar atau memperbaiki program satuan pelajaran.

2) Menentukan angka atau hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu. 3) Menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat.

4) Membantu memecahkan kesulitan belajar siswa

c. Manfaat Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:13-19) menyatakan bahwa laporan tentang hasil evaluasi pembelajaran bermanfaat bagi peserta didik sendiri, guru yang mengajar, guru lain, petugas lain di sekolah, orang tua peserta didik , dan pengguna lulusan. Bagi peserta didik hasil pelaporan sebagai support baginya atas jerih payahnya yang selama ini dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada saat akhir jenjang kelulusan, tidak hanya peserta didik sendiri tetapi orang tua peserta didik , guru, bahkan guru lainpun ikut sibuk mempersiapkan, baik secara fisik maupun mental, agar kelak anak didiknya lulus dan mendapatkan nilai yang bagus.

Bagi guru yang mengajar, merupakan umpan balik bagi guru atas jerih payahnya selama ini dalam proses belajar mengajar. Guru akan selalu mencatat perkembangan nilai anak dilingkungan peserta didik. Dengan catatan itulah guru akan mengetahui perkembangan peserta didik di posisi pelajaran mana yang sudah, kurang, dan belum dikuasainya. Daftar nilai disimpan oleh guru merupakan hal yang masih bersifat rahasia, tetapi jika

(20)

20

sudah dilaporkan dalam rapot atau STTB merupakan hal yang bersikap terbuka dan tetap.

Bagi guru lain, terkadang guru dipindahkan ke sekolah lain dan digantikan oleh guru pengganti, atau peserta didik karena suatu hal berpindah ke sekolah lain atas permintaan pribadi atau orang tua berpindah ke tempat/kota lain hal ini akan sangat bermanfaat bagi guru pengganti untuk mengetahui di posisi mana peserta didik tersebut berada. Kadang standar ,masing-masing guru berbeda-beda dalam memberikan nilai, tetapi dengan berjalannya waktu, guru pengganti/guru lain akan mengetahui dengan cepat berdasarkan laporan nilai sebelumnya. Petugas lain di sekolah, misalnya; kepala sekolah/wali kelas/guru bimbingan dan konseling (BP), laporan hasil evaluasi akan sangat bermanfaat. Bagi kepala sekolah dapatdigunakan sebagai pengambilan keputusan, sebagai bahan untuk supervisi guru, dan laporan ke atasan. Sedangkan bagi wali kelas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah peserta didik perlu dibantu/tidak, memotivasi belajar, memotivasi untuk meningkatkan bakat, minat, serta prestasi peserta didik .

Manfaat bagi orang tua peserta didik adalah sebagai umpan balik penyandang dana atau penanam investasi. Selain itu, orang tua akan mengetahui keadaan yang sesungguhnya keadaan putra-putrinya atas kerja kerasnya selama ini di sekolah.

(21)

21 2. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum pendidikan. Didalam pelaksanaanya pendidikan jasmani akan melibatkan pengaktualisasian potensi-potensi manusia untuk menuju kebulatan kepribadian dalam sikap tindak dan karya dalam bentuk isi dan arah yang dikemas melalui pembinaan dan penembangan, sehingga terwujudnya peningkatan kualitas SDM di Indonesia seutuhnya.

Batasan-batasan mengenai definisi pendidikan jasmani banyak dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut : Toho Cholik M. dan Rusli Lutan (1997:1) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai bagian ssuatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik.

3. Karakteristik anak usia SMP (Sekolah Menengah Pertama)

a. Perkembangan Dalam Sikap Kognitif

Untuk membahas perkembangan kognitif (berpikir) pada anak saat berada di sekolah menengah pertama (SMP), dikemukakan pandangan dari piaget, Vigotsky, dan para ahli psikologi pemrosesan informasi (information-processing theory).

Arajoo T.V (1986), menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan keterampilan

(22)

22

berpikir. Untuk siswa SMP, perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional, yang mampu berpikir abstrak dengan menggunakan symbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.

b. Perkembangan Dalam Sikap emosional

Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang di alami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya

(23)

23

sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan teman sebaya.

(24)

24 B. Teknik dan Alat Evaluasi

1. Tenik Evaluasi

Teknik evaluasi umumnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu teknik tes dan teknik non-tes. Menurut Djemari Mardapi (2008:67) tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar dan salah. Kemudian tes juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Tes pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik, berupa hasil belajar yang mencakup pengetahuan dan keterampilan, bakat umum (intelegensi), dan bakat-bakat khusus Teknik non-tes umumnya digunakan untuk mengevaluasi sifat-sifat peserta didik selain yang disebutkan di atas, misalnya yang berkaitan dengan sikap dan kepribadian.

Pendidik, dalam melaksanakan penilaian, memerlukan teknik-teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 64 ayat (4) menjelaskan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. Kemudian ayat (5) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik. Selanjutnya, ayat (6) menjelaskan bahwa

(25)

25

penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.

Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2005 menjelaskan beberapa teknik penilaian hasil belajar yang dapat dipakai, yaitu dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Tes tertulis menurut Badrun Kartowagiran (2006: 5) adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan lain lain. Adapun tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat dan uraian. Sedangkan penugasan menurut Badrun Kartowagiran (2006: 6) adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikannya di luar kegiatan pembelajaran di kelas/laboratorium. Misalnya dengan membuat jurnal, portofolio, penilaian diri dan lainnya.

Ulangan akhir semester SMP selama ini selalu menggunakan tes yang berbentuk pilihan berganda dan soal uraian, hal ini sesuai dengan apa yang Djemari Mardapi (2008: 87) mengakatakan bahwa bentuk soal yang dipakai dalam ulangan semester dapat berupa pilihan ganda, campuran pilihan berganda dan uraian, atau semuanya bentuk uraian. Materi yang

(26)

26

diujikan berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai evaluasi

2. Alat Evaluasi

Alat evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa adalah tes.

a. Jenis – jenis tes

1) Tes lisan

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan kognitif. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan, memberi waktu berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas.

2) Bentuk benar salah

Tes benar salah adalah bentuk tes yang terdiri atas sejumlah pernyataan yang bernilai benar dan salah. Tugas testee adalah menentukan pernyataan-pernyataan tersebut benar atau salah. Biasanya testee diminta untuk memilih huruf B atau S yang telah disiapkan. Memilih B jika pernyataan benar dan memilih S jika ia menganggap pernyataannya salah.

(27)

27

Tes bentuk pilihan berganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Dalam tes pilihan berganda ini, bentuk tes terdiri atas: pernyataan (pokok soal), alternative jawaban yang mencakup kunci jawaban dan pengecoh. Pernyataan (pokok soal) adalah kalimat yang berisi keterangan atau pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum lengkap dan harus dilengkapi dengan memilih alternatif jawaban yang tersedia. Kunci jawaban adalah salah satu alternative jawaban yang merupakan pilihan benar yang merupakan jawaban yang diinginkan, sedangkan pengecoh adalah alternative yang bukan merupakan kunci jawaban.

4) Bentuk Menjodohkan

Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya digunakan sebagai premis.

5) Bentuk Isian singkat/melengkapi

Bentuk isian singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya

(28)

28

sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi.

6) Uraian/essay

Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta didik untuk menyampaikan, memilih, menyusun dan memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-kata sendiri.

b. Prosedur penyusunan alat Evaluasi

Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru ialah kemampuan merencanakan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar dengan baik termasuk kemampuan menyusun tes.

Kisi-kisi merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan soal Ulangan. Kisi-kisi merupakan format atau matriks yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis atau merakit soal menjadi tes. Penulis soal bila menyusun kisi-kisi soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Oleh karena itu, kisi-kisi harus disiapkan sebaik mungkin dan dikerjakan oleh orang yang betul-betul ahli di bidang pengukuran dan mata pengukuran dan mata pelajaran yang diujikan.

Kisi-kisi yang baik mendorong penulis soal yang berbeda dapat menghasilkan peringkat soal yang relatif sama, baik dari

(29)

29

tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan. Djemari Mardapi (2004: 90) berpendapat bahwa ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1) Menulis tujuan umum pelajaran;

2) membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan;

3) menentukan indikator;

4) menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan.

Hasil tes dapat memberikan informasi yang benar mengenai kemampuan peserta didik apabila instrumen tes yang disusun baik. Badrun Kartowagiran (2006: 4), menjelaskan langkah-langkah yang harus dilalui untuk dapat menyusun instrumen yang baik, adapun langkah-langkah itu adalah: 1) menyusun kisi-kisi, 2) menulis butir-butir pertanyaan, 3) menelaah butir-butir, 4) merevisi, 5) melakukan uji coba, 6) menganalisis, 7) merevisi, dan 8) merakit soal.

Zainul dan Nasoetion (1994: 116) menjelaskan bahwa penyusunan butir soal Ulangan atau soal tes menjadi suatu perangkat tes haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan peserta tes dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut. Untuk itu, penyusun soal tes perlu untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(30)

30

b) Butir tes disusun mulai dari pokok bahasan yang dibahas paling awal ke pokok bahasan yang dibahas terakhir.

c) Tingkat kesukaran disusun mulai dari yang termudah meningkat terus sampai kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir soal yang mudah diletakkan pada awal naskah sedangkan butir soal yang sukar diletakkan pada akhir naskah.

d) Butir tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu kelompok. Jadi jangan sampai ada satu tipe tes tersebar di beberapa kelompok. Misalnya tes pilihan ganda biasa dicampurkan dengan pilihan ganda kompleks, dsb.

e) Tulislah petunjuk pengerjaan tes secara jelas, sehingga tidak seorangpun perlu bertanya lagi tentang cara mengerjakan tes tersebut atau bertanya tentang apa yang perlu dilakukan.

f) Penyusunan butir tes tersebut hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kesan mudahkan peserta tes untuk membacanya. berdesak-desak. Setiap butir tes hendaklah diatur sehingga me

g) Susunlah setiap butir tes sehingga item dan seluruh optionnya terletak dalam satu halaman yang sama.

h) Wacana (passage) yang digunakan sebagai rujukan bagi suatu atau beberapa butir tes diletakkan di atas butir tes yang bersangkutan.

(31)

31

Bentuk soal yang digunakan dalam ulangan akhir semester SMP Negeri 2 Godean Sleman selama ini berbentuk soal pilihan ganda dalam mengukur aspek kognitif dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pedoman untuk pembuatan tes diperlukan agar soal pilihan berganda dan uraian yang dibuat dapat berkualitas baik.

Penyusunan soal pilihan berganda menurut Ngalim Purwanto (2010:42-43) perlu memperhatikan hal-hal sebgai berikut:

a) soal diberi petunjuk dalam pengerjaan dan jumlahnya sesuai dengan tabel spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Kalimat yang digunakan dalam penyusunan soal harus jelas, menggunakan kalimat positif, dan tidak ambigu.

c) Pembuatan alternative jawaban juga harus homogen, hindarkan jawaban yang tidak ada hubungannya dengan soal.

d) Usahakan agar soal-soal dalam tes yang disusun mencakup berbagai aspek penalaran seperti pengetahuan hafalan, pengertian atau pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pelaksanaan penyusunan soal idealnya dilakukan oleh guru-guru terpilih dan terlatih yang didampingi oleh para ahli di bidang pengukuran. Selanjutnya soal ini ditelaah, soal yang baik kemudian diujicoba dan soal yang buruk dibuang. Soal yang akan digunakan untuk ulangan umum bersama masternya digandakan dan digunakan untuk ulangan.

(32)

32 b. Analisis Butir Soal

Berangkat dari fungsi tes sebagai alat ukur, maka sebuah tes baru dapat dianggap berhasil menjalankan fungsinya jika ia mampu memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari objek yang diukur. Tes yang tidak mampu memberikan informasi yang diinginkan tidak lebih dari sampah. Oleh karena itu, sebelum digunakan tes hasil belajar harus dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:118-120) Analisis soal tes ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa soal itu dikatakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan sebab-sebab mengapa soal itu tidak baik. Dengan membuat analisis soal, sedikitknya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat di peroleh dari tiap soal, yaitu :

a) Sampai di mana tingkat atau taraf kesukaran soal itu (defficulty level of an item)

b) Apakah soal itu mempunyai daya beda (discriminating power) sehingga dapat membedakan kelompok peserta didik yang pandai dengan kelompok peserta didik yang bodoh

c) Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam soal.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:119) untuk menghitung taraf kesukaran dan daya pembeda tiap soal dari suatu tes, kita perlu

(33)

33

terlebih dahulu mengelompokkan hasil tes tersebut menjadi tiga kelompok berdasarkan peringkat dari keseluruhan skir yang kita peroleh. Ketiga kelompok yang di maksud ialah :

a) kelompok pandai atau upper group (25% dari peringkat bagian atas)

b) kelompok kurang atau lower group (25% dari peringkat bagian bawah)

c) kelompok sedang atau middle group (50% dari peringkat bagian tengah).

Yang diperlukan dalam analisis soal selanjutnya ialah kelompok pandai (upper group) dan kelompok kurang (lower group) , sedangkat kelompok sedang (middle group) di biarkan

a) Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Untuk menghitung taraf kesukaran soal dari suatu tes dipergunakan rumus :

T L U TK  

(34)

34 Keterangan :

TK : indeks TK atau tingkat/taraf kesukaran yang dicari.

U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal

L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal

T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group).

Untuk pilihan ganda dengan option 5, jika tingkat kesukarannya sama atau lebih kecil dari 0,27 , dikategorikan soal yang sukar, sedangkan jika tingkat kesukarannya sama atau lebih besar dari 0,73 , dikategorikan soal yang mudah.

Alternatif lain untuk melihat indeks kesukaran adalah besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah

0,00 0,1

sukar mudah

Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P = 0,20

Rumus mencari P adalah

JS B P

(35)

35

Sumber : Suharsimi Arikunto (2013 : 222-225) Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklarifikasikan sebagai berikut :

P : Indeks kesukaran

Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Suharsimi Arikunto (2013 : 222-225) dapat menjadi acuan yang dipakai oleh penulis.

b) Daya beda (discriminating power) suatu soal

Daya beda soal tes ialah bagaimana kemampuan soal itu untuk membedakan peserta didik -peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) dengan peserta didik -peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group). Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut :

Sumber : Ngalim Purwanto (2010 : 120-124) Keterangan :

DP : indeks DP atau daya pembeda yang dicari

U : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok pandai (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal

1. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 2. Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang 3. Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

(36)

36

L : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok kurang (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal

T : Jumlah peserta didik dari kelompok pandai dan kelompok kurang (jumlah upper group dan lower group)

Jika daya pembeda soal itu adalah 0 (nol) atau negatif (minus) maka soal itu perlu direvisi/diperbaiki.

Teknik lain untuk menentukan nilai daya beda adalah dengan menggunakan teknik korelasi phi. Anas Sudijono (2013: 391) menuliskan rumus tentang teknik korelasi phi sebagai berikut :

adalah angka indeks diskriminasi phi yang dianggap sebagai angka indeks diskriminasi butir. PH adalah proporsi orang yang

menjawab benar kelompok atas. PL adalah proporsi orang yang

menjawab benar kelompok bawah. p adalah proporsi seluruh peserta tes yang menjawab betul dan q adalah 1 dikurangi p.

Alternatif lain untuk melihat indeks daya beda adalah dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas).

1) Untuk Kelompok kecil

Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

(37)

37 2) Untuk Kelompok besar

Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor keatas sebagai kelompok atas (Ja) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (Jb).

Ja = Jumlah kelompok atas Jb = Jumlah kelompok bawah

Sumber : Suharsimi Arikunto (2013 : 227-232) Keterangan :

J = Jumlah peserta tes

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah

Ba= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

Bb= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Pa = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)

Pb = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Suharsimi Arikunto (2013 : 232) memberikan patokan untuk menentukan daya beda yang dapat diterima sebagai berikut :

Besarnya angka

Indeks daya beda Klasifikasi Interpretasi Kurang dari 0,2 0,21 – 0,4 0,41 – 0,7 0,71 – 1 Poor Satisfactory Good Excellent Jelek Cukup Baik Baik sekali

(38)

38

Indeks daya beda (D) : Negatif, semua nya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyao nilai D negatif sebaiknya di buang saja.

Dilihat dari dua sumber di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Ngalim Purwanto (2013 : 227-232) dijadikan acuan yang dipakai oleh penulis

c) Validitas

Tes hasil belajar yang baik selain reliabel juga harus valid. Sebuah tes dikatakan valid jika ia memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto (2013: 80) dalam bahasa yang hampir sama menyatakan bahwa validitas adalah ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya.

Validitas, jika dikaitkan dengan bidang psikologi, dapat dijumpai dalam tiga konteks yaitu validitas penelitian, validitas soal dan validitas alat ukur. Validitas penelitian merupakan derajat kesesuaian hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas soal berkaitan dengan kesesuaian antara suatu soal dengan soal lain. Sedangkan validitas alat ukur merujuk pada kecermatan ukurnya suatu tes (Sumadi Suryabrata, 2004: 40).

Penelitian ini membahas tentang karakteristik butir, oleh karena itu jenis validitas yang menjadi pembahasan utama adalah validitas tes. menurut Suharsimi Arikunto (2013: 82-84) validitas tes

(39)

39

dapat dibagi kedalam empat kelompok utama yaitu: a. validitas isi (content validity), b. validitas konstruk (construct validity), c. validitas kriteria (criterion related validity), dan d.validitas prediksi (predictive validity).

Validitas isi menunjuk pada sejauh mana isi perangkat soal tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto (2013: 82), dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, validasi isi suatu tes harus menjawab pertanyaan “sejauh mana item test itu mencakup keseluruhan situasi yangingin diukur oleh tes tersebut.”.

Validitas konstruk merujuk pada sejauhmana suatu tes mengukur suatu konstruk teoretik atau trait yang hendak diukurnya (Ngalim Purwanto, 2010: 138) konstruk dalam pengertian ini adalah berkaitan dengan aspek-aspek psikologi seseorang khususnya aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Validitas kriteria merupakan validitas yang disusun berdasarkan kriteria yang telah ada sebelumnya. Kesahihan alat ukur, dalam validitas kriteria, dilihat dari sejauhmana hasil pengukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain yang dijadikan kriteria.

(40)

40 C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sebagai bahan pendukung dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Djemari Mardapi dan Toto Kuwato yang berjudul Studi Pengembangan Sistem Ulangan Berkesinambungan Sekolah Menengah Umum pada tahun 1999. Berkait dengan pelaksanaan sistem evaluasi hasil belajar di sekolah, penelitian dalam jangka waktu 1994 - 1999 yang sempat dihimpun menunjukkan kenyataan yang belum menggembirakan.

1. Penelitian Toto Kuwato dan Djemari Mardapi (1999: 116) yang diselenggarakan di Propinsi DIY, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat menunjukkan hasil sebagai berikut:

a. Sistem Ulangan yang ada selama ini belum seperti yang diharapkan. Masih banyak guru yang belum secara rutin menyusun kisi-kisi Ulangan, menelaah soal, menganalisis butir soal, menganalisis hasil Ulangan umum, menginformasikan kegagalan peserta didik kepada orang tua, dan belum sepenuhnya menidaklanjuti kegagalan peserta didik melalui program perbaikan. Guru belum diwajibkan menyusun kisi-kisi Ulangan, hanya baru disarankan.

b. Dalam menyiapkan pelajaran umumnya para guru hanya mencontoh rencana pelajaran dan analisis materi pelajaran (AMP) yang disusun oleh musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).

c. Soal-soal Ulangan SMP belum dikalibrasi, agar dapat membandingkan mutu sekolah baik antar wilayah maupun antar tahun.

(41)

41

d. Faktor finansial menjadi kendala pengembangan bank soal di tingkat wilayah.

e. Mutu alat tes belum baik karena tidak selalu disertai dengan penyusunan kisi-kisi soal. Mutu soal secara kualitatif juga belum baik, karena banyak yang belum memenuhi persyaratan baik dari aspek materi, konstruksi dan bahasa. Hasil tes belum sepenuhnya menggambarkan tercapainya pelaksanaan kurikulum.

f. Keterkaitan antara Ulangan harian, semester awal dan akhir semester belum baik akibat tidak adanya kisi-kisi Ulangan.

g. Program perbaikan belum dilaksanakan secara terencana. Hanya sekedar menyelenggarakan ulangan susulan dalam selang waktu yang sangat pendek tanpa ada tindakan pembelajaran lagi oleh guru.

h. Kurangnya dorongan dari pihak kepala sekolah kepada guru yang telah mengikuti pelatihan untuk menerapkan pengetahuannya di sekolah.i.

Informasi hasil Ulangan bagi pihak-pihak terkait, baik peserta didik , orang tua peserta didik , sekolah, dan Dinas Pendidikan Propinsi maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sendiri, belum dapat diperoleh secara lengkap. Kalaupun ada dokumen, belum dapat dimanfaatkan secara optimal.

2. Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Djemari Mardapi, dkk (2008: 87) yang berjudul Survei Kegiatan Guru Dalam Melakukan Penilaian Di Kelas. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

(42)

42

a. Masih ada sebagian kecil guru SD, SLTP, dan SMU yang menyatakan tidak memiliki buku pedoman penilaian dan juga tidak tersedia di sekolah. Sebagian besar buku pedoman penilaian yang dimiliki oleh sekolah ataupun guru dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

b. Pada umumnya perencanaan Ulangan harian yang dilakukan guru cukup baik, kecuali dalam pembuatan kisi-kisi yang masih tergolong rendah.

c. Ulangan akhir semester di tiap daerah persiapannya bervariasi antar wilayah, sesuai dengan pedoman kebijakan Dinas Pendidikan setempat. Meskipun ada edaran resmi tentang larangan penyelenggaraan UAS, beberapa sekolah berinisiatif ntuk mengkoordinasi soal Ulangan akhir semester secara bersama-sama.

d. Penilaian yang dilakukan di kelas didasarkan pada kegiatan peserta didik di kelas, pekerjaan rumah, Ulangan harian, Ulangan tengah semester dan Ulangan akhir semester yang dikoordinaasikan antar beberapa sekolah se wilayah.

e. Teknik penilaian yang dilakukan adalah tes dan nontes, termasuk didalamnya tes diagnostik, namun demikian tes diagnostik belum sepenuhnya dilaksanakan oleh para guru di lapangan. Guru juga belum membiasakan diri menggunaan angket dan skala sikap dalam teknik penilaian.

(43)

43

f. Bentuk soal Ulangan harian yang terbanyak untuk jenjang SD adalah isian, uraian terbuka, pilihan berganda, dan menjodohkan, untuk jenjang SLTP terbanyak adalah uraian terstruktur, uraian objektif, dan isian singkat, dan untuk jenjang SMU adalah uraian terstruktur, uraian terbuka, dan uraian objektif.

g. Sebagian besar guru membuat pedoman penilaian sebelum melaksanakan Ulangan dan sebagian kecil melaksanakan Ulangan ketrampilan laboratorium.

h. Kemampuan guru-guru di lapangan dalam mengembangkan AMP lebih rendah daripada kemampuan guru yang ditugasi untuk mengembangkan soal-soal EBTANAS.

i. Laporan hasil Ulangan belum disampaikan secara periodik ke kepala sekolah, kecuali bila diminta, dan dokumen soal-soal Ulangan belum diarsip dengan baik.

j. Kisi-kisi soal Ulangan agak sulit dilacak arsipnya, terutama untuk Ulangan harian, dan guru pada sekolah kategori tinggi cenderung melakukan sendiri telaah kisi-kisi dan telaah soal, tidak bersama-sama melalui forum MGMP.

k. Untuk Ulangan semester gasal tidak dilaksanakan bersama sekolah lain, kisi-kisi soal dibuat sendiri oleh guru, sedang semester genap diselenggarakan dalam bentuk ulangan umum bersama dibuat oleh MGMP.

(44)

44

l. Sebagian wilayah melaksanakan Ulangan umum bersama, dan ada yang tidak tergantung kebijakan musyawarah kerja kepala sekolah MKKS di wilayah masing-masing.

m. Sebagian besar guru menyatakan melakukan analisis hasil Ulangan, walau hanya berupa analisis skor yang dicapai peserta didik, belum sampai pada konsep-konsep yang belum dikuasai peserta didik secara rinci.

n. Program remedi yang dilaksanakan guru berupa pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti Ulangan perbaikan, bukan dalam bentuk pembelajaran khusus, kecuali pada beberapa sekolah kategori tinggi.

o. Sebagian besar guru tidak menyampaikan hasil Ulangan kepada orang tua, kecuali pada beberapa sekolah kategori tinggi.

p. Semua kepala sekolah menyatakan mendorong guru untuk melaksanakan kegiatan penulisan kisi-kisi soal, analisis butir soal, analisis hasil Ulangan, dan kegiatan remedi di samping kegiatan perencanaan pembelajaran. Namun demikian dalam pelaksanaannya belum dipantau dengan baik. Apalagi jika dikaitkan dengan efisiensi jam kerja guru terutama di SLTP dan SMU yang maksimum 18 jam per minggu.

Kesimpulan dari kedua penelitian ini adalah bahwa sistem Ulangan yang ada selama ini belum seperti yang diharapkan. Masih banyak guru yang belum secara rutin menyusun kisi-kisi ulangan, menelaah soal,

(45)

45

menganalisis butir soal, menganalisis hasil ulangan umum, menginformasikan kegagalan peserta didik kepada orang tua, dan belum sepenuhnya menidaklanjuti kegagalan peserta didik melalui program perbaikan. Guru belum diwajibkan menyusun kisi-kisi Ulangan, hanya baru disarankan. Kedua penelitian dilakukan pada delapan tahun yang lalu sehingga diharapkan pelaksanaan penilaian pada saat ini telah banyak perubahan yang positif, oleh karenanya penelitian tentang Ulangan akhir semester di SMP ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang telah terjadi.

D. Kerangka Berpikir

Ulangan akhir semester merupakan suatu bentuk tes sumatif yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan dengan tujuan untuk untuk memberi gambaran tentang tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran selama satu tahun pelajaran, dan sebagai laporan kepada orang tua peserta didik, serta dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan untuk promosi kelas. Ulangan akhir semester yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh SMP-SMP di suatu daerah dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran di suatu sekolah apabila dibandingkan dengan sekolah yang lain.

Pendekatan sistem dilakukan digunakan dalam evaluasi akhir pada Ulangan semester SMP Negeri 2 Godean Sleman dengan tujuan agar dalam pelaksanaan bisa berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah diharapkan.

(46)

46

Observasi awal menunjukkan bahwa masih terdapat masalah pada pelaksanaan, seperti soal Ulangan akhir semester yang belum melalui uji kesahihan dan reliabilitas sehingga kualitas soal belum diketahui yang menyebabkan tujuan UAS untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran di suatu sekolah juga belum dapat diketahui Pihak-pihak yang terkait, baik peserta didik, sekolah maupun musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) sendiri mengindikasikan bahwa masih terdapat beberapa kendala lain yang belum terungkap untuk kemudian dapat dicari pemecahan permasalahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai sistem Ulangan akhir semester SMP agar dalam evaluasi akhir pada Ulangan akhir semester yang akan datang tidak lagi didapatkan permasalahan yang sama atau jika didapatkan permasalahan yang sama maka dengan cepat dapat di atasi sehingga kualitas Ulangan akhir semester di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman akan baik dan tujuan-tujuannya tercapai.

Menurut Ngalim Purwanto (2010: 118) Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu tidak olah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu yang masih lemah.

(47)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dengan rancangan ex post facto sering disebut after the fact. Artinya penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Dalam pengertian yang lebih khusus, (Sukardi, 165:2004) menguraikan bahwa penelitian expost facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas. Jadi perkembangannya merupakan suatu kejadian yang alami.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian:

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman kelas VIII yang berada di Kecamatan Godean.

2. Waktu penelitian:

(48)

48 C. Populasi Dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa dan guru olahraga di SMP N 2 Godean Kabupaten Sleman. Guru di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman yang menjadi sumber informasi sebanyak dua orang guru olahraga, dan staf SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman yang meliputi guru BP dan wakil kepala sekolah urusan kesiswaan serta wakil kepala sekolah urusan kurikulum serta kepala sekolah SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman. Satu guru olah raga itu sekaligus sebagai penyusun soal Ulangan akhir semester gasal .

Pelaksanaan penelitian akan difokuskan pada pelaksanaan Ulangan akhir semester gasal di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman. Sedangkan untuk mata pelajaran yang dipilih untuk diketahui karakteristik butir soalnya adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Sumber informasi adalah guru yang bertindak sebagai panitia, pembuat soal Ulangan dari guru mata pelajaran mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan serta dokumen soal Ulangan dan jawabannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk dalam penelitian ini yaitu : dokumentasi, penelusuran terhadap dokumen-dokumen penting yang berhubungan dengan pelaksanaan ulangan akhir semester gasal di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman dilakukan untuk lebih melengkapi data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, atau memperkuat data yang diperoleh melalui teknik yang lain. Dokumen yang penting untuk

(49)

49

penelitian ini adalah paket soal dan kunci jawaban, dengan ini maka dapat dilakukan analisis butir soal untuk mengetahui kualitas soal Ulangan akhir semester ini.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah butir soal Ulangan umum semester gasal SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman. Definisi operasionalnya adalah butir soal yang digunakan untuk mengungkap kompetensi pengetahuan yang berbentuk tes obyektif yaitu pada soal pilihan berganda. Tujuan dari mengetahui butir soal adalah untuk memberikan gambaran tentang taraf kesukaran, daya beda butir soal atau penyebaran pola jawaban kepada guru agar dapat di jadikan bahan evaluasi untuk membuat soal.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen yang dibuat sesuai dengan komponen pelaksanaan ulangan akhir semester gasal SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Godean pada tahap evaluasi yang diteliti. Instrumen penelitian adalah dokumentasi paket soal dan kunci jawaban kelas VIII SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman semester gasal.

(50)

50 G. Validitas Instrumen

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uji validitas berdasarkan penilaian/pertimbangan para ahli (expert judgement). Cara ini dilakukan dengan meminta pertimbangan kepada pembimbing untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistemastis, apakah butir-butir instrumen telah mewakili apa yang hendak diukur.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk mengetahui bagaimana sistem Ulangan akhir semester gasal di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman.

Analisis perangkat tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan bantuan program Item and Test Analysis (ITEMAN) versi 3.00. Hal ini dilakukan karena karakteristik serta kualitas secara empirik dari butir-soal dapat diketahui dengan menggunakan program ini. Hasil program ITEMAN adalah karakteristik butir dan perangkat tes secara statistik. Statistik butir tes tersebut adalah (1) tingkat kesukaran, (2) daya beda.

Secara empiris, kualitas butir tes yang diinginkan adalah butir yang memiliki tingkat kesukaran antara 0,3 sampai 0,7. Daya beda yang diinginkan adalah > 0,3 dikarenakan daya beda akan jelek jika indeksnya dibawah 0,3.

(51)

51

Berikut adalah kriteria tingkat kesukaran butir : Tabel 1. Tingkat Kesukaran Butir

Proportion Correct (p) Kategori Soal

p > 0,71 Mudah

0,31 ≤ p ≤ 0,70 Sedang

p < 0,30 Sukar

Sumber : Suharsimi Arikunto (2013:222)

Tabel pengkategorian daya beda butir soal disajikan sebagai berikut: Tabel 2. Kategori Daya Beda Butir

Daya Beda Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0, 40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

(52)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Waktu, Tempat, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2015 sampai dengan 1

Mei 2015. Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas VIII di SMP

N 2 Godean, Kabupaten Sleman yang berjumlah 121 siswa.

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Deskripsi data hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan analisis butir soal Ulangan akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean, Kabupaten Sleman tahun ajaran 2014/2015. Butir soal terdiri dari 50 butir dan merupakan soal Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes tahun 2014/2015 di SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman. Analisis dalam penelitian ini terdiri atas analisis tingkat kesukaran dan daya beda, hasilnya dijelaskan sebagai sebagai berikut:

a. Tingkat Kesukaran

Hasil analisis tingkat kesukaran Ulangan tertulis akhir semester gasal mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 2 Godean Kabupaten Sleman pada tahun ajaran 2014/2015, disajikan pada tabel sebagai berikut:

Gambar

Tabel pengkategorian daya beda butir soal disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Tingkat Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal  Mata Pelajaran Penjasorkes SMP Negeri 2 Godean pada Tahun  Ajaran 2014/2015
Tabel 1.  Daya Beda Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal Mata  Pelajaran  Penjasorkes  SMP  Negeri  2  Godean  Kabupaten  Sleman pada Tahun Ajaran 2014/2015
Tabel 1.  Tingkat  Kesukaran Butir Ulangan Tertulis Akhir Semester Gasal  Mata  Pelajaran  Penjasorkes  SMP  Negeri  2  Godean  Kabupaten  Sleman pada Tahun Ajaran 2014/2015
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dalam upaya pembentukan model credit scoring yang dapat memberikan informasi mengenai signifikansi variabel

Uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes angket dan apakah angket tersebut cocok digunakan untuk mengetahui hubungan motivasi

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Matematika dengan Media Lembar Kerja Siswa Berbasis Problem Solving Pada

Tanaman bawang merah memiliki batang sejati (discus), yang merupakan bagian seperti kayu yang berada pada dasar umbi bawang merah, sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

belum terjaga: (kondisi kulit kering, tidak bersisik, tidak ada daki, tidak ada luka, jamur kulit atau panu pada lengan tangan sudah dalam proses penyembuhan,

Surat ini dikeluarkan sesuai dengan agenda yang telah dibuat oleh organisasi (HIMAHI) agar sesuai dengan perencanaan agenda. Penomoran surat selanjutnya mengikuti jumlah

Pengertian Do’a dan Term yang Serupa dengannya dalam al-Qur’an Al-Qur’an menggunakan kata du’a&gt; dengan berbagai term yang seakar dengannya dan kata yang semakna dengannya