• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Penelitian Kualitatif Benar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Penelitian Kualitatif Benar"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PENURUNAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DI KALANGAN REMAJA DI PONOROGO

DOSEM PENGAMPU :

YUNITA FURINAWATI, S.Hum,M.A

OLEH : SULIS MUVIDAH

13.431.022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IKIP PGRI MADIUN 2014

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam menyampaikan pendapat dan informasi. Bahasa sebagai alat untuk interaksi antarmanusia dalam masyarakat memiliki sifat sosial yaitu pemakaian bahasa digunakan oleh setiap lapisan masyarakat. Bahasa bukan individual yang hanya dapat dipakai dan dipahami oleh penutur saja akan tetapi, pemakaian bahasa akan lebih tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami makna kata.

Setiap orang memaknai bahasa berbeda-beda tergantung pemikirannya, Menurut Mackey (1986:12) bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (languge may be form and not matter) atau sesuatu system lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu system dari sekian banyak system-sistem, suatu system dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam system-sistem, sedangkan menurut Jadi, bahasa adalah sesuatu yang memiliki makna, bersifat arbitrer dan bersifat konvensional / persetujuan. Bahasa merupakan lingua franco (bahasa pemersatu). Permasalahannya zaman sekarang ini remaja mulai melupakan bahasanya sendiri karena ikut terbawa zaman yang semakin modern. Contohnya sekarang ini bahasa alay mulai menjamur , dan para remaja lebih memilih bahasa itu. Mereka tidak sadar jika mereka mulai memudarkan bahasanya sendiri, jika dibiarkan lambat laun bahasa Indonesia akan tenggelam dan bisa-bisa akan hilang di telan zaman. peneliti prihatin melihat remaja zaman sekarang.

Bertolak dari pemikiran inilah yang mendorong penelitian melakukan riset yang sengaja dikhususkan menganalisis penurunan penggunaan bahasa indonesia di kalangan remaja di daerah ponorogo. Pemilihan judul ini karena prihatin dengan remaja yang sudah tidak menggunakan bahasanya sendiri

(3)

dengan baik dan benar. Pada penelitian kali ini di khususkan untuk mengupas mengenai penyebab turunnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik di kalangan remaja, dampaknya , serta solusi apa yang tepat.

1.2 Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang berkaitan dengan lingkup penurunan penggunaan bahasa Indonesia yang baik di kalangan remaja di ponorogo, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat terpusat pada tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam kajian penelitian ini dibatasi pada “Penurunan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik di Kalangan Remaja di Daerah Ponorogo”.

1.3 Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini.

Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan turunnya penggunaan bahasa indonesia yang baik di kalangan remaja di ponorogo?

2. Apa dampak dari turunnya penggunaan bahasa indonesia yang baik? 3. Apa solusi dari turunnya penggunaan bahasa indonesia yang baik? 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya penggunaaan bahasa indonesia yang baik di kalangan remaja

2. Mempelajari apa dampak yang ditimbulkan dari menurunnya penggunaan bahasa indonesia yang baik di kalangan remaja

3. Mempelajari solusi dari menurunnya penggunaan bahasa indonesia yang baik di kalangan remaja

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini utuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang turunnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik di kalangan remaja,sehingga remaja tahu dampak positif dan negative dari penggunaan

(4)

bahasa gaul atau alay di kalangan mereka. Sehingga timbulnya upaya untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia.

1.6 Definisi Istilah

1.6.1 Lingua Franco yaiti bahasa pemersatu

1.6.2 Pathoic/patois merupakan bahasa yang digunakan sebentar namun lama kelamaan dilipakan/tidak digunakan lagi.

1.6.3 Konvensional yaitu melalui persetujuan masyarakat di wilayah tsb. 1.6.4 Arbitrer berarti manasuka.

1.6.5 Bahasa Alay kata „Alay bisa diartikan sebagai Anak layangan, Anak‟ lebay, Anak kelayapan, dan lain sebagainya.

1.6.6 Dialek adalah suatu sistem kebahasan yang digunakan oleh satu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat yang lain, yang berlainan walaupun erat hubungannya (Ayatrohaedi,1997:1).

1.6.7 kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Nanik setyawati , M.Hum, 2010:15).

1.6.8 Bahasa adalah alat komunikasi yang bersifat arbitrer (manasuka), memiliki makna, dan bersifat konvensional (melalui persetujuan masyarakat di wilayah itu.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesalahan Bahasa

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya bernuansa dengan kesalahan yaitu, penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan (Nanik setyawati, M.Hum,2010:13-15). Keempat kata itu dapat dideskripsikan artinya sebagai berikut:

(5)

1. kata “salah” diantonimkan dengan “betul”, artinya apa yang dilakukan tidak betul, tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pemakai bahasa yang belum tahu, atau tidak tahu terhadap norma, kemungkinan yang lain dia khilaf. Jika kesalahan ini dikaitkan dengan penggunaan kata, dia tidak tahu kata yang tepat dipakai.

2. “Penyimpangan” dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa menyimpang karena tidak mau, enggan, malas, mengikuti norma yang ada. Sebenarnya pemakai bahasa tersebut tahu norma yang benar, tetapi dia memakai norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya. Kemungkinan lain penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat yang tidak dapat dihindari karena satu dan lain hal. Sikap berbahasa ini cenderung menuju ke pembukaan kata, istilah, slang, jargon, bisa juga prokem.

3. “pelanggaran” terkesan negatif karena pemakai bahasa dengan penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun dia mengetahui bahwa yang dilakukan berakibat tidak baik. Sikap tidak disiplin terhadap media yang digunakan sering kali tidak mampu menyampaikan pesan dengan tepat.

4. “kekhilafan” merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf meneraokan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf mengakibatkan sikap keliru memakai. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah ucap, salah susun karena kurang cermat.

Apa yang maksud kesalahan berbahasa ? terdapat dua ukuran dalam menjawab pertanyaan tersebut, yaitu :

1. Berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu berkomunikasi itu adalah : siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat,

(6)

buku, Koran dan sebagainya), dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya), dan

2. Berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan yang dikenal dengan istilah tata bahasa (Depdikbud,1995).

Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma kemasyarakatan bukanlah berbahasa Indonesia yang baik. Berbahasa yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia, jelas pula bukan berbahasa dengan benar. Kesimpulanya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Nanik setyawati , M.Hum, 2010:15).

Jadi, dari uraian diatas kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang salah, yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bisa dikatakan menyimpang dari jalur yang sebenarnya.

2.2 Pengertian Bahasa

Para ahli memiliki sudut pandangan yang berbeda-beda tergantung pemikirannya tentang bahasa Indonesia, seperti para ahli yang menyatakan pandangannya tentang bahasa yaitu sebagai berikut:

Menurut owen dalam setiawan (2006:1) menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols amd rule governed combinations of those symbols yang berarti bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara social atau system konvisional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan

(7)

symbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi symbol-symbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.

Pendapat diatas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4) beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama bahasa adalah suatu sistemyang sistematis barang kali juga untuk system generative. Kedua bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau symbol-simbol arbitrer.

Pendapat lain tentang definisi bahasa diungkapkan oleh syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatan ,alat yang di pakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua bahasa adalah tanda yang jelas dai kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi manusia.

Menurut Mackey (1986:12) definisi lain bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (languge may be form and not matter) atau sesuatu system lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu system dari sekian banyak system-sistem, suatu system dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam system-sistem.

Jadi bahasa adalah alat komunikasi yang bersifat arbitrer (manasuka), memiliki makna, dan bersifat konvensional (melalui persetujuan masyarakat di wilayah itu). Setiap orang mengartikan bahasa berbeda-beda tergantung pemikirannya masing-masing. Pada dasarnya memiliki maksud atau pengertian yang sama. Sehingga di sepakati baha bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu dari bermacam-macam bahasa.

2.3 Penurunan penggunaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya,

(8)

bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa

daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di

Indonesia sebagai bahasa ibu.

Penurunan Penggunaan Bahasa Indonesia

Kecenderungan masyarakat menggunakan bahasa asing, mengindikasikan terjadinya penurunan penggunaan Bahasa Indonesia. Bahasa gaul yang marak digunakan generasi muda belum mengancam Bahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam kehidupan bermasyarakat terindikasi mengalami penurunan. Karena dipengaruhi oleh bahasa asing, bahasa daerah hingga bahasa gaul yang banyak digunakan di kalangan remaja.

Sejumlah kecenderungan penurunan sikap masyarakat terlihat pada penggunaan bahasa media luar ruang, seperti papan penunjuk nama tempat, lokasi, nama gedung yang masih menggunakan Bahasa Inggris.

(9)

Ia mencontohkan istilah tower dapat menjadi menara, junction bisa menjadi simpang, park menjadi taman, dan sebagainya. Padahal, untuk penulisan papan nama sudah ada aturan yang harus dipenuhi, namun kenyatannya di lapangan masih banyak yang memilih menggunakan bahasa asing.

(http://archive.kaskus.co.id/thread/11224853/0#9)

Penurunan bahasa sekarang ini sudah tidak bisa dielakkan lagi karena dengan semakin berkembangnya teknologi. Seharusnya dengan berkembangnya teknologi bahasa juga ikut berkembang bukannya malah menurun, itulah fenomena yang terjadi sekarang ini.

2.4 Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja

Bahasa Indonesia merupakan bahasa asli dari negara Indonesia dan sudah sepantasnya sebagai warga Indonesia, seluruh masyarakat terutama para remaja menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia. Namun apa yang terjadi saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Kemampuan berbahasa Indonesia para remaja saat ini sudah semakin menurun.

Banyak remaja yang menggunakan bahasa Indonesia di campur dengan bahasa yang mereka sebut dengan bahasa gaul. Padahal penggunaan bahasa gaul tersebut dapat merusak tata bahasa Indonesia yang benar. Bagi sebagian remaja, menggunakan bahasa gaul akan menciptakan image bagi mereka sebagai anak keren dan tidak ketinggalan jaman. Padahal apa yang mereka lakukan tidak benar dan dapat merugikan Bangsa Indonesia. Apalagi saat ini Malaysia telah mengklaim bahasa Indonesia sebagai bahasa negara mereka padahal sudah jelas bahwa bahasa Indonesia adalah milik negara Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa betapa rendahya kesadaran masyarakat terutama para remaja untuk mencintai bahasanya sendiri.

Indonesia merupakan negara dengan suku dan budaya terbesar di dunia. Di Indonesia terdapat puluhan jenis bahasa seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Padang dll. Namun sangat jarang remaja saat ini menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Bahkan mereka cenderung sudah melupakan bahasa daerah

(10)

maupun bahasa nasional mereka sendiri. Hanya sebagian remaja di daerah yang menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Andai seluruh remaja seperti itu mau melestarikan bahasa nasional maupun bahasa daerahnya sendiri, pasti Indonesia akan lebih maju dan di hargai oleh negara lain di dunia. Bahasa Indonesia baku mulai dikhawatirkan ketika mulai dikikis oleh bahasa gaul, populer atau bahasa pasar. Padahal, bahasa baku sangat penting dalam kedudukan kebangsaan.

“Bahasa baku penting bagi sebuah negara, apalagi bagi Indonesia,” kata Prof Dr Benny Hoedoro Hoed, pakar bahasa dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam sebuah diskusi di Lembaga Pers Dr Soetomo, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (23/10).

Menurutnya, bahasa baku memiliki fungsi mempersatukan negara Indonesia yang terdiri dari 400 bahasa daerah. Bahasa Indonesia baku diperlukan untuk memperlancar atau memfasilitasi komunikasi pada tataran nasional.

(http://arizkaseptiani.wordpress.com/2009/10/26/bahasa-indonesia-di-kalangan-remaja/)

Kemajuan medernisasi ini menyebabkan bahasa Indonesia mulai runtuh di kalangan remaja. Mereka tidak sadar dengan tidak memakai bahasa Indonesia dalam kesehariannya lambat laun bahasa Indonesia akan lenyap ditelan zaman. Dengan begitu dibutuhkan peran para orang tua, guru, dan lingkungan sekitar supaya bisa mengawasi penggunaan bahasa pada remaja. Jangan sampai mereka terbawa pengaruh buruk, yang membuat bahasa Indonesia yang buruk. Dengan begitu diharapkan penggunaan bahasa Indonesia bisa dilestarikan.

2.4 Pembakuan Bahasa yang Baik dan Benar

Masalah yang muncul dalam pembakuan Bahasa Indonesia adalah norma bahasa yang mana berlaku untuk bahasa Indonesia baku, golongan penutur

(11)

mana yang dapat dijadikan tolak ukur bagi norma itu , dan juga apakah Bahasa Indonesia baku kelak harus menjalankan segala jenis fungsi kemasyarakatan.

Dewasa ini ada dua norma, yang satu, norma yang dipakai berdasarkan adat pemakaian (usage) yang belum dikodifikasi secara resmi, dan dianut oleh kalangan media massa dan sastrawan muda. Keduanya , dalam masyarakat, bertumpang tindih (Drs.Mansur Muslich,2010:8).

Bentuk pengrusakan dipersalahkan oleh guru di sekolah. Tetapi , karena bentuk inilah yang sering ditemui di media massa, maka bentuk tuntutan dari guru , yaitu perusak , tidak akan dengan mudah begitu saja diterima siswanya. Begitu juga pemakaian kata penggolong (classifier) nominal dalam pembilangan. Norma yang berkembang dan dianut oleh media massa adalah bentuk orang,ekor,dan buah saja. Tetapi, tata bahasa sekolah menuntut bukan hanya tiga bentuk itu, melainkan juga bidang, bilah, bentuk, butir, batang, helai, pucuk, sisir, utas, dan sebagainya (Drs.Mansur Muslich,2010:8).

2.5 Bahasa Baku

Ragam bahasa orang berpendidikan merupakan pokok yang banyak ditelaah oleh orang. Ragam bahasa baku bercirikan tiga sifat, yaitu memiliki kemantapan ,dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap ; bersifat kecendiakaan ; dan penyeragaman kaidah (dan bukan penyamaan ragam bahasa). Karena kemantapanya, maka bentuk perumusan harus diikuti oleh perajin dan perusak, misalnya, dan bukan pengrajin dan pengrusak

Bahasa baku mendukung tiga fungsi yang bersifat pelambang (simbolis). Yaitu fungsi pemersatu, fungsi pemberi kekhasan , fungsi pembawa kewibawaan ; dan satu fungsi yang bersifat objektif, yaitu fungsi sebagai kerangka acuan. Bahasa baku bisa memersatukan segala penutur dari bermacam-macam dialeg. Dengan bahasa baku ini, bahasa Indonesia memliki kekhasan yang membedakannya dari bahasa lain. Karena fungsi inilah, perasaan kepribadian nasional diperkuat. Dan, orang pun menganggap bahasa Indonesia sudah berbeda sekali dengan bahasa melayu di Malaysia, Singapura, Brunei, bahkan berbeda dengan bahasa melayu Riau yang menjadi induknya. Fungsi pembawa kewibawaan menuntut orang agar berbahasa dengan baik dan benar. Sekarang, dapat disaksikan dengan adanya penghormatan kepada

(12)

pemakai yang baik dan benar. Sebagai kerangka acuan, norma dan kaidah, ragam bahasa baku menjadi tolak ukur benar tidaknya pemakaian bahasa. Di samping itu, bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsiestetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang susastra, tetapi juga mencakup pemakaiannya dalam bidang pemainan kata iklan, dan tajuk berita. Patutlah diketahui, fungsi ini belum berjalan dengan baik (Drs.Masnur Muslich ,2010:7-9) .

2.6 Bahasa yang Baik dan Benar

Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku melahirkan bahasa yang benar. Kesimpangsiuran akan benar-salahnya bentuk, misalnya, menunjukkan ketiadaan atau sebelum mantapan standar. Dalam hal demikian, ejaan dan pembentukkan istilah sudah dibakukan, kaidah pembentukan kata sudah baku, tetapi pelaksanaan patokan dalam kesehariannya belum mantap .

Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasaran, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa yang efektif. Ini berhubungan dengan pemilihan ragam-ragam yang ada ketika orang dihadapkan pada bermacam komunikasi. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang demikian tidak harus selalu baku, misalnya dalam tawar-menawar di pasar. Jadi, kita mungkin menggunakkan bahasa yang baik (tepat)., tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar yang tidak baik penerapannya karena suasananya menuntut ragam yang lain. Anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan mengikuti kaidah bahasa yang benar (Drs.Mansur muslich ,2010:8-9).

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan di lapangan. Penelitian dilakukan di ponorogo pada tanggal 9-20 Desember 2013. Dimulai dari Observasi awal, Wawancara, dan Dokumentasi. Alasan peneliti memilih tempat ini sebab peneliti mengenal baik daerah ini dan mengenal keseharian remaja yang ada di daerah ponorogo.

3.2 Pendekatan dan Jenis penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Menurut Prof.Dr. Lexy J Moleong (2012:6) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

(14)

persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

3.3 Sumber Data 3.3.1 Populasi

Populasi adalah objek yang dijadikan dalam melakukan sebuah penelitian yang digunakan melakukan sebuah penelitian secara umum untuk mengambil data yang digunakan dalam penelitian sehubung dengan penelitian di atas populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di ponororgo.

3.3.2 Sampel

Menurut Dr.Juliansyah Noor, S.E,M.M (2011:148) Sampel adalah sejumlah kecil individu-individu yang di ambil dari populasi untuk mewakili keseluruhan populasi. Cara pengambilan sampel disebut sampeling. Sampel dalam penelitian ini adalah 10 remaja. Alasan peneliti memilih 10 orang dari daerah ini sebab peneliti tahu banyak tentang keseharian remajanya. Peneliti memilih10 remaja di daerah ini dimaksudkan agar pada saat di ajukan pertanyaan 10 remaja yang menjadi sampel ini dapat mengerti serta dapat menjawab sesuai yang diinginkan peneliti.

(15)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Tahap awal dari penelitian ini adalah Observasi langsung (pengamatan secara langsung) dengan cara menentukan objek penelitian. Objek yang digunakan kali ini adalah remaja di kecamatan slahung kabuaten ponorogo. Pengamatan dilakukan kepada 10 sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini peneliti belum terlibat secara langsung, tetapi masih dalam tahap mengamati komunikasi mereka ketika berkumpul bersama.

Tahap selanjutnya yaitu melakukan wawancara. Pada tahap ini peneliti memilih 5 remaja untuk dijadikan sebagai narasumber yang di anggap bisa memahami maksud peneliti sehingga mampu menjawab pertanyaan peneliti. Wawancara dilakukan udengan menggunakan bahasa Indonesia guna untuk mengetahui seberapa besar pemahaman remaja terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan Benar.

Tahap terakhir dalam penelitia ini adalah dokumentasi. Pada tahap ini dimaksudkan utuk mengumpulkan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan objek peneliti.

3.5 Prosedur Penelitian

Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :

1. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan penentuan focus, penyesuaian paradigm dengan teori, mencakup observasi lapangan dan dan pemohonan ijin kepada subjek yang diteliti, konsultasi focus penelitian, penyusunan usulan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penurunan penggunaan bahasa Indonesia yang baik di kalangan remaja di daerah Ponorogo. Data tersebut diperoleh dengan

(16)

observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat gaya bahasa yang sering di ucapkan, yang dilakukan oleh remaja di ponorogo.

3. Tahap analisis data, meliputi analis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan remaja yang ada di Ponorogo.

4. Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penilitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian mkna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian ini.

3.6 Teknik Analisa

Analis Data Kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintensisnya, mencari dan menumukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dari rumusan di atas peneliti dapat menarik garis besar bahwa analis data bermaksud:

(1) mengorganisasikan data. Data yang tekumpul sangat banyak dan terdiri dari catatan lapangan,komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan,biografi, artikel dan sebagainya.

(2) mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakkan analisis secara Deskritif-kualitatif, tampa menggunakan teknik kuantitatif.

(3) penulisan laporan Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penilitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian mkna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian ini.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arizkaseptiani.Bahasa di Kalangan Remaja diposting dari situs http://arizkaseptiani.worpres.com/2009/10/26.bahasa-di-Kalangan Remaja/. 26/10/2011

2. Djatipati. Penurunan penggunaan bahasa Diposting dari situs http://archive.kaskus.co.id/thread/11224853/0#9.30/10/2011. 3. Dr. Juliansyah Noor , S.E, M.M. 2011. Metode Penelitian : Skripsi , tesis

Disestari , dan karya ilmiah . Jakarta : Kencana

4. Drs. MASNUR MUSLICH, M.Si .2010 . GARIS-GARIS BESAR

TATABAHASA BAKU BAHASA INDONESIA . Bandung : PT Refika Aditama

5. Nanik Setyawati,M.Hum.2010.ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA:TEORI DAN PRAKTIK. Surakarta : Yuma Pustaka 6. PROF.DR.LEXY J.MOLEONG,M.A.2012. METODOLOGI PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Anak yang bisa berbahasa dalam kehidupannya tidak akan mengalami kesulitan untuk berinterakasi dan berkomunikasi dengan orang lain baik komunikasi secara lisan maupun

Abstrak. Kemampuan berbahasa dibutuhkan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga anak perlu membentuk bahasa baik secara lisan maupun bahasa isyarat

Mahasiswa Fiskom yang menggunakan kosa kata Bahasa dalam. pergaulannya saat berkomunikasi secara lisan

berbahasa. Dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk menulis karangan teks eksplanasi dengan baik dan benar. Penelitian ini dapat mengetahui kesalahan penggunaan EBI dan faktor

Abstrak. Kemampuan berbahasa dibutuhkan anak dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga anak perlu membentuk bahasa baik secara lisan maupun bahasa isyarat

Analisis wacana merupakan suatu kajian yang menenliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah ,baik dalam bentuk tulis maupun lisan terhadap

Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada. kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (

agar siswa dapat berkomunikasi dengan benar baik secara lisan maupun. tertulis. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran