• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi... VI Arah Kebijakan... VI-6 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi... VI Arah Kebijakan... VI-6 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH"

Copied!
388
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Dasar Hukum Pelaksanaan ... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen ... I-5 1.4 Sistematika Penulisan ... I-9 1.5 Maksud dan Tujuan ... I-11 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi Dan Demografi ... II-1 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... II-29 2.3 Aspek Pelayanan Umum ... II-43 2.4 Aspek Dayasaing Daerah ... II-101 2.5 Kemandirian Daerah ... II-110 2.6 Kluster Wilayah Dan Keterkaitan Antar

Kabupaten ... II-146 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN SERTA

KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Pelaksanaan APBD ... III-1 3.1.1 Kinerja Pendapatan Daerah 2011-2015 .... III-1 3.1.2 Kinerja Belanja Daerah ... III-10 3.1.3 Analisis Keuangan ... III-19 3.2 Kerangka Pendanaan ... III-29 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1. Dokumen Perencanaan Pembangunan Terkait .... IV-3 4.2. Isu Eksternal ... IV-40 4.3. Isu Internal ... IV-48 4.4. Isu Strategis Pembangunan Pembangunan

Daerah Kabupaten Kutai Timur Tahun

2016-2020 ... IV-60 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1 Visi ... V-4 5.2 Misi ... V-12 5.3 Tujuan dan Sasaran ... V-15 5.4 Prioritas Pembangunan Jangka Menengah

(2)

6.1 Strategi ... VI-3 6.2. Arah Kebijakan ... VI-6 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN

DAERAH

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTASI DENGAN KEBUTUHAN PENDANAAN

8.1. Indikasi Rencana Program Prioritas ... VIII-3 8.2. Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan

Pendanaan ... VIII-35 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

9.1. Model Agregatif Pembangunan Kabupaten

Kutai Timur ... IX-1 9.2. Estimasi Indikator Kinerja Daerah ... IX-3 BAB X PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

10.1. Pedoman Transisi ... X-1 10.2. Kaidah Pelaksanaan ... X-2 BAB XI PENUTUP

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Kutai Timur, sejak digagas melalui RPJPD Tahun 2005-2025, telah melalui 2 (dua) RPJMD, yaitu RPJMD Tahun 2006-2011 dan RPJMD Tahun 2011-2015. Hasil pembangunan selama dua kurun waktu RPJMD itu, telah memberikan hasil yang positif bagi kehidupan masyarakat, meski masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Berbagai kekurangan dan kelemahan hasil pembangunan ini, justru semakin memotivasi pemerintah daerah bersama-sama masyarakat untuk membangun Kutai Timur. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan perencanaan berikutnya, melalui penyusunan RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021 yang fokus dan tuntas.

Perencanaan pembangunan Kutai Timur yang fokus dan tuntas haruslah perencanaan yang mencerminkan; a) pemahaman kondisi pada saat ini, b) pengetahuan tentang indikator dan capaian kinerja yang tepat, c) instuisi tentang permasalahan yang tajam, dan d) keterampilan mengidentifikasi isu strategis yang tinggi. Jika keempat hal ini telah dimiliki, barulah dimungkinkan dapat digali seluruh potensi dan sumberdaya pembangunan di Kutai Timur. Penggalian potensi dan sumberdaya ini, seterusnya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat Kutai Timur sebesar-besarnya. Perencanaan yang yang demikian dapat diwujudkan dengan pendekatan sektoral tanpa mengabaikan pendekatan kewilayahan, serta melibatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan pembangunan, termasuk pelibatan pemerintah kabupaten/kota sekitar, provinsi dan pusat.

Nilai strategis perencanaan dalam pembangunan yang seperti inilah, yang diharapkan dapat diwujudkan dalam RPJMD Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021. Dengan demikian, RPJMD Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021 dapat menjadi sebuah pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan, dalam memberikan kontribusinya bagi pembangunan Kutai Timur dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Untuk menjamin hal ini dapat diwujudkan, maka sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Kutai Timur harus menyusun RPJMD Kabupaten Kutai Timur.

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor (SE Mendagri) Nomor: 050/795/SJ tanggal 4 Maret 2016 tentang Penyusunan RPJMD dan RKPD Tahun 2017, menyebutkan bahwa Penyusunan dokumen Perencanaan

(4)

pembangunan daerah berpedoman pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Di samping itu, disebutkan pula bahwa Periodesasi Perda tentang RPJMD pascapemilukada adalah tahun 2016-2021.

Terkait dengan SE Mendagri 050/795/SJ tersebut, maka dokumen ini adalah Rancangan RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021, yang disusun berdasarkan Rancangan Awal yang telah direvisi dengan memperhatikan saran dan masukan saat Rancangan Awal RPJMD dikonsultasi publikan, pada Tanggal 28 April 2016. Dengan demikian maka Rancangan RPJMD ini disusun berdasarkan:

1. Visi, misi dan program bupati dan wakil bupati terpilih atau walikota dan wakil walikota terpilih: Ir. H. Ismunandar, MT dan Kasmidi Bulang, ST., MM.

2. RPJPD Kabupaten Kutai Timur 2005 – 2025, 3. RTRW Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015-2035 4. RPJM Nasional Tahun 2015-2019

5. RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018

6. Hasil Konsultasi Publik Rancangan Awal RPJMD Tanggal 28 April 2016 7. Hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan SKPD Kabupaten Kutai

Timur Tanggal 10 April 2016

8. Hasil sinkronisasi Rancangan Renstra SKPD dengan Rancangan RPJMD pada Tanggal 17-19 April 2016.

Dalam kaitannya dengan hal ini, maka dokumen rancangan RPJMD ini adalah bahan yang digunakan untuk Musrenbang RPJMD, dalam upaya peningkatan dan penajaman sinergitas, sinkronisasi, dan integrasi segenap potensi di Kabupaten Kutai Timur. Dengan demikian seluruh pemangku kepentingan Kabupaten Kutai Timur dapat lebih terarah dalam memberikan masukan dan berkontribusi maksimal bagi RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021. Setelah melewati tahapan Musrenbang, Rancangan RPJMD ini dengan berbagai masukan dari pemangku kepentingan, selanjutnya akan menjadi Rancangan Akhir RPJMD. Sesuai dengan arahan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, maka rancangan Akhir RPJMD yang akan dikonsultasikan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Timur.

1.2 Dasar Hukum Pelaksanaan

Beberapa dasar hukum yang melandasi pelaksanaan penyusunan Rancangan RPJMD Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2021 adalah:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten

(5)

Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang di Provinsi Kalimantan Timur. (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3896); 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

9. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112);

11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

12. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2440, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

(6)

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(7)

23. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Timur 2005-2025;

24. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018; 25. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Kutai Timur (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 1);

26. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kutai Timur (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 2);

27. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tantang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Wilayah Kabupaten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya Kabupaten Kutai Timur (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 3);

28. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Kutai Timur (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 4);

29. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Kutai Timur (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 06); 30. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2006-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 4);

31. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015-2035.

1.3 Hubungan antar Dokumen

Berbagai input dokumen perencanaan yang digunakan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Kutai Timur harus terintegrasi dan konsisten dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Keuangan Negara. RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Kalimantan Timur yang juga telah diacu dalam RPJPD Kabupaten Kutai Timur akan menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD. Selain itu RPJMN yang telah diperhatikan dalam RPJMD Provinsi Kaltim akan diperhatikan dalam penyusunan RPJMD. Visi dan Misi Bupati Kabupaten Kutai Timur terpilih 2016-2021, sementara itu telah diintegerasikan ke dalam Rancangan RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021.

Keterkaitan antar dokumen perencanaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

(8)

Gambar 1.1

Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan Kabupaten Kutai Timur

Sumber: UU SPPN Nomor 25 Tahun 2004, diolah.

Penjabaran keterkaitan antar dokumen yang digunakan sebagai acuan penyusunan Rancangan RPJMD Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016-2020, adalah sebagai berikut:

1. Hubungan RPJMD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJPD Kabupaten Kutai Timur

RPJMD Kabupaten Kutai Timur tahun 2016-2021 berada pada tahap III RPJPD Kabupaten Kutai Timur 2005-2025. Pada dokumen RPJPD prioritas pembangunan pada tahap III (tahun 2015-2020) diarahkan pada periode pematangan dengan skenario Kutai Timur Tumbuh. Pemahaman tentang Skenario Kutai Timur Tumbuh adalah bahwa perkembangan dan pertumbuhan daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan kegiatan kehidupannya. Pesatnya perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah, selanjutnya berakibat pada perubahan sosial budaya, sosial ekonomi dan lingkungan fisik yang dapat berdampak positif atau negatif.

Kebijakan “Kutai Timur Tumbuh” dimaksudkan sebagai usaha untuk menanggapi perkembangan dan pertumbuhan daerah agar dapat terkendali sehingga semua bidang pembangunan dapat tumbuh secara harmonis, serasi, selaras dan seimbang serta berkeadilan. Dengan demikian perkembangan dan pertumbuhan tidak hanya pada wilayah dan sektor tertentu saja namun meliputi semua bidang pembangunan.

(9)

2. Hubungan RPJMD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJMN

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), menyebutkan bahwa dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten harus memperhatikan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Sebagaimana diketahui bahwa RPJMN yang berlaku saat ini adalah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20152019. Telaah RPJMN 2015-2019 diharapkan terdapat harmonisasi dengan RPJMD Kabupaten yang disusun diantaranya adalah agar arah kebijakan daerah dan strategi pembangunan daerah mendukung pencapaian prioritas nasional.

3. Hubungan RPJMD Kabupaten Kutai Timur dengan RPJMD Kaltim RPJMD Kalimantan Timur tahun 2013-2018 merupakan tahun ke tiga dari RPJPD 2005-2025 yang dalam RPJMD tersebut dirumuskan visi dan misi RPJMD Kaltim 2014-2018 yaitu "Mewujudkan Kalimantan Timur

Sejahtera Yang Merata Dan Berkeadilan Berbasis Agroindustri Dan Energi Ramah Lingkungan". Visi tersebut mengarahkan Kalimantan Timur

menuju keseimbangan antara kesejahteraan sosial dan ekonomi, keharmonisan antara pembangunan ekonomi-sosial serta aspek lingkungan hidup yang kesemuanya diketahui saling mempengaruhi. Berdasarkan visi tersebut maka ditetapkan misi pembangunan yaitu:

a. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia Kaltim yang mandiri dan berdaya saing tinggi;

b. Mewujudkan daya saing ekonomi yang berkerakyatan berbasis SDA dan energi terbarukan;

c. Mewujudkan infrastruktur dasar yang berkualitas bagi masyarakat secara merata;

d. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, dan berorientasi pada pelayayan publik;

e. Mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dan sehat serta berprespektif perubahan iklim.

Kabupaten Kutai Timur sebagai bagian dari Provinsi Kalimantan Timur, maka keterpaduan pembangunan Kalimantan Timur dan Kutai Timur diperlukan adanya sinkronisasi dan harmonisasi provinsi dan Kabupaten baik dalam penyediaan fisik, penyediaan lahan serta dukungan perencanaan dan pendanaan.

(10)

4. Hubungan RPJMD Kabupaten Kutai Timur dengan RTRW Kabupaten Kutai Timur

Integrasi RTRW dengan kebijakan pembangunan dalam RPJPD dan RPJMD menjadi amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam Undang-undang Penataan Ruang diamanatkan bahwa penyusunan RTRW mengacu pada RPJPD, dan sekaligus RTRW juga menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD dan RPJPD. Integrasi ini harus sejalan dan terintegrasi, agar dapat dijadikan acuan seluruh sektor dalam melaksanakan pembangunan.

Dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) pada hakekatnya merupakan suatu paket kebijakan umum pengembangan daerah. Rencana tata ruang merupakan hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Kebijakan yang dirumuskan pada dokumen ini merupakan dasar strategi pembangunan spasial, baik yang berkenaan dengan perencanaan tata ruang yang lebih terperinci (RDTRK, RTBL), maupun rencana kegiatan sektoral seperti kawasan perdagangan, industri, pemukiman, serta fasilitas umum dan sosial.

Dalam implementasinya, pemanfaatan ruang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, sehingga apabila terjadi suatu penyimpangan atau pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dapat ditinjau kembali. Oleh karena itu, dalam menyusun suatu perencanaan perlu mengacu pada perencanaan ruang baik secara konseptual maupun operasional atau aktualisasi di lapangan.

5. Hubungan RPJMD Kutai Timur dengan Rencana Strategis SKPD RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra-SKPD dalam rentang waktu 5 (lima) tahun. Renstra SKPD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan. Renstra SKPD wajib disusun oleh setiap SKPD di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kutai Timur.

Renstra SKPD disusun berdasarkan Permendagri 54 Tahun 2010 pasal 93. Dengan demikian Renstra SKPD harus memuat pendahuluan; gambaran pelayanan SKPD; isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi; visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan; rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif; dan indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD. Isi pada bab 9 RPJMD yaitu Penetapan Indikator Kinerja Daerah selaras dengan bab 6 Renstra SKPD yaitu indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD.

(11)

6. Hubungan RPJMD dengan RKPD Kutai Timur

RPJMD dijabarkan ke dalam RKPD sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan. RKPD sebagaimana dimaksud dalam Permendagri 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah pasal 99 huruf d, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah; program prioritas pembangunan daerah; dan rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju. Rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Rancangan kerangka ekonomi daerah memuat gambaran kondisi ekonomi, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, dan perkiraan untuk tahun yang direncanakan. Program prioritas pembangunan daerah memuat program-program yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkelanjutan sebagai penjabaran dari RPJMD pada tahun yang direncanakan. Rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif yang bersumber dari APBD, memuat program dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah, disertai perhitungan kebutuhan dana bersumber dari APBD untuk tahun-tahun berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Dengan demikian RPKD yang disusun merupakan implementasi dari target-target tahunan yang tercantum dalam RPJMD.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika Rancangan RPJMD Kabupatek Kutai Timur 20162021 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Dasar Hukum Pelaksanaan 1.3 Hubungan antar Dokumen 1.4 Sistematika Penulisan 1.5 Maksud dan Tujuan

(12)

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

2.4 ASPEK DAYASAING DAERAH 2.5 KEMANDIRIAN DAERAH

2.6 KLUSTER WILAYAH DAN KETERKAITAN ANTAR KABUPATEN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN SERTA KERANGKA

PENDANAAN

3.1 KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.2 KEBIJAKAN KEUANGAN MASA LALU 3.3 KERANGKA PENDANAAN

3.3.1 Proyeksi Data Masa Lalu

3.3.2 Penghitungan Kerangka Pendanaan BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN 4.2 ISU STRATEGIS

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI

5.2 MISI

5.3 TUJUAN DAN SASARAN

5.4 PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTASI

DENGAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN BAB XI PENUTUP

(13)

Rancangan RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021

11

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rancangan RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021 ini, adalah sebagai bahan untuk Musrenbang RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021. Dibuat untuk menjadi Rancangan Akhir RPJMD yang selanjutnya menjadi RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021. RPJMD Kabupaten Kutai Timur 2016-2021 adalah membuat perangkat pedoman kerja pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun yang dipakai membangun daerah, baik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga swasta dan masyarakat pada umumnya untuk periode pembangunan tahun 2016-2021. Berkaitan dengan era pembangunan baru, dimaksudkan juga agar penyusunan ini dapat menganti pemerintahan yang baik, berwibawa dan bertanggungjawab penyusunan RPJMD, yaitu:

1. Sebagai pedoman pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan agar lebih terarah, efektif, efisien, dan dapat dipertanggungj

2. Sebagai pedoman perencanaan jangka menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD).

3. Sebagai pedoman penyusunan penganggaran dan pengendalian

(14)

2.1 GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS

Kondisi geografis merupakan modal awal pembangunan berupa posisi strategis Kabupaten Kutai Timur. Sedangkan Demografis merupakan bonus tambahan bagi pembangunan. Modal awal geografi ini harus dimanfaatkan dengan optimal agar bisa mendapatkan hasil pembangunan yang baik, pembangunan yang baik adalah sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat berdasarkan potensi yang ada. Kondisi geografi harus dipandang sebagai satu kesatuan system dengan wilayah lain, dioptimalkan penggunaannya dan dicari sinergisitas dengan pembangunan wilayah lain untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat

2.1.1 Karakteristik lokasi dan wilayah 1. Posisi dan Batas Wilayah

Secara geografis letaknya berada pada 115° 56’26” - 118°58’19” Bujur Timur dan 1°17’1” Lintang Selatan - 1°52’39 Lintang Utara. 115°58’26”-118°58’19” Bujur Timur dan 0°02’11” Lintang Selatan - 1°52’39” Lintang Utara.

Gambar 2-1

Peta Kabupaten Kutai Timur

(15)

Berdasarkan posisi diatas, maka Kabupaten Kutai Timur berbatasan dengan 2 kabupaten dan 1 kota lain di wilayah Kalimantan Timur, yaitu Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang. Selain berbatasan dengan wilayah daratan Kabupaten Kutai Timur juga dianugerahi dengan berbatasan langsung dengan lautan. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan Kecamatan Kelay (Kabupaten Berau)

b. Sebelah Selatan: : Berbatasan dengan Kecamatan Bontang Utara (Kota Bontang) dan Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten Kutai Kartanegara)

c. Sebelah Timur: : Berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi

d. Sebelah Barat: : Berbatasan dengan Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang (Kabupaten Kutai Kartanegara)

Kondisi ini merupakan modal awal yang baik bagi pembangunan di Kutai Timur. Bila dilihat lebih jauh maka akibat dari kondisi geografis ini maka Kabupaten Kutai Timur memiliki potensi yang cukup strategis bagi perekonomian karena posisi ini mendukung interaksi wilayah-wilayah desa/kecamatan di Kabupaten Timur dengan wilayah luar, tidak hanya dalam skala provinsi akan tetapi nasional bahkan internasional. Potensi dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kabupaten Kutai Timur berada pada jalur regional lintas Trans Kalimantan yang menghubungkan jalur Tarakan (Kota Orde II) - Tanjung Redeb ke Samarinda (Kota Orde I - Ibu Kota Provinsi) - Balikpapan (Kota Orde I) - Kabupaten Penajam Paser Utara - Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Sehingga, dengan posisi tersebut, menjadi potensi yang mendukung kelancaran mobilitas barang dan jasa dari dan kedalam Kabupaten Kutai Timur.

b. Wilayah perairan Kabupaten Kutai Timur dengan panjang garis pantai sekitar 200 km, terletak dalam wilayah perairan Selat Makasar dan Laut Sulawesi dan juga bagian Laut Kalimantan Timur yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, sehingga posisi Kutai Timur menjadi strategis karena berada pada jalur transportasi laut internasional

2. Luas Wilayah

Suatu daerah dengan wilayah yang luas harus dilihat sebagai potensi bukan sebagai hambatan. Banyak yang bisa dilakukan dengan wilayah yang luas tersebut. Kabupaten Kutai Timur merupakan kabupaten hasil pemekaran berdasarkan Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999, yang meliputi 5 kecamatan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 16 Tahun 1999, Kabupaten Kutai Timur dimekarkan menjadi 11 kecamatan, dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur

(16)

Nomor 12 Tahun 2005 dimekarkan lagi menjadi 18 kecamatan, 2 kelurahan dan 133 desa. Luas wilayah Kabupaten Kutai Timur sebesar 35.747,50 km² atau sekitar 24% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Tabel 2-1

Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Kutai Timur

No. Kecamatan Jumlah Luas

Desa Kelurahan Km² % 1 Muara Ancalong 8 2.739,30 7,66 2 Busang 6 3.721,62 10,41 3 Long Mesangat 7 526,98 1,47 4 Muara Wahau 10 5.724, 32 16,01 5 Telen 7 3.129, 61 8,75 6 Kombeng 7 581,27 1,63 7 Muara Bengkal 7 1.522,80 4,26 8 Batu Ampar 6 204,50 0,57 9 Sangatta Utara 3 1 1.262,59 3,53 10 Bengalon 11 3.196,24 8,94 11 Teluk Pandan 6 831,00 2,32 12 Rantau Pulung 8 1.660,85 4,65 13 Sangatta Selatan 3 1 143,82 0,40 14 Kaliorang 7 3.322,58 9,29 15 Sangkulirang 15 438,91 1,25 16 Sandaran 7 3.419,30 9,57 17 Kaubun 8 257,45 0,72 18 Karangan 7 3.064,36 8,57

Kabupaten Kutai Timur 133 2 35.747,50 100,00

Sumber: Bagian Pemerintahan Sekretariat Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016

Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Muara Wahau, Kecamatan Busang, Kecamatan Sandaran, Kecamatan Kaliorang, dan Kecamatan Bengalon. Sedangkan 5 wilayah dengan luas terkecil adalah Kecamatan Sangatta Selatan, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Kaubun, Kecamatan Sangkulirang, dan Kecamatan Long Mesangat.

(17)

Gambar 2-2

Perbandingan luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten Kutai Timur

Sumber: Bagian Pemerintahan Sekretariat Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016

3. Topografi

Kabupaten Kutai Timur memiliki topografi yang bervariasi, yakni dataran landai (46%), perbukitan (16%), pegunungan (30%) dan lainnya (8%). Seluas 536.212,5 Ha merupakan dataran landai yang terdiri atas daratan, rawa dan perairan umum (sungai dan danau). Terdapat 9 buah gunung di Kabupaten Kutai Timur dimana gunung tertinggi adalah Gunung Menyapa dengan ketinggian mencapai 2000 m.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Timur mempunyai kelerengan diatas 15 %, dengan total luas wilayah 2.516.233 Ha (76.37% dari total luas lahan). Wilayah dengan kelerengan di atas 40 % tersebar diseluruh wilayah, khususnya terkonsentrasi di bagian barat laut dengan ketinggian lebih 500 m di atas permukaan laut. Wilayah dengan karakteristik topografi ini termasuk dalam kategori lahan kritis yang rawan erosi tanah. Daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Berau pada Kecamatan Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Ancalong merupakan daerah pegunungan kapur. Kawasn ini cocok untuk pengembangan pertanian tertentu seperti jati dan karet. Wilayah dengan daerah pegunungan dan perbukitan mempunyai areal paling luas yaitu 1.608.915 Ha dan 1.429.9222,5 Ha.

Kawasan dengan kelerengan dibawah 15% (< 2-15) merupakan kawasan yang relatif datar dan landai, dengan luas 778.686 Ha (23,63 %). Kawasan ini terdapat di Kecamatan Sangatta, Muara Bengkal, Muara Ancalong dan sebagian Muara Wahau dan Sangkulirang. Kawasan ini sangat sesuai untuk dikembangkan menjadi areal permukiman dan pertanian, industri berat, pengembangan tanaman keras dan kawasan prioritas untuk

Muara Ancalong Busang Long Mesangat Muara Wahau Telen Kombeng Muara Bengkal Batu Ampar Sangatta Utara Bengalon Teluk Pandan Rantau Pulung Sangatta Selatan Kaliorang Sangkulirang Sandaran Kaubun Karangan

(18)

pengembangan lapangan terbang. Wilayah pantai yang berada di sebelah timur kabupaten mempunyai ketinggian antara 0-7 m diatas permukaan laut. Wilayah ini mempunyai sifat kelerengan datar, mudah tergenang rawa dan merupakan daerah endapan. Panjang garis pantai adalah 162 km.

Tabel 2-2

Kondisi Topografi dan Kemiringan Lahan Kabupaten Kutai Timur No Sistem Lahan Deskripsi Umum Kemiringan Luas (Ha)

1. Bakunan Lembah-lembah kecil diantara perbukitan < 2 15.717

2. Gambut Rawa-rawa gambut yang dalam dengan

permukaan umumnya lengkung < 2 31.199

3. Kajapah Dataran lumpur didaerah pasang surut

dibawah bakau dan nipah < 2 25.840

4. Klaru dataran banjir yang selalu tergenang < 2 16.831

5. Sebangau Jalur kelokan sungai-sungai besar dengan

tanggul yang lebar < 2 14.161

6. Kahayan Dataran pantai/sungai yang tergabung 2 - 8 19.097

7. Kapor Dataran karst yang berombak

mengandung karst kecil-kecil 2 - 8 30.394

8. Lawangguang Dataran batuan berombak hingga

bergelombang 2 - 8 434.835

9. Pakau Teras-teras berpasir berombak 2 - 8 188.834

10. Sungai Medang Dataran vulkanik bergelombang 9 - 15 1.778

11. Gunung Baju Dataran karst berbukit kecil 16 - 25 111.691

12. Teweh Dataran batuan endapan berbukit kecil 16 - 25 809.910

13. Beriwit Kuesta-kuesta bergunung batupasir

dengan arah lereng tertoreh 26 - 40 35.058

14. Tewai Baru Dataran bukit kecil dengan punggung

terjal sejajar 26 - 40 95.545

15. Maput Perbukitan batuan bukan endapan yang

tidak simetris 41 - 60 530.667

16. Mantalat Kelompok punggung panjang batuan

endapan, dengan arah lereng 41 - 60 3.194

17. Pendereh Pegunungan batuan endapan yang tidak

teratur 41 - 60 738.127

18. Bukit Pandan Kelompok punggung gunung batuan

bukan endapan > 60 32.027

19. Batu Ajan Gunung-gunung apitertoreh dengan pola

drainase radial > 60 2.604

20. Lohai Kelompok punggung gunung yang panjang

dan sempit > 60 39.891

21. Okki Punggung-punggung dan gunung karst

yang curam > 60 117.519

(19)

Gambar 2-3

PetaTopografi Kabupaten Kutai Timur Tahun 2011

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Timur 2015-2035

Gambar 2-4

Peta Kemiringan Lahan Kabupaten Kutai Timur Tahun 2011

(20)

4. Geologi

Tingkat kemampuan tanah di Kabupaten Kutai Timur sangat bervariasi dari rendah hingga tinggi. Semakin banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan tanah pada wilayah tersebut rendah. Jenis tanah di wilayah daratan Kabupaten Kutai Timur didominasi oleh tanah podsolik merah kuning, latosol dan litosol. Jenis tanah lainnya adalah aluvial, organosol, latosol, podsol, dan podsolik merah kuning dengan tingkat kesuburan yang rendah.

Tabel 2-3

Sebaran Fisiografi Tanah di Kabupaten Kutai Timur

No Fisiografi Luas (Ha)

1. Dataran Alluvium 19.097

2. Dataran 1.505.176

3. Jalur Kelokan 14.161

4. Lembah 12.372

5. Rawa 138.994

6. Rawa Pasang Surut 25.840

7. Perbukitan 534.765

8. Pegunungan 975.938

9. Teras-teras 70.105

Sumber: RTRW Kutai Timur 2015-2035

Jenis tanah di wilayah daratan Kabupaten Kutai Timur didominasi oleh tanah Tropudults, Dystropepst, Troporthods, Tropudalfs, Eutropepts, Tropaquepts, dengan luas 2.722.003 Ha (82,61%). Sisanya adalah jenis Tropohemist, Tropofibrist, Placaquods, Tropopsamments, Dystropepts, Rendolls, Eutropepts, Tropofolist.

Tabel 2-4

Taksonomi Tanah Daratan Kabupaten Kutai Timur

No Taxonomi Tanah (USDA, 1975) Luas (Ha) % Luas

1. Tropohemist, Tropofibrist 31.199 0,95

2. Sulfaquents, Hydraquents 25.840 0,78

3. Tropaquepts, Fluvasquents, Tropofluvents,

Tropohemist 65.806 2,00

4. Placaquods, Tropopsamments, Dystropepts 188.834 5,73

5. Tropudults, Dystropepst, Troporthods, Tropudalfs, Eutropepts, Tropaquepts

2.722.003 82,61

6. Dystropepts, Paleudults, Tropudults 32.027 0,97

7. Rendolls, Eutropepts, Tropofolist 229.210 6,96 Sumber: RTRW Kutai Timur 2015-2035

(21)

Secara geologi Kabupaten Kutai Timur hampir sebagian besar didominasi oleh Formasi Pemaluan yang tersebar di bagian tengah dan timur serta alluvium yang tersebar disepanjang pantai. Disamping itu terdapat pula kandungan batuan endapan tersier dan batuan endapan kwarter. Formasi batuan endapan terutama terdiri dari batuan kwarsa dan batuan liat. Berdasarkan aspek geologi, wilayah daratan Kabupaten Kutai Timur tersusun dari 21 jenis formasi. Dari luas daratan 3.182.906,10, Formasi Maau (Maau Formation) yang merupakan dataran batuan endapan berbukit kecil dengan taxonomi tropudults, dystropepts adalah klasifikasi daratan terluas yaitu 597.022,51 Ha (18,76%), dengan kemiringan 16%-25%. Formasi Young Volcanic Rocks merupakan jenis daratan dengan luas terkecil sekitar 287,25 ha. Disamping itu terdapat pula kandungan batuan endapan tersier dan batuan endapan kwarter. Formasi batuan endapan terutama terdiri dari batuan kwarsa dan batuan liat.

Tabel 2-5

Formasi Geologi Wilayah Kabupaten Kutai Timur

No Formasi Geologi Luas (Ha) %

1. Alluvial Deposits 23.283,42 0,73

2. Aluvial 218.367,68 6,86

3. Atan Intrusives 4.888,45 0,15

4. Balikpapan Formation 240.241,54 7,55

5. Batu Ayau Formation 58.800,87 1,85

6. Domaring Formation 62.419,95 1,96 7. Golok Formation 140.430,93 4,41 8. Haloq Sandstone 799,87 0,03 9. Intrusive Rock 496,71 0,02 10. Jurassic Ophiolite 17.786,30 0,56 11. Kampungbaru Formation 11.411,83 0,36 12. Karamuan Formation 4.899,32 0,15 13. Karangan Formation 1.833,07 0,06 14. Kedango Formation 2.016,58 0,06 15. Kelai Granite 23.538,23 0,74 16. Kelinjau Melange 102.326,10 3,21 17. Kuaro Formation 5.952,98 0,19 18. Lake Deposits 109.257,60 3,43 19. Lebak Formation 138.445,76 4,35 20. Maau Formation 597.022,51 18,76 21. Maluwi Formation 100.495,84 3,16 22. Mangkupa Formation 115.555,23 3,63 23. Manumbar Formation 213.354,40 6,70 24. Marah Formation 144.374,16 4,54 25. Mentarang Formation 180.902,07 5,68 26. Merah Formation 14.640,39 0,46

(22)

No Formasi Geologi Luas (Ha) % 27. Metulang Volcanics 19.324,09 0,61 28. Palaubalang Formation 43.147,66 1,36 29. Pamaluan Formation 132.670,23 4,17 30. Sintang Intrusives 1.009,32 0,03 31. Tabalar Formation 70.878,76 2,23 32. Tanjung Formation 594,73 0,02 33. Telen Formation 350.626,01 11,02 34. Tendehhantu Formation 10.271,78 0,32

35. Ujoh Bilang Formation 2.905,36 0,09

36. Wahau Formation 17.649,11 0,55

37. Young Volcanic Rocks 287,25 0,01

Sumber : RTRW Kutai Timur 2015-2035

Gambar 2-5

Peta Jenis Tanah Kabupaten Kutai Timur

(23)

Gambar 2-6

Peta Geologi Kabupaten Kutai Timur

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Timur 2015-2035

Gambar 2-7

Peta Curah Hujan Kabupaten Kutai Timur

(24)

5. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Wilayah perairan berupa laut/pantai, sungai dan danau. Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat di seluruh kecamatan, dimana sungai terpanjang adalah Sungai Kedang Kepala yang terletak di Kecamatan Muara Wahau dengan panjang 319 km. Danau hanya terdapat di Kecamatan Mura Bengkal yaitu Danau Ngayau dengan luas 1.900 Ha dan Danau Karang, dengan luas 750 Ha. Wilayah pantai berada disebelah timur Kabupaten, yang mempunyai ketinggian antara 0-7 m diatas permukaan laut. Kawasan pantai yang memilki potensi wisata bahari adalah Pantai Teluk Lombok dan Pantai Sekerat. Selama ini, wilayah Pantai Teluk Lombok dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai media perairan marikultur komoditi perikanan seperti tambak ikan dan udang, budidaya rumput laut dan budidaya ikan dalam karamba jaring apung (KJA).

6. Klimatologi

Kabupaten Kutai Timur beriklim hutan tropika humida dan mempunyai musim kemarau dan musim penghujan seperti wilayah Indonesia pada umumnya. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai bulan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November sampai bulan April. Kedua musim diselingi musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Suhu udara rata-rata 26°C, di mana perbedaan suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5°-7°C, jumlah curah hujan antara 2000-4000 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 130-150 hari/tahun. Suhu udara antara suatu tempat dan tempat lain di Kabupaten Kutai Timur dapat berbeda, ditentukan oleh ketinggian tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis dengan habitat hutan yang sangat luas, Kutai Timur mempunyai kelembaban udara relatif tinggi

7. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2014 sebanyak 43,08% merupakan kawasan hutan, meliputi Hutan Mangrove, Hutan Primer, Hutan Rawa, Hutan Sekunder dan Hutan Tanaman. Hutan Primer banyak dijumpai pada daerah pegunungan yang tersebar pada bagian barat Kabupaten Kutai Timur, yaitu Kecamatan Muara Wahau, Telen, dan Busang.

Kawasan tidak berhutan di Kabupaten Kutai Timur sebanyak 56,14% yang didominasi oleh belukar dan belukar rawa, masing-masing sebesar 37,65% dan 5,76%. Kawasan pertanian sebanyak 9,28% atau sekitar 296.119,33 Ha, meliputi perkebunan, sawah dan lahan pekarangan. Sedangkan penggunaan lahan untuk perikanan masih sangat kecil meskipun mempunyai potensi yang sangat besar baik budidaya kolam maupun

(25)

perairan umum. Penggunaan lainnya adalah pertambangan batubara sebesar 0,70% atau sekitar 22.410,51 Ha.

Tabel 2-6

Luas Penutupan Lahan Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015

No Uraian Luas (Ha) (%)

1. Hutan primer 699.769 21,19

2. Hutan sekunder kerapatan tinggi 558.027 16,90

3. Hutan sekunder kerapatan rendah 619.552 18,76

4. Hutan rawa primer 6.372 0,19

5. Hutan rawa sekunder 56.166 1,70

6. Hutan mangrove primer 12.796 0,39

7. Hutan mangrove sekunder 16.825 0,51

8. Kelapa agroforestri 5.885 0,18

9. Karet agroforestri 104.820 3,17

10. Kebun buah campuran 34.131 1,03

11. Monokultur lainnya 11.892 0,36

12. Sawit monokultur 560.754 16,98

13. Karet monokultur 181.112 5,48

14. Hutan tanaman jati 23.029 0,70

15. Hutan tanaman lainnya 15.285 0,46

16. Hutan tanaman akasia 51.346 1,55

17. Semak belukar 148.505 4,50 18. Padi sawah 1.307 0,04 19. Pertanian lainnya 32.660 0,99 20. Padang rumput 22.245 0,67 21. Pertambangan 26.587 0,81 22. Lahan terbuka 17.210 0,52 23. Permukiman 53.194 1,61 24. Tambak 3.190 0,10 25. Tubuh air 39.96 1,21 Jumlah 3.189.866,04 100,00

Sumber: Rencana Aksi Mitigasi Sebagai Dukungan Pembangunan Rendah Emisi Dan Ekonomi Hijau Untuk Sektor Berbasis Lahan Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Kecamatan pemekaran yang menjadi wilayah perencanaan merupakan kawasan yang berkembang berdasarkan karakteristiknya masing-masing, seperti Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Bengkal yang dulunya berkembang di sepanjang Sungai Kelinjau. Sedangkan, Kecamatan Sangkulirang merupakan kecamatan yang lebih dikenal terlebih dahulu dari

(26)

pada Ibukota Kabupaten Sangatta karena posisi geografisnya di kawasan pesisir pantai yang memudahkan transaksi barang dan jasa lebih mudah. Tetapi seiring dengan perkembangan sistem ekonomi dan perubahan sistem kegiatan di Kabupaten Kutai Timur, karakteristik yang ada tersebut mengalami penggeseran sehingga menciptakan klaster-klaster perkembangan.

Potensi masing-masing kawasan perencanan di 18 kecamatan pemekaran Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2-7

Potensi Pengembangan Wilayah di Kabupaten Kutai Timur (Update)

No Uraian Potensi

1. Muara Ancalong (Ibukota Kecamatan: Kelinjau Ulu dan Kelinjau Ilir)

Terdapat potensi perkebunan sawit

2. Busang

Memiliki potensi pertanian tanaman pangan dengan komoditas padi ladang

Sektor Perkebunan dengan komoditas utama coklat, jeruk, dan pisang

Terdapat potensi bahan galian dan tambang berupa emas dan besi

3. Long Mesangat (Ibukota Kecamatan: Sumber Sari)

Sebagian besar masyarakat di wilayah ini adalah petani, dengan komoditi pada umumnya adalah: Padi, Kacang, Jagung.

Pada umumnya masyarakat transmigrasi terdiri dari suku yang berasal dari Indonesia Timur, Bali, Jawa, dan Sunda yang memiliki budaya bertani dan bercocok tanam.

Potensi perikanan yang terdapat di desa Melan dan Sumber sari (komoditi ikan Patin) di Sungai Long Mesangat bantuan merupakan salah satu program dari Pemkab.

4. Muara Wahau Terdapat perkebunan dengan komoditas kelapa sawit, coklat

Memiliki hamparan dominan yang landai (0-7%) dengan ketinggian yang variatif antara 0 – 1000 dpl dan pegunungan kapur sehingga sangat kondusif untuk pengembangan perkebunan jati dan karet. 5. Telen

Memiliki perkebunan produktif dengan komoditas utama kelapa sawit dan coklat Teridentifikasi sebagai salah satu wilayah yang memiliki kandungan logam mulia berupa emas 6. Kongbeng

Terdapat pertanian tanaman pangan dengan komoditas utama padi

Memiliki sektor perkebunan yang cukup potensial berupa perkebunan kelapa, coklat, lada, karet, kelapa sawit

(27)

No Uraian Potensi 7. Muara Bengkal (Ibukota

Kecamatan: Muara Bengkal Ulu)

Danau kecil di Benua Baru sebagai potensi sumber air baku dan sudah terdapat jaringan air bersih yang intake PDAM-nya berasal dari danau tersebut. Potensi perkebunan yang besar mengundang inves-tasi seperti Telen Prima Sawit (milik Haji Gunung putra daerah yang berasal dari Muara Bengkal). Potensi perikanan dengan jenis komoditi Ikan: Pipija, Baong, Saleh, Patin, Jelawat, Ikan Betutu (orientasi ekspor berdasarkan survei wawancara).

8. Batu Ampar (Ibukota

Kecamatan: Batu Timbau) Potensi HTI (Hutan Tanaman Industri) yang cukup luas untuk sentra produksi hutan. 9. Sangatta Utara KPC (Kaltim Prima Coal) sebagai perusahaan tambang

terbesar di Kabupaten Kutai Timur yang memiliki kawasan ’kota mandiri’ di Kawasan Perkotaan Sangatta merupakan potensi sebagai pusat

pertumbuhan khususnya dalam sektor perdagangan dan jasa.

Memiliki kawasan pariwisata lokal di Tanjung Sangatta yang dapat dikembangkan sebagai wisata pantai dan wisata pesisir.

Sungai Sangatta sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan.

10. Bengalon Potensi perkebunan sawit di Desa Tepian Langsat dan

Keraitan serta perkebunan Kakao di Desa Sekerat 11. Teluk Pandan (Ibukota

Kecamatan: Teluk Pandan)

Memiliki potensi pertanian dengan komoditi padi sawah, pisang, dan cokelat.

Komoditi unggulan yang sedang dan akan dikembangkan oleh kecamatan ini adalah: Jeruk Martadinata, Pinili, Nenas, Salak

12. Rantau Pulung (Ibukota Kecamatan: Margo Mulyo)

Memiliki potensi pertanian karena pada umumnya masyarakatnya adalah transmigran yang sudah terlatih untuk membudidayakan lahan pertaniannya (sawah tadah hujan dan buah-buahan)

Memiliki kandungan tambang batu bara. 13. Sangatta Selatan (Ibukota

Kecamatan: Sangatta Selatan)

Potensi sektor pertanian yaitu sayur-sayuran dan produksi ikan segar khususnya ikan bandeng dan ikan kakap. Potensi perikanan tersebut lebih banyak dibudidayakan di tambak dan sebagian lagi dari hasil tangkap nelayan laut.

Memiliki potensi wisata lokal di Teluk Lombok maupun Teluk Kabak.

Pusat pertumbuhan di kecamatan ini adalah pasar ikan yang terdapat di Desa Sangatta Selatan.

14. Kaliorang Terdapat perkebunan dengan komoditas andalan

kelapa, coklat, kopi dan pisang

Berada di sepanjang garis pantai, sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang tumbuh dan berkembang dengan baik dengan komoditas perikanan tangkap

Peternakan sapi sebagai penopang kebutuhan daging Kabupaten Kutai Timur

(28)

No Uraian Potensi

Terdapat potensi bahan galian berupa besi, gipsum serta pasir kuarsa

15. Sangkulirang (Ibukota Kecamatan: Benua Baru Ulu)

Letak geografis kecamatan ini bisa menjadi potensi untuk produksi perikanan laut dan outlet barang sekabupaten.

Potensi perikanan laut saat ini yang cukup besar dengan komoditi adalah udang lobster

16. Sandaran

Memiliki potensi perkebunan dengan komoditas utama kelapa, pisang, coklat, lada

Menjadi salah satu wilayah sentra produksi sayur mayur

Dengan posisi wilayah yang terletak di pesisir, potensi perikanan menjadi potensi yang cukup potensial baik tambak, kolam ataupun perikanan tangkap

17. Kaubun (Ibukota Kecamatan: Bumi Etam)

Potensi perkebunan sawit saat ini pengelolaannya masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar. Didominasi oleh masyarakat transmigrasi yang terlatih untuk bertani dan berkebun sehingga memudahkan untuk pengembangan program pertanian. 18. Karangan (Ibukota Kecamatan: Karangan Dalam)

Sungai sebagai potensi air baku untuk keperluan sehari-hari.

Memiliki lahan hutan dan perkebunan yang cukup luas yang dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat dan milik perusahaan.

Potensi unggulan untuk perkebunannya yaitu perkebunan kelapa sawit, tambang batu bara yang saat ini sudah mulai eksplorasi, pariwisatanya yaitu wisata air panas (desa mukti lestari) dan goa kelelawar, walet serta terdapat air panas dan air terjun (desa pangadan dan karangan hilir). Sumber: Bappeda Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016

Berdasarkan pertimbangan potensi permintaan hasil produksi wilayah Kabupaten Kutai Timur, baik internal maupun eksternal, khususnya produksi yang berbasis sumberdaya yang dapat diperbaharui, adalah hasil produksi tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan yang berada di kawasan budidaya. Kawasan budidaya mencakup kawasan pemukiman perkotaan dan perdesaan, pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, hutan produksi perindustrian, pertambangan, pariwisata, kawasan Hankam dan kawasan lainnya.

Kabupaten Kutai Timur memiliki potensi pengembangan beberapa kawasan yang meliputi:

(29)

1) Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Kutai Timur terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu tanaman pangan lahan basah dan tanaman pangan lahan kering.

Berdasarkan beberapa kriteria yaitu kelerengan lahan, jenis tanah, kedalaman solum, tekstur tanah, dan tingkat erosi, maka kesesuaian lahan untuk kawaan budidaya tanaman pangan lahan kering di wilayah Kabupaten Kutai Timur dapat diidentifikasi bahwa lahan yang sesuai untuk kegiatan tanaman pertanian lahan kering berada di sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Timur dan tersebar di semua kecamatan yang ada. Sedangkan kesesuaian lahan budidaya tanaman pangan lahan basah di wilayah Kabupaten Kutai Timur dapat didiidentifikasi bahwa yang sesuai untuk kegiatan tanaman pertanian lahan basah adalah di sebagian kecil dari wilayah yang ada di Kabupaten Kutai Timur dengan luas yang cukup signifikan di Kecamatan Muara Bengkal dan Muara Ancalong. (tunggu update)

Kegiatan budidaya pertanian lahan basah dan food estate merupakan lahan sawah, baik yang beririgasi teknis, setengah teknis, maupun irigasi perdesaan yang telah diusahakan secara intensif. Kawasan lahan pertanian diharapkan dapat tetap dipertahankan dalam rangka ketahanan pangan dan ketahanan budaya. Kawasan budidaya pertanian lahan basah di wilayah perencanaan selain dikembangkan untuk produksi pangan juga diarahkan sebagai kawasan penyangga (buffer zone) untuk menjaga kualitas lingkungan dalam bentuk jalur hijau atau ruang terbuka hijau.

Kawasan budidaya pertanian lahan basah terutama yang telah terlayani jaringan irigasi merupakan kawasan yang tetap dipertahankan dengan meminimasi alih fungsi ke kegiatan budidaya lainnya. Lahan food estate yang merupakan areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dicadangkan di 4 (empat) kecamatan yaitu Busang, Karangan, Muara Ancalong dan Sandaran dengan luas 63.202,78 Ha, sementara itu lahan pertanian pangan direncanakan seluas lebih kurang 107.755,37 Ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kutai Timur merupakan lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan semusim dan atau tanaman tahunan yang dicirikan pengelolaannya relatif tidak memerlukan air irigasi.

Sedangkan pemanfaatan pertanian lahan kering adalah untuk tegalan, tanaman sayur mayur (holtikultura), dan kebun campuran. Pertanian lahan kering yang tidak intensif merupakan cadangan pengembangan kawasan perkotaan.

Setiap tahun penggunaan tanah untuk pertanian khususnya tanah sawah mengalami penyusutan luasan atau alih fungsi. Karenanya perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan alih fungsi yang menghambat

(30)

pembangunan sektor pertanian dimasa akan datang seperti berkurangnya jumlah produksi dan produktivitas padi yang berpotensi mengakibatkan hambatan dalam mewujudkan swasembada pangan. Upaya yang harus dilakukan adalah mengembangkan dan mengoptimalkan area pertanian tanaman pangan melalui penyusunan strategi pengelolaan sumberdaya lahan pertanian secara berkelanjutan dan pencegahan berkurangnya lahan sawah produktif serta lahan produktif lainnya, terutama untuk lahan beririgasi teknis yang sudah dikembangkan.

Hasil produksi tanaman pangan di Kabupaten Kutai Timur, berpotensi turut berkontribusi untuk memenuhi permintaan di dalam negeri, terutama kebutuhan lokal kabupaten dan Provinsi Kalimantan Timur. Sementara, komoditas unggulan terutama kedelai dan jagung berpeluang untuk pemenuhan kebutuhan dalam lingkup nasional.

2) Kawasan Perkebunan

Pembangunan perkebunan di Kabupaten Kutai Timur dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan pertumbuhan cukup signifikan, antara lain ditandai dengan semakin meningkatnya luas area produksi dan produktivitas. Komoditas yang banyak dikembangkan dalam perkebunan rakyat antara lain kakao, karet, lada, aren, dan kelapa sawit. Secara khusus, sektor perkebunan kelapa sawit menjadi primadona bagi masyarakat Kutai Timur, terutama para petani yang berada di pedalaman. Perkebunan kelapa sawit berkembang seiring dengan pertumbuhan koperasi yang terus menunjukkan kemajuan, dan bahkan perkembangan perkebunan kelapa sawit Kutai Timur diantara yang terbaik di wilayah Indonesia.

Perencanaan kawasan perkebunan dengan menggunakan kebijakan pengelolaan kawasan perkebunan meliputi: a) Pengembangan kegiatan lahan perkebunan diupayakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang ada saat ini, b) Pemanfaatan lahan perkebunan untuk sistem tumpang sari dengan kegiatan budidaya pertanian lahan kering, c) Pemilihan jenis komoditi unggulan sesuai dengan potensi lahan, d) Pengembangan lahan perkebunan pada lahan-lahan yang memiliki kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan melalui intensifikasi dan pemilihan teknologi tepat guna. Kawasan perkebunan di Kabupaten Kutai Timur tersebar pada 16 kecamatan yaitu Kecamatan Sangatta Utara, Rantau Pulung, Bengalon, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Long Mesangat, Busang, Muara Wahau, Kongbeng, Telen, Batu Ampar, Kaliorang, Sangkulirang, Kaubun, Karangan dan Sandaran.

3) Kawasan Peternakan

Hasil produksi peternakan di Kabupaten Kutai Timur, baik peternakan kecil (seperti unggas) maupun peternakan besar (seperti: kambing, sapi, dan lain lain). Beberapa lokasi wilayah perencanaan terdapat usaha kegiatan peternakan dalam skala kecil terutama peternakan ayam.

(31)

Kebijakan pengelolaan kawasan budidaya peternakan diarahkan untuk: a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani ternak, b) Peningkatan teknologi, produktivitas, dan kualitas ternak, c) Pengendalian limbah peternakan agar tidak mengganggu lingkungan permukiman dan sumber air, serta d) Pengembangan sinergi antara kegiatan peternakan dan usaha pertanian lainnya.

4) Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan tangkap adalah kawasan bagi kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan atau mengawetkannya. Kawasan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kutai Timur diarahkan dan dibagi dalam tiga jalur dengan klasifikasi area dan peralatan.

Sementara itu kawasan perikanan budidaya adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan memelihara, membesarkan, dan atau membiakkan ikan seta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan atau mengawetkannya. Kriteria penetapan kawasan perikanan budidaya meliputi:

a) Perairan laut pasang surut yang terlindung pasir, kerakal dan atau berbatu, b) Perairan lautyang semi terlindung dan atau perairan yang terlindung dari aksi gelombang ekstrim, c) Di luar kawasan pelabuhan dan atau jalur pelayaran, d) Salinitas air relatif konstan dalam kisaran normal air laut, e) Aksesibilitas kawasan mudah dicapai, dekat pemukiman masyarakat pesisir dan tidak dalam pengaruh oeh air limbah, f) Perairan laut di luar zona inti kawasan perlindungan, g) Perairan laut di luar areal terumbu karang dan Padang Lamun, h) Kualitas air memenuhi baku mutu air laut untuk budidaya ikan.

Sedangkan kawasan budidaya laut yang direncanakan dikembangkan berada di perairan laut Kecamatan Sangatta Selatan berupa budidaya perikanan tangkap laut dan budidaya rumput laut.

5) Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan memiliki peran penting dalam peningkatan perekonomian Kabupaten Kutai Timur. Produksi tambang yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan lokal, nasional dan internasional diharapkan mampu menjadi penggerak utama (prime mover) bagi perekonomian Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan RTRW Kabupaten Kutai Timur tahun 2015-2035, ijin konsesi pertambangan sebagai kawasan tambang sebagian besar masih dalam proses Feasibility Study yang lebih lanjut untuk kesesuaian lahannya. Ijin konsesi kawasan yang memiliki potensi

(32)

pertambangan di Kabupaten Kutai Timur memiliki luas sebesar lebih kurang 1.602.653 Ha. RW terbaru)

Sedangkan kawasan bekas pertambangan yang ada saat ini sangat dimungkinkan menjadi kawasan lindung dimasa yang akan datang. Oleh karena itu upaya rehabilitasi dan revitalisasi kawasan bekas pertambangan menjadi keharusan agar tidak terjadi kerusakan ekologis yang sangat serius dan berdampak fatal dikemudian hari. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur harus berupaya secara berkelanjutan untuk mempertahankan kawasan lindung yang telah ada dan menambah kawasan lindung baru dari kawasan bekas pertambangan.

6) Kawasan Pariwisata

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial menciptakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mampu memberikan multiplier effect bagi berkembangnya sektor-sektor terkait, seperti pertanian (bunga, buah, perikanan), industri kerajinan, perdagangan (misalnya rumah makan), dan jasa (penginapan, pemandu wisata, transportasi, dan sebagainya). Sehingga berkembangnya sektor ini diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasan wisata.

Kekayaan alami di Kabupaten Kutai Timur seperti hutan, pantai, goa merupakan aset berharga yang potensial untuk pengembangan kawasan wisata yang berkelanjutan. Kondisi alam Kabupaten Kutai Timur menawarkan ragam produk wisata yang dapat dikembangkan, antara lain Geowisata (lokasi Karst Sangkulirang-Gua Pengadan), Wisata Pantai (beberapa lokasi yang berada di zona Sangatta), Wisata Bahari (pulau Birah-Birahan), Ekowisata (berbagai lokasi di Taman Nasional Kutai), Wisata Budaya Tradisional (desa tempat suku Dayak Wehea bermukim), Wisata Pendidikan dan Penelitian (Gua Pengadan, Desa Adat, Penelitian Orang Utan di Mentoko), Keunggulan daya tarik wisata, lukisan-lukisan berupa gambar negatif cap tangan tiga susun, perhiasan, peralatan, patung bahkan guci-guci China dan hewan yang ditemukan pada lokasi gua di Kawasan Pengadan sejauh ini merupakan satu-satunya gua alami di Indonesia yang memiliki peninggalan pra sejarah.

Kawasan Karst ini bahkan menyimpan cerita manusia-manusia pertama Kalimantan, jauh lebih tua dari kebudayaan Kutai, yang berpotensi menjadi salah satu warisan dunia (World Heritage). Kawasan karst ini merupakan pembeda utama dengan wilayah lain yang tidak bergunung karst, dimana merupakan sumber dari mata air utama sungai-sungai besar di semenanjung Mangkalihat dan Sangkulirang yang menyangga kehidupan masyarakat Berau dan Kutai Timur.

Kegiatan yang dikembangkan dengan fungsi untuk mendukung kegiatan pariwisata ini adalah: a) Peningkatan program sadar wisata kepada masyarakat melalui penerangan dan penyuluhan, b) Peningkatan promosi obyek wisata, penataan dan pengembangan terhadap obyek-obyek wisata

(33)

yang ada sehingga lebih representatif. Beberapa Potensi Wisata di Kabupaten Kutai Timur bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2-8

Tabel Objek Wisata di Kabupaten Kutai Timur

No Kecamatan Objek Wisata

1. Sangatta Utara 1. Pantai Aquatik

2. Bukit Pandang Pelangi 3. Telaga Batu Arang

2. Sangatta Selatan 4. Prevav Mentoko 5. Taman Nasional Kutai 6. Pantai Teluk Lombok 7. Pantai Teluk Perancis

3. Teluk Pandan 8. Teluk Kaba 9. Telaga Bening

4. Rantau Pulung 10. Agrowisata 11. Air Terjun KM.SP8

5. Bengalon 12. Pantai Sekerat 13. Pegunungan Karst

6. Kaliorang 14. Pantai Jepu-Jepu

7. Sangkulirang 15. Desa Bual-Bual 16. Selangkau 17. Pulau Minang 18. Air Terjun Desa Saka

8. Sandaran 19. Pulau Birah-Birahan

20. Air Terjun Tanjung Mangkaliat

9. Karangan 21. Sumber Mata Air Ampenas dan Goa 22. Pemandian Air Panas Batu Lepoq

10. Kongbeng 23. Gunug Kongbeng

11. Telen 24. Lamin Adat dan Seni Budaya Suku Kayan

12. Muara Bengkal 25. Danau Gelombang Muara Begkal Ulu 26. Batu Tija Sara Muara Bengkal Ilir 27. Danau Padang Api Desa Sanaba 28. Makam Raden Bangkok Batu Balai

13. Muara Ancalong 29. Lamin Adat dan Seni budaya Suku Dayak Kenyah Lepo Tau

14. Muara Wahau 30. Hutan Lindung Wahea 31. Desa Wisata Miau Baru

Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016

7) Kawasan Permukiman

Kawasan Permukiman di Kabupaten Kutai Timur dibagi menjadi dua jenis yaitu kawasan permukiman pedesaan dan kawasan permukimman perkotaan.

(34)

Kebijakan pengembangan permukiman pedesaan dilakukan dengan menciptakan sentrasentra produksi yang prospektif dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Sejalan dengan itu perlu diciptakan saling keterhubungan antara sentra produksi dengan pusat pemasarannya sehingga dapat saling menunjang sistem perwilayahan. Kawasan permukiman pedesaan di Kabupaten Kutai Timur direncanakan lebih kurang 59.206,55 ha yang tersebar di 18 (delapan belas) Kecamatan di Kabupaten Kutai Timur

Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Kutai Timur direncanakan peruntukan ruang seluruhnya seluas lebih kurang 30.674,07 ha. Kecamatan Sangatta Utara sebagai pusat kegiatan wilayah dan sentra pemerintahan di Kabupaten Kutai Timur dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan dialokasikan ruang lebih kurang 13.979,91 Ha, sedangkan untuk Kecamatan Sangatta Selatan yang juga merupakan bagian dari pusat kegiatan wilayah, perencanaan permukiman perkotaan direncanakan seluas lebih kurang 1.750,68 Ha dengan pengembangannya yang cukup relevan mengingat Kecamatan Sangatta Selatan sebagian besar wilayah administrasinya dalam areal Taman Nasional Kutai, sehingga pemanfaatan dan/atau pelepasannya menunggu keputusan Kementerian Kehutanan tentang perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan. Untuk pengembangan kawasan perkotaan lainnya berada di Kecamatan Kongbeng, Long Mesangat, Muara Bengkal, Muara Wahau dan Sangkulirang.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Kawasan Rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di wilayah Kabupaten Kutai Timur, kawasan rawan bencana alam yang terdidentifikasi yaitu rawan bencana banjir dan gerakan tanah.

2.1.3.1 Rawan Banjir

Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang dalam keadaan musim normal, secara rutin mengalami genangan lebih dari enam jam. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut.

Kawasan rawan bencana banjir tidak ditetapkan sebagai kawasan lindung tetapi kawasan penanggulangan. Kawasan rawan bencana, terutama adalah kawasan dengan kemiringan lahan yang landau seperti Kecamatan Muara Bengkal dan Muara Ancalong. Rencana penganggulangan banjir dan

(35)

pelestarian alam yang lebih berorientasi pada masa depan demi kelangsungan hidup ekologi dapat disebutkan sebagai berikut:

 Penyuluhan perlindungan dan pelestarian alam serta penyuluhan bahaya banjir

 Gerakan penghijauan lingkungan

 Manajemen pengelolaan dan penganggulangan banjir.

.Untuk kawasan yang rawan banjir, pembangunan fisik diarahkan pada pengembangan saluran drainase dan tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai kawasan permukiman. Kegiatan-kegiatan lain yang berdampak pada kelancaran tata drainase juga dilarang.

2.1.3.2 Rawan Longsor

Kawasan rawan bencana alam rawan longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan tanahnya mudah longsor karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Kawasan rawan bencana longsor yaitu wilayah yang mempunyai kelerangan > 40% dan terletak di sebagian besar wilayah Kecamatan Muara Wahau dan Busang.

Kawasan yang digolongkan masuk ke dalam rawan longsor, tidak boleh digunakan untuk kegiatan permukiman, persawahan, tanaman semusim, kolam ikan, atau kegiatan budidaya lainnya yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan.

2.1.4 Aspek Demografis 2.1.4.1 Kependudukan

Penduduk berperan ganda dalam pembangunan, yaitu sebagai subjek merangkap objek pembangunan itu sendiri. Oleh karenanya jumlah dan komposisi penduduk harus diketahui sehingga pemerataan hasil pembangunan bisa dengan tepat diformulasikan.

Berdasarkan data tahun 2015, hasil pemutakhiran data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kutai Timur dengan Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur sebesar 413.508 jiwa. Dari total ini hampir sepertiganya (30,91%) berada di Kecamatan Sangatta Utara. Kemudian jumlah penduduk terbanyak selanjutnya sebesar 9,38 % tinggal di Kecamatan Bengalon, 8,32% di Kecamatan Sangatta Selatan, 7,34% berada di Kecamatan Muara Wahau, dan 5,53% tinggal di Kecamatan Kongbeng. Sedangkan 13 kecamatan lain, jumlah penduduknya masing-masing tidak sampai 5% dari total jumlah penduduk Kutai Timur.

(36)

Tabel 2-9

Persebaran Jumlah Penduduk pada Setiap Kecamatan

No Kecamatan 2011 2012 Tahun 2013 2014 2015 1. Muara Ancalong 16.922 18.926 18.853 15.470 13.157 2. Busang 6.973 8.008 7.866 6.066 5.520 3. Long Mesangat 8.343 9.690 9.811 7.399 7.235 4. Muara Wahau 26.474 32.347 37.136 26.624 30.344 5. Telen 10.365 12.814 12.980 9.706 10.057 6. Kombeng 19.220 28.085 31.334 25.184 22.866 7. Muara Bengkal 18.175 21.962 21.202 16.604 16.698 8. Batu Ampar 6.897 7.961 7.851 5.924 6.076 9. Sangatta Utara 144.176 168.036 175.179 130.268 127.817 10. Bengalon 28.258 49.703 52.821 39.221 38.789 11. Teluk Pandan 22.415 28.379 30.291 18.754 17.209 12. Rantau Pulung 10.094 12.014 12.574 9.104 10.083 13. Sangatta Selatan 39.125 43.553 44.164 33.403 34.403 14. Kaliorang 14.389 16.928 17.605 13.056 13.466 15. Sangkulirang 10.059 13.978 15.875 12.595 14.686 16. Sandaran 23.391 25.754 26.859 20.560 20.508 17. Kaubun 15.493 17.775 18.909 13.067 13.464 18. Karangan 10.096 11.810 13.441 9.693 11.130 Jumlah 430.865 527.723 554.751 412.698 413.508

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatatn Sipil Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016, Data diolah Proporsi persebaran jumlah penduduk bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2-10

Proporsi Persebaran Jumlah Penduduk

No Kecamatan Tahun Rata-Rata

2011 2012 2013 2014 2015 1. Muara Ancalong 3,93 3,59 3,40 3,75 3,18 3,57 2. Busang 1,62 1,52 1,42 1,47 1,33 1,47 3. Long Mesangat 1,94 1,84 1,77 1,79 1,75 1,82 4. Muara Wahau 6,14 6,13 6,69 6,45 7,34 6,55 5. Telen 2,41 2,43 2,34 2,35 2,43 2,39 6. Kombeng 4,46 5,32 5,65 6,10 5,53 5,41 7. Muara Bengkal 4,22 4,16 3,82 4,02 4,04 4,05 8. Batu Ampar 1,60 1,51 1,42 1,44 1,47 1,49 9. Sangatta Utara 33,46 31,84 31,58 31,56 30,91 31,87 10. Bengalon 6,56 9,42 9,52 9,50 9,38 8,88 11. Teluk Pandan 5,20 5,38 5,46 4,54 4,16 4,95 12. Rantau Pulung 2,34 2,28 2,27 2,21 2,44 2,31 13. Sangatta Selatan 9,08 8,25 7,96 8,09 8,32 8,34 14. Kaliorang 3,34 3,21 3,17 3,16 3,26 3,23 15. Sangkulirang 2,33 2,65 2,86 3,05 3,55 2,89 16. Sandaran 5,43 4,88 4,84 4,98 4,96 5,02 17. Kaubun 3,60 3,37 3,41 3,17 3,26 3,36 18. Karangan 2,34 2,24 2,42 2,35 2,69 2,41

Gambar

Tabel Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 2-29  Angka Harapan Hidup
Tabel Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan (tunggu Update)
Tabel 2-52  Sarana Pengangkutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi Pembangunan yang menghemat energi Menghemat sumber energi yang tidak dapat diperbaharui Menghemat sumber bahan mentah yang

Cahaya Matahari akan tampak lebih merah daripada keadaan sekarang, karena dengan bertambahnya kerapatan, akan lebih banyak cahaya pada panjang gelombang biru yang dihamburkan ke

Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi

Adapun ciri-ciri dari individu yang indivdualistis yaitu mementingkan kesuksesan pribadi / diri sendiri, cenderung membuat keputusan tanpa ingin dipengaruhi oleh orang lain,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ TANGGUNG

Selama kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan observasi yang mempunyai tujuan untuk melihat kemampuan kognitif siswa dalam mengenal bentuk dan warna melalui alat

Material lain yang dapat digunakan dan dapat diganti untuk mengantisipasi dan mengurangi terjadinya panas berlebih yaitu dapat menggunakan material pada bagian