• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Menurut Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Menurut Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana. diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyidik menurut Perundang – Undangan

1. Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana

Sebagaimana yang disebutkan di dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1 KUHAP "Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang

diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan

penyidikan". Tugas Penyidik adalah melaksanakan penyidikan.1

Sedangkan definisi dari Penyidikan diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 KUHAP2 "Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya."

Di samping itu penyidik juga mempunyai tugas:

a. Membuat berita acara tentang hasil pelaksanaan tindakannya; (Pasal 8 Ayat (1) KUHAP.

1Ngani Nico,I. Nyoman Budi Jaya dan Hasan Madani. 1984. Mengenal Hukum Acara Pidana: Bagian Umum dan Penyidikan. Yogyakarta: Liberty.

2 Prodjohamidjojo, Martiman. 1990. Komentar Atas KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Jakarta: Pradnya Paramita.

(2)

14

b. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum atau jaksa; (Pasal 8 Ayat (2) KUHAP); penyidik yang dari pegawai negeri sipil menyerahkannya dengan melalui penyidik yang dari pejabat kepolisian negara.

Penyerahan berkas perkara ini meliputi dua tahap, yaitu: (Pasal 8 Ayat (3) KUHAP):

a. Penyidik harus menyerahkan berkas perkara.

b. Dalam hal penyidikan sudah dianggap selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.

Wewenang penyidik yang dari pejabat Kepolisian negara diatur di dalam Pasal 7 Ayat (1) KUHAP: "(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang:

a. menerima Iaporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

(3)

15

g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. mengadakan penghentian penyidikan;

j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

2. Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana

Dalam melaksanakan tugas penegakan hukum, Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang di bidang penyidikan tindak pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang dilaksanakan secara profesional, transparan dan akuntabel terhadap setiap perkara pidana guna terwujudnya supremasi hukum yang mencerminkan kepastian hukum, rasa keadilan dan kemanfaatan. Berikut pengertian penyidik dan penyidikan menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia :

Pasal 1 ayat (3)

“Penyidik adalah pejabat Polri yang diberi wewenang oleh undang – undang untuk melakukan penyidikan”

(4)

16

“Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang – undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”

3. Menurut Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 8 tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsi Penyidik Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional Penyidik BNN perlu melakukan pembinaan dan pengembangan karier Pegawai ASN yang menjalankan tugas penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika narkotika. Berikut penjelasan tentag penyidik BNN :

a. Jabatan Fungsional Penyidik BNN adalah jabatan fungsional tertentu yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan penyelidikan dan penyidikan dalam lingkungan instansi Pusat dan Daerah.

b. Penyidik BNN adalah Pegawai ASN yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan penyelidikan dan penyidikan dalam lingkungan instansi Pusat dan Daerah.

(5)

17

c. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Adapun hasil kegiatan penyidik ahli pertama, penyidik ahli muda dan penyidik ahli madya disesuaikan dengan petunjuk teknis administrasi penyidikan BNN . Dari kategori 3 penyidik ini semuanya berwenang untuk menjalankan tugas penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika narkotika khususnya menggunakan teknik “Undercover buy”

4. Menurut Undang – Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Dijelaskan pada pasal 71 “Dalam melaksanakan tugas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, BNN berwewenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika”. Dan pasal 72 :

(1) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 71 dilaksanakan oleh Penyidik BNN.

(2) Penyidik BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh kepala BNN.

(6)

18

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian penyidik BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur derngan Peraturan Kepala BNN. Wewenang penyidik BNN diatur dalam pasal 75 :

a. melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

b. memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

c. memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi;

d. menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika serta memeriksa tanda pengenal diri tersangka; e. memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak

pidana dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

f. memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

(7)

19

g. menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

h. melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di seluruh wilayah juridiksi nasional; i. melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup;

j. melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah pengawasan;

k. memusnahkan narkotika dan prekursor narkotika;

l. melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA), dan/atau tes bagian tubuh lainnya; m. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

n. melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman;

o. membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

p. melakukan penyegelan terhadap narkotika dan prekursor narkotika yang disita;

(8)

20

q. melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti narkotika dan prekursor narkotika;

r. meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan s. menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya

dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika.

Kewenangan lain yang dimiliki oleh penyidik BNN juga diatur dalam Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, bahwa penyidik BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75, juga berwenang :

a. Mengajukan langsung berkas perkara, tersangka, dan barang bukti, termasuk harta kekayaan yang disita kepada jaksa penuntut umum;

b. Memerintahkan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga dari hasil penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika milik tersangka atau pihak lain yang terkait;

c. Untuk mendapat keterangan dari pihak bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka yang sedang diperiksa;

(9)

21

d. Untuk mendapat informasi dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

e. Meminta secara langsung kepada instansi yang berwenang untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;

f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka kepada instansi terkait;

g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau mencabut sementara izin, lisensi, serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika yang sedang diperiksa; dan

h. Meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri. Kewenangan penyidikan Narkotika sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak hanya kepada diberikan penyidik BNN, tetapi juga kepada penyidik Polri sebagaimana diatur dalam Pasal 81, yang menyatakan bahwa “Penyidik Kepolisian Negara Republik

(10)

22 Indonesia dan penyidik BNN berwenang melakukan penyidikan

terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika berdasarkan undang-undang ini”.3

Maksud dari Pasal 81 di atas, bahwa penyidik Polri dalam melakukan upaya pemberantasan Narkotika juga memiliki kewenangan penyidikan sebagaimana kewenangan penyidikan oleh penyidik BNN. Tidak ada yang lebih superior antara penyidik Polri dan penyidik BNN, keduanya memiliki kewenangan yang sama, dan saling bekerjasama satu sama lain dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.4 Dengan demikian, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, maka Badan Narkotika Nasional mempunyai kewenangan dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap perkara tindak pidana Narkotika menurut tata cara sebagaimana diatur baik dalam hukum pidana materiil maupun formil yang harus dipatuhi dalam proses penanganan perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Preskursor Narkotika di wilayah Republik Indonesia.5

3 Stefano Junio Muaja, Sanksi Pidana Terhadap Penyidik Dalam Penanganan Perkara Narkotika .Lex Crimen Vol.II/No.6/Oktober/2013.

4 A.R Sujono dan Bony Daniel. 2013. Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar Grafika, 2013, Hlm 154.

(11)

23 B. Pelaksanaan Prosedur Oleh Penyidik

Tahapan awal dari proses hukum acara pidana di beberapa negara seperti di Belanda disebut opsporing, sedangkan di Inggris dan Amerika disebut investigation. Sementara di Indonesia, proses awal yang dapat diterjemahkan dari opsporing maupun investigation dalam dua bentuk proses yaitu penyelidikan dan penyidikan. Penggunaan terminologi untuk selidik dan sidik pada dasarnya memiliki pengertian yang serupa yaitu meneliti lebih jelas tentang suatu peristiwa, namun pengaturannya memiliki perbedaan yang sangat prinsipil, baik tujuan maupun pihak yang melaksanakannya. 6

Tahap penyidikan merupakan pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh penyidik termasuk penyidikan tambahan atas dasar petunjuk dari penuntut umum dalam rangka penyempurnaan hasil penyidikan. Penyidikan didasarkan karena adanya dugaan telah atau sedang terjadinya tindak pidana yang dapat berasal dari laporan atau pengaduan, diketahui sendiri oleh penyidik atau karena tertangkap tangan sedang melakukan tindak pidana. 7

Sasaran atau target penyidikan adalah mengupayakan pembuktian tentang tindak pidana yang terjadi, agar tindak pidananya menjadi terang atau jelas, dan sekaligus menemukan siapa tersangka/pelakunya. Upaya pembuktian dilakukan dengan cara-cara yang diatur dalam KUHAP, yaitu

6 Tolib Efendi. 2014 . Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana ; Perkembangan Dan Pembaharuanya di Indonesia, Malang : Setara Press, 2014, Hlm 69.

7 Andi Hamzah. 1989 . Pengantar Hukum Acara Pidana di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia,

(12)

24

dengan melakukan kegiatan, tindakan mencari, menemukan, mengumpulkan, dan melakukan penyitaan terhadap alat-alat bukti yang sah dan benda/barang bukti. 8

Berkaitan dengan sasaran penyidikan tersebut, penyidikan tindak pidana Narkotika selain diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dalam undang-undang tindak pidana khusus seperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, memberikan pengaturan tentang teknik penyidikan khusus dalam proses penanganan tindak pidana narkotika.9 Teknik penyidikan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Penyadapan

Pengertian Penyadapan menurut Pasal 1 Angka 19 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, sebagai berikut :

Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan atau penyidikan dengan cara menyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau jaringan komunikasi yang dilakukan melalui telepon dan/atau alat komunikasi elektronik lainnya.

Dalam penjelasan penjelasan Pasal 75 huruf (i) undang-undang narkotika menjelaskan sebagai berikut :

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan dan/atau penyidikan

8 HMA Kuffal. 2010. Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Malang : UMM Press,

2010, Hlm 53.

9 Sapto Winengku, Umar Ma’ruf. Teknik Pembelian Terseluubung dalam Penyidikan Tindak Pidana Narkotika. Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol12.No 4 Desember 2017

(13)

25

yang dilakukan oleh penyidik BNN dengan cara menggunakan alat-alat elektronik sesuai dengan kemajuan teknologi terhadap pembicaraan dan/atau pengiriman pesan melalui telepon atau alat komunikasi elektronik lainnya. Termasuk di dalam penyadapan adalah pemantauan elektronik dengan cara antara lain:

i. Pemasangan transmitter di ruangan/kamar sasaran untuk mendengar/merekam semua pembicaraan (bugging);

j. Pemasangan transmitter pada mobil/orang/barang yang bisa dilacak keberadaanya (bird dog);

k. Intersepsi internet;

l. Cloning pager, pelayan layanan singkat (SMS), dan fax; m. CCTV (Close Circuit Television);

n. Pelacak lokasi tersangka (direction finder).

Perluasan pengertian penyadapan dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan tekonologi informasi yang digunakan oleh para pelaku tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika dalam mengembangkan jaringannya baik nasional maupun internasional karena perkembangan teknologi berpotensi dimanfaatkan oleh pelaku kriminal. Untuk melumpuhkan dan memberantas jaringan/sindikat narkotika dan perkursor narkotika maka sistem komunikasi dan

(14)

26

telekomunikasi mereka harus bisa ditembus oleh penyidik, termasuk melacak keberadaan jaringan tersebut. 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyadapan diatur dalam Pasal 77 dan 78 , sebagai berikut :

Pasal 77 :

(1) Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 huruf i dilaksanakan setelah terdapat bukti permulaan yang cukup dan dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak surat penyadapan diterima penyidik.

(2) Penyadapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilaksanakan atas izin tertulis dari ketua pengadilan.

(3) Penyadapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu yang sama.

(4) Tata cara penyadapan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 78 :

(1) Dalam keadaan mendesak dan Penyidik harus melakukan penyadapan, penyadapan dapat dilakukan tanpa izin tertulis dari ketua pengadilan negeri lebih dahulu.

(2) Dalam waktu paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam Penyidik wajib meminta izin tertulis kepada ketua pengadilan

10 A.R Sujono dan Bony Daniel. 2013. Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta : Sinar Grafika, 2013, Hlm 155-156.

(15)

27

negeri mengenai penyadapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Penyadapan dilakukan terhadap seseorang yang diduga keras membicarakan masalah narkotika illegal. Untuk dapat melakukan tindakan tersebut, penyidik sebelumnya harus sudah mengetahui atau mendapat informasi terlebih dahulu bahwa ada seseorang yang terlibat dalam kegiatan peredaran atau penyalagunaan gelap narkotika guna mendengar langsung maupun merekam suaranya yang dapat dijadikan sebagai barang bukti dalam sidang di pengadilan. 11

2. Teknik Pembelian Terselubung (Under cover buy)

Teknik pembelian terselubung pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika dan kemudian diubah melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yakni pada Pasal 75 huruf (j) yang memberikan pengaturan tentang kewenangan penyidik untuk melakukan teknik pembelian terselubung dalam menangani tindak pidana narkotika. Namun dalam undang-undang tersebut secara eksplisit tidak memberikan pengertian yang jelas tentang teknik pembelian terselubung (under cover buy). Dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika hanya mengatur bahwa dalam pelaksanaan teknik pembelian terselubung dilakukan atas perintah tertulis dari pimpinan.

11

(16)

28

Kata “pembelian” cukup jelas artinya yaitu suatu keadaan dimana suatu pihak membeli sesuatu dari pihak lain. Sama halnya dengan “penyerahan yang diawasi” maka disini pula diperjelas tentang siapa yang membeli, siapa yang menjual, dan benda ada yang menjadi barang traksaksinya. Kemudian kata “terselubung” mengandung arti tersembungi. Dalam hal ini penyidik menyembunyikan kedudukan sebenarnya sebagai penyidik dan berlaku sebagai pecandu narkotika ataupun sebagai codistributior dalam penyaluran narkotika.12

Teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan dibawah pengawasan dilakukan oleh penyidik atas perintah tertulis dari pimpinan.13 Pembelian terselubung sebagai suatu metode yang dilakukan penyidik dalam tindak pidana Narkotika dapat kita lihat pengertiannya yaitu : Proses penyidikan tindak pidana disebutkan: “pembelian terselubung” adalah suatu teknis khusus dalam penyelidikan kejahatan narkotika dimana seorang informan atau anggota polisi (dibawah selubung), bertindak sebagai pembeli dalam suatu transaksi gelap jual beli narkotika dan psikotropika, dengan maksud pada saat terjadi hal tersebut, si penjual atau perantara atau orang-orang yang berkaitan dengan supply narkotika dan psikotropika dapat ditangkap berserta barang bukti yang apa padanya.14

12 Frankiano B.Randang, SH,MH . Teknik Penyidikan dalam Pasal 68 UU Narkotika dan Pasal 55 Huruf A UU psitropika 2010

13 Ibid, hlm 25

14 Ana Marito Ompusunggu. 2019 . Teknik Pembelian Terselubung pada Tindak Pidana Narkotika . Kementerian Riset, Teknologi da, Pendidikan Tinggi Universitas Borneo Tarakan .

(17)

29

Menurut penafsiran gramatikal, pembelian terselubung dapat diuraikan yaitu pembelian berarti suatu keadaan di mana salah satu pihak membeli dari pihak yang lain (penjual), dan terselubung berarti tersembunyi atau tersamarkan dari kedudukan/posisi yang sebenarnya. Dengan demikian pengertian pembelian terselubung yang dimaksud dalam pasal 75 huruf (j) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika berarti tindakan salah satu pihak (penyidik) dengan melakukan penyamaran sebagai pembeli untuk melakukan pembelian narkotika dengan pihak penjual narkotika (bandar/pengedar) yang menjadi sasaran penyidikan. 15

3. Teknik Penyerahan yang diawasi (Controlled Delivery)

Demikian halnya dengan teknik pembelian terselubung (under cover buy), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika juga tidak memberikan penjelasan tentang pengertian penyerahan yang diawasi (controlled delivery). Penyerahan yang dikendalikan (controlled dellivery) sebagai suatu metode yang dilakukan penyidik dalam tindak pidana narkoba dapat dilihat pengertiannya dalam Petunjuk Lapangan Kapolri Nomor Polisi : Juklap/ 03/ VIII/1993 tentang taktik dan teknik penyerahan narkoba yang dikendalikan (controled delivery), disebutkan bahwa: Penyerahan yang dikendalikan (controlled dellivery) adalah suatu teknik khusus dalam penyidikan kejahatan narkoba tahap penyelidikan dan terjadi penangguhan/

15 Swendlie F. Santi, Teknik Penyerahan yang Diawasi dan Teknik Pembelian Terselubung dalam Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, Jurnal Lex Crimen, Vol. I/No.1/Jan-Mrt/2012, Hlm

(18)

30

penangkapan/penahanan/pensitaan, barang bukti, dimana seorang tersangka yang mau bekerja sama dengan polisi atau informan atau pejabat lain (undercover agent) dibenarkan/narkoba tersebut pada penerimanya, dengan maksud pada saat penerimaan dapat ditangkap orang-orang yang terlibat kejahatan narkoba beserta barang buktinya.

Menurut penafsiran gramatikal, penyerahan yang diawasi, berarti penyerahan yaitu keadaan di mana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dan diawasi berarti dilakukan dengan pengawasan. Sehingga penyerahan yang diawasi sebagaimana diatur dalam Pasal 75 huruf (j) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, berarti suatu keadaan seseorang (bandar/pengedar) narkotika menyerahkan barang (narkotika) kepada penyidik dengan alasan jual-beli, di mana dalam penyerahan narkotika tersebut berada dalam pengawasan penyidik yang sebelumnya telah menjadi sasaran penyidikan.16

Referensi

Dokumen terkait

dan nilai Anti-image Correlation variabel- variabel yang diuji diatas 0,5. Pada analisis selanjutnya dari variabel- variabel preferensi konsumen dalam memilih buah durian,

penampilan produk bisa dilihat dari tanpak rasa, bau, dan bentuk dari produk. 8) Kesan Kualitas (perceived quality), sering dibilang merupakan hasil dari

Berdasarkan hasil uji statistik di dapatkan p value = 0.011 lebih kecil dari nilai α 0.05, dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa H0 ditolak Ha diterima,

SimNasKBA-2011 , bahwa dengan segala keterbatasan tersebut Insha Allah dapat melaksanakan SimNasKBA ini dengan sukses, yang tentu saja semua itu atas bantuan Panitia SimNasKBA dari

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah : (1) Memperoleh pemahaman dari unsur-unsur kebudayaan universal masyarakat Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang,

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan yang berasal dari kulit udang yang berbentuk tepung berupa butiran berwarna putih kekuning-kuningan. Sampel

Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun datang bersama ibunya ke dokter praktik umum dengan keluhan nyeri saat berkemih sejak 3 hari yang lalu.. Nyeri diasakan pada ujung penis

Berdasarkan kondisi di atas, akan dibuat suatu bentuk penilaian terintegrasi yang menilai siswa secara keseluruhan, yaitu dari sisi akademis, pengembangan diri,