• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya sebagai Desinfektan Alami terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di Ruang Penampungan Susu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya sebagai Desinfektan Alami terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di Ruang Penampungan Susu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya sebagai Desinfektan Alami terhadap Daya Hambat

dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di Ruang Penampungan Susu

Effectiveness Of Aloe Vera Outer Leaf As a Natural Disinfectant On Inhibition Potential And Reduction Of Inhibition Total Number Bacteria In Milk Room

Tantri Widyastari*, Ellin Harlia**, Eulis Tanti Marlina**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: t.widyastari@gmail.com

Abstrak

Kulit daun lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai desinfektan alami karena memiliki senyawa antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kulit daun lidah buaya sebagai desinfektan alami melalui pengujian daya hambat dan penurunan jumlah bakteri total di ruang penampungan susu, serta mengetahui konsentrasi daun lidah buaya paling efektif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei hingga 15 Juni 2015 yang bertempat di Koperasi Serba Usaha Tandangsari dan Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilakukan secara ekperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yaitu P1 (konsentrasi 50%), P2 (konsentrasi 75%), dan P3 (konsentrasi 100%) dan lima ulangan. Peubah yang diamati adalah daya hambat dan penurunan jumlah bakteri ruang penampungan susu. Hasil menunjukan konsentrasi 75% merupakan konsentrasi paling efektif untuk daya hambat dengan rataan zona hambat sebesar 5,12 mm dan reduksi jumlah bakteri sebesar 45,725% pada meja dan 52,843% pada lantai.

Kata Kunci : kulit daun lidah buaya, desinfektan alami, daya hambat, penurunan jumlah bakteri 

Abstract

Aloe vera outer leaf can be used as a natural disinfectant because it has antibacterial compounds. The purpose of this study was to determine the effect of aloe outer leaf as a natural disinfectant against inhibition and a decline in the number of total bacteria in milk room, as well as determine the concentration of aloe outer leaf most effective. The research was conducted on May 13 until June 15, 2015 which is housed in the Business Multipurpose Cooperative Tandangsari and Microbiology Laboratory and Waste Management Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. This study was conducted in experimental use completely randomized design (CRD) with three treatments, P1 (concentration 50%), P2 (concentration 75%), and P3 (concentration 100%) and five replications. Variables measured is inhibition and a decline in the number of bacteria milk room. 75% concentration is the most effective concentration with the average inhibition potential of about 5,12 mm and the most effective concentration to decrease the amount of bacteria with the average percentage of 45,275% at table and 52,843% on the floor.

Key Words : aloe outer leaf, natural disinfectant, inhibition potential, reduction number of bacteria

(2)

2 PENDAHULUAN

Desinfektan adalah suatu bahan yang digunakan dalam proses desinfeksi. Desinfektan yang biasa digunakan pada umumnya berasal dari bahan kimia sintetis berupa bahan kimia buatan. Bahan kimia sintetis memiliki kelebihan yaitu dapat mereduksi bakteri dengan cepat, namun juga memiliki kekurangan yaitu dapat menyisakan residu dan sulit untuk terurai, maka dari itu penggunaan bahan kimia sintetis perlu dikurangi dan digantikan dengan bahan alami yaitu bersumber dari alam. Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan desinfektan adalah lidah buaya.

Daging lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan untuk manusia, namun limbah kulit daun lidah buaya belum dimanfaatkan dengan baik. Kelebihan dari kulit daun lidah buaya bila digunakan sebagai desinfektan, selain dapat membunuh bakteri juga ramah lingkungan, karena berasal dari bahan organik yang mudah terurai. Adanya aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan ada atau tidaknya zona hambat yang terbentuk pada media. Rata-rata zona hambat pada konsentrasi 100% yaitu sebesar 11,58 mm pada bakteri

Staphylococcus aureus dan 6,81 mm pada bakteri Escherichia coli. Pada kontrol (0%) yang

hanya diberikan pelarut, tidak membentuk zona hambat pada kedua jenis bakteri yang diujikan. Pada uji bakteri Escherichia coli, kemampuan ekstrak kulit kulit daun lidah buaya baru terlihat pada konsentrasi 75% dengan membentuk rata-rata diameter zona hambat sebesar 6,92 mm dan mengalami penurunan rata-rata diameter zona hambat pada konsentrasi 100% sebesar 6,81 mm (Ariyanti, 2012).

Kulit daun lidah buaya memberikan pengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan

Staphylococcus aureus dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda (25%, 30% dan 35%)

menunjukkan daya hambat sebesar 1,36 mm, 1,6 mm, dan 0,94 mm. Apabila zona hambat yang ukurannya sama atau lebih besar dari kontrol, atau tidak lebih kecil dari 3 mm, dilaporkan sebagai sensitif. Zona yang lebih dari 3 mm di radius tetapi lebih kecil dari kontrol dengan lebih dari 3 mm di radius dilaporkan sebagai cukup sensitif. Zona radius 2 mm atau kurang, dilaporkan sebagai resisten (Arunkumar, 2009; Collins, 1976).

Kulit daun lidah buaya mengandung senyawa kompleks antrakuinon, antara lain aloemodin, aloin, barbaloin yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri yang mempunyai efek kuat sebagai antimikroba melawan bakteri, virus, fungi, dan yeast (Furnawanthi, 2002). Selain itu, terkandung zat fitokimia lain yang terkandung dalam lidah buaya yang telah diuji dalam analisis kualitatif adalah tannin dan flavonoid, juga zat saponin yang bersifat antiseptik. Senyawa aloin dapat menyebabkan protein bakteri menjadi inaktif dan kehilangan fungsinya, sedangkan saponin dapat melarutkan lipid pada membran sel bakteri akibatnya dapat menurunkan tegangan lipid, permeabilitas sel berubah, fungsi sel bakteri menjadi tidak normal, dan sel bakteri lisis dan mati (Natsir, 2013).

Evaluasi secara mikrobiologis pada peralatan dan permukaan-permukaan yang kontak dengan pangan merupakan kegiatan penting untuk mengetahui efektivitas pembersihan dan desinfeksi yang diterapkan, termasuk tingkat cemaran pada proses tersebut. Evaluasi yang dilakukan ialah pada permukaan yang kontak langsung dengan proses penampungan susu yaitu meja dan lantai ruang penampungan susu. Efektivitas kulit daun lidah buaya dapat terlihat dari penurunan jumlah bakteri total dan ukuran zona hambat yang terbentuk pada media difusi agar.

(3)

3 BAHAN DAN METODE

1. Bahan

Bahan penelitian adalah kulit daun lidah buaya yang berasal dari tanaman lidah buaya berbunga berwarna kuning (Aloe barbadensis miller) yang sudah siap panen. Penentuan lidah buaya yang sudah siap panen adalah yang berada di bagian bawah tanaman. Kulit daun lidah buaya dipisahkan dengan daging dan lendirnya untuk selanjutnya dihaluskan dan dibuat menjadi tiga konsentrasi yang berbeda.

2. Metode

Perhitungan total bakteri pada permukaan meja dan lantai ruang penampungan susu menggunakan metode RODAC. Metode RODAC (the Replicate Organism Direct Agar

Contact) merupakan suatu metode penghitungan jumlah mikroba yang terdapat pada

permukaan suatu bahan seperti lantai, peralatan, meja, dan lain-lain (Lukman dan Soejoedono, 2009). Daya hambat bakteri diukur dengan metode difusi agar. Zona hambat yang terbentuk pada metode difusi agar diukur menggunakan penggaris dan ditransformasi yang akan digunakan untuk perhitungan zona hambat. Penurunan jumlah bakteri dihitung dengan rumus jumlah bakteri awal dikurangi dengan jumlah bakteri akhir. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistika dengan Anova (program SPSS, 2015). Kulit daun lidah buaya yang digunakan dibuat menjadi 3 konsentrasi yaitu 50%, 75% dan 100%. Pengambilan data dilakukan selama 5 hari.

Persiapan Larutan Kulit daun lidah buaya

Lidah buaya dicuci dan ditimbang dalam keadaan kering, kulit dikupas lalu dipotong-potong dengan ukuran 1 cm, ditimbang sebanyak 300 gram dan diblender sampai halus, ditambah dengan aquades steril sebanyak 300 ml, maka diperoleh larutan uji dengan konsentrasi 100% larutan (A). Kemudian dibuat pengenceran dengan aquades steril yaitu konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dengan cara mengambil 50 ml larutan (A) kemudian tambahkan 50 ml aquades steril (50%), 75 ml larutan (A) ditambahkan 25 ml aquades steril (75%), dan 100 ml larutan (A) tanpa penambahan aquades (100%).

Perhitungan Total Bakteri Sampel Permukaan Meja dan Lantai Ruang Penampungan Susu

Bagian ujung alat suntik (catheter tip) yang telah berisi nutrien agar steril dibuka, didorong hingga agar menonjol keluar hingga setebal ± 5 mm, lalu agar tersebut ditempelkan pada meja dan lantai yang akan diambil bakterinya. Dengan menggunakan pisau steril, agar dipotong dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan ditutup. Bagian agar yang kontak dengan meja atau lantai menghadap ke atas. Larutan kulit daun lidah buaya dioleskan pada lantai yang akan diambil sampel bakteri. Setelah 10 menit, agar ditempelkan kembali ke meja yang telah diberi larutan kulit daun lidah buaya, dipotong dengan ketebalan 5 mm dan dimasukkan dalam cawan petri steril. Prosedur ini dilakukan pada berbagai macam konsentrasi dan meja yang digunakan sesuai dengan tata letak percobaan. Semua cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam (posisi cawan tidak dibalik), diamati adanya pertumbuhan mikroba, dihitung dan dinyatakan jumlah koloni per 100 cm2.

(4)

4 Perhitungan Zona Hambat yang Dihasilkan oleh Bakteri Permukaan Meja dan Lantai

Metode berdasarkan (Collins, 1976), Lactose Broth ditimbang sebanyak 13 gram dan dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer. 1 liter Aquades dimasukkan dalam Erlenmeyer dengan perlahan dan dihomogenkan di atas nyala api kecil. Setelah homogen, Erlenmeyer ditutup rapat dengan penutup dan disterilisasikan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121oC 1 atm selama 15 menit. Kultur bakteri dari media pertumbuhan bakteri yang berasal dari meja dan lantai tempat penampungan susu kemudian diinkubasi, dimasukkan dalam lactose broth dan dibiakkan selama 24 jam pada suhu 37oC. Kultur bakteri sebanyak 1 ml dituangkan dalam cawan petri dan sebanyak ± 15 ml Nutrien Agar suhu ± 40o ditambahkan ke dalamnya. Setelah Nutrien Agar membeku, buat sumur dengan menggunakan tabung durham berdiameter 5 mm. Sumur ditetesi larutan kulit daun lidah buaya sebanyak 1 tetes dan ditutup dengan kertas saring whatman steril berbentuk bulat. Semua cawan petri diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam. Diameter zona bening dihitung yang terlihat di sekitar kertas saring dengan menggunakan penggaris.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Hambat Bakteri Ruang Penampungan Susu

Daya hambat adalah ukuran transformasi yang berasal dari zona hambat pada metode difusi agar. Ukuran zona bening yang terlihat pada metode difusi agar menunjukkan besarnya kemampuan kulit kulit daun lidah buaya sebagai desinfektan alami terhadap daya hambat bakteri ruang penampungan susu.

Tabel 1. Zona Hambat dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi Larutan Kulit daun lidah buaya. Perlakuan

P1 P2 P3

---(mm)---

3,56 ±1,98a 5,12 ±2,42a 3,60 ±0,68a

Keterangan P1 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 50% P2 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 75% P3 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 100% Keterangan : huruf yang sama menunjukkan non signifikan

Tabel 1. menunjukkan bahwa kulit daun lidah buaya memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap desinfektan (Bibiana dan Hastowo, 1992). Hasil penelitian

(5)

5 menunjukkan desinfektan kulit daun lidah buaya menghasilkan zona hambat yang berbeda pada setiap perlakuan, yakni berkisar antara 3,56 - 5,12 mm. (Tabel 1)

Hasil penelitian menggambarkan zona hambat kulit daun lidah buaya termasuk kategori lemah sampai sedang. Sejalan dengan pendapat Davis dan Stout (1971) menyatakan bahwa apabila zona hambat yang terbentuk pada uji difusi agar berukuran kurang dari 5 mm, maka aktivitas penghambatannya dikategorikan lemah. Apabila zona hambat berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang. Semakin lebar zona hambat semakin sensitif bakteri tersebut terhadap desinfektan yang diberikan (Bibiana dan Hastowo, 1992). Untuk konsentrasi 50% dan 100% kulit daun lidah buaya, masing-masing membentuk rata-rata zona hambat sebesar 3,56 mm dan 3,6 mm yang artinya zona hambat tergolong lemah. Konsentrasi 75% kulit daun lidah buaya membentuk zona hambat sebesar 5,12 mm yang dapat dikategorikan zona hambat tergolong sedang.

Zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi 50%, 75%, dan 100% tidak berbeda nyata (Tabel 1). Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri diantaranya pH lingkungan, komponen pembenihan, stabilitas zat aktif, besarnya inokulum, masa inkubasi, dan aktvitas metabolik bakteri (Maharti,2007). Zat antibakteri dalam kulit daun lidah buaya tidak digunakan secara murni, melainkan dicampur dengan bahan pelarut yaitu aquades.

Pelczar dan Chan (1988) mengatakan adanya bahan organik lain dapat menurunkan dengan nyata keefektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut. Dalam penelitian ini ialah pemanfaatan senyawa desinfektan dalam kulit daun lidah buaya tanpa pemurnian, sehingga kemungkinan banyak senyawa lain yang terbawa dalam larutan. Menurut Kardinan dan Rukhayat (2003) lidah buaya mengandung mineral, beberapa enzim, dan asam amino di dalamnya. Hal ini mengakibatkan bahan organik dan zat aktif dalam kulit daun lidah buaya akan berikatan, sehingga keefektifan desinfektan akan menurun.

Penurunan Jumlah Bakteri Total di Ruang Penampungan Susu

Persentase penurunan jumlah bakteri meja pada ruang penampungan susu dengan berbagai tingkat konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan desinfektan dari kulit daun lidah buaya menghasilkan rata-rata penurunan jumlah bakteri total yang berbeda pada setiap perlakuan.

Penurunan jumlah bakteri pada konsentrasi kulit daun lidah buaya 0% tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 50%, sedangkan pada konsentrasi 50% dengan perlakuan konsentrasi 75% dan 100% memperlihatkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Konsentrasi 75% dan 100% tidak berbeda nyata. Sejalan dengan pendapat Pratiwi (2008) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik, konsentrasi zat, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar. Semakin tinggi konsentrasi, maka akan semakin baik pula kemampuan untuk mengurangi jumlah bakteri. Pengaruh nyata tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 75% (P2) efektif digunakan sebagai desinfektan pada ruang penampungan susu. Persentase penurunan jumlah bakteri lantai pada ruang penampungan susu dengan berbagai tingkat konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 2.

(6)

6 Perlakuan P0 P1 P2 P3 ---(%)--- Meja 10,93 ±9,77b 33.27 ±15,51ab 45,73 ±21,92a 44,66 ±14,68a Lantai 27,95 ±15,48a 41,89 ±10,62a 52,84 ±26,78a 45,81 ±9,19a

Keterangan P0 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 0% P1 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 50% P2 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 75% P3 = konsentrasi larutan kulit daun lidah buaya 100% Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan hasil signifikan

Hasil penelitian menunjukkan desinfektan kulit daun lidah buaya menghasilkan rata-rata penurunan jumlah bakteri total yang berbeda pada setiap perlakuan. Efektivitas kulit daun lidah buaya sebagai desinfektan alami di meja ruang penampungan susu lebih baik dibandingankan dengan di lantai ruang penampungan susu. Hal ini diduga karena pada lantai lebih banyak terjadi aktivitas para pekerja seperti keluar masuk ruangan dan cemaran dari asap kendaraan pengangkut susu. Penyebab lain kurangnya efektivitas desinfektan adalah ruang penampungan susu yang tidak tertutup sehingga setiap orang yang datang dapat memasuki ruang penampungan susu secara bebas dan cemaran debu dan asap mudah masuk ke dalam. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya sumber kontaminan pada lantai, salah satunya debu yang terbawa dari pakaian dan sepatu. Seperti yang dikatakan Soekarto (1990) sanitasi merupakan persyaratan yang bersifat mutlak dalam industri pangan dikarenakan sanitasi akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah satu tolak ukur teratas dalam menilai keberhasilan perusahaan yang menangani produk pangan.

Meskipun seluruh peralatan yang digunakan telah dibersihkan dengan baik, namun kebersihan lantai dan meja kurang diperhatikan. Meja ruang penampungan susu di KSU Tandangsari dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%, sedangkan lantai ruang penampungan susu dibersihkan dengan menggunakan air hangat 60oC dan klor. Sejalan dengan pendapat Juanda dkk (2007) bahwa upaya penurunan densitas bakteri pada ruang penampungan susu yang meliputi lantai, dinding, dan udara dengan menggunakan desinfektan tidak dapat membunuh bakteri. Hal ini tercermin dari densitas bakteri yang relatif masih tinggi setelah proses pembersihan. Efektivitas penggunaan desinfektan di ruang penampungan susu Koperasi Serba Usaha Tandangsari juga dipengaruhi oleh padatnya aktivitas para pekerja.

Ventilasi ruang penampungan susu tidak tertutup sepenuhnya, sehingga debu dan kotoran yang berasal dari luar dapat masuk dengan mudah dan membawa mikroorganisme. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Juanda dkk (2007) yaitu udara tidak mempunyai flora mikroba alamiah, tetapi partikel-partikel debu atau tetesan air yang terdapat dalam udara dapat membawa mikroba. Udara dapat bertindak sebagai tempat persediaan kontaminan. Kondisi udara di sekitar ruang penampungan susu tergantung banyak faktor diantaranya adanya debu, tetesan air dan pergerakan udara yang terbawa oleh gerak angin dari ventilasi

(7)

7 atau manusia yang bergerak. Tetesan air dari orang-orang yang berbicara, batuk dan bersin dapat menjadi sumber kontaminan mikroba dalam udara.

Keadaan yang mempengaruhi kerja antimikroba menurut Pelzcar dan Chan (1988) salah satunya ialah jumlah mikroorganisme. Jumlah awal mikroorganisme yang tinggi di meja dan lantai ruang penampungan susu dapat mempengaruhi kemampuan bahan aktif dalam desinfektan. Semakin tinggi jumlah awal mikroorganisme, maka akan semakin menurunkan kerja dari desinfektan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larutan kulit daun lidah buaya dapat digunakan sebagai desinfektan pada ruang penampungan susu. Senyawa antibakteri yang terdapat dalam lidah buaya menurut Sudarsono (1996) ialah saponin, flavonoid, tanin dan polifenol. Adapun kandungan yang lain yaitu barbaloin, iso barbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin, aloin, aloe emodin, antrakinon, resin, polisakarida.

Suryowidodo (1988) mengatakan saponin pada lidah buaya mempunyai efek yang dapat membunuh kuman. Antrakuinon dan kuinon berperan sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Menurut Dewi (2010) flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan cara mengganggu permeabilitas dinding sel bakteri, dengan terganggunya dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel. Karlina (2013) mengatakan bahwa saponin dapat menekan pertumbuhan bakteri, karena senyawa tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan dinding sel dan apabila berinteraksi dengan dinding bakteri maka dinding tersebut akan pecah atau lisis. Senyawa tanin mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri. Tanin memiliki peran sebagai antibakteri dengan cara mengikat protein, sehingga pembentukan dinding sel akan terhambat. Mekanisme penghambatan tanin yaitu dengan cara dinding bakteri yang telah lisis akibat senyawa saponin dan flavonoid, sehingga menyebabkan senyawa tanin dapat dengan mudah masuk ke dalam sel bakteri dan mengkoagulasi protoplasma, akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Ada tiga mekanisme yang dimiliki flavonoid dalam memberikan efek antibakteri, antara lain dengan menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma dan menghambat metabolisme energi

Keadaan yang mempengaruhi kerja desinfektan menurut Pelzcar dan Chan (1988) ialah konsentrasi dan intensitas zat. Semakin banyak konsentrasi yang diberikan pada waktu tertentu, maka akan semakin cepat mikroba itu melemah. Selain itu, jumlah mikroorganisme yang berasal dari lingkungan ruang penampungan susu juga berpengaruh. Pola kematian mikroorganisme yaitu eksponensial, artinya diperlukan waktu yang banyak untuk membunuh populasi, dan bila jumlah selnya banyak, maka harus diberikan perlakuan yang lebih lama pula.

Menurut Sumoprastowo (2000) kombinasi bakteri pada susu dapat berasal dari sapi, udara, lingkungan, manusia yang bertugas, atau peralatan yang digunakan. Susu yang dibawa ke ruang penampungan susu dialirkan dari mobil tank besar ke dalam cooling unit, artinya banyak susu terpercik di lantai dan meja ruang penampungan susu. Hal inilah yang mengundang bakteri berkembang biak dengan cepat. Percikan susu yang berada di meja atau lantai ruang penampungan susu adalah sumber kontaminan. Limbah susu dari sisa hasil pencucian cooling unit pun dibiarkan terbuang begitu saja tanpa adanya penanganan. Limbah susu dapat terinjak oleh pekerja, dan pekerja masuk ke ruangan penampungan susu sehingga

(8)

8 menyebabkan sumber kontaminan lainnya. Cara pembersihan yang kurang menyeluruh, menyebabkan percikan susu yang menempel di meja dan lantai menjadi sumber bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas kulit daun lidah buaya sebagai desinfektan alami terhadap daya hambat dan penurunan jumlah bakteri total di ruang penampungan susu maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kulit daun lidah buaya efektif sebagai desinfektan alami dalam menghambat dan menurunkan jumlah bakteri di ruang penampungan susu dengan rata-rata zona hambat sebesar 5,12 mm dan untuk penurunan jumlah bakteri dengan rata-rata persentase sebesar 45,725% pada meja dan 52,843% pada lantai.

2. Konsentrasi paling efektif untuk daya hambat yaitu pada konsentrasi 75%. SARAN

Penggunaan kulit daun lidah buaya sebagai desinfektan alami masih diperlukan pengolahan khusus agar memenuhi syarat sebagaimana desinfektan yang dianjurkan, karena warna larutan kulit daun lidah buaya masih meninggalkan bekas pada tempat yang akan didesinfeksi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Fakultas Peternakan atas bimbingan dan masukan yang diberikan kepada penulis dan juga kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Ni Kadek., Ida Bagus Gede Darmayasa, Sang Ketut Sudirga, 2012. Daya Hambat

Estrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis miller) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi XVI (1) : 1-4. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Udayana , Kampus Bukit Jimbaran. Bali.

Arunkumar, S., M. Muthuselvam. 2009. Analysis of Phytochemical Constituents and

Antimicrobial Activities of Aloe Vera L. Against Clinical Pathogens. World Journal of Agricultural Sciences 5 (5): 572-576.

Bibiana, W. dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers. Jakarta.

Collins, C.H. dan P.M. Lyne. 1976. Microbiological Methods 4th Ed. Butterworths & Co.

(9)

9 Davis & Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Essay. Journal Of

Microbiology. Vol 22 No 4.

Dewi, F.K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia,

Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Furnawanthi, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Agro Media Pustaka. Jakarta. Juanda, Wowon. Yuli Astuti. Eulis Tanti Marlina. 2007. Kualitas Mikroba Pada Ruang

Penampung Susu dan Pengaruhnya terhadap Jumlah Bakteri dalam Air Susu.

Universitas Padjajaran. Bandung.

Kardinan, A., dan A. Rukhayat. 2003. Budidaya Tanaman Obat secara Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Karlina C.Y., Ibrahim M., Trimulyono G. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Krokot

(Portulaca oleracea L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. E journal UNESA LenteraBio. 2 (1) :87–93.

Lukman, D.W., R. R. Soejoedono. 2009. Uji Sanitasi Dengan Metode RODAC Penuntun

Praktikum Higiene Pangan Asal Ternak. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner.

Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Natsir, Nur Alim. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai

Penghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Prosiding Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pattimura. Ambon.

Pelczar, M.J.& Chan, E.C.S. (1986). Dasar-Dasar Mikribiologi, jilid I. Hadioetomo, R. S, Tjitrosomo, S.S, Angka, S.L & Imas, T. ( penerjemah). Penerbit UI Press. Jakarta. Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hal. 17-18.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudarsono, Pudjoarinto, A., Gunawan, D., Wahyuono S., Donatus, I.A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan. 1996. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sumoprastowo. 2000. Fermentasi Produk Susu. Alfabeta. Bandung.

Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Bahan Baku Industri. Warta IHP. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBHIP). Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Kulit buah cacao memiliki zona hambat terhadap bakteri gram positif sebesar. 10,00 mm dan kulit daun lidah buaya memiliki zona hambat terhadap

Total Bakteri dan pH Susu Sapi Perah Akibat Perbedaan Lama Waktu Dipping Menggunakan Larutan Iodosfor sebagai Desinfektan.. dan penelitian yang terkait dengan skripsi

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7 Dari Tabel 2, menjunjukan penggunaan bonggol nanas dapat menurunkan jumlah bakteri total pada milk can lebih baik dibandingan

2012 yang membuktikan bahwa pada penelitian tentang daya hambat ekstrak kulit daun lidah buaya Aloe barbadensis Miller terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

Rata-rata diameter zona hambat bakteri asam laktat susu kuda sumba bentuk filtrat Waktu inkubasi jam Perlakuan Cakram kloramfenikol mm Sumur bakteri asam laktat filtrat mm Cakram