• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakekat Pembelajaran Efektif

Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat siswa senang (Dick & Reiser,1989 dalam M.Sobry Sutikno, 2013:173) menjelaskan bahwa pembelajaran efektif memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, cara hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif ialah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkandan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran seperti penggunaan sistem dalam perancangan pembelajaran model Dick dan Carey yang terdiri dari sepuluh langkah yakni 1) identifikasi tujuan pembelajaran dengan analisis kebutuhan, 2) analisis pembelajaran, 3) identifikasi kemampuan awal dan karakteristik siswa, 4) perumusan tujuan pembelajaran khusus, 5) pengembangan tes acua patokan, 6) pengembangan strategi pembelajaran, 7) pengembangan dan pemilihan materi palajaran, 8) perancangan dan penyelenggaraan evaluasi formatif, 9) revisi, 10) rancangan dan

(2)

penyelenggaraan evaluasi sumatif ((Dick & Reiser,1989 dalam M.Sobry Sutikno, 2013:176).

Umpan balik atau hasil belajar dalam proses pendidikan dapat juga diartikan sebagai segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses belajar. Adanya umpan balik yang akurat sebagai hasil evaluasi yang akurat pula, akan memudahkan kegiatan perbaikan pendidikan. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:193)

Hasil belajar disebut juga dengan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni ”prestasi” dan ”belajar”. Antara kata ”prestasi” dan ”belajar” mempunyai arti yang berbeda. ”prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara indiVdual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimesme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja (Syiful Bahri Djamarah,1994:20)

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa belajar bukan diarahkan oleh suatu kekuatan reflek, tetapi dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga indiVdu akan mempelajari apa yang seharusnya dilakukan. Dalam pada itu, belajar dilakukan karena adanya kebutuhan, yang menimbulkan ketegangan dan

(3)

mesti dipenuhi, sehingga mendorong indiVdu untuk mempergunakan pikiran dalam memenuhi kebutuhan tersebut. (E. Mulyasa, 2005:190).

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam periode tertentu.

2.1.2. Hakekat Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas merupakan aspek penting dalam berbagai bentuk kegiatan, karena aktivitas merupakan cerminan dari tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran yang ingin dicapai atau Aktivitas adalah sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

Dalam kampus bahasa Indonesia aktivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibatnya. Aktivitas adalah adanya kesesuaian anatara orang yang melaksanakan tugas dengan sasarn yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional (Peter Salim: 1991;33). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa aktivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan partisipasi aktif dari anggota.

Aktivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2004 ; 51 ). Efektifitas adalah kemampuan dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh sebab itu efektifitas dapat dilihat dari keluaran, hasil

(4)

dan dampak (Saptopo dan Nanang, 2004: 345-346). Efektifitas adalah keadaan yang berpengaruh (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002:284).

Beberapa kriteria dalam efektifitas, yaitu : (1) kegunaan, (2) ketepatan dan objektifitas, (3) ruang lingkup, (4) Efektifitas biaya, (5) akuntabilitas, (6) Ketepatan waktu. (Ade Gunawan yang dikutip dari T. Hani Handoko, 1998:108)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dikatakan efektif apabila pekerjaan itu memberikan hasil yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan semula. Efektif merupakan landasan untuk mencapai sukses. Jadi aktivitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan, baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh tujuan tersebut tercapai. Aktivitas adalah suatu kondisi yang menunjukan tingkat tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Aktivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu tujuan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kriteria aktivitas yang diharapkan adalah suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Di bawah ini merupakan kriteria keefektivan sebagai berikut:

a. Ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 60 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest.

c. Metode pembelajaran yang efektiv jika ada peningkatan prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.

(5)

2.1.3. Hakekat Pembelajaran Tolak Peluru

Pendidikan Jasmani dan Olahraga merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan Pendidikan Jasmani dan Olahraga peserta didik akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia (Mundiroh, 2010: 1)

Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku indiVdu ke arah yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku indiVdu ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan usaha seorang guru untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena di dalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut pembelajaran. (Yuan Tri , Yuwono, 2012:10)

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Senada dengan hal tersebut, pemebelajaran merupakan bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik mempelajarinya. Jadi, didalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua kejadian secara bersama,

(6)

pertama ada satu pihak yang memberi dan pihak lain yang menerima, oleh sebab itu dalam suatu peristiwa tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif. (Sukintaka, 2001:29).

Pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut Learning, yaitu suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan/pemahaman/ketrampilan (termasuk penguasaan kognitif , efektif, dan psikomotor) melalui studi, pengajaran atau pengalaman (Komarudin dan Yooke Tjuparmah, 2002: 179). Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannnya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik (Dimiyanti dan Mulyana, 2002: 100).

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka memberikan pemahaman/ pengetahuan/ keterampilan pada siswa, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

Tolak peluru masuk kategori pada nomor tolak,akan tetapi istilah yang dipergunakan bukan tolak peluru,karena berdasarkan cara melepaskan peluru dengan cara di dorongkan ke depan atau ditolakkan ke depan. Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya (Syarifudin, 1992:144). Khusus untuk teknik dasar persiapan awalan dan awalan dibedakan dalam dua gaya, yaitu : Gaya Ortodoks atau gaya menyamping dan O’brien atau gaya membelakang (Sunaryo, 1979:132).

(7)

Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolak benda berupa peluru sejauh mungkin. Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai tolakan yang sejauh-jauhnya (Yudha M. Saputra, 2001:5). Sesuai dengan namanya yaitu tolak, alat ini bukan ditolak akan tetapi ditolak atau didorong dengan satu tangan, dimulai dari diletakkan dipangkal bahu. Selain kekuatan tangan, kecepatan gerakan dan koordinasi tubuh sangat penting untuk menciptakan daya yang maksimal saat mendorong/menolak peluru (Winendra Adi, 2008: 58).

Dalam lomba tolak peluru, penolak peluru harus mulai dari sikap diam ditempat di dalam lingkaran tolak. Dia tidak boleh meninggalkan lingkaran sebelum peluru jatuh di tanah. Dia meninggalkan lingkaran dalam posisi berdiri melewati setengah lingkaran bagian belakang. Penolak peluru boleh menginjak/menyentuh permukaan dalam dari balok batas tolakan, tetapi tidak menyentuh bagian atasnya. Peluru harus didorong dari pundak dengan satu tangan saja. Dalam sikap berdiri awal, peluru harus dipegang dekat dengan dagu dan tangan tidak boleh lebih rendah dari posisi ini pada saat tolak peluru berlangsung. Hasil tolakan akan diukur dengan pita baja yang ditarik dari bekas di tanah terdekat ke sisi dalam, garis lingkaran tolak, ditarik lurus ke titik pusat lingkaran tolak.

Peluru yang digunakan dibuat dari besi utuh-keras (solid iron), kuningan atau logam lain yang tidak lunak dari kuningan. Bentuknya harus bulat-bola dengan permukaan yang halus licin. Berat peluru untuk pria 7,26 kg dengan diameter 110-130 mm, berat peluru untuk wanita 4 kg dengan diameternya 95-110

(8)

mm. Lingkaran tolak peluru dibuat dari besi yang dilengkungkan boleh dari besi baja atau bahan lain yang cocok, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah diluarnya. Balok penahan tolakan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai berbentuk lengkungan. Bagian dalam balok tepat persis dengan lingkaran tolak sebelah dalam. Arena tolak peluru berbentuk lingkaran dengan diameter 2,135 m. (Winendra Adi, 2008: 60)

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menolakkan peluru yaitu, gerakan menolakkan peluru merupakan suatu gerak bahu mendorong dengan sekuat tenaga, disertai dengan gerakan merentangkan lengan, dan pergelangan tangan serta jari-jari yang terarah (Jes Jerver, 2005:85). Beberapa hal yang harus diutamakan dalam tolak peluru yaitu: (Yusuf Adisasmita, 1992: 96)

1) Pelihara kaki kiri selalu rendah.

2) Lakukan gerakan kaki yang seimbang, dengan kaki kiri mendorong kebelakang.

3) Bagian badan atas harus selalu rilek, sedang bagian bawah selalu bergerak.

4) Usahakan gerakkan kaki kanan cepat dan jauh jangkauannya. 5) Putar kaki kanan ke dalam, selama meluncur.

6) Usahakan pinggang kiri dan bahu menghadap ke belakang sejauh mungkin.

7) Usahakan lengan kiri dalam posisi tertutup. 8) Tahanlah kuat-kuat dengan kaki kiri.

(9)

Edi Purnomo dan Dapan (2011: 140-146) menjelaskan pembelajaran tolak peluru terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1) Tahap bermain (Games)

Tahap ini bertujuan untuk mengenalkan masalah gerak tolak peluru secara umum khususnya tolak peluru secara tidak langsung, dan cara tolak peluru yang benar ditinjau secara anatomis, memperbaiki sikap menolak peluru serta meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Tujuan khusus adalah meningkatkan konsentrasi, kekuatan menolak, reaksi bergerak, dan percepatan gerak siswa, serta meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan rasa keberanian.

2) Tahap teknik dasar (Basic of Technique)

Tahap ini bertujuan untuk mempelajari keterampilan gerak tolak peluru dengan sistematis. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:

a) Perkenalan terhadap berat peluru b) Tolak peluru kedepan

c) Menolak peluru ke depan atas dengan melangkah d) Menolak peluru dari posisi power posisi

e) Gerakan meluncur f) Urutan gerak keseluruhan

Berdasarkan uraian diatas maka pembelajaran tolak peluru adalah menolakkan atau mendorong peluru sejauh mungkin dengan sikap permulaan berdiri membelakangi arah tolakan, kemudian bahu juga bergerak mendorong

(10)

sekuat tenaga disertai koordinasi dari ketangkasan, ketepatan waktu, kecepatan metolak, dan kekuatan.

2.1.4. Hakekat Peluru Modifikasi

Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan/Aktivitas di atasnya, di bawahnya, di dalam/di antaranya yang relatif mudah untuk dipindah-pindahkan. Perlengkapan pendidikan jasmani artinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk melaksanakan/ melakukan kegiatan pendidikan jasmani (Yuan Tri , Yuwono. 2012:17)

Di satu sisi keberadaan perlengkapan penjas tersebut sangat diperlukan, namun di sisi lain peralatan atau perlengkapan penjas yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya kurang memadai, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang ada dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya merupakan peralatan standar untuk orang dewasa. Keadaan seperti itu banyak menyebabkan kegiatan penjas yang kurang optimal. (Yuan Tri , Yuwono. 2012:18)

Sebenarnya minimnya fasilitas dan perlengkapan penjas bukan berarti guru harus menyerah dengan keadaan tersebut, banyak peluang yang dapat dilakukan para guru penjas untuk mengatasi keselutitan seperti itu. Guru penjas dapat menambah/mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk Aktivitas pendidikan jasmani. Aktivitas penjas tidak selalu harus menggunakan perlengkapan yang standard, karena dengan peralatan yang standar yang jumlahnya biasanya minim, akan mengakibatkan intensitas keterlibatan siswa dalam Aktivitas pemelajaran sangat

(11)

terbatas. Sedangkan yang diperlukan oleh siswa pada saat mengikuti pelajaran penjas adalah intensitas keterlibatan siswa dalam Aktivitas yang dilakukan, baik secara fisik, sosial maupun emosional. Untuk menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar tersebut guru dapat memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya, maupun menggantinya dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan penjas. Perlengkapan penjas yang standar disamping harganya cukup mahal, seringkali keberadaan alat tersebut kurang sesuai dengan kondisi fisik, dan psikis siswa, misalnya alat tersebut terlalu berat, besar, kecil, tinggi, rendah, dll. (Yuan Tri , Yuwono. 2012:18-19).

Peluru yang digunakan dalam latihan sebaiknya disesuaikan dengan tenaga dan tangan peserta. Seperti peraturan yang umum, peluru harus cukup berat untuk melakukan gerakan menolak (mendorong) tapi juga tidak boleh cukup ringan sehingga pelaku dapat metolakkannya dengan mudah, seperti bola. Ini artinya kita perlu memodifkasi peluru supaya sesuai dengan kebutuhan siswa SD yang tentu saja memerlukan peluru yang beratnya tidak sama dengan orang dewasa (Gerry, 2003: 203).

Rusli Lutan dalam Yoyo Bahagia (2004:3) menyatakan bahwa “Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar”. Pendekatan ini dimaksudkan agar materi dapat disajikan sesuai dengan tahapan

(12)

perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ngasmain Soepartono dalam Yoyo Bahagia (2004:4) bahwa alasan utama perlunya modifikasi adalah :

a. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental anak belum selengkap orang dewasa

b. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton

c. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang, hampir semuanya di desain untuk orang dewasa.

Sedangkan Aussie dalam Yoyo Bahagia (2004:4), mengembangkan modifikasi di Australia dengan pertimbangan:

a. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa.

b. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak.

c. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibandingkan dengan peralatan yang standart untuk orang dewasa.

d. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kempetetif.

(13)

Beberapa komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah: (Aussie dalam Yoyo Bahagia, 2004:5)

a. Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan; b. Lapangan permainan;

c. Waktu bermain atau lamanya permainan; d. Peraturan permainan; dan

e. Jumlah pemain

Jadi peluru modifikasi adalah alat pembelajaran yang berupa peluru, namun berbeda dengan peluru standard karena diubah sesuai dengan karakteristik pemakai. Dalam penelitian ini, peluru modifikasi adalah berupa bola plastik yang diisi pasir.

2.2. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika Menggunakan Media Modifikasi Bola Plastik maka aktivitas Belajar Tolak Peluru di kelas V SDN 4 Kabila Kab. Bonebolango akan meningkat”.

2.3. Indikator Kinerja

indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Apabila 85% hasil belajar siswa tolak peluru dengan media modifikasi bola plastik dengan nilai rata-rata 75 maka penelitian ini dinyatakan selesai.

Referensi

Dokumen terkait

Sahabat MQ/ melihat geliat penggalangan akan adanya kemungkinan terjadi koalisi/ Dewan Pimpinan Pusat DPP Partai Demokrat tidak merisaukan pertumuan yang

Dengan demikian H2 ditolak, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa dana alokasi umum berpengaruh terhadap alokasi belanja modal adalah ditolak atau dana alokasi umum

Peserta didik secara berkelompok menata perbedaan struktur dari dua teks editorial/ opini yang telah ditemukan dalam diskusi

Pedoman Sistem Peringatan Dini dimaksudkan sebagai acuan untuk Provinsi, Kabupaten/Kota dalam mengimplementasikan program penanggulangan kedaruratan kompleks dan

Efektivitas Penggunaan Metode Active Learning Terhadap Pembelajaran Insya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu.. عجارملا زاجه ىمهف

Keefektifan pembelajaran kooperatif dengan POGIL pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditunjukan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas

[r]

If this is a revision of a previous submission and you have a Change Request Number, then check here:. Enter the CR