• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITSA SEHARI-HARI DI DESA BERGAS LOR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITSA SEHARI-HARI DI DESA BERGAS LOR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM

PEMENUHAN AKTIVITSA SEHARI-HARI DI DESA BERGAS LOR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

Rafia Mukhlisa*), Dwi Novitasari, S.Kep.,Ns.,M.Sc*),

M. Imron Rosyidi, S.Kep., Ns., M.Kes*), Prodi DVI Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, Semarang.

ABSTRAK

Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan psikologis. Hal tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Deskriptif Korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah lansia yang mengikuti posyandu lansia sejumlah 60 lansia. Tehnik sampel penelitian menggunakan tehnik total sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40 lansia (66,7%) dukungan keluarga tinggi, 20 lansia (33,3%) dukungan keluarga sedang. Hasil data penelitian mengenai kemandirian lansia menunjukkan 41 lansia (68,3%) termasuk dalam kategori mandiri dan 19 lansia (31,7%) termasuk dalam ketergantungan ringan, dan sebagian besar kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari didominasi dengan dukungan keluarga tinggi yaitu sebanyak 32 lansia (80,0%), hasil penelitian menunjukkan p-value sebesar 0,014<0,05 berarti terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Saran untuk keluarga di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas diharapkan keluarga dapat meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia yaitu dukungan emosional, instrumental, penilaian maupun informasional untuk menjaga atau mempertahankan kemandirian lansia semaksimal mungkin.

Kata kunci :Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari-hari. ABSTRACT

The elderly are going through several changes of physic and psychology. That makes elderly had a decreasing ability. This research has a purpose to find out if there any correlatoin between supports of their family with their independent in case of doing their daily activity in Bergas Lor village.

This research use description correlation research design with cross sectional approach. The population of this research is 60 elderly who follow old people posyandu. This research use total sampling technique.

The result of this research show that 40 of elderly (66,7%) get high support from their family, and 20 elderly (33,3%) get medium support from their family. The result data of this research collect independent of elderly show 41 elderly (68,3%) include independent category and 19 elderly (31,7%) include low dependent, and the most of independent in doing daily activity is dominate by the elderly who get high support from their family which is 32 elderly

(2)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran (80,0%). The result of this research show that p-value is 0,014<0,05 so, there is correlation between support from family with independent of elderly in doing daily activity.

The advise for families in Bergas Lor village is to increase support for their elderly which are emotional, instrumental, judging or information supports to keep or defend independent of elderly as maximal as possible.

Key words : family support, elderly, independent, daily activities

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk terpadat ke-4 di dunia, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000 dimana 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Menurut ramalan World Health Organitation (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta jiwa, ini menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Hatta, 2006).

Melihat tingkat kesehatan dan kesejahteraan kian membaik maka angka harapan hidup penduduk Indonesia juga kian meningkat. Secara umum tingkat kesehatan masyarakat Indonesia terkait erat dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) yang pada tahun 2010 penduduk lansia sebanyak 23,9 juta jiwa (9,77%) dengan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta (11,34%) dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Rata-rata UHH saat ini adalah 69 tahun dengan 69 tahun untuk laki-laki dan 71 untuk perempuan (BKKBN, 2011).

Keberadaan lanjut usia ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Lanjut usia dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).

Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi seperti penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Perubahan sosial seperti kesempatan yang sama untuk memberikan masukan, kemudian merasa diasingkan. Perubahan psikologis seperti takut menghadapi kematian dan masa kesepian. Berbagai perubahan tersebut di atas sering membuat lansia mengalami problem dalam menghadapi kehidupan sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan (Maryam, 2008).

Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga dan dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya. Dengan adanya dukungan keluarga tersebut tidaklah berarti bahwa setelah memasuki masa tua seorang lansia hanya bisa duduk, diam, tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru harus tetap melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh berdiam diri dirumah, dan semua dilayani orang lain. Hal ini justru akan akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan para lansia tersebut cepat meninggal dunia. Dalam rangka membantu agar lansia tetap dapat beraktifitas dibutuhkan dukungan keluarga maupun sosial (Kuntjoro, 2002).

Kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas kegiatan sehari-hari memberikan suatu data untuk menandakan kemampuan diri lansia. Untuk merencanakan bantuan yang diberikan pada lansia dalam mencapai kembali tingkat ketidak ketergantungan yang maksimal, dan untuk

(3)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran merencanakan pemberian dukungan. Aktifitas dasar kehidupan sehari-hari dan aktifitas intrumental kehidupan sehari-hari diberikan keduanya (Stanhope,1998).

Lansia yang masih melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor fisik, faktor pikis dan faktor lingkungan, dimana faktor lingkungan salah satunya adalah keluarga yang sangat mendukung mereka untuk tetap beraktifitas (Budiono, 1997). Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kuantitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial. Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang menunjukkan berbagai kemampuan untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana permintaannya besar (Friedman, 1998).

Kemandirian lansia pada aktifitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi kekamar mandi, berpindah, kontinen, dan makan. Definisi khusus dari kemampuan fungsional tergantung pada indeks. Kemandirian berarti tanpa ada pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti secara spesifik. Ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan. Seorang klien yang menolak untuk melakukan empat fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, mekipun ia dianggap mampu melakukan aktifitas sehari-hari (lueckenotte, 2000).

Rata-rata menjelang usia 60 tahun, lansia mulai memikirkan alternatif-alternatif kegiatan baru yang akan dilakukan setelah lansia tidak lagi bekerja. Hal ini dikarenakan pada usia 60 tahunan seseorang tidak lagi dibebankan oleh pekerjaan pokoknya dengan kata lain lansia memasuki masa pensiun. Tak jarang lansia yang memasuki masa pensiun lebih banyak menyibukkan diri dengan aktivitas barunya, misalnya dengan berkebun, menjaga cucu bahkan mendatangi suatu perkumpulan sosial lansia. Aktivitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, aktivitas juga merupakan salah satu tanda kesehatan karena seseorang melakukan kegiatan seperti berjalan dan bekerja (Luekenotte, 2000).

Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah diantaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, seperti pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2) Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus (Komnas Lansia, 2010).

Aktivitas merupakan salah satu penilaian dalam kehidupan sehari-hari orangtua dalam melakukan tindakan yang perlu dilakukan secara benar. Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap harinya. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktivitas sehari hari adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan sifatnya berulang (Marthuranath, 2004)

Menurut Stanley (2007) mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari. Macam-macam aktivitas sehari-hari adalah aktivitas fisik, aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga dimana sangat penting bagi kesehatan mental.

(4)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran Bagi kehidupan manusia, masa lanjut usia merupakan suatu siklus kehidupan manusia secara alami, tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lansia, baik secara fisik maupun psikologis akan ditandai kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh yang akan dapat menimbulkan masalah atau gangguan akan memperoleh aktivitas sehari-hari. Misalnya dalam kelambatan bergerak, kurang cepat beraksi, berkurangnya daya tahan tubuh, berkurangnya sistem kesehatan reproduksi dan lain-lain (BKKBN, 2012).

Penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu beraksi yang lambat, keadaan yang tidak stabil bila berjalan, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan pada perabaan. Faktor yang mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari adalah kondisi fisik menahun, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi, penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh dan dukungan anggota keluarga. Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah kesehatan usia lanjut adalah upaya pembinaan kesehatan, pelayanan kesehatan dan upaya perawatan (Friedman (1998) dalam Azizah, 2011).

Orang lanjut usia yang mengalami kemunduran fisik, juga akan mempengaruhi kemandiriannya dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang, baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley & Beare, 2007).

Masalah yang begitu kompleks maka diperlukan tindakan untuk segera mengatasi masalah tersebut maka diperlukan dukungan keluarga misalnya melalui perawatan sehari-hari yang cukup misal perawatan kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan badan, serta kebersihan rambut. Dukungan keluarga tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri atau mendapatkan bantuan yang minimal dan memandirikan lansia (Barbara 1979 dalam Nugroho, 2008).

Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas. Secara garis besar Birren dan Shroots membedakan tiga proses sentral di dalam tahapan lansia, pertama, proses biologis yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam tubuh seseorang yang menua. Kedua, penuaan proses dalam masyarakat (social eldering) dan yang ketiga, penuaan psikologis subjektif (geronting) yang berkaitan dengan pengalaman batinnya (UU No. 13 tahun (1998) dalam Widiasari & Nuryoto, 2010).

Dukungan keluarga ini sangat penting bagi lansia karena keluarga adalah salah satu tumpuan hidup merka untuk membantu lansia tetap sehat dan meningkatkan adaptasi kehidupan mereka. Dukungan ini berupa dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan pada harga diri, dan dukungan emosional. Diharapkan keluarga sebagai motivator, fasilitator sekaligus sebagai pendamping lansia yang baik dengan begitu lansia akan selalu merasa diperhatikan dan diharapkan lansia mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Mengingat keluarga adalah tonggak utama dan memegang andil terbesar dalam pemberian perawatan lansia sedangkan belum tentu semua keluarga mampu mengerti dan memberi dukungan bagi lansia untuk merawat aktivitas sehari-hari lansianyang semestinya.

Berdasarkan data statistik didapatkan di desa Bergas Lor ini jumlah lansia cukup tinggi dilihat dari tahun ketahun semakin meningkat, yaitu pada tahun 2011 didapatkan lansia (> 60 tahun) total lansia berjumlah 330 orang. Pada tahun 2012 jumlah meningkat menjadi 390 orang dan pada tahun 2013 jumlah lansia (> 60 tahun) sebanyak 440 orang.

(5)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran Dari studi pendahuluan 10 orang lansia didapatkan 5 orang (50%) lansia mendapat dukungan keluarga yang baik, dari 5 orang lansia 4 diantaranya dapat melakukan aktivitas secara mandiri dan 1 orang lansia lebih ketergantungan dalam melakukan aktivitas pada keluarganya. 3 orang (30%) lansia mendapat dukungan yang cukup, dari 3 orang lansia tersebut 2 diantaranya mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan 1 orang lansia lebih tergantung pada keluarganya. Pada 2 orang (20%) lansia kurang mendapatkan dukungan keluarga dan 2 orang lansia dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, Metode ini menggunakan pendekatan Cross

Sectional, yaitu rancangan penelitian yang pengukurannya/pengamatannya dilakukan secara simultan pada satu saat/sekali waktu tertentu (Sugiyono, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi target yaitu semua lansia yang berusia ≥ 60 tahun yang mengikuti posyandu lansia dan tinggal bersama keluarga di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas pada tahun 2014 adalah sebanyak 60 lansia. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, karena dalam penelitian ini peneliti mengambil sejumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 60 lansia yang mengikuti posyandu lansia. Menurut Arikunto (2006), jika populasi kurang dari 100, lebih baik di ambil semua (total sampling) agar hasilnya respresentatif.

Penelitian ini dilakukan di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas pada bulan Juli 2014

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini terdiri dari gambaran karakteristik responden, analisis univariat, dan analisis bivariat.

A. Analisis Univariat

Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk memberikan gambaran tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas.

1. Dukungan keluarga dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan keluarga dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari disajikan pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari Di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas.

Dukungan keluarga Frekuensi Persentase (%)

Tinggi 40 66,7

Sedang 20 33,3

Rendah 0 0

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa dukungan keluarga dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas sebagian besar dalam kategori tinggi, yaitu sejumlah 40 orang (66,7%).

(6)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran 2. Kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari

Distribusi frekuensi berdasarkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari disajikan pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari Di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas.

Kemandirian Frekuensi Persentase (%)

Mandiri 41 68,3 Ketergantungan ringan 19 31,7 Ketergantungan sedang 0 0 Ketergantungan berat 0 0 Ketergantungan total 0 0 Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas sebagian besar dalam kategori mandiri, yaitu sejumlah 41 orang (68,3%).

B. Analisis Bivariat

Pada bagian ini disajikan hasil penelitian tentang mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas. Untuk menguji hubungan ini digunakan uji Chi Square dimana hasilnya disajikan berikut ini:

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari Di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas. Dukungan keluarga Kemandirian lansia Total X2 P Value Mandiri Ketergantungan ringan f % f % f % Tinggi 32 80,0 8 20,0 40 100,0 6,017 0,014 Sedang 9 45,0 11 55,0 20 100,0 Total 41 68,8 19 31,7 60 100,0

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari dalam kategori mandiri didominasi oleh dukungan keluarga yang tinggi yaitu sejumlah 32 orang (80,0%), sedangkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari dalam kategori ketergantungan ringan didominasi oleh dukungan keluarga yang sedang yaitu sejumlah 11 orang (55,0%).

Berdasarkan uji Chi Square di dapat nilai Chi Square sebesar 6,017 tabel X2 (7,870) dengan p-value 0,014, atau hal ini berarti nilai p-p-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas.

(7)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat a. Dukungan Keluarga

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian terhadap dukungan keluarga pada lansia di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas diketahui dari 60 responden didapatkan sebanyak 20 lansia (33,3%) memiliki dukungan keluarga yang sedang, dan sebanyak 40 lansia (66,7%) memiliki dukungan keluarga yang tinggi.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Dewi Dwi Haryani (2012) di wilayah Desa Klahang menunjukkan bahwa dari 80 responden lansia didapatkan sebanyak 64 lansia (80%) memiliki dukungan keluarga baik, 16 lansia (20%) dengan dukungan keluarga baik.

Dari uraian tentang hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, sebagian besar dukungan keluarga tinggi 40 lansia (66,7%) hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang paling banyak responden menjawab yaitu keluarga tidak bersedia mendampingi dan membiayai biaya perawatan dan pengobatan yaitu sebanyak 2,45%, keluarga melibatkan lansia dalam menyelesaikan suatu permasalahan yaitu 2,41%, keluarga tidak mencintai dan menyayangi lansia yaitu sebanyak 2,36%, keluarga tidak memberikan waktu untuk mendengarkan keluhan lansia yaitu 2,36%, jika lansia sakit keluarga tidak memberi tahu tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat kepada lansia yaitu sebanyak 2,33%.

Hasil dukungan keluarga sedang 20 lansia (33,3%) dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari hal ini dapat dilihat dari kuesioner yang paling banyak responden menjawab keluarga tidak mendampingi lansia dalam keadaan apapun yaitu sebanyak 2,28%, keluarga tidak memberi lansia kedamaian, keharmonisan, aman sebanyak 2,23%, keluarga tidak menyediakan waktu dan fasilitas jika lansia memerlukan untuk keperluan pengobatan yaitu sebanyak 2,3%, keluarga tidak mengingatkan lansia untuk kontrol, minum obat, latihan dan makan demi kesehatan lansia yaitu sebanyak 2,3%, keluarga pernah memberikan masukan dan nasehat untuk meningkatkan status kesehatan saya 2,26%.

Dukungan keluarga untuk lansia merupakan bentuk tindakan nyata yang diberikan anggota keluarga terhadap lansia yang berupa dukungan instrumental, informasional, emosional dan penghargaan. Bertambahnya umur lansia cenderung mengalami penurunan kemampuan fisik dan mental, termasuk melakukan kegiatan sehari-hari pada lansia yang sebenarnya kegiatan ini merupakan kegiatan mendasar. Lansia sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang sekitarnya terlebih anggota keluarga terdekat.

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Peranan keluarga menggambarkan seperengkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan denga individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok masyarakat (Setiadi, 2008).

Penelitian ini didapatkan hasil adalah sebagian besar dukungan keluarga di Desa Bergas Lor tinggi yaitu sebanyak 40 lansia (66,7%). Hal tersebut disebabkan karena keluarga memberikan dukungan yang berupa sumber pertolongan yang praktis dan konkrit, seperti kesehatan lansia bagaimana keluarga mengenal masalah kesehatan lansia dan pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada lansia, dan keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan dan selain hal tersebut keluarga juga memberikan perhatian dan waktu bersama untuk memberikan kesempatan kepada lansia mencurahkan

(8)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran permasalahannya. Keluarga memberikan lingkungan yang aman dan nyaman untuk lansia dan didukung oleh faktor lain seperti pengetahuan dan sosial budaya.

Sebagian keluarga dukungan sedang sebanyak 20 lansia (33,3%) hal ini disebabkan oleh keluarga masih belum memahami peran dan tugas keluarga dalam bidang kesehatan seperti salah satunya mengenal masalah kesehatan keluarga dan pengambilan keputusan untuk tindakan yang tepat pada keluarga yang sakit, atau karena faktor lain seperti ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya.

Menurut Depkes RI (2005) lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga. Bagi lansia, keluarga merupakan sumber kepuasan dan tempat yang nyaman untuk kelangsungan hidupnya. Lansia merasa bahwa kehidupan mereka sudah lengkap yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai kakek dan nenek. Namun keluarga dapat menjadikan frustasi bagi lansia jika ada hambatan komunikasi antara lansia dengan anggota keluarga dimana perbedaan faktor generasi memegang perhatian khusus sesuai dengan keadaannya. Dukungan keluarga sangat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia yaitu salah satunya pemenuhan aktivitas sehari-hari pada lansia.

b. Kemandirian lansia

Hasil penelitian kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas yaitu sejumlah 41 lansia (68,3%) mandiri dan 19 lansia (31,7%) ketergantungan ringan.

Menurut kamus bahasa Indonesia kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu. Aktivitas adalah suatu usaha energi atau keadaan bergerak dimasa manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Aktivitas didefinisikan suatu aksi energetik atau keadaan bergerak semua manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak.

Penilaian aktivitas sehari-hari sangat penting dalam menentukan tingkat bantuan yang diperlukan setiap hari, dan penilaian ini sangat membantu dalam perencanaan perawatan jangka panjang untuk lansia. Evaluasi aktivitas sehari-hari penting dalam menentukan tingkat bantuan yang dibutuhkan oleh orang-orang dalam pengaturan independen atau semi independen.

Aktivitas hidup sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi (Luekenotte, 2000).

Dari uraian tentang hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sebagian besar lansia dinyatakan mandiri yaitu sejumlah 41 lansia (68,3%) hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang berisi tentang kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sebagai berikut tidak dapat berpindah posisi dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk duduk di bed) yaitu sebanyak 2,85%, tidak dapat naik dan turun tangga yaitu sebanyak 2,03% dan tidak dapat menggunakan jamban/toilet serta masuk dan keluar wc (melepas, memakai celana, membersihkan/menyeka, menyiram) yaitu sebanyak 1,98%.

Hasil kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari dengan ketergantunga ringan 19 lansia (31,7%) hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang berisi tentang kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari sebagai berikut memerlukan bantuan untuk makan (bila makan harus dipotong-potong dulu) yaitu sebanyak 1,93%, membutuhkan bantuan dalam mengontrol anus sebanyak 1,92% dan

(9)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran membutuhkan bantuan dalam membersihkan diri (sikat gigi, memasang gigi palsu, sisir rambut, bercukur dan cuci muka) sebanyak 1,0%.

Penelitian ini didapatkan hasil adalah sebagian besar kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor yaitu mandiri sebanyak 41 lansia (68,3%). Hal tersebut disebabkan karena responden lansia rata-rata berusia 69 tahun dimana pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang dilakukan sendiri seperti mandi, makan, berjalan, memakai pakaian sendiri, dan lain-lain.

Kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor dalam kategori ketergantungan rendah yaitu 19 lansia (31,7%). Hal tersebut disebabkan lansia di desa Bergas Lor ada yang mengalami gangguan fungsional seperti nyeri sendi, sering merasa pegal-pegal, sehingga lansia mengalami ketergantungan ringan seperti untuk naik turun tangga terkadang memerlukan bantuan.

2. Analisis Bivariat

Berdasarkan uji Chi Square di dapat nilai Chi Square sebesar 6,017 < tabel X2 (7,870) dengan p-value 0,014, atau hal ini berarti nilai p-value < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas. Hubungan ini mempunyai arah yang positif artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin mandiri dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada lansia.

Dari uraian diatas menunjukkan persentase kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang mandiri dengan dukungan keluarga yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan dukungan keluarga yang sedang, dimana kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang mandiri dengan dukungan keluarga tinggi yaitu sebanyak 32 lansia (80,0%). Hal tersebut disebabkan karena keluarga telah memberikan dukungan pada lansia baik dari keempat bentuk dukungan keluarga antara lain: dukungan informasional yaitu berupa pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Dukungan penghargaan yaitu memberi semangat, persetujuan pada pendapat individu, melibatkan lansia dalam menyelesaikan masalah, memuji jika lansia melakukan hal positif, memberikan support dan perhatian. Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, meliputi penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindar dari kelelahan serta pelayanan yang dibutuhkan keluarga.

Faktor pendukung lainnya yaitu faktor ekonomi keluarga dan pengetahuan keluarga tentang perawatan lansia dalam bidang kesehatan. Serta lansia di desa Bergas Lor tidak mengalami banyak masalah gangguan pada sistem sensori, fungsional dan kognitif, sehingga berpengaruh baik bagi kemandirian lansia untuk melakukan aktivitas sehari-harinya seperti toileting, mandi, berpakaian, dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa peran dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia. Mengingat keluarga adalah salah satu tonggak kehidupan bagi lansia dan keluarga adalah sebagai sumber dukungan bagi lansia.

Hasil penelitian tentang ketergantungan ringan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan dukungan keluarga tinggi sebanyak 8 lansia (20,0%). Hal tersebut disebabkan karena lansia di desa Bergas Lor ada yang mengalami gangguan fungsional seperti nyeri sendi, sering merasa pegal-pegal, sehingga lansia mengalami ketergantungan ringan seperti untuk naik turun tangga terkadang memerlukan bantuan.

(10)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran Dari hasil penelitian diketahui kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari dalam ketergantungan ringan dengan dukungan keluarga sedang sebanyak 11 lansia (55,0%) sedangkan lansia yang mandiri dengan dukungan keluarga sedang sebanyak 9 lansia (45,0%). Hal tersebut dikarenakan dalam bentuk dukungan keluarga yang berupa dukungan instrumental seperti peghasilan keluarga kurang sehingga menyebabkan status ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan adanya berbagai permasalahan kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena faktor ketidakmampuan/pengetahuan serta ketidak tahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi dan dapat pula disebabkan karena lansia di desa Bergas Lor ada yang mengalami gangguan fungsional seperti nyeri sendi, sering merasa pegal-pegal, sehingga lansia mengalami ketergantungan ringan.

Berbeda dengan lansia yang mempunyai kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan dukungan keluarga sedang terdapat 9 lansia (45,0%). Hal tersebut disebabkan karena faktor umur, dimana rata-rata lansia berusia 69 tahun, pada usia ini lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari-hari yang dilakukan sendiri seperti mandi, makan, berjalan, memakai pakaian sendiri, dan lain-lain.

Keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada saat diperlukan. Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan.

Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilanisa Amalia Rosmita Putri dan Imam Permata (Jurnal Mutiara Medika, 2011) yang berjudul “Hubungan anatar Fungsi Keluarga dalam Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wirobrajan Yogyakarta” menunjukkan dari 84 orang lansia yang diteliti didapatkan 61 orang (72,6%) lansia yang memiliki fungsi keluarga sehat juga memiliki kualitas hidup yang buruk sebanyak 18 orang (21,4%). Lansia yang memiliki fungsi keluarga kurang sehat atau sakit dan memiliki kualitas hiudp yang baik sebanyak 3 orang (3,6%).

PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada lansia di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas tahun 2014 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia di Desa Bergas Lor Kecamtan Bergas dukungan keluarga tinggi yaitu 40 responden (66,7%), dan dukungan keluarga sedang yaitu 20 responden (33,3%).

2. Sebagian besar kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas termasuk dalam kategori mandiri yaitu 41 responden (68,3%) sedangkan yang masuk kategori ketergantungan ringan sebanyak 19 responden (31,7%). 3. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bergas Lor Kecamatan Bergas dengan p-value= 0,014 < α 0,05 yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari.

(11)

Prodi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran B. Saran

1. Bagi Keluarga Lansia

Diharapkan keluarga dapat meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia yaitu dukungan emosional, instrumental, penilaian maupun informasional untuk menjaga atau mempertahankan kemandirian lansia semaksimal mungkin, salah satu contohnya ajak lansia untuk jalan pagi agar lansia merasa lebih segar dan sehat serta untuk mengurangi atau mencegah nyeri sendi, dan pegal-pegal dengan seperti itu diharapkan lansia menjadi lebih sehat dan mampu melakuakan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang kemandirian lansia dengan variabel yang lainnya yang belum diteliti misalnya kondisi sosial dan kondisi kesehatannya.

3. Bagi Institusi

Diharapkan pihak institusi membantu untuk dilanjutkan penelitian yang lebih mendalam tentang dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Bagi lansia

Diharapkan lansia dapat mempertahankan untuk terus melakukan jalan pagi tanpa harus diajak anggota keluarga atau kegiatan lain seperti senam lansia, mengaji, serta rutin mengunjungi posyandu lansia, dengan seperti itu diharapkan lansia da[at menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan serta mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara Dividend Payout Ratio dengan Beta Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

“Dalam Menggunakan sistem evaluasi sesuai dengan materi pembelajaran guru di MTs Miftahul Anwar Kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah apakah sering menggunakan Pre

menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berjudul “ PERANAN GRAPHIC DESIGNER DALAM MENENTUKAN KONSEP BRANDING PRODUK DI.. SAE CONCEPT ” dengan baik dan

Salah satu bentuk pendidikan kesehatan yang dilakukan yaitu adanya Program Gerakan Nusantara (Gernus) merupakan kegiatan yang dilakukan di sekolah dengan kegiatan

Dari hasil percobaan pengelasan baja ST 41 pada produk Back spring pin dengan metode Direct-Drive Friction Welding dengan kecepatan putar yang digunakan 4215 rpm, variasi waktu

Hasil analisis menunjukkan: (1) terdapat perbedaan yang signifikan pada kemmampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah antara kelompok mahasiswa yang belajar dengan

Permasalahan inilah yang tentunya menjadikan daya tarik tersendiri untuk merancang kembali interior di bangunan ini, dari mulai aspek fungsi,

23 PEROLEHAN SUARA MODEL DB PILPRES 2014 KPU KOTA MAGELANG SUBBAG TEKNIS TAHUN 2014 hardcopy V - - 5TH. 24 PILPRES 2014 PEMILU PRTESIDEN