• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI MENGHAFAL AL-QUR AN PADA MAHASISWA IAIN JEMBER DI RUMAH TAHFIDZ DARUL ISTIQOMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI MENGHAFAL AL-QUR AN PADA MAHASISWA IAIN JEMBER DI RUMAH TAHFIDZ DARUL ISTIQOMAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MAHASISWA IAIN JEMBER

DI RUMAH TAHFIDZ DARUL ISTIQOMAH

THE MOTIVATION OF MEMORIZING AL QUR’AN IN IAIN JEMBER

STUDENTS

AT ISTIQOMAH TAHFIDZ HOUSE

Moch Lukman Hakim, SH.I

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

caklukmanmerdeka@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to understand and describe the motivation to memorize the Qur’an at IAIN Jember Students at the Rumah Tahfidz Darul Istiqomah.

Based on the results of the study, the motivation of respondents in memorizing the Qur’an consists of internal motivation and external motivation. This research method uses qualitative methods where research is related to descriptive research and tends to use analysis. Data obtained by using observation and interviews.

This research was conducted on IAIN Student who are active in semester 6 and has an age range between 18 and 21 years, non-graduate educational background of the Islamic Boarding School Tahfidzhul Qur’an, active in memorizing the Qur’an training conducted by the Rumah Tahfidz Darul Istiqomah and subject research students who live ini The Rumah Tahfidz Darul Istiqomah. The benefit of memorizing Al-Qur’an is that it can improve discipline that affects student achievement. Learning achievement is inseparable from the hard work of students to always concentrate between learning in the academic and non-academic fields.

(2)

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami dan mendiskripsikan motivasi menghafal Al-Qur’an pada Mahasiswa IAIN Jember di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwasannya motivasi responden dalam menghafal Al-Qur’an terdiri dari motivasi internal dan motivasi eksternal. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian berkaitan dengan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Data yang didapatkan dengan menggunakan observasi dan wawancara.

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa IAIN Jember aktif semester 6 dan memiliki rentang usia antara 18 dan 21 tahun, latar belakang pendidikan bukan lulusan Pondok Pesantren Tahfidzhul Qur’an, aktif dalam pelatihan menghafal Al-Qur’an yang diadakan oleh Rumah Tahfidz Darul Istikhomah dan subjek penelitian mahasiswi yang tinggal di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah. Manfaat dari motivasi menghafal Al-Qur’an adalah dapat meningkatkan kedisiplinan yang mempengaruhi meningkatnya prestasi mahasiswa. Prestasi belajar tidak lepas dari kerja keras mahasiswa untuk senantiasa konsentrasi antara pembelajaran di bidang akademik dan non akademik.

Kata Kunci: Motivasi, Menghafal, Al-Qur’an, Mahasiswa

A. Pendahuluan

Tingkat spiritual setiap insan berbeda-beda. Hal tersebut terletak pada pemaknaan terhadap kesadaran beragama. Ketika kesadaran beragama telah mencapai pada titik maksimal, maka akan menggiring pada setiap individu untuk senantiasa mengaplikasikan segala aktifitas yang berkaitan tentang nilai-nilai keberagamaan. Dalam pelaksanaan segala aktifitas spiritual selalu diiringi dengan adanya landasan maupun motivasi dalam diri setiap individu.

Penyimpangan seksual, pemerkosaan, prostitusi, aborsi, pengidap dan pengedar narkoba, perampokan, dan keterlibatan dengan geng motor, serta perilaku mahasiswa menyimpang lainnya merupakan akibat dari kemerosotan akhlak para mahasiswa. Semakin jauh dari Al-Qur’an, semakin buruk akhlak seorang mahasiswa dan semakin buruk perilaku yang muncul.

Realita hari ini kebanyakan mahasiswa muslim menjauh dari Al-Qur’an. Sedikit sekali dari mereka yang mencoba berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan cara menghafalnya. Sesungguhnya di genggaman tangan seorang pemuda terdapat urusan umat, begitulah kata pepatah Islam. Islam mengajarkan bahwa segala problematika masyarakat merupakan tanggung jawab dan amanah yang dibebankan kepada pemuda. Mahasiswa muslim merupakan simbol pemuda, penyandang predikat tertinggi bagi mahasiswa muslim yang mengenyam perguruan tinggi di Indonesia. Ajaran Islam menuntut semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, semakin tinggi akhlak dan moral yang tertanam.

Mahasiswa yang bermoral dan berakhlak menjadi tumpuan masyarakat. Akhlak dan moral yang melekat pada mahasiswa muslim bersumber pada Al-Qur’an. Salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Al-Qur’an adalah menghafalnya. Pribadi penghafal

(3)

Al-Qur’an akan senantiasa teriringi nilai-nilai spiritual sehingga akhlak Al-Qur’an akan melekat pada orang tersebut sebagaimana akhlak Rasulullah, yaitu merupakan akhlak Rasulullah adalah akhlak Al-Qur’an.

Menghafal Al-Qur’an merupakan ciri khas umat muslim dan jumlah penghafal Al Qur’an di dunia ini cukup banyak. Penghafal Al Qur’an di Pakistan mencapai angka 7 juta dari sekitar 134 juta penduduk, jalur Gaza Palestina 60 ribu orang, Libya 1 juta orang dari 7 juta penduduk, Arab Saudi 6 ribu orang, dan Indonesia sendiri jumlah penghafalnya 30 ribu dari sekitar 250 juta penduduk.1 Salah satu kota

yang banyak penghafal Al-Qur’an adalah di kota Banyuwangi, terbukti pada saat Pemkab Banyuwangi memberikan jalur istimewa bagi para hafidz (penghafal) Al-Qur’an untuk bisa kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Kemudahan bagi para hafidz ini merupakan bagian dari Program Banyuwangi Cerdas yang telah dicanangkan Pemkab sejak 2011 lalu.2 Untuk menjaga hafalan tersebut,

alumni santri dari Banyuwangi yang telah melanjutkan kuliah di IAIN Jember, salah satunya memilih untuk bertempat tinggal di Rumah Tahfidz, dengan tujuan untuk melanjutkan hafalan dan menjaga hafalan Al-Qur’an.

Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk aktifitas ibadah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya: Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka ia dapat 1 pahala dan pahala itu akan diganda 10 kali lipat. saya tidak mengatakan “Alif Lam Mim“ itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf dan

1 bappeda.jemberkab.go.id/pendidikan-bahaya-narkoba-masuk-kuri-kulum-sekolah/ pada tanggal 29 Maret 2018, jam 14.00.

2 https://www.banyuwangi.go.id/berita-daerah/pemkab-fasilitasi-ha-fidz-quran-kuliah-di-iain-jember.html , pada tanggal 29 Maret 2018, jam 14.30

Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi. Kitab Sunan Tirmidzi jilid XI halaman 34).3

Mc. Donald, mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Oemar Hamalik, perubahan energi dalam diri seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.4

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Motivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Mahasiswa IAIN Jember di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami dan mendiskripsikan motivasi menghafal Al-Qur’an pada Mahasiswa IAIN Jember di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah.

B. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi

Mc. Donald, mengatakan bahwa, motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Oemar Hamalik, perubahan energi dalam diri seseorang mempunyai tujuan

3 Ahmad Faqihuddin, Skripsi: “Faktor-faktor Ketertarikan Meng-hafal Al-Qur’an Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta” (Surakarta: UMS, 2015), Hal 2.

4 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember : STAIN Jember Press, 2014), hal 265.

(4)

tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. 5

Dalam proses menghafal Al-Qur’an, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam menghafal Al-Qur’an tidak akan mungkin melakukan aktifitas menghafal Al-Qur’an.

Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dari bukunya “Motivation and Personality”, ia mengajukan teori tentang hierarchy of needs. Maslow sangat percaya bahwa tingkat laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu.6

Motivasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi instrinsik, bila tujuannya inheren dengan situasi setiap individu terhadap apa yang menjadi tujuannya, maka individu tersebut akan termotivasi untuk melakukan sesuatu tersebut semata-mata untuk mencapai tujuannya, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, hadiah atau sebagainya.7

5 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember : STAIN Jember Press, 2014), hal 265.

6 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : C.V. Andi Offset, 2010), hal 91.

7 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember : STAIN Jember Press, 2014), hal 266.

Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik akan sulit untuk melakukan aktifitas terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam setiap aktifitasnya. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa apa yang menjadi aktifitasnya itu berkontribusi untuk kesuksesannya.

Motivasi itu muncul karena individu membutuhkan pengalaman baru untuk diketahui. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan segala aktifitas.

Menegaskan kembali, bahwa individu yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, punya keahlian dalam bidang tertentu. Salah satunya adalah gemar belajar adalah aktifitas yang tak pernah sepi dari kegiatan anak yang memiliki motivasi instrinsik.

Yang kedua, motivasi ekstrinsik yang berkebalikan dengan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya, melakukan suatu aktifitas karena adanya dorongan-dorongan dari lingkungannya.

2. Motivasi dalam Perspektif Islam

Motivasi dalam perspektif islam tergambarkan dalam bentuk niat. Niat menjadi landasan amal dan ibadah seluruh umat islam. Kualitas aktivitas dibangun dengan niat yang benar. Rasulullah SAW bersabda, yang

(5)

artinya “Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan” (HR. Bukhori).

Motivasi dasar seluruh umat manusia adalah karena ibadah kepada Allah, sebagaimana tertera dalam (Q.S Adz Dzariyat: 56), yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

Segala aktivitas belajar mengajar dan mencari ilmu semuanya karena berdasarkan kepada niatan bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala termasuk aktivitas menghafalkan Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu aktivitas belajar yang menekankan kepada kemampuan kognisi dalam mengingat ayat Al-Qur’an.

Menghafal Al-Qur’an sebagai metode dan langkah awal belajar sebelum metode pembelajaran yang lainnya. Proses menghafal Al-Qur’an melibatkan aktivitas kognitif, psikis, dan psikomotorik. Orang yang menghafalkan ayat akan menjumpai kemudahan dan kesulitan sehingga memunculkan dinamika psikologis. Senang saat menjumpai kemudahan dan sedih saat sulit menghafal. Termasuk merasakan kepuasan dan bangga ketika mampu menghafal dan rendah diri ketika merasakan tidak mampu dalam menghafal. Berikut sampai kepada muncul semangat hingga memperbanyak doa saat menghafal dan terdapat juga rasa malas serta jenuh hingga tidak mampu menghafal.

Kondisi internal dan eksternal individu dapat menunjang kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Kondisi internal berkaitan dengan akhlak seorang penghafal, kondisi-kondisinya antara lain; ikhlas dan tawakkal kepada Allah, optimis, menghindari maksiat, menjauh dari sifat sombong, bermalas-malasan, dan berfikiran negatif. Adapun kondisi eksternalnya diantaranya; ustadz, mushaf, suplemen, waktu dan tempat menghafal, serta lingkungan kondusif. Ketika seseorang menghafal Al-Qur’an maka akan terjadi konflik antara optimisme dengan pesimisme, kesabaran dengan ketergesaan, kemauan yang kuat dengan cepat menyerah, rasa senang dengan sedih, rajin dengan malas.8

3. Prinsip-Prinsip Motivasi

Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas individu adalah motivasi. Motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang baik sadar maupun tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam aktifitas seseorang. Tidak ada seseorang beraktifitas tanpa didasari motivasi. Ada beberapa prinsip motivasi dalam melakukan aktifitas, antara lain :9

a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong setiap aktifitas individu. b. Motivasi instrinsik lebih utama daripada

motivasi ekstrinsik dalam melakukan aktifitas individu.

8 Andy Wiyarto , Skripsi: “Motivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesantren Tazfizhul Qur’an Di Surakarta” (Sura-karta: UMS, 2012), hal 2.

9 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember: STAIN Jember Press, 2014), hal 269.

(6)

c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.

d. Motivasi berhubungan erat denagn kebutuhan setiap aktifitas individu. e. Motivasi dapat memupuk optimisme

dalam aktifitas setiap individu.

f. Motivasi melahirkan prestasi dalam kehidupan.

4. Menghafal Al Qur’an

a. Menghafal

Kata “menghafal” tanpa tambahan

“meng- ~” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mempunyai arti dapat mengucapkan di luar kepala, sedangkan apabila menjadi “menghafal” maka artinya berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat, maka kesimpulan arti dari kata “menghafal” adalah usaha untuk meresapkan sesuatu kedalam pikiran agar selalu ingat serta dapat mengucapkan di luar kepala. menambahkan bahwa makna Tahfizh lebih luas dari menghafal, karena mempunyai tiga tingkatan: menghafal, menjaga, memahami dan mengajarkan. menghafal merupakan sebuah proses kognitif pada otak di lapisan meta-kognitif yang menyimpan informasi (mengirim informasi dan mempertahankan) dan membangun kembali (mengambil dan menguraikan informasi) dalam memori jangka panjang.10

b. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan rahmat, yang menghasilkan iman, hikmah serta menurut kebajikan dan keinginan

10 Ahmad Faqihuddin, Skripsi: “Faktor-faktor Ketertarikan Mengha-fal Al Qur’an Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakar-ta” (Surakarta: UMS, 2015), hal 5.

(mendekatkan diri kepadaNya).11 Para

Mutakallimin menetapkan, bahwa hakikat Al-Qur’an adalah Makna yang berdiri pada dzat Allah. Ulama-ulama Mu’tazillah berpendapat, bahwa hakikat Al-Qur’an adalah huruf-huruf dan suara-suara yang dijadikan Allah, yang telah berwujud lalu hilang dan lenyap. Kata Al-Ghazaly dalam Al Mustashfa: ‘Hakikat Al-Qur’an adalah Kalam yang berdiri pada dzat Allah, yaitu suatu sifat yang qadim dari antara sifat-sifatNya. Dan Kalam itu lafad musytarak, dipergunakan untuk lafad yang menunjuk kepada makna, sebagaimana dipergunakan untuk makna yang ditunjuk lafad.12

Dari ulasan mengenai menghafal dan Al-Qur’an, maka dapat dijabarkan mengenai makna dari menghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk aktifitas ibadah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka ia dapat 1 pahala dan pahala itu akan diganda 10 kali lipat. saya tidak mengatakan “Alif Lam Mim“ itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf dan Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi. Kitab Sunan Tirmidzi jilid XI halaman 34).

Menghafal Al-Qur’an memberikan manfaat bagi siapa saja yang melakukan untuk menghafal Al-Qur’an. Ada beberapa keutamaan yang Allah berikan bagi para penghafal Al-Quran. Utamanya adalah pertolongan Allah pada hari kiamat yang amat dahsyat dan kemuliaan lainnya. Mampu menghafal Al-Qur‟an sendiri merupakan suatu kesuksesan.

11 Basri Iba Asghari, Solusi Al Qur’an tentang Problema Sosial, Politik Budaya, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 1994), hal 2. 12 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & Pengan-tar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, (Semarang : PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2000) hal 11.

(7)

Selain itu manfaat lain yang berkenaan dengan penghafal Al-Qur’an antara lain :

a. Menghafal Al-Qur’an membutuhkan kedisiplinan dan manjemen waktu yang baik. Anak-anak yang terbiasa disiplin tentu lebih mudah menjalani aktivitas belajar hingga bisa meningkatkan prestasi akademik.

b. Menghafal membutuhkan kosentrasi tinggi. Selain menghafal Al-Qur’an, ilmu-ilmu lainpun membutuhkan perlu daya kosentrasi tinggi untuk menguasainya. Kemampuan untuk berkonsentrasi mempermudah anak menguasai ilmu pengetahuan lainnya. 13

Sebuah penelitian di Arab Saudi menunjukkan bahwa aktivitas menghafal Al-Quran juga berpengaruh kepada kesehatan mental dan psikologi seseorang. Semakin banyak hafalan, semakin sehat mental seseorang.14

5. Remaja Akhir

Manusia dalam kehidupan pastinya akan mengalami tahapan perkembangan. Masa akhir remaja antara umur 18-21 tahun. Yang mana tugas perkembangan pada masa remaja akhir adalah mengebangkan kesadaran akan identitas personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan orang lain, serta

13 Pamungkas Stiyamulyani, Sri Jumini. April 2018. “Pengaruh Menghafal Al Qur’an Terhadap Highorde Thinking Skils (HOTS) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Mahasiswa”. Jurnal Kajian Pendidikan Sains. Vol. IV No. 01, https://www.researchgate.net/ publication/328720098_PENGARUH_MENGHAFAL_AL-QU-RAN_TERHADAP_HIGHORDER_THINGKING_SKILS_HOTS_ DITINJAU_DARI_MOTIVASI_BERPRESTASI_MAHASISWA, 20 Juni 2020, hal 30.

14 Pamungkas Stiyamulyani, Sri Jumini. April 2018. “Pengaruh Menghafal Al Qur’an Terhadap Highorde Thinking Skils (HOTS) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Mahasiswa”. Jurnal Kajian Pendidikan Sains. Vol. IV No. 01, https://www.researchgate.net/ publication/328720098_PENGARUH_MENGHAFAL_AL-QU-RAN_TERHADAP_HIGHORDER_THINGKING_SKILS_HOTS_ DITINJAU_DARI_MOTIVASI_BERPRESTASI_MAHASISWA, 20 Juni 2020, hal 30.

untuk mempertahankan perasaan otonomi, independen dan individualitas. 15

Tahap remaja menurut perspektif pendidikan Islam dalam Surat Al Hajj Ayat, dijelaskan, tahap remaja masuk kedalam kategori tahap dewasa. Terdapat tiga tahap menurut Al-Qur’an yaitu tahap anak-anak, tahap dewasa, dan tahap usia lanjut. Tahap remaja tidak dijumpai dalam Islam karena tahap ini termasuk kedalam tahap dewasa, anak yang sudah masuk akil baligh atau mimpi basah berapapun usianya akan disebut sebagai orang dewasa.

Dari semua paparan teori di atas disimpulkan bahwa yang digolongkan pada remaja akhir adalah usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun, namun dalam islam tahap remaja masuk kedalam kategori tahap dewasa, pembatas antara tahap tahap anak-anak dan tahap dewasa adalah akil baligh.16

Mahasiswa IAIN Jember termasuk dalam kategori remaja akhir yang sedang memasuki fase persiapan peralihan dari fase remaja menuju fase dewasa dini yang terjadi pada rentang usia 17 sampai 21 tahun.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Gejala penelitian yang menjadi fokus pembahasan dan hendak diungkap dalam penelitian ini adalah Motivasi menghafal

Al-15 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2005), hal 212.

16 Ahmad Faqihuddin, Skripsi: “Faktor-faktor Ketertarikan Menghafal Al Qur’an Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta” (Surakarta: UMS, 2015), hal 6.

(8)

Qur’an pada mahasiswa IAIN Jember di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dikelompokkan untuk mendeskripsikan tema-tema yang muncul kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Pemilihan responden dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah: (1) Mahasiswa IAIN Jember. (2) Mahasiswa aktif semester 6 dan memiliki rentang usia antara 18 dan 21 tahun. (3) Latar belakang pendidikan bukan lulusan Pondok Pesantren Tahfidzhul Qur’an. (4) Aktif dalam pelatihan menghafal Al-Qur’an yang diadakan oleh Rumah Tahfidz Darul Istiqomah (5) Subjek penelitian adalah beberapa mahasiswi yang tinggal di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah. Tempat penelitian di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah.

D. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan secara langsung, tepatnya pada tanggal 27 Maret 2018, dengan beberapa sampel sampel Mahasiswa IAIN Jember yang tinggal di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah. Adapun mengumpulkan data yang dilakukan dengan teknik observasi partisipan dan wawancara tidak terstruktur, dan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah menggali mengenai motivasi subyek dalam menghafal Al-Qur’an di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah.

Keinginan menghafal Al-Qur ’an merupakan kenginan masing masing individu yang berasal dari dorongan dalam diri individu

(motivasi internal) dan dorongan dari luar (motivasi eksternal).

2. Pembahasan

a. Tujuan Mahasiswa Belajar di Rumah Tahfidz Darul Istiqomah

Hasil dari wawancara mengenai motivasi menghafal Al-Qur ’an, bahwasannya tujuan mahasiswa belajar ke rumah Tahfiz Darul Istiqomah secara umum yaitu ingin melanjutkan menghafal Al-Qur’an, mempelajari Al-Qur’an, tugas pondok, mentadabburi Al-Qur’an, dan menjaga hafalan lama. Faktor lingkungan akademik pesantren yang kondusif inilah yang membuat mahasiswa berkeinginan menghafal Al-Qur’an disana. Hal ini sejalan dengan pemahaman mengenai motivasi eksternal berpengaruh terhadap individu, sebagaimana pengertian motivasi eksternal adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.17

b. Definisi Menghafal Al-Qur’an

Berdasarkan hasil pengambilan data di lapangan, menghafal Al-Qur’an memiliki pengertian yaitu menghafal keseluruhan surat-surat Al-Qur’an sebanyak 30 juz dengan memahami kandungan isi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini menekankan bahwa menghafal Al-Qur ’an tidak terbatas hanya pada penguasaan Al-Qur’an berupa menghafal dan memahami saja namun juga mementingkan pengamalan dalam

17 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember : STAIN Jem-ber Press, 2014), hal 268.

(9)

aktivitas keseharian. Definisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khabib (2008) bahwa menghafal Al-Qur’an tidak hanya aktivitas kognitif saja namun juga melibatkan aktivitas afektif berupa mentadabburi kandungan isi dan psikomotorik berupa mengamalkan pesan-pesan dalam Al-Qur’an. 18

Terdapat pengertian lain sesuai dengan hasil lapangan bahwa menghafal Al-Qur’an berarti menjaga hafalan dengan berakhlak sesuai nilai-nilai Al-Qur’an. Pendapat ini menekankan penjagaan Al-Qur’an dengan penerapan kandungan nilai dan mengimplementasikannya ke dalam keseharian seorang hafizh. Hal ini berkaitan dengan ajaran agama Islam yang terdapat dalam hadis “sesungguhnya akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an”. Menurut pengertian ini para penghafal Al-Qur’an dikenal dari sisi akhlaknya yang mulia bukan hanya pada kelancaran membaca saja namun akhlaknya buruk.19

c. Motivasi Menghafal Al-Qur’an

Motivasi memiliki peran dalam mempengaruhi ketertarikan subjek menghafal Al-Qur’an, bahwa motivasi meliputi dorongan-dorongan yang bersifat irasional maupun rasional. Motivasi dibagi menjadi dua, motivasi internal dan motivasi eksternal. Sebagaimana hasil wawancara dengan beberapa subjek, bahwasannya motivasi internal meliputi : a. Ibadah dan bentuk aplikasi dari

Iman kepada kitab Allah.

18 Andy Wiyarto , Skripsi: “Motivasi Menghafal Al-Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesantren Tazfizhul Qur’an Di Surakarta” (Surakarta: UMS, 2012), hal 7-8.

19 Ibid, hal 8.

b. Memperlancar bacaan Al-Qur’an. c. Menjadi salah satu penjaga

Al-Qur’an.

Sedangkan motivasi eksternal yaitu keberadaan subjek di lingkungan pondok Rumah Tahfidz Darul Istikhomah, mendorong motivasi subjek untuk senantiasa menghafal Al-Qur’an dan menjaga hafalan Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan dari pembahasan sebelumnya bahwa motivasi eksternal merupakan komponen penting terhadap seseorang dalam melakukan sesuatu.20

d. Manfaat Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an membutuhkan kedisiplinan dan manjemen waktu yang baik. Anak-anak yang terbiasa disiplin tentu lebih mudah menjalani aktivitas belajar hingga bisa meningkatkan prestasi akademik.21 Sebagaimana yang

dikemukakan oleh beberapa subjek penelitian, bahwa karena disiplin untuk menghafalkan Al-Qur’an, setor hafalan mempengaruhi prestasi subjek menjadi lebih baik, indikasinya adalah meningkatnya antara prestasi akdemik dan non-akademik.

Selain dapat meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik, manfaat motivasi menghafal Al-Qur’an adalah memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi mempermudah subjek menguasai ilmu

20 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Jember : STAIN Jem-ber Press, 2014), hal 268.

21 Pamungkas Stiyamulyani, Sri Jumini. April 2018. “Pengaruh Menghafal Al Qur’an Terhadap Highorde Thinking Skils (HOTS) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Mahasiswa”. Jurnal Kajian Pendidikan Sains. Vol. IV No. 01, https://www.researchgate.net/ publication/328720098_PENGARUH_MENGHAFAL_AL-QU-RAN_TERHADAP_HIGHORDER_THINGKING_SKILS_HOTS_ DITINJAU_DARI_MOTIVASI_BERPRESTASI_MAHASISWA, 20 Juni 2020, hal 30.

(10)

pengetahuan lainnya.22 Sebagaimana yang telah

dilakukan subjek, bahwa kegiatan pembelajaran di akademik (kuliah) dan menghafal Al-Qur’an (di pondok) dapat berjalan dengan baik. Kuliah terbukti nilai cumlaude dan motivasi untuk terus menghafal Al-Qur’an senantiasa istiqomah.

E. Kesimpulan

Menghafal Al-Qur’an memiliki pengertian menghafal keseluruhan surat-surat Al-Qur’an sebanyak 30 juz dengan memahami kandungan isi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi menghafal Al-Qur’an meliputi faktor internal dan faktor eksternal, dimana keduanya saling berpengaruh untuk keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan, dalam hal ini adalah untuk menghafal Al-Qur’an. Manfaat dari menghafal Al-Qur’an adalah untuk mendisiplinkan diri, sehingga dari disiplin diri berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar. Prestasi belajar/hasil akademik tidak lepas dari keberhasilan seseorang dalam membagi waktu, antara kegiatan akademik dan non-akademik.

22 Ibid, hal 30.

DAFTAR PUSTAKA

Islamuddin, Haryu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jember: STAIN Jember Press.

Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Ash. 2000. Sejarah & Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V. Andi Offset. Asghari, Basri Iba. 1994.Solusi Al Qur’an

tentang Problema Sosial, Politik Budaya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hilali, Majdi Al. 2010. Ada Al Qur’an di Hatiku. Solo: Aslama Publishing Solo.

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

bappeda.jemberkab.go.id/pendidikan-bahaya-narkoba-masuk-kurikulum-sekolah/, pada tanggal 29 Maret 2018, jam 14.00.

https://www.banyuwangi.go.id/berita-daerah/ pemkab-fasilitasi-hafidz-quran-kuliah-di-iain-jember.html, pada tanggal 29 Maret 2018, jam 14.30.

Ahmad Faqihuddin. 2015. Faktor-faktor Ketertarikan Menghafal Al Qur’an Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: UMS.

Andi Wiyarto. 2012. Motivasi menghafal Al Qur’an pada Mahasantri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an di Surakarta. Surakarta: UMS.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara intensitas menghafal al-Qur ’an dan motivasi menghafal terhadap prestasi menghafal pada mahasiswa di