Vol. 14 No. 1: 25-32
Mei 2021 Peer-Reviewed
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.25-32
Pengaruh alat tangkap pancing ulur dengan menggunakan lampu yang
berbeda terhadap variasi hasil tangkapan cumi-cumi (
Loligo
sp.) di Perairan
Takalar Sulawesi Selatan, Indonesia
(The influence of fishing tools using different lights towards variation of
Loligo
sp. catches in the Takalar Sea of South Sulawesi, Indonesia)
Lukman Daris
1, Andi Nur Apung Massiseng
1, Jaya Jaya
2, Irsandi Irsandi
31 Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Cokroaminoto Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 2 Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan, Universitas Cokroaminoto Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 3 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perairan, Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balikdiwa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Info Artikel: Diterima : 10 February 2021 Disetujui : 21 Maret 2021 Dipublikasi : 23 Maret 2021 Artikel Penelitian Keyword:
Takalar Water; Hand Line; LED Lamp; Petromax Lamp; Loligo sp.
Korespondensi: Andi Nur Apung Massiseng Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas
Cokroaminoto Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Email: andinurapung1619@gmail.com
Copyright© Mei 2021 The Author(s)
Abstrak. Perikanan merupakan salah satu kegiatan manusia untuk memanfaatkan
sumberdaya hayati perairan (aquatic resources) yang berada diperairan tawar, payau maupun perairan laut. Usaha ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan ketersediaan protein hewani untuk pertumbuhan maupun sebagai sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi lainnya. Usaha perikanan terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya serta ditunjang dengan adanya pemasaran dan pengolahan hasil perikanan. Salah satu alat penangkapan yang digunakan oleh nelayan disekitar pesisir pantai adalah pancing ulur (hand line). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lampu yang efektif dalam pengoperasian alat tangkap pancing ulur di Perairan Takalar. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan metode uji coba
(experimental fishing), dengan melakukan uji coba menggunakan dua lampu yang berbeda yaitu lampu LED (light emitting diode) dan lampu petromaks. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Takalar pada bulan Juli-Agustus 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur ukuran cumi-cumi dan sotong yang tertangkap pada lampu LED berkisar 6-27,5 cm yang berjumlah 310 ekor, berat 41,15 kg (69,51%), sedangkan struktur ukuran cumi-cumi (Loligo sp) yang tertangkap pada lampu petromaks berkisar 9,5-27,6 cm berjumlah 136 ekor, berat 17,91 kg (30,49%), sangat berbeda nyata dari hasil uji t-student.
Abstract. Fishery is one of the human activities to utilize aquatic resources in fresh,
brackish and marine waters. This effort is made to meet the needs of human life for the availability of animal protein for growth and as a source of meeting other economic needs. Fishery business consists of components that are interrelated with one another, namely capture fisheries and aquaculture and supported by marketing and processing of fishery products. One of the fishing gear used by fishermen around the coast is a hand line. The purpose of this study was to find out which light are effective in the operation of hand line fishing gear in Takalar waters. The data collection technique was done by using the trial method (Expermental fishing), by conduction trials using two different lamps, namely LED lights (light emitting diode) and petromax lamps. This research was conducted in Takalar Waters in July-August 2020. The results showed that the size structure of the squid and cuttlefish caught on the LED lights ranged from 6- 27.5 cm, totaling 310 tail, weighing 41.15 kg (69.51%), whilw the size structure of the squid caught in the petromax lamp ranges 9,5-27,6 cm totaling 136 tail, weighing 17.91 kg (30.49%), significantly different from the result of t-student.
I. PENDAHULUAN
Indonesia memang sudah dikenal dengan hasil lautnya dan merupakan salah satu produsen komoditas perikanan memasok produksinya ke berbagai mancanegara. Salah satu komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi yang juga merupakan produk ekspor andalan negara kita adalah cumi-cumi. Cumi-cumi (Loligo sp.)
merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan laut di Indonesia yang bergizi dan banyak diminati oleh masyarakat. Cumi-cumi banyak diminati karena cumi-cumi merupakan salah satu jenis hewan lunak yang tidak memiliki tulang belakang (Mujiono, 2009).
Salah satu sumberdaya perikanan yang sudah
Chepalopoda yang jenisnya terdiri dari cumi-cumi
(squid), sotong (cuttlefish) dan gurita (octopus), tetapi masyarakat lokal sering menyebut squid dengan cuttlefish sebagai cumi-cumi atau suntung. Penangkapan cumi-cumi dan sotong oleh nelayan di perairan Takalar biasanya
menggunakan teknik memancing secara
horizontal atau squidtrolling (Saranga, 2009); akan tetapi teknik penangkapannya masih bersifat tradisional dengan cara menarik alat tangkap di belakang perahu sambil mendayung.
Pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi selama ini masih bertumpu pada alat tangkap pancing
jigs, menggunakan umpan buatan yang meniru
bentuk udang, baik buatan sendiri oleh nelayan, maupun yang dibuat dalam pabrik. Jigs merupakan alat pancing yang dikhususkan untuk menangkap cumi-cumi atau sotong, berbentuk udang, ikan atau bentuk lainnya dengan mata pancing banyak pada bagian ekor tetapi tidak mempunyai kait atau barb (Rakian, 2011).
Banyak cara telah digunakan untuk meningkatkan fishing power dari pancing jigs, seperti bentuk dan corak warna yang menyerupai makanan alami, penggunaan radium pada beberapa bagian tubuh pancing dan lampu berkedip; yang fungsinya untuk lebih menarik perhatian cumi-cumi sehingga mendekati pancing dan tertangkap, tetapi informasi ilmiah tentang aplikasinya belum tersedia.
Di lain pihak, belum diketahui secara ilmiah apakah lampu LED lebih efektif dibanding dengan lampu petromaks. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan penelitian pengaruh alat tangkap pancing ulur dengan menggunakan lampu yang berbeda terhadap hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp.).
Salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang sangat potensial hasil tangkapan cumi-cumi adalah Kabupaten Takalar. Produksi perikanan Kabupaten Takalar sebesar 4.244 ton (27,45%) dari rata-rata total produksi provinsi sebesar 57.499 ton (Dinas Perikanan Kabupaten Takalar, 2015). Untuk menjaga potensi produksi perikanan
tersebut, dilakukan monitoring kerusakan
ekosistem terumbu karang (Mosriulla, et al., 2018). Massiseng dan Ummung (2018) menyatakan bahwa produksi dapat meningkat bila salah satu sektor ekonomi berkembang lebih cepat dibanding sektor lainnya, misalnya pada sektor perikanan di wilatah kepulauan.
Nelayan kecil di Galesong Kabupaten Takalar memiliki alat tangkap cumi-cumi yang
sederhana tapi penghasilan yang di atas rata-rata nelayan kecil pada umumnya. Masyarakat nelayan menggantungkan hidupnya di laut melalui aktivitas penangkapan ikan dengan berbagai macam alat tangkap (Jaya dan Daris, 2019). Kejayaan nelayan kecil dengan menangkap cumi-cumi (Loligo sp.) tidak berjalan selama satu tahun penuh karena faktor musim yang menjadi penghambat, dimana pada musim timur mulai pada bulan Juni sampai September merupakan musim menangkap cumi-cumi sedangkan musim barat pada bulan Oktober sampai Mei termasuk musim peralihan bukanlah musim menangkap cumi-cumi. Seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya pemanfaatan cahaya listrik dalam aktivitas penangkapan cumi-cumi, maka teknologi tersebut dapat pula diterapkan pada alat penangkapan cumi-cumi pada pancing ulur dimana lampu ini sangat memberikan peranan penting dalam penangkapan.
Pancing ulur merupakan salah satu jenis alat tangkap cumi-cumi yang sering digunakan oleh nelayan tradisional di Kabupaten Takalar dalam menangkap cumi-cumi di laut, karena pancing ulur termasuk alat tangkap cumi-cumi yang pasif dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian pancing ulur sendiri tak lepas dari alat bantu penangkapan yang menggunakan cahaya lampu untuk menarik perhatian cumi-cumi. Karena cumi-cumi merupakan jenis organisme air yang tertarik pada cahaya (phototaksis positif). Lampu yang digunakan dalam penangkapan cumi-cumi dengan alat tangkap pancing adalah lampu pijar, lampu karbit dan petromaks.
Pada awalnya alat bantu cahaya yang digunakan pada pancing ulur dalam penangkapan cumi-cumi adalah lampu petromaks. Penggunaan lampu petromaks kini sudah ditinggalkan karena harga bahan bakar minyak tanah yang sangat mahal. Nelayan mencoba beralih menggunakan jenis lampu tabung (Tubulur Lamp) dengan sumber listrik yang dihasilkan oleh mesin pembangkit listrik berukuran kecil (Wijaya, 2014). Lampu bawah air masih sangat jarang digunakan sebagai alat bantu penangkapan, karena konstruksinya lebih rumit dan harganya lebih mahal. Secara teori lampu bawah air mempunyai iluminasi cahaya yang lebih rendah dibandingkan lampu yang di atas air, karena cahaya lampu bawah air hampir 100% masuk kedalam air dan tidak dipantulkan keluar (Guntur, et al., 2015).
Penelitian tersebut bertujuan untuk
pengoperasian alat tangkap pancing ulur (hand
line) di perairan Kabupaten Takalar dan
menganalisis sebaran ukuran panjang dan sebaran bobot hasil tangkapan dengan lampu LED dan lampu petromaks.
II. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2018 di Perairan Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. 2.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan Table 2.
Tabel 1. Alat yang digunakan penelitian
Nama Alat Kegunaan
Pancing ulur (hand
line)
Untuk penangkapan cumi-cumi
Lampu LED 1 set Alat bantu penangkapan
Lampu petromaks 1 set
Alat bantu penangkapan
Stereofoam/coolbox Menyimpan hasil tangkapan
GPS Merekam titik koordinat
Kamera Dokumentasi penelitian
Timbangan digital Untuk menimbang berat cumi-cumi
Penggaris/mistar Mengukur panjang cumi-cumi
Pisau Untuk pemotong
Fish finder Untuk mengetahui kedalaman
air
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan penelitian
Nama Bahan Kegunaan
Es balok Untuk mempertahan kualitas
cumi-cumi Limbah sikat gigi Umpan
Tissue Umpan
Benang sutera Umpan
Manik-manik baju Umpan
2.3. Deskripsi Lampu LED
Jenis lampu bawah air, didesain dan dikemas secara khusus dalam satu wadah plastik dan telah teruji tahan sampai kedalaman 15 m. Lacuba dipasang pada perahu, Bagan Tancap maupun
Bagan Apung dan dicelupkan kedalam air dengan
penambahan beberapa peralatan untuk
menambatkan kabel pada perahu maupun bagan. Adapun spesifikasi lampu LED yang digunakan adalah :
1. Balon lampu. Terbuat dari bahan plastik yang berbentuk bulat dengan diameter bervariasi antara 15-25 cm berfungsi sebagai sumber cahaya yang memiliki daya tarik terhadap cumi-cumi.
2. Tiang lampu. Terbuat dari besi yang memiliki panjang 1,5 meter bisah dikaitkan langsung dipinggir perahu yang sedang beroperasi, sekaligus berfungsih sebagai pemberat lampu yang memiliki berat sekitar 5 kg.
3. Kabel. Terbuat dari kaca dan tembaga kuningan, sekring adalah alat yang dengan sendirinya dapat memutuskan aliran listrik sebagai akibat adanya arus listrik yang melebihi batas ukuran.
4. Aki. Terbuat dari dua komponen utama yaitu plastik dan tembaga, aki berfungsih untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai (menyediakan) listik ke sistem starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan komponen komponen kelistrikan lainnya. 5. Sekring. Terbuat dari kaca dan tembaga
kuningan, sekring adalah alat yang dengan sendirinya dapat memutuskan aliran listrik sebagai akibat adanya arus listrik yang melebihi batas ukuran. Prinsip oleh arus listrik yang besarnya tertentu.
6. Tali. Terbuat dari bahan monofilament nomor 3000 dengan panjang 3-5 meter yang berfungsi untuk mengatur kedalaman lampu.
2.4. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap dua kelompok nelayan yakni nelayan yang menggunakan lampu LED dan lampu petromaks. Kedua kelompok nelayan menggunakan jenis kapal yang sama dan kemampuan jelajah yang sama serta lokasi dan waktu penelitian yang sama. Jarak daerah penangkapan antara penggunaan lampu LED dengan petromaks adalah satu mil (1,852 km).
Data cumi-cumi yang diambil adalah ukuran panjang mantel dan bobot, yang diukur dengan mistar berketelitian 1 mm dan bobot cumi-cumi yang ditimbang adalah bobot total cumi-cumi dengan menggunakan timbangan digital ohauss dengan ketelitian mencapai 0.1 g Pengukuran panjang mantel dapat kita lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengukuran panjang mantel
Penentuan daerah penangkapan (fishing
ground) pancing ulur cumi-cumi dengan menggunakan fish finder untuk mengefektifkan waktu dan bahan bakar sehingga penangkapan lebih cepat dilakukan. Hasil tangkapan pancing ulur dengan menggunakan lampu LED dan lampu petromaks masing-masing dipisahkan dan di input dalam sheet data yang disiapkan.
2.5. Analisis Data
Untuk menganalisis persepsi masyarakat pada penerapan sasi laut sebagai upaya pengelolaan sumberdaya perikanan dan wisata bahari, digunakan metode regresi logistik dengan analisis proporsi populasi dengan persamaan (Sudjana, 2002):
a. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan
Komposisi jenis cumi-cumi yang tertangkap sebanyak 16 kali penangkapan dengan selang waktu 16 hari dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan: P = Proporsi satu jenis ikan yang tertangkap pada lampu (%); Ni = Jumlah jenis cumi-cumi ke–i; N = Jumlah seluruh hasil tangkapan.
b. Sebaran Ukuran berdasarkan Jenis Lampu Penentuan sebaran frekuensi panjang cumi-cumi dilakukan berdasarkan petunjuk Munira (2010) dengan tahapan: 1) menentukan jumlah kelas menggunakan kaidah “sturgess law” dengan rumus K (jumlah kelas) = 1+(3,32 Log n); 2) menentukan interval (lebar selang kelas) dengan rumus LK (lebar kelas) = rentang data dibagi jumlah kelas; dan 3) menentukan frekuensi tiap kelas dengan memasukkan data panjang dan
bobot masing-masing cumi-cumi contoh ke dalam selang kelas yang telah ditentukan.
c. Efektifitas Penangkapan
Efektifitas jenis lampu berbeda dianalisis berdasarkan jumlah hasil tangkapan tanpa membedakan panjang dan bobotnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kontruksi Pancing Ulur Cumi-cumi
Konstruksi pancing ulur untuk menangkap cumi-cumi di Galesong Kabupaten Takalar dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kontruksi alat tangkap pancing ulur.
Pancing ulur ini terlihat sederhana karena hanya terbuat dari limbah rumah tangga seperti, sikat gigi bekas, kawat payung bekas, tima, pipet air gelas, benang, tali monofilament, manik-manik baju, tissue, mata pancing dan gulungan. Fungsi dari semua bahan dapat kita lihat pada Tabel 3.
Pancing ulur (hand line) adalah alat tangkap ikan jenis pancing sederhana yang terdiri dari tali
pancing, pemberat dan umpan. Selain
konturksinya, pengoperasiannya juga tidak memerlukan modal yang besar (Sudirman dan Mallawa, 2012). Daerah penangkapan ikan (fishing
ground) untuk pengoperasian pancing ulur cukup
terbuka dan bervariasi sehingga pancing ulur dapat dioperasikan disekitar permukaan sampai di dasar perairan, disekitar perairan pantai maupun di laut dalam (Kurnia, et al., 2013).
Tabel 3. Fungsi bagian- bagian kontruksi pancing ulur
Nama Bahan Kegunaan
Sikat gigi Sebagai kepala umpan
Kawat Penghubung kepala umpan
dengan mata pancing
Tima Pemberat umpan
Pipet Pembungkus gagang mata
pancing
Benang Sebagai pengikat tissue
Monofilament Sebagai tali utama pancing
Manik-manik Sebagai mata umpan
Tissue Sebagai daging umpan
Mata pancing Sebagai pengait tentakel cumi-cumi
Gulunangan Tempat tali monofilament
Gambar 3. Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Pancing Ulur dengan Mengunakan Lampu Berbeda.
Gambar 4. Komposisi Hasil Tangkapan Berdasarkan Lampu LED
Mata pancing (hook) merupakan bagian yang sangat vital dalam proses penangkapan ikan pada alat tangkap pancing (Nugroho, 2002). Modifikasi alat tangkap melalui penelitian uji coba pada pengoperasian alat tangkap pancing telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain Damanhuri (1980) dan Nugroho (2002) tentang pengaruh perbedaan ukuran mata pancing pada
usaha perikanan pelagis pancing tonda.
Kemudian penelitian Siswoko et al. (2013) di Perairan Pacitan tentang pengaruh perbedaan jenis umpan dan mata pancing terhadap hasil tangkapan pancing ulur (hand line).
3.2. Komposisi Jenis
Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian adalah 446 individu yang terdiri dari 310 individu (69,51%) tertangkap dengan lampu petromaks dan 136 individu (30,49%) tertangkap dengan lampu petromaks (Gambar 3).
Hasil tangkapan pancing ulur berdasarkan jenis lampu berbeda dapat dilihat pada (Gambar 4) yang menunjukkan bahwa lampu LED memperoleh hasil tangkapan cumi-cumi sebayak 79,68 kg sedangkan sotong hanya tertangkap sebanyak 20,32 kg. Warna biru merupakan spektrum cahaya yang memiliki panjang gelombang sehingga sinar ini cenderung mengalami pemencaran di dalam air yang memiliki panjang gelombang cahaya biru 4.550-4.920 Å (Usman dan Brown, 2006).
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian Rosihan, et al. (2020) yang
menunjukkan jumlah hasil tangkapan ikan berdasarkan cahaya lampu mendapatkan hasil tangkapan tertinggi pada lampu warna orange yakni 7.745 individu dibandingkan dengan warna cahaya hijau dengan hasil tangkapan sebesar 5.614 individu. Adanya perbedaan hasil tangkapan diduga karena cahaya hijau yang masuk ke perairan hanya sedikit sehingga kuran menarik perhatian ikan terutama yang berada jauh dari lampu. Hal ini didukung Polhaupess, et al. (2009) menyatakan bahwa satu berkas cahaya jatuh ke permukaan air, maka sebagian cahaya di pantulkan dan sebagian lagi diteruskan ke dalam air. Jumlah sinar yang dipantulkan tergantung pada sudut jatuh dari sinar dan kondisi perairan
yang senantiasa bergerak menyebabkan
pemantulan sinar hamper ke segala arah, adanya percikan-percikan putih (white cap) pada permukaan laut akan meninggikan pemantulan sinar. Ditambahkan Polhaupess, et al. (2009)
faktor lain yang juga menentukan masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbs (penyerapan) cahaya oleh partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim dan lintang geografis, dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya jarak dari sumber cahaya tersebut.
Gambar 5. Bobot Hasil Tangkapan Berdasarkan Jenis Lampu
Gambar 6. Efektifitas jumlah hasil tangkapan berdasarkan lampu yang berbeda.
3.3. Efektifitas Lampu LED dan Lampu Petromaks 3.3.1. Efektivitas Berdasarkan Bobot Hasil
Tangkapan
Bobot total hasil tangkapan dengan kedua jenis lampu yang diujicobakan sebesar 59,060 kg yang terdiri dari 17,910 kg hasil tangkapan dengan menggunakan lampu petromaks dan 41, 1150 kg dengan mengunakan lampu LED (Gambar 5). 3.3.2. Efektifitas Berdasarkan Jumlah Hasil
Tangkapan
Berdasarkan efektifitas Lampu LED dan lampu petromaks lampu LED memperoleh hasil tangkapan 310 individu sedangkan lampu petromaks memperoleh 136 individu selama penelitian dilaksanakan (Gambar 6).
Jika dilihat pada (Gambar 3) sampai (Gambar 6) lampu LED mendominasi hasil tangkapan baik dari segi sebaran ukuran panjang, sebaran ukuran dan bobot, jenis cumi-cumi yang tertangkap, dan jumlah hasil tangkapan berdasarkan data-data yang diperoleh. Perbedaan hasil tangkapan lampu LED dan lampu petromaks memberikan informasi bagi nelayan, para pelaku usaha di sektor perikanan tangkap serta mahasiswa yang melakukan penelitian.
Alat tangkap jenis kelong menggunakan lampu bawah air diperoleh hasil tangkapan lebih tinggi dibandingkan lampu petromaks. Hasil tangkapan menggunakan lampu LED warna lampu biru sebanyak 352,52 kg sedangkan hasil tangkapan menggunakan lampu petromaks 164,9 kg. Selanjutnya hasil tangkapan dengan warna lampu LED kuning sebanyak 282,6 kg dua kali lipat dibandingkan hasil tangkapan dengan
lampu petromaks. Jenis-jenis ikan yang
tertangkap pada waktu sebelum tengah malam adalah ikan teri (Stholephorus commersoni) dan beliak mata (Llisa elongate), dan jenis-jenis ikan yang tertangkap sesudah tengah malam adalah
ikan tamban (Clupea fimbriata), kekek
(Leiognathus sp.), ikan-ikan yang tertangkap umumnya ikan yang bersifat fototaksis fositif yakni jenis ikan yang tertarik pada cahaya sesuai dengan pendapat Ayodhoya (1981) dan Bustari (2004).
Hasil penelitian Ahmad, et al. (2020) juga mendapatkan hasil tangkapan ikan selar kuning paling berat dengan menggunakan perahu yang dilengkapi lampu LED sebanyak 61,2 kg (39%) lampu petromaks yang berada di permukaan perairan hanya mendapatkan hasil tangkapan
sebanyak 49,6 kg (32%). Perbedaan hasil tangkapan disebabkan karena cahaya yang menyinari di dalam perairan lebih efektif jika dibandingkan dengan penyinaran cahaya dari lampu permukaan. Letak lampu yang berada dalam perairan menghasilkan petetrasi cahaya yang kuat dan minim dari pembiasan. Berbeda dengan lampu permukaan dan lampu kontrol, dimana kedua lampu ini diletakkan dengan posisi diatas permukaan air sehingga terindikasi menggangu penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan diakibatkan dari pantulan permukaan air laut. Notanubun dan Patty (2010), menjelaskan bahwa penggunaan lampu celup dalam air memiliki kemampuan menghasilkan instensitas yang tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan lampu yang digantung di permukaan seperti petromaks. Selain itu penggunaan lampu celup dalam air mampuh mengumpulkan ikan untuk mendekati area penangkapan (Adam, 2018). Hasil tangkapan terberat kedua diperoleh oleh lampu permukaan. Posisi penyinaran dari atas permukaan perairan sangan dipengaruhi oleh angin, gelombang dan arus. Olehnya itu penetrasi
cahaya yang masuk kedalam perairan menjadi lebih rendah. Puspito (2008) menjelaskan bahwa intensitas cahaya yang rendah lebih disukai jenis ikan namun kuantitas dari ikan yang berkumpul lebih sedikit. Tinggi rendahnya cahaya yang masuk kedalam perairan akan mempengaruhi kuantitas ikan yang berkumpul dibawah perairan (Mulyawan, et al., 2015).
IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan
Sebaran ukuran panjang cumi-cumi yang tertangkap dengan lampu LED lebih luas dibanding yang tertangkap dengan lampu petromaks, sedangkan sebaran bobotnya adalah sama. Penggunaan lampu LED lebih efektif dibandingkan dengan lampu petromaks dari segi jumlah dan bobot.
4.2. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan dengan periode waktu pengambilan data yang berbeda sehingga komposisi hasil tangkapan pancing ulur
(hand line) lebih akurat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada
pemerintah Kabupaten Takalar khususnya Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Takalar yang memberikan rekomendasi dan bantuan sarana dan prasarana selama penelitian ini berlangsung.
REFERENSI
Adam M., 2018. Penggunaan lampu atas dan lampu celup dalam air pada bagan perahu di perairan Botang Loman Halmahera Selatan. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor ID.
Ahmad S., Ari A., dan Sofiati T. 2020. Efektifitas pencahayaan menggunakan light emitting diode (LED) pada perikanan pancing ulur untuk menangkap Selar Kuning (Selaroides leptolepis) di perairan Pulau Morotai. Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan. 3(1): 106-118.
Ayodhoya, 1981. Metode Penangkapan Ikan, Yayasan Dewi Sri. Bogor, 97 p. Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, 2015-BPS Kabupaten Takalar. Takalar.
Bustari. 2004. Pengaruh Cahaya Lampu Dan Lama Penyinaran Terhadap Komunitas Ikan Pada Penangkapan Dengan Bagan Apung di Perairan Sungai Pisang Padang Sumatera Barat, Tesis Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang, 171 p. (tidak diterbitkan).
Dinas Perikanan Kabupaten Takalar, 2015. Produksi Perikanan Kabupaten Takalar. Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Takalar. Takalar.
Damanhuri. 1980. Suatu Analisa tentang Effisi-ensi Penangkapan dengan Tonda di Pa-sean Madura [Tesis]. Universitas Brawijaya. Malang.
Guntur, Fuad, dan Ali M. 2015. Pengaruh Intensitas Lampu Bawa Air Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap. Merine Fisheries Journal. 6(2): 195-202.
Jaya dan Daris L. 2019. Kajian Evaluasi Kesesuaian dan Daya Dukung Lahan Budidaya Ikan Baronang (Siganus sp) Pada Ekosistem Padang Lamun (Seagrass bads) di Pantai Barat Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Pangan, Teknologi, dan Entrepreneurship. Makassar 09 Februari 2019.
Kurnia, M, Sudirman, dan Muhammad Y. 2013. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur Di Perairan Pulau Sabutung Pangkep. Makalah Nasioanl Perikanan Tangkap V. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Massiseng, A.N.A. dan Ummung, A. 2018. Analisis Sektor Unggulan Berdasarkan Potensi Wilayah Di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Perikanan Octopus. 7(1): 709-717.
Mosriula, Jaya, dan Hamsir M. 2018. Inventory of damage to coral reefs ecosystem in waters of Bungkutoko Island, Kendari City and Barrang Lompo Island, Makassar City. Akuatikisle:
Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2(2); 67-75.
https://doi.org/10.29239/j.akuatikisle.2.2.67-75
Mujiono, N. 2009. Spesimen Tipe Cephalopoda dari Perairan Indonesia. Jurnal Oseana, 24(4): 9-15.
Mulyawan, Masjamsir, dan Andiyani Y. 2015. Pengaruh Perbedaan warna Cahaya Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) pada Bagan Apung di Perairan Pelabuhanratu Kabupaten Suka Bumi Jawa Barat. Jurnal Perikanan Kelautan. 6(2); 116-124.
Munira, 2010. Distribusi dan potensi stok ikan beronang (Siganus canaliculatus) di padang lamun Selat Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. [Tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Nugroho P. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Palabuhan-ratu Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Notanubun J. dan Patty W., 2010. Perbedaan penggunaan intensitas cahaya lampu terhadap hasil tangkapan bagan apung diperairan selat Rosenberg Kabupaten Mauku Tenggara Kepulauan Kei. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 5(3): 134-140.
Rakian, T. 2011. Pengaruh pancing jigs buatan parbrik dan nelayan terhadap hasil tangkapan sotong (Sepia sp.). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Rosidah, I.N., Farid, A., dan Arisandi, A. 2009. Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan
Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Jurnal
Kelautan. 2(1): 50-56.
Polhaupess R., Nuhu L., dan Syamsuddin M. 2020. Pengaruh Perbedaan Warna Cahaya Lampu Petromaks Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Umpan dengan Alat Tangkap Pukat Pantai (Beach
Seine) di Teluk Ambon Bagian Dalam. Journal of Aceh Aquatic Science. 4(1): 40-55.
Puspito G, 2008. Lampu petromaks: Manfaat, kelemahan dan solusinya pada perikanan bagan. ISBN. 978-979-1225-04-5. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saranga, R. 2009. Pengaruh perbedaan warna “jigs” terhadap hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp.) di
Perairan Teluk Manado. [Skripsi]. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Siswoko P, Wibowo P, dan Fitri ADP. 2013. Penga-ruh Perbedaan Jenis Umpan dan Mata Pancing terhadap Hasil Tangkapan pada Pancing Coping (Handline) di Daerah Berumpon Perairan Pacitan Jawa Timur. Jurnal Teknologi dan Manajemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan. 2(1): 66-75.
Sudirman, dan Mallawa A.. 2012. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta Jakarta. Jakarta. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Usman dan Brown, A. 2006. Hubungan Hasil Tangkapan Bagan Apung Dengan Kondisi Lingkungan Pada Senja dan Tengah malam di perairan Sungai Pisang Sumatera Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, 11(1): 63-64
Wijaya. 2014. Lampu petromaks; manfaat, kelemahan dan solusinya pada perikanan bagan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Kelautan-IPB. Bogor.