• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF TESIS"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i PROSES REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA SMP DALAM

PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2

Program Studi Magister Pendidikan Matematika

Disusun oleh : TAIFAH

NIM : 201810530211007

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR PENGUJI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

SURAT PERNYATAAN ... viii

PERSEMBAHAN ... ix KATA PENGANTAR ... x ABSTRAK ... xi ABSTRACT ... xii A. PENDAHULUAN ... 1 B. TINJAUAN PUSTAKA ... 3 1. Proses Representasi ... 3

2. Proses Representasi Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ... 4

3. Gaya Kognitif ... 5

4. Hubungan Gaya Kognitif Dengan Representasi Dalam Pemecahan Masalah ... 6

C. METEDO PENELITIAN ... 7

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 8

2. Lokasi Penelitian ... 8 3. Subjek Penelitian ... 8 4. Kreabilitas Data ... 10 5. Analisis Data ... 10 6. Prosedur Penelitian ... 11 D. HASIL PENELITIAN ... 13

1. Proses Representasi Simbolik ... 14

2. Proses Representasi Visual ... 16

3. Peoses Representasi Verbal ... 19

E. PEMBAHASAN ... 21

F. SIMPULAN ... 23

G. SARAN ... 23

RUJUKAN ... 24

(5)

v DAFTAR TABEL

TABEL 1. Tabel Indikator Representasi ... 4

TABEL 2. Tabel Tahapan dalam Menyelesaikan Masalah ... 5

TABEL 3. Tabel Komponen Representasi dan Pemecahan Masalah ... 7

TABEL 4. Tabel Skor GEFT ... 9

TABEL 5. Tabel Proses Reprsentasi Matematika Siswa FI dan FD Dalam Menyelesaikan Masalah ... 20

(6)

vi DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Angket GEFT ... 31

LAMPIRAN 2 Rekap Skor Hasil Angket GEFT ... 37

LAMPIRAN 3 Tes Proses Representasi Matematika ... 38

LAMPIRAN 4 Kunci Jawaban Tes Proses Representasi Matematika ... 39

LAMPIRAN 5 Kisi-kisi Pedoman Penskoran ... 42

LAMPIRAN 6 Rekapitulasi Pedoman Penilaian Representasi Matematika .. 43

LAMPIRAN 7 Rekapitulasi Skor Hasil Proses Representasi Matematika ... 44

LAMPIRAN 8 Lembar Validasi Tes Proses Representasi ... 45

LAMPIRAN 9 Repitulasi Hasil Validasi Tes Proses Representasi ... 55

(7)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 – Gambar Prosedur Penelitian ... 13

Gambar 2 – Gambar Subjek FI pada Proses Representasi Simbolik ... 14

Gambar 3 – Gambar Subjek FD pada Proses Representasi Simbolik ... 15

Gambar 4 – Gambar Subjek FI pada Proses Representasi Visual ... 17

Gambar 5 – Gambar Subjek FD pada Proses Representasi Visual ... 18

Gambar 6 – Gambar Subjek FI pada Proses Represntasi Verbal ... 19

(8)
(9)

ix PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta Rosulullah SAW yang memberikan petunjuk ke jalan terang dan benar sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Kupersembahkan tesis ini untuk ayahanda Anwar dan ibunda Mu’minah yang aku sayangi dan aku patuhi, terima kasih atas semua yang telah beliau berikan dan dengan Tulus, Ikhlas, Membesarkan, Menyayangi, Membimbing, Mendo’akan, serta Mendukung dan Berkorban untuk masa depanku. Dan juga kupersembahkan untuk kedua orang tua angkatku bapak Abdul Hamid dan ibu Fatmah serta kaka-kakakku Alm. Mar’atin, Haijah, Alm. Rohani dan adikku Fajrin beserta keluarga dan kerabat di Nangani’u yang selalu memberikan motivasi dan dukunganya selama ini. Terimakasih juga buat teman dekatku Undi Santoso yang senantiasa membantu, memberikan dorongan dan motivasi serta masukkan dalam penyususunan tesis ini.

(10)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikanTesis ini dengan judul “Proses Representasi Matematika Siswa SMP Dalam Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Gaya Kognitif”’. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini dapat terselesaikan berkat bimbingan bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan hati yang tulus penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih kepada Dr. Baiduri, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam memberi bimbingan, pengarahan serta nasihat kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan, dan Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam memneri bimbingan, pengarahan, serta nasihat kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Serta tidak lupa pula juga rasa terimakasih kepada Windra Rizkiyana, S.Pd., M.pd selaku kepala sekolah di SMP Muhammadiyah 8 Batu yang telah memberikan kesempatan dan membantu dalam melakukan penelitian. Serta teman seperjuanganku mas Sahija, mbak Fatma, mbak Andini, dan semua teman-teman pascasarjana Prodi Pend. M.M angkatan ‘18 yg tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT menunjukan jalan dan memberikan cahaya-Nya, serta melapangkan dada kita dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-nya. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Namun demikian tiada manusia yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk menjadikan tesis ini lebih sempurna.

Malang, 16 Juli 2020

(11)

xi PROSES REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA SMP DALAM

PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF Taifah

ifahnusatenggara@gmail.com Dr. Baiduri. M.Si (NIDN. 0010096601)

Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M (NIDN. 0716076701)

Magister Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Malang Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses represntasi matematika siswa SMP dalam menyelesaikan masalah ditinjau dari gaya kognitif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP 8 Muhammadiyah Batu pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan test angket gaya kognitif, subjek yang Field Independent (FI) yaitu 2 orang, dan subjek yang Field Dependent (FD) yaitu 2 orang. Akurasi data yang valid dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes dan wawancara. Teknik analaisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan proses representasi siswa dalam menyelesaikan masalah ditinjau dari dari gaya FI dapat menyelesaikan masalah dengan baik yaitu menyebutkan atau merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, sedangkan siswa dengan gaya kognitif FD dapat menyelesaikan masalah berdasarkan indikator representasi tetapi masih keliru dalam mengoperasikan masalah dan hanya beberapa indikator representasi yang memenuhi. Hal ini karena siswa dengan gaya kognitif FD belum memahami masalah dengan baik sehingga dalam menyelesaikan masalah subjek masih keliru.

(12)

xii PROCESS OF REPRESENTATION OF MIDDLE STUDENTS 'MATHEMATICS

IN PROBLEM SOLVING ASSESSED FROM COGNITIVE STYLE Taifah

ifahnusatenggara@gmail.com Dr. Baiduri. M.Si (NIDN. 0010096601)

Dr. Moh. Mahfud Effendi, M.M (NIDN. 0716076701)

Master of Mathematics Education, University of Muhammadiyah Malang Malang, East Java, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to describe the mathematics representation process of junior high school students in solving problems in terms of cognitive style. This research uses a qualitative approach that is descriptive. This research was conducted at SMP 8 Muhammadiyah Batu in the even semester of the 2019/2020 school year. The subjects selected in this study were based on a cognitive style questionnaire test, 2 subjects were Field Independent (FI), and 2 subjects were Field Dependent (FD). Valid data accuracy in this study using test and interview instruments. The data analysis technique in this study used a qualitative descriptive analysis technique.

The results showed that the process of representing students in solving problems in terms of the FI style could solve problems well, namely mentioning or formulating various possibilities in solving problems according to their knowledge, while students with FD cognitive style could solve problems based on representational indicators but were still mistaken. in operating problems and only a few indicators of representation are fulfilled. This is because students with the FD cognitive style do not understand the problem well so that in solving the problem the subject is still wrong.

(13)

1

A.

PENDAHULUAN

Alasan utama mempelajari matematika SMP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan dengan jelas (Tambychik & Meerah, 2010; Permendikbud, 2016). Permasalahan yang sering didapat oleh siswa, dapat menantang siswa untuk bisa menyelesaikannya yang tidak bisa (Ponte and Chapman, 2008). Perbedaan antara masalah menemukan dan masalah membuktikan yaitu masalah menemukan memiliki tujuan agar masalah dicari melalui proses yang diperlukan sedangkan masalah membuktikan adalah masalah yang memiliki tujuan yang telah ditentukan akan tetapi proses penyelesaiannya tetap diperlukan dengan menunjukan masalah, apakah suatu peryataan yang dibuat itu benar atau salah, atau tidak kedua-duanya (Iswahyudi, 2012).

Pemecahan masalah merupakan salah heart of mathematics atau jantung matematika yang terdapat dalam pembelajaran matematika National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2014). Proses menyelesaikan masalah yang dimiliki siswa menjadi hal yang utama dalam berkontribusi terhadap penggunaan solusi serta perkembangan startegi (Yulianti, 2015; Ersoy & BalIncebacak, 2017). Karakteristik dalam menyelesaikan permasalahan diperlukan siswa sebelum menyelesaikan masalah matematika (In’am, 2015). Faktor utama yang dapat memperngaruhi keberhasilan siswa dalam melakukan pemecahan masalah adalah proses representasi (Biryukov, 2012).

Proses representasi memberikan peranan yang sangat penting dalam pemecahan masalah matematika (Farhan & Retnawati, 2014). Lebih lanjut, Rahmatina, Sumarmo & Johar (2014) menyatakan bahwa kemampuan representasi adalah kemampuan yang harus dimiliki untuk menginterprestasi dan menerapkan berbagai konsep dalam pemecahan masalah matematika secara tepat. Selain itu, kemampuan representasi merupakan kemampuan cara berfikir yang harus dimiliki seseorang sebagai cara mengatasi masalah matematis dan mengemukakan solusinya (Handayani, 2015; NCTM, 2010;).

Terdapat lima bentuk representasi yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika adalah repressentasi objok dunia nyata, representasi konkrit, representasi symbol aritmatika, representasi bahasa lisan, dan representasi gambar atau grafik (Andhani, 2016). Diantara kelimanya, tiga yang terakhir merupakan representasi

(14)

2 tingkat tinggi. 1) Keterampilan representasi visual - Keterampilan menerjemahkan masalah matematika ke dalam representasi grafik; 2) Keterampilan representasi simbol - Keterampilan menerjemahkan masalah matematika ke dalam representasi rumus aritmatika, dan 3) Keterampilan representasi verbal - Keterampilan menerjemahkan properti yang diamati dan hubungan dalam masalah matematika menjadi representasi despresi atau pertanyaan (Marta & Zawojewski, 2011).

Setiap siswa memiliki cara dan gaya berfikir yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah yang sering dinyatakan melalui aktivitas perseptual dan intelektuan secara konsisten (Ardana, 2007; Utomo, Trapsilasiwi, & Oktavianingtyas, 2017). Masalah yang semula terlihat sulit dan rumit dapat dilihat secara lebih mudah dan sederhana (Nadia, Waluya, & Isnarto, 2017). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan representasi ditinjau dari gaya kognitif siswa (Utomo, Trapsilasiwi, & Oktavianingtyas, 2017; Azizah, Junaedi, & Suhito, 2019). Representasi dan gaya kognitif memiliki keterkaitan yang erat, keterkaitan ini terjadi saat siswa mengkonstruksi representasi dan gaya kognitif dengan permasalahan untuk memperoleh solusi yang tepat (Minarni, 2016).

Gaya kognitif adalah cara konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam menangkap informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah (Nurussafa'at, 2016; Hadi, 2017). Menurut Purwanti, Pratiwi, & Rinaldi (2016) gaya kognitif adalah salah satu cara yang sering digunakan oleh siswa untuk memersepsikan dan mengorganisasikan sebuah informasi yang berkaitan dengan cara merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, dan membuat kesimpulan. Supriadi (2015) mengatakan bahwa terdapat hubungan positif antara gaya kognitif siswa dengan hasil belajar matematika, semakin tinggi gaya kognitif siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar matematikanya. Gaya kognitif dibagai menjadi dua kelompok yaitu Field Idependent (FI) dan Field Dependent (FD) (Wulandari, 2017). Siswa Field Independent dapat menyelesaikan permasalahan tanpa bantuan atau arahan dari orang lain dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa Field Dependent membutuhkan bantuan dan arahan yang jelas dalam proses pembelajaran (Ulya, 2015). Lebih lanjut, Putra (2014) mengatakan terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar matematika siswa FI dan siswa FD, hasil belajar siswa FI lebih baik dari pada siswa FD. Akan tetapi kecendrungan seseorang tidak hanya dapat dilihat dari dua sisi (FI dan

(15)

3 FD), akan tetapi ada juga yang berada ditengah keduanya disebut Field Mixed (FM), maka kriteria siswa FM dalam belajar merupakan gabungan dari FI dan FD (Liu & Reed, 1994).

Terdapat beberapa aspek penting dalam proses representasi dalam menyelesaikan masalah, diantaranya dapat mengubah permasalahan nyata ke dalam bentuk matematika (Sabirin, M. 2014; Junita, 2016). Beberapa penelitian dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika karena nilai matematika menunjukan sangat rendah (Junita, 2016; Syafri, 2017). Namun hasil tersebut tidak menunjukan secara lebih mendetail letak kekurangan siswa dalam proses representasi (Hadi, 2017). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan mengenai proses representasi siswa SMP dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif. Dari beberapa penjelasan diatas masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses representasi siswa gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent?’’

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Proses Representasi matematika

Proses representasi matematika adalah kemampuan menyajikan kembali, simbolik, visual, dan verbal (Lestari & Yudhanegara, 2015). Representasi bagi siswa sebagai pondasi atau dasar bagaimana siswa mampu memahami serta menggunakan ide matematis yang dimiliki dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Dahlan & Juandi, 2015). Penyebab rendahnya representasi dikarenakan proses pembelajaran matematika yang didesain guru deduktif (penyampaian rumus atau aturan matematika secara langsung) tanpa diawali oleh proses berfikir induktif yang berkaitan pedoman matematika yang diajarkan (Dahlan & Juandi, 2015; Mataka, Cobern, & Megan, dkk 2014). Selain dorongan dari guru, siswa diberikan soal yang menuntut siswa memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan matematika mereka dengan mengaitkannya pada keadaan atau permasalahan yang bersifat praktis dalam kehidupan sehari-hari (Hayat & Yusuf, 2010).

Representasi merupakan pengungkapan, pemodelan, penggambaran, penerjemahan gagasan konsep matematika sebagai upaya untuk memperoleh kejelasan

(16)

4 makna dari masalah yang dihadapi (Bani, 2012; Rangkuti, 2014). Indikatsor representasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Tabel Indikator Proses representasi matematika Proses Representasi

Matematika Indikator Representasi

Simbolik 1. Siswa dapat menyajikan persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik

2. Siswa dapat menyajikan model matematis dari masalah yang diberikan serta menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis.

Visual 1. Siswa dapat menyajikan dalam bentuk visual untuk menyelesaikan masalah

2. Siswa dapat menyajikan dalam bentuk persamaan matematis yang diperoleh dari visual yang telah disajikan.

Verbal 1. Siswa dapat mendiskripsikan bagaimana soal dalam bentuk kalimat

2. Siswa dapat mengungkapkan karakter yang terdapat pada bentuk representasi lain.

Minami, et, al (2016)

2. Proses Representasi Matematika dalam Menyelesaikan Masalah

Rahmatina, Sumarmo & Johar (2014) menyatakan bahwa kemampuan representasi adalah kemampuan yang harus dimiliki untuk menginterprestasi dan menerapkan berbagai konsep dalam pemecahan masalah matematika secara tepat. Selain itu, kemampuan representasi merupakan kemampuan cara berfikir yang harus dimiliki seseorang sebagai cara mengatasi masalah matematis dan mengemukakan solusinya (Handayani, 2015; Rahaju, 2017). Pemecahan masalah merupakan suatau hal yang penting dalam pembelajaran matematika untuk menyelesaikan masalah matematika (Khomariyah, 2014; Utomo, Trapsilasiwi, & Oktavianingtyas, 2017). Masalah matematika merupakan suatu pertanyaan yang yang memiliki tantangan dan tujuan yang jelas dalam pembelajaran matematika siswa (Yulianti, 2015; Andhani, 2016). Polya mempunyai empat tahapan proses pemecahan masalah yaitu: 1) memahami masalah; 2) menyusun rencana; 3) melaksanakan rencana pemecahan, dan 4) memeriksa kembali (In'am, 2015). Tabel indikator tahapan dalam menyelesaikan masalah ditunjukan pada tabel 2 berikut:

(17)

5 Tabel 2. Tabel Tahapan dalam Menyelesaikan Masalah

Tahapan dalam

menyelesaikan masalah Indikator

Memahami masalah 1. Siswa menulis apa yang diketahi dan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan

Menyusun rencana 1. Siswa dapat memilih tahapan yang sesuai dengan informasi yang diperoleh mengenai permasalahan yang akan diselesaikan

2. Siswa dapat membuat diagram secara tepat

3. Siswa dapat melakukan analog sebagai usaha untuk menemukan strategi penyelesaian masalah

4. Siswa dapat memilih pendekatan yang tepat Melaksanakan rencana

pemecahan 1. Siswa dapat melaksanakan penyelesaian masalah sesuai dengan pendekatan , strategi, dan model yang dipilih untuk memecahkan masalah

Memeriksa kembali. 1. Siswa dapat memeriksa kembali jawaban yang di peroleh dengan menggunakan verbal, simbolik, dan visual

In'am (2015)

3. Gaya Kognitif

Gaya kognitif merupakan suatu cara yang dimiliki seseorang untuk memanajemen diri, menyusun dan mengelola informasi serta pengalaman untuk memecahkan masalah (Baiduri, 2015; Junita, 2016; Appulembang, 2017). Sternberg & Williams (2009) mengatakan bahwa gaya kognitif adalah dasar yang membedakan antara sesorang memahami dan cara bagaimana orang lain berpikir. Gaya kognitif FI adalah suatu cara siswa dalam menyelesaikan masalah cenderung menyatakan masalah secara analitik, gaya kognitif FD adalah suatu cara siswa dalam menyelesaikan masalah mampu menyatakannya secara global, sedangkan gaya kognitif FM adalah seseorang yang berada di tengah-tengah (Liu & Reed, 1994) Tujuan pembelajaran dicapai dengan baik bila setiap unsur yang berkait dengan pengelolaan pembelajaran matematika di sekolah memiliki kemampuan dan gaya belajar yang bisa menunjang hasil belajar matematika dalam kaitan dengan tujuan pelajaran matematika yaitu gaya kognitif (Wulandari, 2017).

(18)

6 4. Hubungan Gaya Kognitif dan Representasi dalam Pemecahan Masalah

Gaya kognitif mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemampuan proses representasi dalam pememcahan masalah matematika. Siswa yang memiliki gaya kognitif FI dalam menyelesaikan masalah matematika mengunakan langkah-langkah yang sesaui dengan pemecahan masalah, sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif FD dalam menyelesaikan masalah matematika belum mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan langkah-langkah yang sering digunakan dalam pemecahan masalah (Lestari, 2012). Siswa yang mempunyai gaya kognitif FI mampu menyelesaikan suatu masalah dengan sendiri tanpa ada bimbingan, sedangkan gaya kognitif FD ketika menyelesaikan suatu masalah perlu ada bimbingan (Ulya, 2015; Ramlah, Firmansyah & Zubair, 2014).

Perbedaan antara gaya kognitif FI dan gaya koknitif FD terletak pada langkah penyelesaian masalah dan pengecekan kembali suatu argument yang telah diselesaikan (Kafiar, Kho & Triwiyono, 2015). Siswa dengan gaya kognitif FI mengecek kembali suatu argument yang telah selesaikan dibandingkan dengan siswa yang mempunyai gaya kognitif FD, selain itu siswa dengan gaya konitif FI dapat menunjukan pemahaman konsep dibandingkan siswa dengan gaya kognitif FD. Siswa yang mempunyai gaya kognitif FI terlihat lancar dalam menyelesaikan suatu masalah dan memeriksa kembali jawaban yang telah diselesaikan dari perencanaan sampai penyelesaian masalah (Annur, Sujadi & Subanti, 2016). Siswa yang memiliki gaya kognitif FI dapat mengatasi masalah matematika dengan cara analitis lebih baik dibandingkan siswa yang FD (Witkin, et, al, 1977; Lestari, 2012).

Proses representasi dapat mengakibatkan berkembangnya kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika (Yeniarti, 2013). Suatu masalah yang rumit dan kompleks bisa menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami jika cara dan pemanfataan reprentasi matematika digunakan sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Selanjutnya, dalam menyelesaikan masalah individu memiliki kelebihan dan kelemahan bergantung pada cara masing-masing siswa. Hal tersebut mengakibatkan perbedaan strategi-strategi yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah.

Penjelasan diatas mengungkapkan bahwa matematika adalah suatu hal yang abstrak, maka untuk memperjelas dan mempermudah dalam penyelesaian masalah

(19)

7 matematika representasi sangat berperan, yaitu mengubah ide abstrak menjadi konsep nyata, misalkan dengan simbol, visual, dan verbal. Selain itu matematika memberikan pandangan yang luas dalam hal mengubah konsep dari berbagai topic yang ada. Sehingga jika siswa memiliki akses ke representasi dan gagasan yang mereka tampilakan. Maka siswa memiliki sekumpulan alat yang signifikan siap memperluas kapasitas mereka dalam berfikir matematis (NCTM, 2000). Berikut penjabaran dari komponen indikator representasi dan pemecahan masalah.

Tabel 3. Tabel Proses Representasi Matematika dan Pemecahan Masalah Proses

Representasi

Matematika Pemecahan masalah Sub skill representasi Matematika dan pemecahan masalah Simbolik Memahami masalah 1. Siswa dapat merumuskan berbagai

kemungkinan dalam pemecahan masalah sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya. 2. Siswa dapat menyajikan

persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik 3. Siswa dapat menentukan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan Visual  Merencanakan ide

penyelesaian masalah  Melaksanakan rencana penyelesaian masalah

1. Siswa dapat menyajikan kedalam bentuk visual untuk

menyelesaikan masalah

2. Siswa mampu menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah

3. Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan benar 4. Siswa dapat menggunakan

algoritma yang baik Verbal  Memeriksa kembali

jawaban 1. Siswa dapat mendeskripsikan bagaimana soal dengan baik benar 2. Siswa dapat memeriksa kembali

jawaban yang diperoleh.

C.

METODE PENELITIAN

Beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah jenis dan pendekatan penelitian, subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, intrumen penelitian, teknik analis data dan prosedur penelitian.

(20)

8 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat kejadian atau fakta secara sistematis dan akurat sifat individu ataupun kelompok tertentu. Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dalam bentuk naratif dari individu dan perilaku yang dapat diamati (Sigh, 2018).

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMP Muhammadiyah 8 Batu yang beralamat di Jl. Welirang, Sisir, Kec. Batu, Kota Batu. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Lokasi ini dijadikan tempat penelitian dengan pertimbangan, 1) pada sekolah ini belum pernah dilaksanakan penelitian untuk melihat proses representasi matematika siswa dalam pemecahan masalah ditinjau dari gaya kogntif oleh peneliti sebelum maupun peneliti lainya.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII-B. Alasan memilih kelas ini karena berdasarkan arahan dari guru bidang studi. Setelah menentukan kelas untuk dijadikan subjek penelitian, peneliti melakukan tes angket gaya kognitif kemudian mengkategorikan siswa dengan gaya kognitif Filed Independent dan Field Dependent. Terdapat tiga siswa yang Field Independent tertinggi dengan nilai 18 dan dua siswa yang Field Dependent terendah dengan nilai 5. Namun, peneliti hanya memilih subjek terdiri dari empat siswa yaitu dua siswa dari gaya kognitif Field Independent dan dua siswa dari gaya kognitif Field Dependent.

a. Tes GEFT

Tes ini pemberian angket GEFT digunakan untuk menentukan gaya kognitif Field Idependent dan Field Dependent. Tes ini diberikan melalui 3 tahap yaitu 1) subjek penelitian mengerjakan tes tes GEFT yang terdiri dari 3 tahapan. Tahapan pertama siswa mengerjakan tujuh soal dengan waktu 3 menit, sedangkan tahapan

(21)

9 kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari Sembilan soal dengan waktu 6 menit untuk mengerjakannya. Tahapan pertama merupakan latihan dan tahapan kedua dan ketiga adalah inti dari tes GEFT kemudian tahapan kedua dan ketiga skor yang akan dihitung; 2) cara pengisian tes dengan cara menentukaan gambar bentuk sederhana yang tersembunyi dalam pola gambar yang lebih kompleks yang diberikan dan kemudian ditebalkan menggunakan polpen atau spidol; 3) skor pada tes tahapan kedua dan tahapan ketiga, untuk setiap jawaban yang benar akan bernilai 1 dan jawaban yang salah akan bernilai 0 dan kemudian skor tahapan kedua dan tahapan ketiga dijumlahkan. Jika skor akhir yang berada pada rentang antara 0 sampai 7 maka siswa tersebut memiliki gaya kognitif FD. Jika skor akhir berada pada rentang antara 8 sampai 13 maka siswa tersebut memiliki gaya kognitif FM. Dan Jika skor akhir yang berada pada rentang antara 14 sampai 18 maka siswa tersebut memiliki gaya kognitif FI. Kemudian akan dilanjutkan analisis proses representasi dengan mendeskripsikan berupa kata-kata. Berikut ini adalah tabel skor kriteria gaya kognitif:

Tabel 4. Tabel Skor GEFT

Interval Skor Siswa Kategori Gaya Kognitif

14 ≤ 𝑆 ≤ 18 Field Idependent

8 ≤ 𝑆 ≤ 13 Field Mixed

0 ≤ 𝑆 ≤ 7 Field Dependent

Liu & Reed (1994)

b. Tes tertulis

Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan proses representasi siswa dalam memecahkan masalah matematika dan diberikan kepada empat siswa yang terdiri dari 2 siswa dengan gaya kognitif FI dan 2 siswa dengan gaya kognitif FD. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian bentuk soal non-rutin yang terdiri dari 1 soal. Agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian ini, maka peneliti perlu melakukan validasi kepada dua orang ahli materi dalam bidang studi Matematika.

c. Wawancara

Wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memeriksa kebenaran yang ditulis siswa. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak terstruktur dan dilakukan setelah siswa melakukan tes tertulis. Kemudian digunakan

(22)

10 untuk mengali lebih dalam tentang penyelesaian masalah. Penulisan wawancara dilakukan dengan menggunakan pendekatan emik dengan menampilkan beberapa cuplikan wawancara siswa yang relevan, kemudian dianalisis sebagai pendukung hasil tes.

4. Kreadibitas Data

Keabsahan data hal penting dalam penelitian. Untuk menguji keabsahan data atau memperoleh data yang valid dalam penelitian kualitatif digunakan uji kreadibitas (Sugiono, 2014). Pengujian kreadibitas data atau keterpercayaan terhadap hasil penelitian ini dilakukan dengan triangulasi, yaitu membandingkan data hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara.

5. Teknik Analisis Data

Analisis ini dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan dari subjek penelitian terkumpul. Analisis data dilakukan terdiri dari analisis hasil tes dan analisis hasil wawancara. berikut uraian beserta langkah-langkah yang dilakukan:

a. Analisis hasil tes GEFT

Hasil tes GEFT berupa lembar jawaban siswa yang terdiri dari 18 soal tes menyangkut gambar, dianalisis dengan langkah-langkah berikut:

1. Menganalisis hasil tes siswa pada setiap butir soal mengacu pada indikator gaya kognitif.

2. Hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk naratif 3. Membuat kesimpulan dalam bentuk tabel.

b. Analisis hasil tes tulis

Hasil tes GEFT berupa lembar jawaban siswa yang terdiri dari 1 butir soal representasi matematis, dianalisis dengan langkah-langkah berikut:

4. Menganalisis hasil tes siswa pada setiap butir soal mengacu pada indikator representasi.

(23)

11 6. Membuat kesimpulan dalam bentuk tabel.

c. Analisis hasil wawancara

Pada bagian ini, data yang dianalisis adalah data hasil wawancara yang di lakukan kepada siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data yang diadaptasi dari Miles Huberman & Saldana (2014). Berikut langkah-langkah yang dilakukan:

1. Reduksi data

Pada tahap reduksi data dilakukan proses pemilihan dan meringkas dokumen yang relevan, pada penelitian ini reduksi data mengarah pada menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan serta mentransformasikan data-data mentah hasil wawancara dan disederhanakan menjadi susunan kalimat yang baik untuk selanjutkan dituangkan dalam catatan.

2. Penyajian data

Pada tahap ini diarahkan agar data hasil reduksi terorgansir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami sebab langsung disajikan dalam bentuk naratif. Hasil penyajian data tersebut kemudian dianalisis dan disusun berdasarkan objek penelitian.

3. Penarikan kesimpulan.

Setelah data dianalisis maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari hasil wawancara dengan menguraikanya dalam bentuk naratif deskriptif.

6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah kegiatan tahapan secara terurut dari awal hingga akhir penelitian. berikut tahapan yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan. Adapun persiapan tersebut antara lain:

1. Membuat proposal penelitian 2. Survey lapangan

(24)

12 4. Mengajukan permohonan izin Penelitian dikampus dan kemudian diberikan kepada sekolah, selanjutnya peneliti mengadakan kesepakatan dengan guru matematika disekolah menganai materi yang akan disampaikan pada saat proses penelitian

5. Penyusunan instrumen penelitian 6. Validasi intrumen penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Menetapkan subjek penelitian seluruh siswa kelas VIII-B

2. Menentukan waktu dan tempat untuk melakukan tes GEFT, tes tulis dan wawancara

3. Memberikan tes GEFT kepada subjek kemudian dilanjutkan dengan tes tulis dan wawancara

4. Melakukan analisis terhadap data yang telah didapat untuk mendeskripsikan proses representasi siswa dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif.

c. Menyusun laporan penelitian

Mempedomani data-data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis disusunlah laporan berdasarkan tujuan penelitian.

(25)

13

D.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil tes tertulis dan wawancara yang telah dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis proses representasi siswa dengan gaya kognitif Field Independent dan gaya kongnitif Field Dependent dalam menyelesaikan masalah matematika. Subjek dalam penelitian ini adalah dua siswa dengan gaya kognitif Field Independent dan dua siswa gaya kognitif Field Dependent yang diperoleh dari hasil pemberian angket gaya kognitif kemudian dianalisis hasil jawaban siswa dan menindaklanjutin dengan wawancara untuk dianalisis proses representasi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.

Gambar 1 Tahapan Penelitian

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Penyelesaian

Menyusun rancangan penelitian Mempersiapkan instumen Pemberian GEFT kepada siswa Hasil GEFT mengkategorikan siswa FI & FD Pemberian tes matematika Wawancara kepada siswa Menganalisis data Menyusun laporan penelitian

(26)

14 1. Proses Representasi Simbolik

Pada proses representasi simbolik siswa dapat menyajikan persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik, Siswa dapat merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan siswa dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa memiliki gaya kognitif Field Independent dan siswa dengan gaya kognitif Field Dependent dalam proses representasi simbolik.

a. Hasil analisis untuk subjek FI dalam menyelesaikan masalah

Pada tahap proses representasi simbolik, siswa dengan gaya kognitif FI yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam proses representasi simbolik yaitu kedua subjek mampu menyajikan bentuk persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik dan siswa hanya mampu menentukan syarat cukup dan syarat perlu pada soal. Namun kedua subjek belum dapat merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Berikut ini tampak subjek FI dalam proses representasi simbolik adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Gambar Subjek FI Pada Proeses Representasi Simbolik

Berdasarkan gambar 2 di atas subjek FI dalam proses representasi simbolik hanya mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan yaitu subjek FI menulis diketahui 30.000x + 45.000y = 1.275.000 untuk persamaan pertama dan x + y = 36 untuk persamaan kedua, dan dapat menentukan apa yang ditanyakan yaitu subjek FI menulis berapa banyak sepeda motor Honda dan Yamaha yang disewakan. Namun disaat wawancara dengan kedua subjek mampu menyebutkan atau mampu merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan

Mampu menentukan apa yang diketahui dan apa

(27)

15 pengetahun yang dimilikinya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan kedua subjek adalah sebagai berikut :

P : Informasi apa yang kamu dapatkan pada soal?

F I : Fakar mempunyai sebuah usaha yang bergerak dibidang penyedian

jasa penyewaan sepeda motor.

P : Bagaimana kamu menyelesaikan masalah ini

FI : Pertama, memisalkan motor honda adalah x dan motor Yamaha

adalah y (sambil menunjuk soal).

P : Kenapa kamu tidak menuliskannya pemisalanya

FI : Menurut saya tidak perlu bu, cukup dipahami didalam pemikiran

saja.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan kedua subjek FI mampu menyebutkan atau merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya yaitu subjek FI menyebutkan dengan memisalkan motor Honda adalah x dan motor Yamaha adalah y.

b. Hasil analisis untuk subjek FD dalam menyelesaikan masalah

Pada tahap proses representasi simbolik, siswa dengan gaya kognitif FD yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua. Kedua subjek memiliki cara berfikir yang sama dalam menyelesaikan soal. Kedua subjek FD mampu merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dan dapat menyajikan persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik, namun kedua subjek FD belum dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Berikut ini tampak subjek FD dalam proses representasi simbolik adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Subjek FD pada Proses Representasi Simbolik

Mampu merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilkiknya

Dapat menyajikan persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik

(28)

16 Berdasarkan gambar 3 diatas menunjukan bahwa subjek FD dalam proses representasi simbolik mampu merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya yaitu subjek FD memisalkan x adalah motor Honda dan y adalah motor Yamaha, dan siswa mampu menyajikan persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam bentuk simbolik yaitu subjek FD menulis 30.000x + 45.000 y = 1.275.000 untuk persamaan pertama dan x + y = 36 untuk persamaan kedua, namum subjek FD belum mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Namun disaat wawancara dengan subjek FD mampu mengungkapkan apa yang diketahui, namun subjek FD belum mampu mengungkapkan apa yang ditanyakan. Berikut ini cuplikan wawancara dengan subjek FD dalam proses represesntasi visual :

P : Informasi apa yang kamu dapatkan pada soal?

FD : Fakar mempunyai sebuah usaha sewa sepeda motor, bu

P : Bagaimana cara kamu menyelesaiakan masalah ini

FD : Motor Honda adalah x dan motor Yamaha adalah y (sambil melihat

kembali soal).

P : Setelah kamu memisalkan x dan y, apa yang kamu lakukan

selanjutnya?

FD : Menentukan apa yang diketahui dan yang ditanyakan, bu

P : Bagaimana caranya?

FD : Apa yang diketahui 30. 000x + 45. 000y = 1. 275. 000 untuk

persamaan satu dan x + y = 36 untuk persamaan kedua.

Berdasarkan hasil wawancara diatas kedua subjek FD mampu mengungkapkan apa yang diketahui yaitu 30. 000x + 45. 000y = 1. 275. 000 untuk persamaan satu dan x + y = 36 untuk persamaan kedua.

2. Proses Representasi Visual

Pada proses representasi visual siswa dapat dapat menyajikan kedalam bentuk visual untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah, siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dengan benar, dan siswa dapat menggunakan algoritma yang baik. Berikut ini hasil tes tertulis

(29)

17 dan wawancara siswa memiliki gaya kognitif Field Independent dan siswa dengan gaya kognitif Field Dependent dalam proses representasi visual.

a. Hasil analisis untuk subjek FI dalam menyelesaikan masalah

Pada tahap proses representasi visual, siswa dengan gaya kognitif FI yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua. Kedua subjek FI mempunyai cara berfikir yang berbeda dalam proses representasi visual pada penyelesaian soal yang diberikan. Subjek FI mampu menyajikan kedalam bentuk visual untuk persamaan matematika namun belum mampu menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Tetapi subjek FI mampu meyelesaikan soal dengan benar menggunakan alogaritma yang baik. Berikut ini hasil FI dalam proses representasi visual:

Gambar 4. Subjek FI pada Proses Representasi Visual

Berdasarkan gambar 4 diatas hasil subjek FI menunjukan bahwa siswa mampu menyajikan dalam bentuk visual dalam menyelesaikan masalah, namun belum mampu menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Tetapi mampu menyelesaikan masalah dengan benar yaitu subjek FI menulis x + y = 36 dikali 30.000 dan 30.000x + 45.000y = 1.275.000 dikali satu menghasilkan 30.000x + 30.000y = 1.080.000 dikurangi 30.000x + 45.000y = 1.275.000 menghasilakan 15.000y = -195.000, kemudian y = -195.000 dibagi -15.000 menghasilkan y = 13. Kemudian FI memasukan nilai y = 13 kedalam x + y = 36. Menghasilkan x + 13 = 36, menghasilkan x = 36 – 13 = 23. Namun disaat wawancara dengan subjek FI mampu mengungkapkan strategi dalam pemecahan masalah. Berikut ini culikan wawancara dengan FI:

P : Startegi apa yang kamu gunakan dalam menyelesaikan masalah ini

FI : Menggunakan eliminasi kemudian substitusi.

Mampu dapat menyelesaikan masalah dengan benar dan penggunaan algoritma yang

(30)

18 Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan kedua subjek FI mampu menggunakan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah yaitu dengan mengeliminasikan kemudian mensubtitusikan.

b. Hasil analisis untuk subjek FD dalam menyelesaikan masalah

Pada tahap proses representasi visual, siswa dengan gaya kognitif FD yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua. Kedua subjek FD mempunyai cara berfikir yang berbeda dalam proses representasi visual pada penyelesaian soal yang diberikan. Subjek FD mampu menyajikan kedalam bentuk visual untuk persamaan matematika namun belum mampu menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Tetapi subjek FD mampu meyelesaikan soal walaupun masih keliru. Berikut ini hasil FD dalam proses representasi visual:

Gambar 5. Subjek FD pada Proses Representasi Visual

Berdasarkan gambar 5 diatas hasil subjek FD menunjukan bahwa siswa mampu menyajikan dalam bentuk visual dalam menyelesaikan masalah, namun belum mampu menentukan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Tetapi subjek mampu menyelesaikan masalah walaupun keliru yaitu subjek FD menulis 30.000x + 45.000y = 1.275.000 dikali satu dan x + y = 36 dikali 30.000 menghasilkan 30.000x + 45.000y .000y = 1.275.000 dikurangi 30.000x + 30.000y = 1.080.000. untuk langkah penyelesaian selanjutnya belum benar subjek menuliskan x Honda 2x + y = 15, y Honda Yamaha 2 (2,5) + y = 15. Meghasilkan 25 + y = 15, y = 15 + 25 = 10. Begitupun pada saat wawancara siswa tidak mampu mengungkapkanya. Berdasarkan hasil wawancara subjek FD tidak mampu menggunakan strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah matematika.

Mampu dapat menyelesaikan masalah walaupun keliru

(31)

19 3. Proses Representasi Verbal

Pada proses representasi verbal siswa dapat mendeskripsikan bagaimana soal dengan benar dan siswa dapat memeriksa kembali jawaban yang diperoleh dengan mengunakan verbal, simbolik, dan visual. Berikut ini hasil tes tertulis dan wawancara siswa memiliki gaya kognitif Field Independent dan siswa dengan gaya kognitif Field Dependent dalam proses representasi verbal.

a. Hasil analisis untuk subjek FI dalam menyelesaikan masalah

Pada tahap proses representasi verbal, siswa dengan gaya kognitif FI yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua. Kedua subjek FI mempunyai cara berfikir yang sama yaitu subjek FI mampu mendeskripsikan soal dengan baik dan benar, namun belum mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Berikut ini hasil FI dalam proses representasi visual:

Gambar 6. Subjek FI pada proses Representasi Verbal

Berdasarkan gambar 6 di atas mampu mendeskripsikan bagaimana soal dengan baik dan benar yaitu subjek FI menulis motor Honda yang disewakan adalah 23 dan motor Yamaha yang disewakan adalah 13. Namun subjek FI Belum mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Pada saat wawancara dengan subjek FI mampu menyebutkan atau mendeskripsikan bagaimana soal dengan baik dan benar, namun belum belum mampu meyebutkan atau memeriksa jawaban yang diperoleh. pada saat wawancarapun demikian siswa FI menjawab bingung ketika ditanya apakah kamu memeriksa kembali jawabanmu. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek FI belum mampu menyebutkan atau memeriksa kebenaran atau memeriksa jawaban yang diperoleh.

b. Hasil analisis untuk subjek FD dalam menyelesaikan masalah

Pada tahap proses representasi verbal, siswa dengan gaya kognitif FD yang terpilih menjadi subjek penelitian ini ada dua. Kedua subjek FD mempunyai cara berfikir yang sama yaitu subjek FD mampu mendeskripsikan soal dengan baik dan benar, namun belum mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Berikut ini hasil FD dalam proses representasi visual:

dapat mendeskripsikan bagaimana soal yang baik dan

(32)

20 Gambar 7. Subjek FD pada proses Representasi Verbal

Berdasarkan gambar 7 subjek FD pada proses representasi verbal mampu mendeskripsikan soal dengan baik yaitu subjek menulis motor Honda yang disewakan adalah 23 dan motor Yamaha yang disewakan adalah 13. Namun belum bisa memeriksa kembali jawaban yang diperoleh. Pada saat wawancarapun siswa hanya menjawab “tidak tau”. Berdasarkan wawancara dengan subjek FD belum mampu memeriksa kembali jawaban yang diperoleh.

Tabel 5. Tabel Proses Representasi siswa FI dan FD dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

No. Proses Representasi Sub Skil Proses Representasi Subjek

FI FD

1 Simbolik Siswa dapat merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya

√ √

Siswa dapat menyajikan persamaan matematika dari bentuk uraian kedalam

bentuk simbolik √ √

Siswa dapat menentukan apa yang

diketahui dan apa yang ditanyakan √ √ 2 Visual Siswa dapat menyajikan kedalam

bentuk visual untuk menyelesaikan masalah

√ √

Siswa mampu menentukan strategi yang

digunakan dalam pemecahan masalah √ - Siswa dapat menyelesaikan masalah

dengan baik dan benar √ -

Siswa dapat menggunakan algoritma

yang baik √ -

3 Verbal Siswa dapat mendeskripsikan bagaimana

soal dengan baik benar √ √

Siswa dapat memeriksa kembali

jawaban yang diperoleh - -

dapat mendeskripsikan bagaimana soal yang baik dan

(33)

21

E.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa subjek FI pada indikator representasi simbolik menunjukan bahwa subjek FI belum bisa menuliskan dalam lembar jawabanya padahal kedua subjek paham tentang soal, subjek hanya menulis yang diketahui dan yang ditanya, tetapi subjek FI bisa menyebutkan secara lisan bentuk urain soal kedalam bentuk simbolik atau menyajikan model matematis dari masalah yang diberikan. Subjek FI menyatakan bahwa pertanyaan dalam soal tidak selamanya dapat ditulis dalam lembar jawaban. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mawaddah & Anisah (2015) yang mengatakan bahwa siswa bisa memahami dengan baik. Sedangkan pada subjek FD pada indikator representasi simbolik bisa menuliskan dalam lembar jawabanya, tetapi subjek FD belum bisa menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya, pada saat wawancara subjek FD hanya bisa menyebutkan yang diketaui namun belum bisa mengungkapkan apa yang ditanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ngilawajan (2013) mengatakan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif FD dalam merespon stimulus itu dengan adanya pentujuk yang ada pada lingkungannya.

Subjek FI pada indikator representasi visual dapat menyelesaikan masalah dengan benar dan menggunakan algoritma dengan baik yaitu kedua subjek FI bisa menggunakan strategi dalam pemecahan masalah matematika yaitu dengan cara mengeliminasi kemudian subtitusi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Wulandari, 2017). mengatakan bahwa FI bisa menyelesaikan masalah soal cerita dengan kemampuan yang dimiliki, Sedangkan subjek FD belum bisa menggunakan strategi dengan benar dan belum mampu menggunakan alogaritma yang baik karena subjek kurang memahami masalah dalam menyelesiakan subjek FD masih bingung. Selanjutnya, Adibah (2015) dalam penelitianya mengungkapkan bahwa siswa belum memahami masalah sehingga dalam menyelesaikanya siswa tersebut belum bisa.

Subjek FI dan FD pada indikator representasi verbal dapat menuliskan bentuk verbal dari jawaban yang diperoleh dengan baik yaitu subjek FI dan FD dapat mendeskripsikan bagaimana jawaban kedalam bentuk kalimat, namun subjek FI dan FD belum bisa memeriksa kembali kebenaran dari jawaban yang diperoleh. Hal tersebut sejalan dengan pendapat L Rifqiyana & Susilo (2016) menyatakan bahwa

(34)

22 siswa dengan gaya kognitif FI dan FD dapat melakukanya namun belum bisa memeriksa kembali.

Berdasarkan hasil tes maka diperoleh bahwa kecendrungan representasi matematis siswa baik pada tingka FI maupun FD adalah representasi simbolik. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Akkus & Cakiroglu (2006) mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi subjek dalam penelitianya lebih cenderung memilih representasi simbolik (dengan menggunakan persamaan-persamaan) untuk memecahkan masalah yang diberikan. Namun ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neria & Amit, (2004) yang mengatakan bahwa hanya ada sedikit siswa yang memilih untuk menggunakan representasi simbolik dalam mengkomunikasikan ide-ide matematisnya. Cahdriyana, dkk (2014) juga menambahkan bahwa siswa yang memilih penggunaan bentuk representasi simbolik lebih tertuju pada siswa FI.

Siswa dengan kemampuan FI dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Ini dikarenakan proses representasi yang terjadi yaitu subjek dapat menggunakan memori pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dengan memahami dan memamaknai permasalahan. Bal (2014) menyatakan bahwa representasi yang diberikan siswa diproleh dari pengalaman belajar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa siswa khususnya FI dapat membentuk representasi untuk mengelompokan ide-ide matematis (Pape & Tchoshanov, 2001; Faruq, 2016) .

Siwa FI dapat menyususn dan menghubungkan strategi penyelesaian maslah menggunakan representasi simbolik dan verbal, sehingga memperoleh jawaban yang tepat. Ini didukung oleh hasil penelitian Lee, dkk (2009) yang mengatakan bahwa representasi dapat membantu siswa dalam menemukan solusi masalah dengan prosedur matematis.

Hasil temuan peneliti terhadap proses representasi pada siswa FD yaitu siswa tidak memahami permasalahan yang diberikan. Hal ini diduga bahwa kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh subjek terkait permasalan. Ini sejalan dengan hasil penelitian Salasa, dkk (2014) mengungkapkan bahwa siswa dengan kelompok FD memiliki pemahaman konsentual matematis tergolong sangat kurang jika dikaji melalui representasi.

(35)

23 Hendaknya siswa dalam membangun pemahaman konsep yang dimliki harus memiliki pengetahuan lebih awal. Pengetahuan tersebut bisa sebagai pondasi yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk membangun pengetahuan (Fatqurhohman, 2016). Oleh sebab itu, tanpa prasyarat siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar belajar selanjutnya. Pengetahuan prasyarat yang dmaksud adalah kemampuan dalam merepresentasikan suatu permasalahan. Sehingga pemahaman konsep dan representasi masalah memiliki sifat saling mendasari (Siegler & Alibali, 2001).

F.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai representasi siswa SMP dalam menyelesaikan masalah ditinjau dari gaya kognitif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. siswa dengan gaya kognitif FI bisa melakukan proses representasi matematika berupa simbolik, visual, dan verbal dengan baik dan benar yaitu bisa menyebutkan atau merumuskan berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan memenuhi indikator proses representasi matematika.

2. siswa dengan gaya kognitif FD bisa melakukan proses representasi matematika berupa simbolik, visual, dan verbal tetapi masih keliru dalam mengoperasikan masalah dan hanya beberapa indikator proses representasi matematika yang memenuhi. Hal ini karena siswa dengan gaya kognitif FD belum memahami masalah dengan baik sehingga dalam menyelesaikan masalah subjek masih keliru.

G.

SARAN

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses representasi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika ditinjau dari gaya kogntif tentu terlihat bahwa penelitian ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Maka dari itu ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, yaitu antara lain:

1. Untuk siswa dengan gaya kognitif FI lebih teliti lagi dalam menyelesaikan masalah

(36)

24 2. Untuk siswa dengan gaya kognitif FD lebih terlatih lagi menyelesaikan masalah

seperti pengoprasian perhitungan, agar hasil yang didapatkan bernilai benar. 3. Analisis dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, sehingga untuk peneliti

selanjutnya dapat menganalisis lebih dalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan siwa dapat menggunakan reprsentasi dengan baik.

RUJUKAN

Ardana, I, Made. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berwawasan Konstruktivis Yang Berorientasi Pada Gaya Kognitif Dan Budaya Siswa. Disertasi (tidak dipublikasikan) Surabaya: PPS Universitas Negeri Surabaya.

Appulembang, O. D. (2017). Profil Pemecahan Masalah Aljabar Berpandu Pada Taksonomi Solo Ditinjau Dari Gaya Kognitif Konseptual Tempo Siswa SMA Negeri 1. A Journal Of Language, Literatur, Culture, And Education, 13(2), 133-149.

Adibah, F. (2015). Kreativitas Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Perbedaan Gaya Kognitif Field Dependent dan Field Independent. Widyaloka IKIP Widyadarma Surabaya, 2(2), 111-124.

Azizah, L. N., Junaedi, I., & Suhito. (2019). Kemampuan Representasi Matematis Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa Kelas X pada Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2, 355–365.

Akkus, O. & Cakiroglu, E. (2006). Seventh grade students use of multiple representations in pattern related algebra tasks. North American Chapter of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, NC: Raleigh. Andhani, R. A. (2016). Representasi Eksternal Siswa dalam Pemecahan Masalah

SPLDV Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 7(2), 179–186.

Bani, A. (2012). Pemecahan masalah dan representasi pembelajaran matematika. Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1(2): 81-96.

(37)

25 Dependence Independence’, Aksioma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika,6(1).

Biryukov, P. (2012) ‘Metacognitive Aspects of Solving Function Problems’, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46(1985), pp. 2178–2182. Creswell, J. W. (2012). Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research, Educational Research. Cárdenas-Claros, M. S. (2005). ‘Field dependence/field independence: How do students perform in CALL-based listening activities?’.

Bal, A. P. (2014). The examination of representations used by classroom teacher candidates in solving mathematical problems. Educational Sciences: Theory & Practice, 14(6): 2349-2365.

Cahdriyana, R.A, Sujadi, I, & Riyadin. (2014). Representasi matematis peserta didik kelas VII di SMP N 9 Yogyakarta dalam membangun konsep sistem persamaan linear dua variabel. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2(6): 632-642. Dahlan, J. A., & Juandi, D. (2015). Analisis Representasi Matematik Siswa Sekolah Dasar Dalam Penyelesaian Masalah Matematika Kontekstual. Jurnal Pengajaran Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 16(1), 128.

Ersoy, E. and Bal-Incebacak, B. (2017) ‘The Evaluation of the Problem Solving in Mathematics Course According to Student Views’, ITM Web of Conferences, 13, p. 1012.

Farhan M., & Retnawati, H. (2014). Keefektifan pbl Dan Ipl Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Representasi Matematis, Dan Motivasi Belajar. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.

Fatqurhohman, (2016). Representasi matematis dalam membangun pemahaman konsep pecahan. Jurnal Math Educator Nusantara, 2(1): 43-54.

Hayat, B., & Yusuf S. (2010). Benchmark: Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hadi, M. R (2017). Analisis proses dan kesalahan translasi matematis antar representasi fungsi kuadrat oleh peserta didik kelas X SMAN 10 Malang. Tesis tidak diterbitkan. Prodi Pendidikan Matematika. Pascasarjana. Universitas Negeri Malang.

(38)

26 Pemahaman dan Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, I(1), 142–149.

Iswahyudi, G. (2012). Gender Dan Kemampuan Matematika. Seminar Nasional Program Studi Pendidikan Matematika UNS Surakarta, pp. 1– 19.

In’am, A. (2015) ‘Menguak Penyelesaian Masalah Matematika’, pp. 1–90.

Junita, R. (2016). Kemampuan Representasi dan Komunikasi Matematis Peserta Didik SMA Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Gaya Kognitif Mathematical Representation and Communication Ability of Senior High School Students in Terms of Learning Achievement and Cognitive Style. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(11), 193–206.

Khomariyah, N. (2014) Proses Koneksi Matematika Dalam Memecahkan Masalah Berdasarkan Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field Independent Siswa Sma Negeri 1 Beruntung Baru. State University Of Malang.

Lestari, P. (2012) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-langkah Polya Pada Siswa Kelas X SMAN 6 Mataram Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Universitas Negeri Malang.

Lee, K., & Eelynn, Ng. (2009). The contributions of working memory and executive functioning to problem representation and solution generation in algebra word problems. Jurnal of Educational Psychology, 101(2): 373-387.

Liu, Min, and W. Michael Reed. (1994). “The Relationship between the Learning Strategies and Learning Styles in a Hypermedia Environment.” Computers in Human Behavior 10(4): 419–34.

Mataka, L. M., Cobern, W. W., Megan, L., Mutambuki, J., Akom, G., Mutambuki, J., & The, G. (2014). The Effect of Using an Explicit General Problem Solving Teaching Approach on Elementary Pre-Service Teachers’ Ability to Solve Heat Transfer Problems. International Journal of Education in Mathematics, Science, and Technology, 2 (3), 164–174.

Minarni, A., E. E. Napitapulu, & R. Husein. (2016). Mathematical Understanding and Representation Ability of Public Junior High School in North Sumatra.

Marta, M. and Zawojewski, J. S. (2011) ‘Characterizations of Social-Based and SelfBased Contexts Associated With Students’ Awareness, Evaluation, and Regulation of Their Thinking During Small-Group Mathematical Modeling’,

(39)

27 10.5951 Journal for Research in Mathematics Education, 42(5), pp. 486–520. Minami, A., Napitupulu, E,E., & Husain , R. (2016). Mathematical Understanding and

Representasion Ability Of Public Junior High School In North Sumatra. Journal On Mathematics Education, 7(1): 43-56.

Mawaddah , S., Anisah, H. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model pembelajaran Generatif (Generative Learning) di SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 166-175.

Miles, M., Huberman, M., & Saldafia, J. (2014). Qualitative data analysis: A methods sourcebook (Edition 3). SAGE Publications, Inc.

NCTM. (2000 ). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia. NCTM. (2010). Why Is Teaching With Problem Solving Important To Student

Learnig? www.nctm.org/.../Research_brief_14_-_Problem_Solving.pdf.diakses tanggal 15 Juli 2012.

NCTM. (2014). Six Principles for School Mathematics. National Council of Theachers of Mathematics, 1 -6.

Nurussafa'at, F. A., dkk. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Volume Prisma dengan Fong's Shcematic Model For Error Analysis Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 4(2); 174-187.

Neria, D, & Amit, M. (2004). Students preference of non-algebraic representations in mathematical communication. Proceeding of the 28th conference of the international Group for the Psychology og Mathematical Education, 3: 409-416. Nadia, L. N., ST. B. Waluya, & Isnarto. (2017). Analisis Kemampuan Representasi Matematis Ditinjau dari Self Efficacy Peserta Didik Melalui Inductive Discovery Learning. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 6(2), 242-250.

Ngilawajan, D. A. (2013). Proses Berfikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Turunan ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent. Pedagogia, 2(1), 71 -83.

Ponte, J. P. Da and Chapman, O. (2008). ‘Preservice mathematics teachers ’ knowledge and development’, pp. 223–261.

(40)

28 Pape, S. J. & Tchoshanov, M.A (2001). The role of representation(s) in developing

mathematical understanding. Theory into Practice, 40(2): 118- 127.

Purwanti, R. D., Pratiwi, D. D., & Rinaldi, A. (2016). Pengaruh Pembelajaran Berbatuan Geogebra terhadap Pemahaman Konsep Matematis ditinjau dari Gaya Kognitif Ramadhani. Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 115–122. Permendikbud. Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016). Indonesia Rahmatina, S., Sumarmo, U., & Johar, R. (2014). Tingkat Berpikir Kreatif Siswa

dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif. Jurnal Didaktik Matematika, 1, 62–70.

Rahaju, E. B. (2017). ‘The Thinking Process Of Field Independent Cognitive Style Of Junior High School Student In Defining Quadrilateral Concept The Thinking Process Of Field Independent Cognitive Style Of Junior High School Student In Defining Quadrilateral Concept’, in The 2nd International Joint Conference on Science and Technology (IJCST) 2017. Surabaya: IOP Conf. Series: Journal of Physics.

Rangkuti, A. N. (2014). Representasi matematis. Forum Paedagogik, 6(1):110-127. Ramlah, Firmansyah, D. and Zubair, H. (2014) ‘Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan

Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey Pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)’, Jurnal Ilmiah Solusi, 1(3), pp. 68–75. Sternberg, R. J. and Williams, W. M. (2009) Educational Psychology. Second Edi,

Pearson. Second Edi. Pearson.

Sigh, A. (2018). Research Methods in Psychology.

Salasa, A., Sugianto, Suratman, D. (2014). Pemahaman konseptual siswa dikaji dari representasi matematis dalam materi fungsi kuadrat di SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 3(3): 1-10.

Sabirin, M. (2014). Student Performance In Non-Routine Problem Solving On Topic Random Variable And Probability Distribution. Prosiding Konferensi Nasional Pendidikan Matematika V. Malang: UM Press.

Supriadi, N. (2015). Pembelajaran Geometri Berbasis Geogebra Sebagai Upaya Meningkatkan. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 99-109.

Syafri, F. S. (2017). Kemampuan Representasi Matematis dan Kemampuan Pembuktian Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 49–55.

(41)

29 Tambychik, T. and Meerah, T. S. M. (2010). ‘Students’ difficulties in mathematics problem-solving: What do they say?’, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 8, pp. 142–151.

Ulya, H. (2015). ‘Hubungan Gaya Kognitif dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa’, 7(2), pp. 2011–2036.

Utomo, V. O. Y., Trapsilasiwi, D., & Oktavianingtyas, E. (2017). Kemampuan Representasi Matematis Siswa Gaya Kognitif Reflektif-Impulsif Dalam Menyelesaikan Masalah Open-Ended. Jurnal Matematika, 8(2), 125–134.

Wardhani, S. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS Untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. yogyakarta.

Wulandari, R. (2017). ‘Analisis Gaya Kognitif Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika Di SDN Banyuajuh I Kamal Madura’, Widyagogik, 4(2), pp. 95– 106.

Witkin, H. A. dkk.. (1977). ‘Field-Dependent and Field-Independent Cognitive Styles and Their Educational Implications’, Review of Educational Research, 47(1), pp. 1–64.

Yulianti, K. (2015). Menghubungkan ide-ide matematik melalui kegiatan pemecahan masalah. UPI Universitas Pendidikan Indonesia.

(42)

30 Lampiran 1

INSTRUMEN GROUP EMBEDED FIGURE TEST (GEFT)

Nama :

Jenis Kelamin : P/L Tempat dan Tanggal Lahir :

(43)

31

Waktu : 19 Menit

PENJELASAN

Tes ini dimaksudkan untuk menguji kemampuan anda dalam menemukan bentuk gambar sederhana yang tersembunyi pada gambar yang rumit. Gambar berikut tentukan dan beri garis tebal bentuk sederhana yang bernama ‘Y’ dalam gambar rumit di bawah ini:

Jawab:

Pada halaman-halaman berikut, akan ditemukan soal-soal seperti di atas. Pada setiap halaman, Anda akan melihat sebuah gambar rumit, dan kalimat di bawahnya

merupakan kalimat yang menunjukan bentuk sederhana yang tersembunyi di dalamnya.

Untuk mengerjakan setiap soal, lihatlah halaman ketiga untuk melihat bentuk sederhana yang harus ditemukan, kemudian berilah garis tebal pada bentuk yang sudah ditemukan dalam gambar rumit.

(44)

32 Perhatikan hal-hal berikut:

1. Terdapat tiga sesi soal yaitu

1) Sesi pertama dikerjakan 3 menit 2) Sesi kedua dikerjakan 6 menit 3) Sesi ketiga dikerjakan 6 menit

2. Tugas Anda adalah memberi garis tebal pada setiap soal sesuai dengan gambar bentuk sederhana

3. Lihat kembali pada bentuk sederhana jika dianggap perlu.

4. Jika Anda melihat lebih dari satu bentuk sederhana yang tersembunyi pada gambar soal, cukup ditebali satu bentuk sederhana saja.

5. Kerjakan soal-soal secara urut, jangan melompati soal, kecuali jika Anda benar-benar tidak bisa menjawabnya.

Jangan membalik halaman sebelum ada instruksi.

(45)

33 SESI PERTAMA

(46)

34 1. Carilah Bentuk Sederhana ‘B’

2. Carilah Bentuk Sederhana ‘G’

3. Carilah Bentuk Sederhana ‘D’

4. Carilah Bentuk Sederhana ‘E’

5. Carilah Bentuk Sederhana ‘C’

6. Carilah Bentuk Sederhana ‘F’

7. Carilah Bentuk Sederhana ‘A’

SILAHKAN BERHENTI.

Tunggu pada instruksi lebih lanjut.

(47)

35 1. Carilah Bentuk Sederhana ‘G’

2. Carilah Bentuk Sederhana ‘A’

3. Carilah Bentuk Sederhana ‘G’

4. Carilah Bentuk Sederhana ‘E’

5. Carilah Bentuk Sederhana ‘B’

6. Carilah Bentuk Sederhana ‘C’

7. Carilah Bentuk Sederhana ‘E’

8. Carilah Bentuk Sederhana ‘D’

9. Carilah Bentuk Sederhana ‘H’

SILAHKAN BERHENTI SEBENTAR

(48)

65 1. Carilah Bentuk Sederhana ‘F’

2. Carilah Bentuk Sederhana ‘G’

3. Carilah Bentuk Sederhana ‘C’

4. Carilah Bentuk Sederhana ‘E’

5. Carilah Bentuk Sederhana ‘B’

6. Carilah Bentuk Sederhana ‘E’

7. Carilah Bentuk Sederhana ‘A’

8. Carilah Bentuk Sederhana ‘C’

9. Carilah Bentuk Sederhana ‘A’

(49)

37 Lampiran 2

Rekap Skor Hasil GEFT

No. Siswa FI Gaya Kognitif Subjek

FI FM FD

1 M. Firdaus Al-Farasy 18 - -

2 M. Asyraf Davindra P 18 - -

3 Farhat Sofyan Thalib 18 - - Subjek 4 M. Azka Rafiddi As Aufa 14 - -

5 Ahmad Faiqoh Wildan R 16 - -

6 Mareno Al Huseini 14 - -

7 PierreValkyrie 15 - -

8 Ari Zidan Alfiansyah 15 - -

9 Ajeng Andi Pangesti 16 - -

10 Rakendi Muntasyir 15 - -

11 Agasty Sheriandra E. F 16 - - 12 Hafizh Hamka Dzaki S 15 - -

13 Fauzan Arnanta 17 - - Subjek

14 Irma Noviantri Firmanda 14 - - 15 Nadia Rosya Al Fidzah 16 - -

16 Arkan Aura Nabil 15 - -

17 Amanda Naurah Zahrani 14 - -

18 Anindya Tsabita 15 - -

19 Maiela Tri Suryani - 9 -

20 Mochamad Fathan A - 8 -

21 Sendy Andrea Mezza - 13 -

22 Auzan Wicaksono G - 11 - 23 M. Putra Rahmansyah - 8 - 24 Fitri Amelia - 12 - 25 Naila R. - - 7 Subjek 26 Rakendi M. - - 5 27 Salim - - 7 29 Shaky A. F. A. - - 5 Subjek 30 Yofan Bayu S. - - 6

Gambar

Tabel 1. Tabel Indikator Proses representasi matematika  Proses Representasi
Tabel 3. Tabel Proses Representasi Matematika dan Pemecahan Masalah  Proses
Gambar 2. Gambar Subjek FI Pada Proeses Representasi Simbolik
Gambar 4. Subjek FI pada Proses Representasi Visual
+4

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang mengembalikan kuesioner dalam keadaan lengkap sebagian besar (95,7%) adalah siswa kelas 3 SMA, dari jurusan IPA (57%) dan mau melanjutkan studi ke perguruan

Pemberian NPK 15-15-15 dapat meningkatkan perkembangan akar, produksi biomassa (Barros et al. , 2007) dan kadar hara jaringan (Costa, 2012) sehingga dapat memberikan

Untuk mengetahui satu minggu sesudah hari libur dan satu minggu sebelum hari libur berpengaruh signifikan terhadap return Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model manajemen zakat produktif pada LAZ Sidogiri serta mengatasi problematika yang dialami LAZ Sidogiri

[r]

Gambar 5a, 5b dan 5c memperlihatkan hasil foto mikrostruktur dengan peralatan SEM terhadap bahan serbuk barium heksaferit sebelum dan setelah proses milling selama 30 jam. Dari

Dilihat dari hasil analisa tersebut nilai pH yang didapat telah sesuai dengan baku mutu limbah cair rumah sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 6 – 9..

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok