• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER of CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER of CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN SEMARANG"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C

(LETTER of CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN

SEMARANG

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

Disusun Oleh :

Nama : AGUS SVARNHA NURPATRIA, SH NIM : B4B005073

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KENOTARIATAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2007

(2)

PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER of

CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN SEMARANG

TESIS

Disusun Oleh :

AGUS SVARNHA NURPATRIA, SH B4B005073

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal, 23 Agustus 2007

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Telah disetujui : Mengetahui ;

Pembimbing Utama Ketua Program

Tanggal 23 Agustus 2007 Tanggal 23 Agustus 2007

HERMAN SUSETYO, SH. MHum MULYADI,SH, MS

(3)

PERNYATAAN

Sehubungan dengan penulisan tesis ini, yang saya beri judul “PERJANJIAN JUAL BELI

DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER of CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK

GARDEN SEMARANG”, dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil

pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbit maupun yang belum atau tidak

diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan atau daftar pustaka.

Semarang,

(4)

MOTTO

“Niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdullilah dan Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah menciptakan kita, memberikan petunjuk dan menghiasi diri kita dengan Ketaqwaan Kepada-Nya, serta telah meninggikan derajat bagi orang-orang yang berilmu.

Atas petunjuk dari Allah SWT, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini yang saya beri judul “PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER of CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN SEMARANG” yang diajukan guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang.

Saya menyadari bahwa tesis ini tidak mungkin terwujud sebagaimana yang diharapkan, tanpa adanya bimbingan dan bantuan serta tersedianya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat saya berikan :

1. Bapak Rektor Universitas Diponegoro Semarang beserta Staffnya.

2. Bapak Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

3. Bapak H. Mulyadi, SH.MS, selaku Ketua Program Pasca Sarjana Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, yang telah membantu memberikan arahan.

4. Bapak Yunanto, SH.MHum, selaku Sekretaris Bidang Akademik Program Pasca

Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang.

5. Bapak H. Budi Ispriyarso, SH.MHum, selaku Sekretaris Bidang Keuangan

Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang.

6. Bapak Dr. Arief Hidayat, SH.MS, selaku Dekan Fakultas Hukum dan Bapak Dr.

Yos Johan Utama, SH.MHum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Diponegoro Semarang.

7. Bapak Herman Susetyo, SH.MHum, selaku Dosen Wali sekaligus Pembimbing

Utama yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta kemudahan kepada saya, sehingga tesis ini dapat segera terselesaikan.

8. Bapak Moch. Dja’is, SH.CN.MHum, Bapak Hendro Saptono, SH.MHum, Bapak

(6)

Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, yang telah membekali saya dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berguna.

9. Pimpinan dan Staff karyawan CV. Golden Teak Garden Semarang yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian dan memberikan keterangan-keterangan yang saya perlukan guna penulisan tesis ini.

10. Papaku Tjipto Soeroso, SH dan Mamaku Ani Suwani, yang membiayai kuliahku

dan tidak henti-hentinya mendoakan untuk keberhasilanku, karena pengorbanan Keduanyalah saya bisa sampai seperti sekarang ini, semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahannya serta menyayanginya mereka berdua sebagaimana mereka menyayangi saya.

11. Istriku Indah Pujiyanti dan Anakku tercinta Maia Maharani Svarnha Devi yang

selalu kusayangi dan kucintai yang senantiasa memberikan semagat pada saya dalam menempuh dan mengembangkan ilmu.

12. Kakakku Ria Ariastuti, Alm. Pradono Damardaru,SE dan

keponakan-keponakanku Mira Ayunda Putri dan Safira Ratnasari serta Adikku Intan Sukma Triningtyas, SH dan Suaminya Chandra Witjaksono, SE.

13. Rekan-rekan kuliah dan Pimpinan KaSubag Akademik Reguler Ibu Dra.

Krismiyati Sih Pratiwi, rekan-rekan kerjaku baik di Akademik Ekstensi maupun Di Akademik Reguler Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya saya berharap agar tesis ini dapat memberikan manfaat bagi diri saya dan juga masyarakat maupun bagi pengembangan ilmu hukum, saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari semprna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman.

Semarang,

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii

LEMBAR PERNYATAAN ……….. iii

MOTTO ……… iv

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI ………. vii

ABSTRAK ……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Ruang Lingkup dan Peumusan Masalah ……… 15

C. Tujuan Penelitian ……… 15

D. Manfaat Penelitian ………. 16

E. Sistematika Penulisan ……… 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Transaksi Ekspor Impor ………. 19

1. Pengertian dan Pengaturan Transaksi Ekspor Impor …… 19

2. Perjanjian Dasar Transaksi Ekspor Impor ……… 21

3. Cara Pembayaran Transaksi Ekspor Impor ……….. 22

(8)

1. Pengertian dan Pengaturan Letter of Credit ……….. 19

2, Perjanjian Dasar Letter of Credit ……….. 32

3. Bentuk dan jenis Letter of Credit ……….. 37

4. Para pihak yang terlibat dalam Letter of Credit ………… 40

5 Dokumen-dokumen dalam Letter of Credit ……… 41

6. Pelaksanaan Pembayaran melalui Letter of Credit ……… 45

C, Tinjauan Umum tentang Bill of Lading 47 1. Pengertian dan pengaturan Bill of Lading ………. 47

2. Syarat sah Bill of Lading ………... 48

3. Fungsi Bill of Lading ………. 51

4. Bentuk dan Jenis Bill of Lading……….. 52

5 Para Pihak dalam Bill of Lading ………. 56

6. Tanggung Jawab Eksportir terhadap Bill of Lading dalam Dalam Letter of Credit ……… 56

7. Penyimpangan Dokumen dalam Letter of Credit ………… 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ………. 60

B Spesifikasi Penelitian ……… 61

C. Populasi dan Metode Sampling ……… 61

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 63

(9)

F. Metode Penyajian Data ……… 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A, HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum CV Golden Teak Garden ………. 66

2. Keunggulan dan kelemahan Letter of Credit Di

CV.Golden Teak Garden………. 66

3. Hambatan-hambatan yang dialami oleh CV. Golden

Teak Garden dalam \Pelaksanaan Pembayaran

Letter of Credit ……….. 67

4. Prosedur Transaksi Ekspor CV Golden Teak Garden .. 68

B, PEMBAHASAN

1. Mekanisme Transaksi Ekspor Impor ……… 80

2. Penyimpangan Dokumen/Discrepancies ... 86

3. Tanggung Jawab Eksportir terhadap Bill of Lading .. 96

4. Langkah yang dilakukan untuk menanggulangi

Discrepancies yang terjadi ……….. 96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 100

B. Saran ……… 102

DAFTAR PUSTAKA 104

(10)

ABSTRAK

Perdagangan jarak jauh tidak memungkinkan bertemunya antara pembeli dan penjual. Hal yang paling menentukan ialah perlindungan kepentingan hukum pihak-pihak dan salah satu yang paling utama adalah terjaminnya pembeli terhadap barang yang dibeli sesuai dengan yang dipesan dan terjaminnya penjual dalam menerima uang hasil penjualan barang dari pembeli. Letter of Credit adalah satu sarana untuk hal-hal tersebut diatas.

Tulisan ini merupakan studi kasus dan penelitian dilakukan secara langsung kepada sumber (pelaku) perdagangan antar negara dan merupakan data primer, dengan menggunakan kepustakaan dan bahan-bahan sekunder lainnya yang mendukung tesis ini.

Bahan-bahan primer ini didukung dengan kenyataan dalam praktek penggunaan Letter of Credit dalam proses jual beli antar negara.

Hasil penelitian menunjukkan kendala utama dalam praktek Letter of Credit adalah ketelitian dan ketepatan data-data yang ada yang menentukan pencairan L/C.

KATA KUNCI

(11)

ABSTRACT

International Trade Constrain how the meeting between Buyer and Seller,

The most imporant is how to prevent and secure legal importance of them and its guarantee for safety of all them.

This study is a case study and research directly to corporate, and it’s a primary data, interviewing respondent supported by other secondary data. Practicaly use Letter of Credit in International Trading.

Conclusion of reserch shows that the mean constrain practically using Letter of Credit are the exact and precise specification of goods and the exact surrending of goods.

KEYWORDS

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Kegiatan perdagangan tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat, terutama dalam pemenuhan akan barang dan jasa. Namun tidak semua barang dan jasa yang dibutuhkan tersedia di dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antar negara, ditinjau dari kedudukan geografis masing-masing negara yang mengakibatkan adanya perbedaan pada sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat harga, dan struktur ekonominya, sehingga barang dan jasa yang diproduksi pun berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang tidak diproduksi sendiri, suatu negara melakukan pembelian barang dan jasa dari negara lain. Realisasi dari pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa tersebut adalah dengan melalui perdagangan luar negeri.

Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor. Perdagangan ini merupakan suatu transaksi sederhana, yaitu membeli dan menjual barang antar pengusaha yang masing-masing bertempat tinggal di negara-negara yang berbeda.1

1

Etty Susilowati Suhardo SH.MS, Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam Perdagangan Luar Negeri ( Semarang: FH UNDIP, 2001 ) halaman 2

(13)

Sebagaimana yang dikatakan H. M. N Purwosutjipto, bahwa dipandang dari sudut jual beli perusahaan, perbuatan ekspor impor adalah perikatan yang timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup. Ekspor impor adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan barang kepada pembeli diseberang lautan. Jadi, ekspor impor adalah perbuatan penyerahan oleh penjual kepada pembeli. Ini merupakan unsur pertama dari pelaksanaan perjanjian jual beli perusahaan. Sedangkan unsur kedua adalah pembayaran.2

Mengingat jual beli merupakan salah satu bentuk perjanjian, maka perjanjian jual beli tunduk pada Hukum Perjanjian pada umumnya. Batasan tentang perjanjian dalam Hukum Perdata terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyebutkan :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Ketentuan umum yang secara mutlak harus ditaati dalam suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian. Dalam Pasal tersebut ditentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

2 Purwosutjipto, H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia-Jilid 4: Hukum Jual Beli Perusahaan, ( Jakarta:

Penerbit

(14)

3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang hal.

Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, perjanjian yang telah memenuhi syarat sah, mengakibatkan para pihak terikat. Disebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian yang telah disepakati tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang - undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Pasal 1457 KUH Perdata menyebutkan definisi perjanjian jual beli secara umum, dimana disebutkan jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dengan pembeli, dengan nama pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagai yang telah diperjanjikan.

Jual beli secara umum diatur KUH Perdata., sedangkan jual beli perdagangan tidak diatur dalam KUH Perdata maupun KUHD, melainkan berdasarkan perjanjian antara pihak - pihak, dan kebiasaan yang berlaku dalam perdagangan. Sebagai ketentuan umum, KUH Perdata tetap berlaku terhadap jual beli perdagangan sepanjang tidak diperjanjikan secara khusus menyimpang.3

3

C.S.T Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia-Aspek Hukum Daiwa Ekonomi-bagian 2 ( Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001 ) halaman 8

(15)

Hubungan perdagangan luar negeri dalam hal ini ekspor impor sama halnya dengan perdagangan dalam negeri yaitu terdapat pembeli, penjual dan adanya transaksi jual beli. Dalam perdagangan luar negeri, kegiatan jualnya disebut ekspor dan kegiatan belinya disebut impor dan transaksinya adalah transaksi ekspor impor. Hanya saja wilayah atau domisili penjual dan pembeli melintas batas negara. Mengenai pengertian kegiatan ekspor impor tersebut, Bank Indonesia telah mmberikan definisi dari ekspor impor sesuai dengan ikhtisar ketentuan Perbankan Indonesia, yaitu :4

Ekspor adalah :

Perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah Pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Impor adalah :

Perdagangan dengan cara memasukkan barang kedalam wilayah Pabean Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jual beli dalam arti khusus ialah jual beli perdagangan dalam hal ini transaksi ekspor impor, dimana dalam jual beli ini terdapat ciri-ciri khusus pula. Kekhususan itu dapat ditelaah melalui unsur-unsur dalam jual beli berikut ini :5

1. Unsur subyek terdiri dari penjual dan pembeli

4

Etty Susilowati Suhardo, Op.cit, halaman 3

5

(16)

Dua pihak ini atau salah satunya adalah pengusaha, yaitu perseorangan atau badan hukum yang menjalankan perusahaan

2. Unsur obyek terdiri dari benda dan harga.

Benda adalah barang dagangan, yaitu barang yang dibeli atau dijual lagi atau disewakan. Harga adalah nilai benda sebagai imbalan yang dapat menghasilkan nilai lebih yang disebut keuntungan atau laba.

3. Unsur perbuatan terdiri dari menjual dengan penyerahan dan membeli dengan pembayaran harga

Penyerahan barang dengan menggunakan alat angkut khusus dan dengan syarat khusus pula. Pembayaran biasanya dilakukan melalui Bank dengan menggunakan dokumen - dokumen berharga.

4. Unsur tujuan yaitu keuntungan atau laba yang diperhitungkan.

Setiap transaksi ekspor impor selalu melewati atau melintasi daerah pabean tertentu. Pabean sebagai alat pemerintah bertindak sebagai penjaga gawang lalu lintas komoditi internasional, disamping mengamankan pemasukan keuangan negara bagi kepentingan APBN, juga membantu eksportir dan importir dalam memperlancar arus barang dan penumpang, dan tidak sebaliknya.

Daerah Pabean adalah:6

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara dialasnya serta tempat - tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di

6

(17)

dalamnya berlaku Undang - undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Eksportir untuk melakukan kegiatan ekspor harus mendapatkan ijin dari pemerintah dalam bentuk Surat Pengakuan Eksportir dan diberi Angka Pengenal Ekspor (APE) dan diperkenankan melaksanakan ekspor komoditi yang dicantumkan dalam Surat Pengakuan tersebut. Secara umum persyaratan untuk ekspor adalah sebagai berikut:7

a. Memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), untuk mendapatkannya perusahaan dapat mengajukan permohonan melalui Kantor Departemen Perdagangan (Kandepdag), atau

b. Memiliki Surat Ijin Usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah non Teknis lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perdagangan ekspor impor termasuk kegiatan yang mengandung risiko tinggi, karena eksportir dan importir berjauhan secara geografis, berbeda bahasa, kebiasaan dan hukum dalam transaksi ekspor impor. Salah satu risiko yang dihadapi oleh eksportir adalah apabila terjadi penyimpangan maupun pembatalan kontrak. Risiko tersebut dapat dihindari apabila setiap transaksi ekspor yang dilakukan, dituangkan dalam bentuk tertulis atau ke dalam bentuk kontrak dagang (sales contract).

7

(18)

Pada pelaksanaan perjanjian ekspor impor tahapannya sebagai berikut:8

a) Pra kontraktual atau tahap awal perjanjian

Dalam tahap ini terjadi penawaran produk yang diajukan oleh penjual (eksportir) biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah serta syarat - syarat lain yang biasanya disebut an inquiry for a quotation. Apabila penawaran tersebut disetujui oleh pembeli (importir), maka kedua belah pihak mengikatkan diri untuk melakukan “perjanjian jual beli”, dengan syarat-syarat yang telah disepakati.

b) Kontraktual atau tahap terjadinya perjanjian

Merupakan realisasi dari tahap awal perjanjian, yang kemudian dituangkan secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting dalam transaksi ekspor impor.

c) Post kontraktual ;

Merupakan realisasi dari perjanjian yaitu pelaksanaan kontrak

Suatu perdagangan internasional berarti melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional, dan masing-masing pihak yang terkait dalam transaksi perdagangan internasional mengiginkan agar kontrak yang mereka buat tunduk pada hukum di negara mereka. Pada transaksi perdagangan internasional masing - masing negara tunduk pada konvensi - konvensi serta perianjian dagang internasional, yaitu ketentuan yang

8

(19)

berlaku secara internasional yang disusun oleh badan internasional dan dalam pertemuan resmi antar negara.

Jual beli perdagangan antar negara, yang menjadi pedoman adalah peraturan internasional mengenai cara pembayaran yang harus dilakukan oleh pembeli melalui bank, yaitu Uniform Customs and Practise for

Documentary Credit. Di Indonesia sudah ada Undang-undang No. 32 Tahun

1964, Lembaran Negara No.131 Tahun 1964 tentang peraturan Lalu Lintas Devisa, dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1976, Lembaran Negara No. 17 Tahun 1976 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa.

Peraturan-peraturan jual beli perdagangan berbeda untuk masing - masing negara, yaitu perbedaan-perbedaan ketentuan dalam pembayaran, transfer dana dan aturan perdagangan antar negara.

Perkembangan pasar global menuntut kesiapan dan kemampuan pengusaha Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada, terutama dalam mengatasi hambatan - hambatan transaksi perdagangan dengan pihak luar negeri karena adanya perbedaan - perbedaan dalam perdagangan luar negeri khususnya dalam transaksi ekspor impor mengandung risiko tinggi. Sehingga para pihak yang terlibat di dalamnya dituntut mampu memahami keseluruhan proses dan bagian dari transaksi tersebut.

Perdagangan luar negeri atau transaksi ekspor impor lazim disebut sebagai perdagangan dokumen karena hampir seluruh aktivitasnya

(20)

dibuktikan atau dituangkan dalam bentuk dokumen. Misalnya, kontrak jual beli (sales contract), bukti pengiriman barang yang disebut Bill of Lading. Bagi eksportir, sistem dokumentasi mempunyai arti adanya hak untuk memperoleh imbalan, sehingga pelaksanaan penyerahan fisik barang dari eksportir kepada importir harus diiringi dengan penyerahan dokumen yang tepat dan telah disepakati.9

Perjanjian jual beli antar negara dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Jika dibuat secara tertulis, perjanjian itu disebut kontrak jual beli (sales contract). Dalam kontrak jual beli perdagangan, dimuat syarat-syarat yang berkenaan dengan penyerahan barang dan pembayaran harga, yang menjadi kewajiban pihak-pihak dan tanggung jawab penjual dan pembeli. Tanggung jawab ini meliputi biaya angkut, biaya muat, biaya asuransi dan juga kerugian akibat penyerahan barang dan pembayaran harga barang. Disamping itu juga harus ada, kesepakatan tentang dokumen-dokumen ekspor impor yang diperlukan. Dokumen - dokumen tersebut adalah.10

a. Faktur atau "Invoice", yaitu dokumen dari penjual sebagai, lainpiran B/L, yang berisi catatan barang-barang yang dikirim beserta harganya ditempat penjual.

Ada dua macam "Invoice", yaitu:

1) Commercial Invoice: Invoice yang dibuat oleh penjual, berisi

9

Amir, MS, Kontrak Dagang Ekspor, ( Jakarta: Penerbit PPM,2002 ) halaman 13 10 Purwosutjipto, H.M.N, Op.cit. halaman 21

(21)

perincian barang-barang yang dikirim beserta harganya.

2) Consular invoice: invoice yang dibuat dan ditandatangani oleh Konsul Dagang dari negara pembeli yang berdomisili di negara penjual.

b. Polis Asuransi, yaitu tanda bukti bahwa barang-barang yang dikirimkan itu sudah diasuransikan. Polis Asuransi itu penting sekali, sebab pengangkut tidak mau menerima barang muatan, kalau belum diasuransikan. Hal ini akan memudahkan dan meringankan pembeli, sebab ganti kerugian sudah terjamin.

c. Certificate of Origin, yaitu surat keterangan asal barang, yang dibuat oleh Kaman Dagang di negara penjual dengan tujuan untuk menjamin keaslian barang-barang yang bersangkutan. Di dalam sertifikat itu dijelaskan bahwa barang tersebut benar-benar hasil produksl dari negara penandatangan sertifikat tersebut, sehingga secara tidak langstuig sertifikat itu merupakan suatu jaminan atas kualitas barang tersebut.

d. Packing List, yaitu suatu daftar tentang koli-koli beserta isinya, dibuat oleh perusahaan yang mengepak barang-barang tersebut.

e. Weight List (certificate of weight), yaitu daftar timbangan/beratnya barang-bararg di pelabuhan pemuatan.

f. Konosemen (Bill of Lading),

Dalam Pasal 506 KUHD dinyatakan bahwa konosemen (Bill of Lading) adalah surat bertanggal dalam mana pengangkut menerangkan bahwa ia telah menerima barang tertentu untuk diangkut ke suatu tempat tujuan

(22)

yang ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk (penerima) disertai dengan janji-janji apa penyerahan akan terjadi.

Pembayaran dalam transaksi ekspor impor juga memegang peranan penting. Cara pembayaran yang digunakan ditentukan dan disepakati bersama dalam sales contract. Menurut Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 1982 dalam Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa cara pembayaran ekspor impor adalah dengan tunai atau dengan kredit. Kemudian dalam penjelasan pasal 3 ayat (1) tersebut, dijelaskan bahwa cara pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan:

1. Pembayaran di muka ( Advance Payment )

Sistem pembayaran ini dilakukan manakala pembeli (importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual, (eksportir) sebelum merealisasi ekspor sesuai dengan kesepakatan para pihak. Kesepakatan tersebut tercantum dalam kontrak jual beli (sales contract).

2. Wesel Inkaso

Cara pembayaran dimana eksportir adalah sebagai penarik wesel (drawer) yang memeritahkan kepada importir sebagai si tertarik (drawee) untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang ditentukan dalam wesel itu.

3. Perhitungan kemudian (Open Account)

Importir akan membayar barang setelah barang tiba di tempat importir berada. Eksportir menanggung segala risiko, sedang importir mendapat penangguhan pembayaran. Transaksi ini merupakan transaksi yang

(23)

langsung antara eksportir dengan importir. Eksportir setelah melakukan pengapalan barang, kemudian mengirimkan "invoice" atau "faktur" kepada importir yang mencantumkan tanggal atau waktu pembayaran harus diselesaikan.

4. Konsinyasi (Consignment)

Dalam pelaksanaan pembayaran konsinyasi importir tidak berfungsi sebagai pembeli, melainkan hanya sebagai penerima titipan dari supplier untuk menjualkan komiditi/barang tertentu yang dikirimkan. Pembayaran baru dilakukan setelah komoditi tersebut terjual, kemudian mentransfer valuta hasil penjualan kepada supplier melalui Bank atau pos. Dan importir mendapatkan komisi dari hasil penjualan.

5. Letter of Credits (L/C)

Pengertian secara umum Letter of Credit, merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank tersebut, untuk menyediakan dana dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga (eksportir). Pembukaan L/C. oleh importir dilakukan melalui bank yang disebut opening bank atau issuing

bank

Cara pembayaran dengan Letter of Credit ini memberi rasa aman bagi kedua belah pihak, yaitu bagi pihak penjual (eksportir) akan merasa aman karena adanya kepastian akan pembayaran barang-barang yang akan dikirimkan kepada pembeli. Bagi pembeli (importir) merasa aman karena adanya kepastian akan penerimaan barang yang telah

(24)

dibelinya, karena bank sebelum melakukan pembayaran atas nama pembeli akan meneliti kelengkapan dokumen yang merupakan syarat dalam Letter of Credit, Sehingga eksportir akan menerima haknva setelah menyerahkan dokumen-dokumen yang telah disepakati. Salah satu dokumen yang wajib diserahkan oleh eksportir adalah dokumen Bill of

Lading, dalam hal Letter of Credit, seorang eksportir tidak akan

memperoleh pembayaran apabila ia tidak menyerahkan Bill of Lading sebagai bukti bahwa barang ekspor telah dikirimkan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

6. Cara pembayaran lain yang biasa dilakukan dalam perdagangan internasional diantaranya adalah barter dan konsinyasi.

Tanggung jawab eksportir sebagai penjual adalah menyerahkan barang ekspor ketangan pembeli (importir). Untuk itu, seorang eksportir membutuhkan jasa pengangkut untuk menyerahkan barang-barang ekspor. Karena negara Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan lautan maka sarana angkutan laut adalah sarana pengiriman barang yang dianggap lebih mudah dan murah. Dalam pengiriman barang melalui laut terdapat beberapa pihak antara lain pihak pengirim (eksportir), pengangkut, dan penerima (importir).

Dokumen yang mempunyai arti penting pada pengangkutan laut adalah Bill of Lading (B/L), yang dikeluarkan oleh pihak pengangkut. Dokumen tersebut merupakan tanggung jawab eksportir terutama dalam

(25)

sistem pembayaran Letter of Credit, berdasarkan ketentuan Pasal 506 KURD ayat I dapat dilihat adanya beberapa fungsi B/L, sebagai berikut:11

a. Sebagai Surat bukti perjanjian pengangkutan, yaitu perjanjian antara pihak pengangkut dengan pengirim (shipper).

b. Sebagai tanda bukti penerimaan barang, yaitu barang-barang yang diterima oleh pengangkut (carrier) dari pihak shipper untuk diangkut ke suatu tempat tujuan dan seterusnya menyerahkan kepada pihak penerima (Cosignee).

c. Sebagai bukti pemilikan pemilikan barang (document of title), berarti bahwa orang yang memegang B/L sebagai pemilik dari barang-barang sebagaimana tercantum didalamnya.

Berdasarkan fungsinya itu maka Amir MS memberikan definisi sebagai berikut:

Bill of Lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat dalam

kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai bukti atas pemillikan barang, dan disamping itu merupakan bukti dan adanya perjanjian pengangkutan barang-barang melalui laut.

Bill of Lading, biasanya dikeluarkan dalam set lengkap yang lazimnya terdiri

rangkap 3 (full set B/L ) yang penggunaannya adalah sebagai berikut :12

11 Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen ( Letter of Credit ) Dalam Jual Beli Perniagaan, (

Yogyakarta: Liberty,1991 ) halaman 73

12

(26)

a. (satu) lembar untuk shipper

b. (dua) lembar untuk consignee atau penerima barang. Berdasarkan Artikel 23 ayat (a) UCP No. 500 Tahun 1993, tersurat:

Suatu kredit yang mensyaratkan suatu Bill of Lading, mencakup suatu pengapalan dari pelabuhan ke pelabuhan (port-to-port shipment), kecuali apabila ditetapkan lain dalam kredit bank-bank harus menerima suatu dokumen, apapun namanya yang:

1. Secara nyata menunjukkan nama pengangkut (Carrier) dan ditandatangani atau apabila dinyatakan keasliannya oleh:

a. Pengangkut (Carrier) atau agen yang ditunjuk atau atas nama pengangkut yang bersangkutan.

b. Nahkoda atau agen yang ditunjuk untuk atau atas nama nahkoda yang bersangkutan

2. Tiap tanda tangan atau pembuktian keaslian dari pengangkut atau nahkoda harus diberi tanda sebagai pengangkut atau nahkoda, agen yang menandatangani atau membuktikan keaslian untuk kepentingan perusahaan pengangkutan atau nahkoda hares juga menunjukkan nama dan jabatan pihak tersebut, misal pengangkut atau nahkoda, atas nama siapa agen tersebut bertindak.

Bill of Lading dapat dibedakan berdasarkan "keadaan barang yang

diterima untuk dimuat" sebagai berikut:

(27)

2. Un-Clean Bill of Lading

Maskapai pelayaran menganggap keadaan barang yang akan dimuat baik, maka Bill of Lading yang dikeluarkan adalah Clean Bill of

Lading atau B/L yang bersih dan catatan-catatan. Sebaliknya bilamana

keadaan barang yang diterima kurang atau tidak memuaskan misalnya pengepakannya tidak sempurna, kerusakan barang atau cacat barang maka di dalam B/L dicantumkan "catatan-catatan". B/L yang mengandung catatan sedemikan disebut Un-clean Bill of Lading atau Foul Bill of Lading.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan Uniform Customs and Practise for

Documentary Credits (UCP) No.500 Tahun 1993, Pasal 32, pada cara

pembayaran Letter of Credit, tidak semua B/L dapat diterima. Oleh karena itu Bank wajib meneliti terhadap B/L mana yang boleti diterima dan mana tidak boleh diterima, salah satunya adalah Bank akan menolak dokumen pengapalan yang memuat syarat atau catatan yang menyatakan secara jelas kondisi barang dan atau kemasan yang cacat, kecuali bila kredit itu secara jelas menyatakan syarat atau catatan itu boleh diterima.

Ketentuan itu dimaksudkan bahwa Bank akan menolak B/L yang kotor (Foul B/L), B/L yang mengandung tentang kerusakan oarang atau cacat barang. Jadl yang boleh diterima oleh Bank haruslah B/L yang bersih atau clean B/L. Sehingga B/L, yang diserahkan harus sesuai dengan yang telah ditentukan dalam L/C. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara B/L

(28)

yang diserahkan eksportir dengan ketentuan dalam L/C maka pembayaran yang seharusnya diterima oleh eksportir tertunda.13

Mengacu pada UCP No. 500 Tahun 1993 Artikel 32 ayat b, jenis B/L yang mengandung catatan tentang kerusakan barang atau cacat maka Bank akan menolak jenis B/L ini. kecuali ada surat pernyataan/jaminan dari pemilik barang atau pihak Shipper untuk memberikan jaminan untuk tidak melakukan peng-klaiman di kemudian hari, surat pernyataan tersebut dikenal dengan istilah Letter of Indemnity. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara B/L yang diserahkan eksportir dengan ketentuan dalam L/C maka pembayaran yang seharusnya diterima oleh eksportir tertunda.

Keinginan untuk mengetahui tentang tanggung jawab eksportir terhadap Bill of Lading dan hambatan yang dihadapi ekportir dalam Letter

of Credit khususnya yang menyangkut dokumen Bill of Lading mendorong

penulis untuk membuat skripsi dengan judul: “PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER OF CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN SEMARANG

B. PERMASALAHAN

Dari uraian diatas maka skripsi yang berjudul “PERJANJIAN JUAL BELI DENGAN MENGGUNAKAN L/C (LETTER OF CREDIT) PADA CV. GOLDEN TEAK GARDEN SEMARANG” ini akan dibatasi pada permasalahan-permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

13

(29)

1. Bagaimana tanggung jawab eksportir dengan cara pembayaran Letter

of Credit ?

2. Hambatan–hambatan apa yang dihadapi eksportir pada cara pembayaran Letter of Credit?

C. TUJUAN PENELITIAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggung jawab eksportir dengan cara pembayaran

Letter of Credit.

2. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai hambatan--hambatan apa yang dihadapi eksportir pada cara pembayaran Letter

of Credit.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Teoritis

a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian.

b. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pelaksanaan transaksi ekspor yang menggunakan cara pembayaran dengan Letter of Credit (L/C) khususnya mengenai tanggung jawab eksportir terhadap Bill of Lading.

c. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dibidang hukum ekspor impor khususnya pengetahuan yang lebih mendalam mengenai tanggung jawab eksportir terhadap Bill of Lading dalam cara pembayaran Letter of Credit.

(30)

2. Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang bergerak dalam bidang ekspor impor sehingga dapat mengurangi hambatan-hambatan atau masalah yang tinibul diantara pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan transaksi ekspor impor.

b. Sebagai gambaran tentang tanggung jawab eksportir terhadap Bill of

Lading bagi eksportir yang menggunakan cara pembayaran dengan Letter of Credit.

c. Memberikan masukan kepada para pembaca mengenai hal-hal yang selama ini menjadi hambatan bagi eksportir dalam pelaksanaan transaksi ekspor serta bagaimana cara mengatasinya.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan skripsi ini akan dibatasi menjadi Lima Bab, adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Didalam pendahuluan ini diuraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang tinjauan umum transaksi ekspor impor dan tinjauan umum Letter of Credit. Tinjauan umum tentang ekspor impor sendiri berisikan tentang

(31)

pengertian transaksi ekspor impor, perjanjian dasar transaksi ekspor impor, sistem pembiayaan ekspor impor.

Sedangkan tinjauan umum tentang Letter of Credit berisikan pengertian Letter of Credit, perjanjian dasar pembukaan

Letter of Credit, jenis-jenis Letter of Credit, pihak-pihak yang

terlibat dalam Letter of Credit dan dokumen-dokumen-dokumen dalam Letter of Credit dan tinjauan umum mengenai sistem pembayaran Letter of Credit

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan sajian yang memuat tentang langkah-langkah metode penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Bab ini secara menyeluruh memuat tentang metode pendekatan, spesifikasi penelitian, populasi dan metode sampling, metode pengumpulan data, metode penyajian data, dan metode analisa data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang hasil penelitian yang merupakan penjabaran dari perumusan masalah, dan pemecahannya dengan mengacu pada BAB II tentang Tinjauan Pustaka.

(32)

Bab ini mengetengahkan kesimpulan pelaksanaan transaksi ekspor dengan menggunakan cara pembayaran dengan

Letter of Credit disertai pula dengan sasan-saran yang perlu

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR

A.1. Pengertian dan Pengaturan Transaksi Ekspor Impor

Transaksi ekspor-impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara yang berbeda.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 146/MPP/IV/99 tanggal 22 April 1999 tentang Ketentuan Umum di bidang Ekspor maka diperoleh pengertian ekspor, yaitu kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean sesuai peraturan dan perundang-undang yang berlaku. Sedangkan

(34)

pengertian impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan ekspor impor yang diatur dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Menurut Pasal 1 butir 13 UU No. 10 Tahun 1995, definisi dari Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Sedangkan dalam butir 14 disebutkan definisi ekspor yaitu kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

Mengenai transaksi ekspor-impor ini tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata maupun dalam KUH Dagang, akan tetapi secara umum ketentuan dalam KUH Perdata dalam Bab V Buku III dan ketentuan dalam KUH Dagang tetap berlaku bagi perdagangan ekspor–impor Indonesia.

Perjanjian jual beli yang dimuat dalam sales contract merupakan salah satu bentuk perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata, maka perjanjian jual beli tunduk pada Hukum Perjanjian pada umumnya, yaitu yang diatur dalam:

1. Pasal 1313 KUH Perdata mengenai batasan perjanjian, yaitu:

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

(35)

2. Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat sahnya perjanjian. Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. 3. Suatu hat tertentu.

4. Suatu sebab yang hal.

3. Pasal 1338 KUH Perdata tentang asas kebebasan berkontrak, yaitu:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat dua belah pihak, atau karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik

4. Pasal 1457 KUH Perdata menyebutkan definisi perjanjian jual beli secara umum, di mana disebutkan jual beli adalah:

Suatu perjanjian timbal balik antara penjual dengan pembeli, dengan mana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga benda sebagai yang telah diperjanjikan.

A.2. Perjanjian Dasar Transaksi Ekspor Impor

Ekspor impor sebagai suatu rangkaian perbuatan perusahaan dalam jual beli barang tertentu senantiasa di awali dengan perjanjian. Perjanjian tersebut merupakan hasil dari kegiatan sebelumnya yang dilakukan oleh eksportir dan importir, yaitu penawaran dan permintaan. Kemudian kesepakatan tersebut dituangkan ke dalam

(36)

Sales Contract yang merupakan kesepakatan antara eksportir dan

importir untuk melakukan, perdagangan barang sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama dan masing-masing pihak mengikatkan diri untuk melaksanakan semua kewajiban yang ditimbulkannya. Dalam sales contract tercantum segala sesuatu yang diperjanjikan dan dibuat secara rinci dan tertulis yang menyangkut syarat perjanjian, uraian barang, pelaksanaan penyerahan barang serta cara pembayaran dan hal-hal penting lainnya. Sales contract atau perjanjian jual beli harus mencantumkan cara pembayaran yang dilakukan apakah secara tunai atau kredit, bilamana pembayaran dilakukan dengan cara kredit ditentukan pula dengan atau tanpa

letter of credit.

Tahap-tahap yang menyertai pelaksanaan perjanjian ekspor impor, yaitu:14

a. Pra kontraktual atau tahap awal perjanjian.

Terjadi penawaran produk yang diajukan oleh penjual (eksportir), dimana biasanya disertai dengan harga barang, mutu barang, jumlah serta syarat-syarat lain yang biasanya disebut an inquiry for

a quotation. Apabila penawaran tersebut disetujui oleh pembeli

(importir), maka kedua belah pihak mengikatkan diri untuk melakukan "perjanjian jual beli", dengan syarat-syarat yang telah disepakati.

b. Kontraktual atau tahap terjadinya perjanjian

Merupakan realisasi dari tahap awal perjanjian, yang kemudian dituangkan secara rinci dan tertulis tentang segala sesuatu yang dianggap penting dalam transaksi ekspor impor.

14 Etty Susilowati Suhardo, Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam Perdagangan Luar Negeri ( Semarang: FH UNDIP, 2001 ) halaman 12

(37)

c. Post kontraktual ;

Merupakan realisasi dari perjanjian yaitu pelaksanaan kontrak

A.3. Cara Pembayaran Transaksi Ekspor lmpor

Pemerintah menunjang kegiatan ekspor impor dengan memberikan kebijaksanaan dalam fasilitas penggunaan devisa serta penyediaan kredit, jaminan kredit ekspor dan asuransi ekspor, serta kebijaksanaan lain yang sangat penting yaitu pengaturan sistem pembiayaan ekspor impor yang dapat dilakukan dengan cara tunai atau kredit.

Menurut Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 1982 dalam Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa cara pembayaran ekspor impor adalah dengan tunai atau dengan kredit. Kemudian dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) tersebut, dijelaskan bahwa cara pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan:15

1. Pembayaran di muka ( Advance Payment )

2. Wesel Inkaso dengan kondisi Document Against Payment (D/P) dan

Document Against Acceptance (D/A) 3. Perhitungan kemudian (Open Account) 4. Konsinyasi (Consignment)

5. Letter of Credits (L/C)

6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli.

ad. 1 Pembayaran di muka ( Advance Payment )

Sistem pembayaran ini dilakukan manakala pembeli (importir) membayar terlebih dahulu kepada penjual (eksportir) sebelum merealisasi ekspor sesuai dengan kesepakatan para pihak.

(38)

Kesepakatan tersebut tercantum dalam kontrak jual beli (sales

contract). Pada sistem Pembayaran di muka terlihat bahwa di

dalamnya terkandung faktor-faktor sebagai berikut:

a. Adanya kepercayaan dari importir bahwa eksportir pasti akan mengirim barang-barang tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian.

b. Barang/komoditi yang diekspor tidak merupakan barang yang dilarang untuk diekspor;

c. Importir harus menyediakan dana/uang tunai lebih dahulu, yang sebenarnya bisa digunakan untuk keperluan lain, yang berarti juga mengurangi arti likuiditas modal kerja karena barang-barang yang dibeli baru diterima beberapa waktu kemudian.

ad.2 Wesel Inkaso

Cara pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan wesel dimana eksportir adalah sebagai penarik wesel (drawer) yang memerintahkan kepada Importir sebagai si tertarik (drawee) untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang ditentukan dalam wesel itu.

Dalam perdagangan internasional dikenal dua macam wesel:

a. Clean draft, adalah wesel yang tidak disertai dengan dokumen pengiriman barang;

(39)

pengiriman barang dan asuransi pertanggungan.

Berdasarkan jangka waktu pembayaran atas suatu wesel dibedakan :

a. Sight Draft, adalah wesel yang dibayar pada waktu diperlihatkan pada Importir. Pembayarannya tidak tergantung pada barang, apakah sudah sampai ataukah belum;

b. Arrival Draft, adalah wesel yang pelaksanaan pembayaran dilakukan pada waktu barang sudah tiba.

c. Date Draft, wesel yang pembayarannya dilakukan pada waktu tanggal yang tertentu atau dalam waktu beberapa hari setelah tanggal tersebut.

Ketika eksportir mengapalkan barang ekspornya untuk importir, dokumen-dokumen dari barang-barang tersebut secara langsung atau melalui Banknya didalam negeri dikirim kepada Bank Importir di luar negeri. Dokumen-dokumen untuk mengeluarkan barang tersebut baru diberikan setelah persyaratan yang ditentukan dipenuhi. Dokumen-dokumen tersebut dapat diserahkan kepada importir atas dasar :

a. D/P (Document against Payment);

Penyerahan dokumen kepada importir dilakukan setelah importir membayar.

(40)

Penyerahan dokumen kepada importir setelah importir mengaksep wesel.

ad.3 Perhitungan, kemudian (Open Account),

Importir akan membayar barang setelah barang tiba di tempat importir berada. Eksportir menanggung segala risiko, sedang Importir mendapat penangguhan pembayaran.

Transaksi ini merupakan transaksi yang langsung antara eksportir dengan importir. Eksportir setelah melakukan pengapalan barang, kemudian mengirimkan "invoice" atau "faktur" kepada importir yang mencantumkan tanggal atau waktu pembayaran harus diselesaikan.

Pembayaran dengan Open Account ini mengandung pengertian :

1. Adanya kepercayaan dari eksportir bahwa importir pasti akan membayar barang yang telah diterimanya tepat pada waktunya,

2. Barang komoditi yang terkirim oleh eksportir bukan merupakan barang yang dilarang untuk di ekspor,

3. Eksportir harus menyediakan modal yang cukup besar, walaupun resiko yang ada cukup tinggi, khususnya apabila importir ingkar janji, eksportir sulit membuktikannya.

(41)

Importir tidak berfungsi sebagai pembeli dalam pelaksanaan pembayaran konsinyasi, melainkan hanya sebagai penerima titipan dari supplier untuk menjualkan komiditi/barang tertentu yang dikirimkan. Pembayaran baru dilakukan setelah komoditi tersebut terjual, kemudian mentransfer valuta hasil penjualan kepada supplier melalui Bank atau pos dan importir mendapatkan komisi dari basil penjualan.

ad.5 Letter of Credits (L/C)

Pengertian Letter of' Credit secara umum merupakan suatu pernyataan dari bank atas permintaan importir yang merupakan nasabah dari bank tersebut, untuk menyediakan dana dan membayar sejumlah uang tertentu untuk kepentingan pihak ketiga (eksportir). Pembukaan L/C oleh importir dilakukan melalui bank yang disebut opening bank atau

Issuing Bank.

Pada umumnya L/C digunakan untuk membiayai kembali kontrak penjualan barang jarak jauh antara pembeli dan penjual yang belum saling mengenal dengan baik.16

L/C digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Tetapi, L/C bukan merupakan garansi (guarantee)

16 Henry D. Gabriel, Standby Letter of Credit Does the Risk Out Weigh the Benefits? Columbia Business Law Review, vol 1988 Num3, halaman 139 - 153

(42)

atau surat berharga yang dapat dipindahtangankan (negotiable instrument).17

C.F.G. Sunaryati Hartono, mengatakan :

“Secara harfiah L/C dapat diterjemakan sebagai Surat Utang atau Surat Piutang atau Surat Tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran, apabila dan setelah terpenuhi syarat-syarat tertentu.”

Sementara UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen (misalnya konosemen, faktur, sertfikat asuransi) yang sesuai dengan persyaratan L/C.18

Inti dari pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan “Janji pembayaran”. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik langsung ataupun melalui bank lain adalah atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada bank penerbit.

Dalam transaksi L/C terdapat hubungan-hubungan hukum yang utama sebagai berikut:

17 David D. Command, “The Uniform Commercial Code Law Journal. Vol.17 Num 1, Summer 1984, hal 44.

(43)

a. Hubungan hukum antara pembeli (pemohon) dan penjual (penerima) berdasarkan kontrak penjualan.

b. Hubungan hukum antara pemohon dan bank penerbit berdasarkan permintaan penerbitan L/C sebagai kontrak.

c. Hubungan hukum antara bank penerbit dan penerima berdasarkan L/C sebagai kontrak.

d. Hubungan hukum antara bank penerbit dan bank penerus berdasarkan kontrak keagenan.

e. Hubungan hukum antara bank penerus dan penerima berdasarkan kontrak pembayaran L/C.

Agoes Moeljono melihat hakikat L/C sebagai suatu “perikatan.”

Berikutnya lagi, Amir M.S.19, penulis dan pelaku dagang, mengatakan:

“Letter of Credit atau biasa disingkat L/C adalah suatu Bank atas permintaan importir langganan Bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir itu, yang memberi HAK kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu.”

Inti dari definisi Amir M.S. yaitu bahwa L/C merupakan “Surat pembayaran.”

ad.6 Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli :

19 Amir M.S. Seluk-beluk dan Tehnik Perdagangan Luar Negeri; Suatu Penuntun IMPOR & EKSPOR. 1991, hal.37

(44)

f. Barter

Sistem perdagangan dengan barter ini merupakan perdagangan timbal balik antara dua negara yang biasa disebut "counter

purchase" atau "counter trade" di mana antara dua negara saling

membeli dan menjual barang/komoditi tertentu.

g. Barter Konsinyasi

Seperti Barter biasa hanya apabila barang-ekspor mungkin lebih tinggi harganya dari pada barang impor maka selisih harga harus dibayar oleh importir luar negeri dengan cara transfer

B. TINJAUAN UMUM TENTANG LETTER OF CREDIT B.1. Pengertian dan Pengaturan Letter of Credit

B.1.1. Pengertian Letter of Credit Amir MS:

Letter of credit adalah suatu surat yang dikeluarkan bank devisa atas

permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Isi surat itu menyatakan bahwa eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir importir untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi utang) atas Bank Pembuka untuk sejumlah uang yang disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan menjamin untuk mengakseptir atau menghonorir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi syarat yang tercantum di dalam surat itu.

Emmy Pangaribuan Simanjuntak :

Letter of Credit adalah suatu surat perintah membayar kepada

(45)

pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut dalam surat perintah itu kepada seseorang tertentu.

B.1.2. Pengaturan Letter of Credit

Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP)

adalah pedoman yang menjadi peraturan internasional dalam jual beli antar negara, mengenai cara pembayaran yang harus dilakukan oleh pernbeli melalui Bank. Peraturan UCP ini telah diterima oleh banyak negara dan telah digunakan secara internasional. Demikian juga dengan Indonesia yang menggunakan UCP ini sebagai pedoman pembayaran perdagangan luar negeri. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1982 merupakan dasar hukum L/C di Indonesia. Ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. I Tahun 1982 yang secara rinci mengatur L/C belum ada. Sesuai dengan kenyataan bahwa dalam praktek perbankan Indonesia telah digunakan UCP sebagai ketentuan L/C sejak tahun 1970-an.20

Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 mengatur L/C yang diterbitkan bank devisa (bank umum) boleh tunduk atau tidak pada UCP. Bank Indonesia

secara yuridis formal memberikan kebebasan kepada bank devisa di Indonesia untuk menentukan sikap. Dalam hal L/C tunduk pada UCP, maka agar UCP mempunyai kekuatan hukum mengikat atas L/C bank

20 Ramlan Ginting, Letter of Credit: Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, ( Jakarta: Salemba empat, 2000 ) halaman 18

(46)

penerbit harus melakukan suatu tindakan yaitu mencantumkan suatu klausul dalam L/C yang menyatakan bahwa L/C tunduk pada UCP sesuai dengan ketentuan dalam Artikel 1 UCP No. 500 tahun 1993 yang mengatakan :

Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP) Revisi

1993 No.500, akan berlaku untuk semua "documentary credit" (termasuk standby letter of credit sejauh mana UCP ini dapat diberlakukan) bilamana di dalam teks kredit tersebut menyebutkan secara tegas bahwa kredit tersebut tunduk kepada Uniform

Customs and Practice for Documentary Credit, 1993 Revision, ICC Publication No. 500. (UCP) mengikat semua pihak yang

bersangkutan, kecuali dengan tegas ditentukan lain dalam kredit tersebut.

B.1.3. Keunggulan Letter of Credit

L/C adalah suatu alat (instrumen) yang memudahkan transaksi dagang antara eksportir dengan importir yang belum saling mengenal, atau yang tidak mempunyai ikatan khusus tertentu.

L/C dianggap instrumen yang paling penting dan paling aman didalam transaksi perdagangan internasional, terutama dilihat dari sudut sistem pembayaran. Peranan L/C dalam perdagangan internasional adalah :21

a. Mempermudah lalu lintas pembayaran

b. Mengamankan dana yang disediakan importir untuk melunasi

21

Eddie Renaldy, istilalt Perdagsangan Intentasional, ( Jakarta. PT Rajagrolindo Persada, 2000 ) halaman 151

(47)

kewajibannya

c. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan.

Keuntungan yang diperoleh eksportir dari L/C :22

1. Kepastian pembayaran dan menghindari risiko.

Sekalipun eksportir tidak mengenal importir, tetapi dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bagi eksportir bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ketentuan. Reputasi atau nama baik bank yang membuka L/C merupakan jaminan pokok, dan jaminan pembayaran itu akan menjadi ganda bila bank devisa yang bertindak sebagai Advising Bank juga memberikan konfirmasinya. Jadi risiko untuk tidak terbayar menjadi sangat minim. Di sini terlihat besarnya peranan bank dalam memperlancar perdagangan internasional.

2. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan

Bila barang sudah dikapalkan, maka dengan adanya L/C shipping

documents dapat langsung diuangkan atau dinegosiasikan

dengan Advising Bank dan tidak perlu lagi menunggu pembayaran atau kiriman uang dari importir. Advising Bank atau Negotiating

Bank tidak ragu untuk melunasi dokumen pengapalan itu karena

pembayarannya sudah dijamin oleh Opening Bank. Sebaliknya, bila tidak ada L/C maka eksportir tidak mungkin menegosiasikan

shipping documents sehingga harus menunggu transfer atau

kiriman uang lebih dahulu dari importir, atau dokumen harus dikirimkan dulu untuk "Collection"

3. Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen relatif kecil bila ada L/C

4. Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta

(48)

Di berbagai negara terdapat pembatasan transfer valuta asing dan diperlukan izin impor sebelum dilakukan pembukaan L/C. Bank devisa di negara importir sudah mengetahui ketentuan ini dan mereka baru bersedia membuka L/C bila semua ketentuan Pemerintah sudah dipenuhi oleh importir. Oleh karena itu, pada setiap pembukaan L/C Opening Bank sudah menyediakan valuta asing untuk setiap tagihan yang didasarkan pada L/C tersebut. Dengan demikian eksportir terhindar dari risiko non-payment yang mungkin terjadi bila transaksi dilakukan tanpa L/C.

5. Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit tanpa bunga bila importir bersedia membuka L/C dengan syarat "Red Clause", maka eksportir dapat memperoleh uang muka dari L/C yang tersedia. Ini berarti eksportir mendapat kredit tanpa bunga atau semacam uang panjar yang biasanya diperlukan untuk memulai produksi barang yang akan diekspor itu.

Keuntungan L/C bagi importir:23

1. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa Opening Bank meminjamkan nama baik dan reputasinya kepada importir sehingga dapat dipercayai oleh eksportir. Eksportir yakin bahwa barang yang akan dikirimkan pasti akan dibayar.

2. L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa dokumen atas barang yang dipesan akan diterimanya dalam keadaan lengkap dan utuh, karena akan diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal itu.

3. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang pasti akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uang dari L/C yang tersedia.

23 Ibid halaman 6

(49)

B.2. Perjanjian Dasar Pembukaan Letter of Credit

Perjanjian pembukaan Letter of Credit yang diadakan bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri, tetapi merupakan, perjanjian tambahan dari perjanjian pokoknya yang berupa perjanjian jual beli yang tertuang dalam kontrak dagang (Sales Contract) antara eksportir dan importir.

Proses pembukaan L/C dimulai dengan adanya kontrak jual beli antara penjual dan pembeli yang mensyaratkan pembukaan L/C sebagai pembayarannya, pembeli kemudian mengajukan aplikasi L/C kepada bank devisa di negaranya untuk manfaat pihak penjual. Jalannya pembukaan suatu L/C secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut : 24

24 Amir, Ekspor impor: Teori dan Penerapannya , ( Jakarta : Penerbit PPM,2003 ) halaman 86 BANK IMPORTIR EKSPORTIR Advising/ Negotiating BANK Opening / Beneficiar y Open er 2 1 3

(50)

Luar Negeri Dalam Negeri

1. Importir meminta kepada bank devisanya untuk membuka sebuah

Letter of Credit (L/C) sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi

hutangnya kepada eksportir, sejumlah yang disepakati dalam sales

contract dan sesuai dengan syarat-syarat pencairan yang disebut

dalam Miles Contract dan merujuk pada ketentuan dari The Uniform

Customs and Practise for Documentary Letter of Credit dari Kamar

Dagang Internasional, Paris No. 500 atau UCP-DC-500. L/C yang dibuka adalah untuk dan atas nama eksportir atau orang atau badan usaha lain yang ditentukan eksportir, sesuai kesepakatan dalam sales

contract.

Bank devisa yang diminta eksportir membuka L/C itu disebut opening

bank. Opening bank inilah yang bertanggung jawab melakukan

pembayaran atas L/C itu kepada eksportir penerima L/C. Importir yang disebut pembukaan L/C disebut applicant.

2. Opening bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C dengan importir, melakukan pembukaan L/C melalui bank korespondennya di negara eksportir. Pembukaan L/C dilakukan dengan surat, kawat, teleks, faksimile, atau media elektronik lainnya yang sah. Penegasan pembukaan UC dalam bentuk tertulis itu disebut L/C confirmation yang diteruskan oleh opening bank kepada bank korespondennya untuk disampaikan kepada penerima, yaitu eksportir yang disebut

(51)

dalam surat itu.

Bank koresponden yang diminta opening bank untuk menyampaikan amanat pembukaan L/C disebut Advising Bank.

3. Advising Bank setelah meneliti keabsahan amanat pembukaan L/C yang diterimanya dari opening bank meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada eksportir yang berhak menerima dengan surat pengantar dari Advising Bank. Surat pengantar itu disebut L/C

advice, sedangkan eksportir penerima L/C disebut sebagai beneficiary dari L/C itu. Bila Advising Bank diminta dengan tertulis oleh opening bank untuk turut menjamin pembayaran atas L/C tersebut,

maka Advising Bank juga disebut sebagai confirming bank. Isi pokok dari Letter of Credit antara lain:

a. Nomor dan tanggal L/C

b. Jenis dan sifat L/C yang dibuka.

c. Nama dan alamat eksportir (penerima L/C) yang lazim disebut sebagai "beneficiary".

d. Jumlah dana yang tersedia. e. Uraian barang dan jumlahnya.

f. Perincian dokumen pengapalan yang disyaratkan seperti: 1. Bill of Lading

2. Faktur perdagangan 3. Daftar Pengepakan 4. Daftar kubikasi

(52)

5. Daftar timbangan

6. Keterangan negara asal 7. Sertifikat mutu

8. Laporan Kebenaran Pemeriksaan 9. Polis asuransi, dan lain-lain.

g. Batas waktu pengapalan terakhir. h. Batas waktu berlakunya L/C.

i. Syarat pengapalan seperti partial shipment, transshipment dan lain-lain.

j. Ketentuan negosiasi dokumen pengapalan.

Etty Susilowati SH. MS menerangkan lebih lanjut mengenai mekanisme pembayaran dengan L/C dalam bukunya yang berjudul "Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam Perdagangan Luar Negeri", dimana mekanisme pembayaran L/C dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap pembukaan

Importir mengajukan permohonan pembukaan L/C kepada sebuah Bank yang dianggap bonafide. Untuk ini importir diminta mengisi formulir aplikasi (permohonan) pembukaan L/C yang mencantumkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh eksportir di negara lain.

(53)

Apabila Issuing Bank menyetujui aplikasi pembukaan L/C, maka

Issuing Bank menerbitkan "kredit advis" yang menyebutkan bahwa

pembeli akan membayar sejumlah uang kepada penjual atas barang yang dibeli. Kredit advis ini dilengkapi dengan syarat-syarat yang tercantum daim formulir permohonan L/C yang ditujukan kepada Bank di tempat eksportir, sebagaimana disyaratkan dalam formulir aplikasi tersebut.

Apabila nama dari Bank di negara eksportir tidak disyaratkan oleh importir, maka biasanya Bank pembuka L/C akan memilih sendiri Advising Banknya yaitu Bank korespondennya yang setelah menerima advis kredit kemudian akan meneruskannya kepada eksportir.

Advising Bank ditempat eksportir inilah yang akan melakukan

pembayaran atau akseptasi atau negosiasi atas dokumen-dokumen yang disyaratkan dan diserahkan oleh eksportir.

Dalam tahap penerusan kredit advis ini, adakalanya terjadi suatu perubahan dari kondisi L/C yang harus dilakukan dan harus disampalkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam L/C, sehingga L/C yang dibuka harus dimintakan amandements (perubahan-perubahan) terhadap syarat L/C, khususnya sebelum L/C jatuh tempo.

Adanya perubahan terhadap syarat-syarat L/C harus dimintakan persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam L/C. Sekiranya

(54)

sudah disetujui dan sudah cukup lengkap dan tepat, kemudian disampaikan oleh Advising Bank kepada eksportir dengan surat, kawat atau telex sesuai dengan permintaan importir.

3. Tahap pengapalan barang

Setelah eksportir menerima kredit advis dari Bank koresponden, maka eksportir mengajukan formulir Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) kepada Perusahaan Pelayaran untuk dapat mengirim barang yang akan diekspor.

Dalam instruksi muat tercantum: jumlah dan kualitas, harga barang, pelabuhan tujuan, nama pembeli dan penerima barang di luar negeri, shipping mark, serta syarat pembayaran freight.

Formulir PEB tersebut diajukan kepada kantor Bea dan Cukai untuk mendapatkan izin meat barang, yang menunjukkan bahwa barang dapat diekspor dan Maskapai Pelayaran melaksanakan pemuatan barang ke atas kapal dan mengeluarkan dokumen pengangkutan atau Bill of Lading (B/L). Dokumen pengangkutan yang asli dikirimkan kepada pembeli, sedang copy-nya diberikan kepada eksportir.

4. Tahap pengumpulan dokumen

Eksportir yang telah menerima dokumen pengangkutan selanjutnya mengumpulkan dokumen-dokumen yang disyaratkan, yaitu dokumen pengangkutan (Bill of Lading/ Airway Bill/ Railway Bill);

(55)

Dokumen asuransi (Insurance Policy/ Insurance Certificate/ Cover Note). Dokumen-dokumen utama tersebut masih harus ditambah

dengan dokumen-dokumen lain sebagai pelengkap, yaitu dokumen yang diperlukan sesuai dengan jenis barang yang diperjanjikan. Misalnya certificate of analysis, certificate of origin dan sebagainya.

5. Tahap penyelesaian pembayaran

Setelah Bank pembayar meneliti kelengkapan dan kebenaran formal dokumen dari dokumen yang dipersyaratkan dan ternyata sudah sesuai dengan kredit advis, maka Bank pembayar sejumlah uang yang diperjanjikan kepada eksportir.

Eksportir harus mempelajari dengan seksama semua keterangan yang tercantum di dalam L/C. Kalau semua ketentuan itu tidak dipenuhi secara cepat dan cermat, maka bank dari importir yang membuka L/C berhak penuh untuk menolak dokumen pengapalan yang diajukan dan menolak pembayaran atas beban L/C itu.

B.3. Bentuk dan Jenis-jenis Letter of Credit.

Menurut Pasal 6 Uniforms Customs and Practice for

Documentary Credit No.500 Tahun 1993 ( tJCP), Letter of Credit dapat

dibedakan menjadi dua bentuk:

a. Revocable Letter of Credit;

Letter of Credit dalam bentuk ini mempunyai risiko yang tinggi,

(56)

berbentuk revocable, importir setiap saat dapat memerintahkan banknya (Issuing Bank) untuk membatalkan L/C yang telah dibuka tanpa memberitahukan dan meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak eksportir. Pembatalan yang diperintahkan oleh importir di luar negeri tidak berlaku (tidak mempunyai kekuatan) bilamana eksportir telah mengapalkan dan wesel ekspor telah dinegoisir oleh

Negotiating Bank pada saat pembatalan diterima.

b. Irrevocable Letter of Credit.

Letter of Credit dalam bentuk ini dapat dibatalkan hanya atas

persetujuan ksportir dan importir. L/C dalam bentuk ini memberikan jaminan pembayaran yang lebih baik jika dibandingkan dengan

Revocable L/C.

Dilihat dari segi saat pembayaran, L/C dapat dibagi menjadi:25

1. Sight L/C

Yaitu L/C yang jika semua persyaratan dipenuhi, maka Negotiating

Bank wajib membayar nominal L/C kepada eksportir paling lama

dalam 7 hari kerja.

2. Usance L/C

25 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Transaksi Bisnis InternasionalEkspor

(57)

Yaitu yang L/C yang pembayarannya baru dapat dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan (tanggal Bill of Lading).

3. Red Clause L/C

Yaitu L/C dimana bank pembuka L/C memberi kuasa kepada bank pembayar untuk membayar uang muka kepada beneficiary sebagian tertentu atau seluruh nilai L/C sebelum beneficiary menyerahkan dokumen.

Dan syarat-syaratnya L/C dibagi menjadi:

1. Open L/C

Yaitu suatu L/C yang memberi hak kepada eksportir penerima L/C untuk menegoisasikan dokumen melalui bank mana saja yang diingininya.

2. Restricted L/C

Yaitu kebalikan dari Open L/C di mana, negotiating bank dibatasi pada bank tertentu.

3. Documentary L/C

Yaitu L/C yang mewajibkan eksportir penerima L/C untuk menyerahkan dokumen pengapalan yang membuktikan pemilikan barang serta dokumen pelengkap lainnya sebagai syarat untuk memperoleh pembayaran.

(58)

Yaitu L/C di mana kredit yang, tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu mengadakan perubahan syarat baik dalam bentuk waktu maupun nilai uang.

5. Back to back L/C

Yaitu L/C yang dapat dibuka lagi oleh eksportir penerima L/C pertama kepada eksportir kedua dengan menjaminkan L/C yang diterimanya. L/C ini biasa digunakan dalam perdagangan segi tiga.

B.4. Para Pihak yang terlibat dalam Letter of Credit.26

Pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan L/C adalah:

a. Opener atau Applicant

Importir yang meminta bantuan bank devisanya untuk membuka L/C guna keperluan penjual atau eksportir.

b. Opening bank atau Issuing Bank

Bank devisa yang dimintai bantuannnya oleh importir untuk suatu L/C untuk keperluan eksportir. Bank devisa inilah yang memberikan jaminan kepada eksportir. Oleh karena itu, "nilai" L/C sangat bergantung pada nama baik dan reputasi dari bank devisa yang membuka L/C tersebut.

c. Advising Bank

Referensi

Dokumen terkait

Agar penelitian dapat berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan pembahasan permasalahan, maka diperlukan pembatasan masalah yang diteliti. Pembatasan ini setidaknya