• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan sejarah malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia (Siahaan, 2008). Malaria dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat (Sudoyo et al., 2009).

Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria.(Burchard, 2006; Sudoyo et al., 2009)

Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit

(2)

penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium ovale.(Anstey & Price, 2007; Sudoyo et al., 2009)

2.2 Etiologi malaria

Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:

2.2.1 Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.

2.2.2 Plasmodium vivax

Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).

2.2.3 Plasmodium malariae

Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae. 2.2.4 Plasmodium ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat, menyebabkan malaria ovale.(Perkins et al., 2011) Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).

(3)

Biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae (Kiggundu et al., 2013). Kadang-kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.(Sudoyo et al., 2009)

Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk P. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae.(Siahaan, 2008) Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2 bulan. (Sudoyo et al., 2009) Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.(Siahaan, 2008)

P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum merupakan salah satu spesies penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.(Haldar & Mohandas, 2009; Sudoyo et al., 2009)

(4)

2.3 Patogenesis Malaria

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat, yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.(Sudoyo et al., 2009)

Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite Incidence –nya rendah.(Kemenkes, 2008)

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor Nekroting Factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda, P. falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax /

(5)

ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada P. falciparum dapat terjadi setiap hari, P. vivax/ovale berselang waktu satu hari, dan P. malariae demam timbul berselang waktu 2 hari.(Sudoyo et al., 2009)

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale hanya menginfeksi sel darah muda yang jumlahnya hanya 2 % dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1 % dari jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, ovale, dan malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis. Limpa merupakan organ retukuloendotelial, dimana plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limosit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan limpa membesar.(Perkins et al., 2011) Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen Plasmodium falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini terjadilah obstruksi dalam pembuluh darah kapiler yang menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya ”rosette” yaitu bergerombolnya sel darah merah yang

(6)

berparasit dengan sel darah merah lainnya.(Sudoyo et al., 2009; Perkins et al., 2011)

Pada proses sotoadherensi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya mediato-mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), dimana mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.(Perkins et al., 2011)

2.4 Gejala Malaria

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari demam. Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut.

a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat. b. Nafsu makan menurun.

c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan Plasmodium falciparum.

e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.

f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan. g. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya

tetapi yang menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.(Kemenkes, 2008)

(7)

Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga tingkatan,yaitu:

2.4.1 Stadium Dingin

Stadium ini dimulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemari pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.(Sudoyo et al., 2009)

2.4.2 Stadium Demam

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.(Sudoyo et al., 2009)

Pada P. vivax dan P. ovale, skizon-skizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada P. malariae, fenomena tersebut berlangsung selama 72 jam sehingga disebut malaria P.

(8)

vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.(Siahaan, 2008)

2.4.3. Stadium Berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur, penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.(Kemenkes, 2008)

Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada spesies parasit dan umur dari penderita. Gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoit dan skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ tubuh tersebut.(Idro et al., 2010)

Gejala berat lainnya berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini (Idro et al., 2010). Kadang-kadang gejalanya mirip kolera atau disentri (Abdallah et al., 2013). Black water fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air

(9)

seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah- muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berat dan berulang - ulang. (Anstey & Price, 2007)

Secara klasik demam terjadi setiap dua hari untuk parasit tertiana (P. falciparum, P. vivax, dan P. ovale) dan setiap tiga hari untuk parasit quartana (P. malariae). CDC (2004) dalam Sembel (2009) mengemukakan bahwa karakteristik parasit malaria dapat mempengaruhi adanya malaria dan dampaknya terhadap populasi manusia. P. falciparum lebih menonjol di Afrika bagian selatan dengan jumlah penderita yang lebih banyak. Demikian juga jumlah penderita yang meninggal lebih banyak dibandingkan daerah-daerah endemis lainnya.

P. vivax dan P. ovale memiliki tingkatan hynozoites yang dapat tetap dorman dalam sel hati untuk jangka waktu tertentu (bulan atau tahun) sebelum direaktivasi dan menginvasi darah. P. falciparum dan P. vivax kemungkinan mampu mengembangkan ketahanannya terhadap obat antimalaria.(Baird, 2004)

2.5 Penularan Malaria

Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium melalui gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk

(10)

aseksual (tropozoit) melalui transfusi darah, suntikan atau melalui plasenta atau malaria kongenital.(Elyazar et al., 2011) Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria:

2.5.1. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi plasmodium. Nyamuk menggigit penderita malaria sehingga parasit ikut terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.(Sudoyo et al., 2009)

2.5.2. Penularan yang tidak alamiah a. Malaria bawaan atau kongenital

Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang menderita malaria. Penularan ini disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.(Tahita et al., 2013)

b. Secara mekanik

Penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.(Kemenkes, 2008)

(11)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).(Siahaan, 2008)

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang menderita penyakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali simpanse di Afrika, belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodium yang biasanya menyerang manusia. (Snow et al., 2004)

Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale ditularkan oleh nyamuk anopheles. Nyamuk yang menjadi vektor penular malaria adalah Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris, Anopheles subpictus, dan sebagainya.(Elyazar et al., 2011)

Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah sebagai berikut:

i. Wilayah Indonesia Timur, yaitu Papua, Maluku, dan Maluku Utara, di wilayah pantai adalah An. subpictus, An. farauti, An. koliensis dan An. punctulatus sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.

ii. Wilayah Indonesia Tengah, yaitu Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, NTT dan NTB, vektor yang berperan di daerah pantainya adalah An. subpictus, An. barbirostris. Khusus di NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus. Sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris, An letifer. Khusus wilayah Kalimantan, selain Anopheles tersebut di atas juga An. balabacencis.

(12)

iii. Untuk daerah pantai di wilayah Sumatera, An. sundaicus; daerah pegunungan An. leucosphyrus, An. balabacencis, An. sinensis, dan An. maculatus.

iv. Wilayah Pulau Jawa. Vektor yang berperan di daerah pantai adalah An. sundaicus dan An. subpictus dan di pegunungan adalah An. maculatus, An. balabacencis dan An. aconitus.(Gething et al., 2011)

2.6. Epidemiologi Penyakit Malaria

Di Indonesia, parasit malaria yang sering dijumpai adalah Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Kayana et al., 2008; Sudoyo et al., 2009) yangmerupakan jenis malaria yang paling mematikan (Haldar & Mohandas, 2009; Sudoyo et al., 2009). Akan tetapi Plasmodium falciparum menjadi spesies plasmodium yang paling sering ditemukan di Indonesia. (Elyazar et al., 2011).

Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2366 lokasi di Indonesia, P. falciparum tersebar di lebih banyak lokasi dibandingkan P. vivax dengan perbandingan 3 : 1. Bila ditinjau dari distribusi geografis, Kepulauan Sunda kecil atau Nusa Tenggara dan Papua merupakan dua daerah kepulauan di Indonesia dengan lokasi terbanyak penyebaran P. falciparum dan P. vivax dibandingkan daerah lainnya di Indonesia (Elyazar et al., 2011).

Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding tahun 2007 (2,9%), tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam jumlah penderita malaria. Prevalensi malaria tahun 2013

(13)

adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas angka nasional, sebagian besar berada di Indonesia Timur.(Riskesdas, 2013)

2.7 Diagnosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnosis cepat.(Kemenkes, 2008)

2.7.1 Anamnesis

Pada anamnesis sangat penting diperhatikan :

a) Keluhan utama berupa demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.

b) Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.

c) Riwayat tinggal di daerah endemik malaria. d) Riwayat sakit malaria.

e) Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir. f) Riwayat mendapat tranfusi darah.(Kemenkes, 2008)

(14)

Selain hal diatas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan dibawah ini :

a) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

b) Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk atau berdiri). c) Kejang-kejang.

d) Panas sangat tinggi. e) Mata atau tubuh kuning.

f) Perdarahan hidung, gusi, atau saluran pencernaan. g) Napas cepat atau sesak napas.

h) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan dan minum. i) Warna air seni seperti teh dan dapat sampai kehitaman. j) Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria). k) Telapak tangan sangat pucat.(Kemenkes, 2008)

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah :

a) Demam (pengukuran dengan termometer ³ 37.5 oC). b) Konjungtiva atau telapak tangan pucat.

c) Pembesaran limpa (splenomegali). d) Pembesaran hati (hepatomegali).

Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut :

1. Temperatur rektal 400 C 2. Nadi cepat dan lemah/ kecil

(15)

3. Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak < 50 mmHg

4. Frekuensi nafas > 35 x per menit pada orang dewasa atau > 40 x per menit pada balita, anak di bawah 1 tahun > 50 x per menit. 5. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

< 11.(Kemenkes, 2008)

2.7.2 Pemeriksaan laboratorium

2.7.2.1 Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis dilakukan untuk menentukan :

(1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif). (2) Spesies dan stadium plasmodium

(3) Kepadatan parasit

2.7.2.2 Pemeriksaan dengan Rapid Diagnostic Test (RDT)

Mekanisme kerja ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan mentode imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Te ini sangat bermamnfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa terutama di daerah-daerah terpencil dengan fasilitas pemeriksaan laboratorium belum memadai.(Kemenkes, 2008)

(16)

2.8 Terapi malaria

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk stadium gametosit. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria. Dosis pemberian obat sebaiknya berdasarkan berat badan.

Pengobatan malaria di Indonesia menggunakan Obat Anti Malaria (OAM) kombinasi. Yang dimaksud dengan pengobatan kombinasi malaria adalah penggunaan dua atau lebih obat anti malaria yang farmakodinamik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi dan berbeda cara terjadinya resistensi.

Tujuan terapi kombinasi ini adalah untuk pengobatan yang lebih baik dan mencegah terjadinya resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria. Pengobatan kombinasi malaria harus aman dan toleran untuk semua umur, efektif dan cepat kerjanya, resisten dan/atau resistensi silang belum terjadi dan harga murah dan terjangkau.

Saat ini yang digunakan program nasional adalah derivat artemisinin dengan golongan aminokuinolin, yaitu:

1. Kombinasi tetap (Fixed Dose Combination = FDC) yang terdiri atas Dihydroartemisinin dan Piperakuin (DHP). 1 (satu) tablet FDC

(17)

mengandung 40 mg dihydroartemisinin dan 320 mg piperakuin. Obat ini diberikan per – oral selama tiga hari dengan range dosis tunggal harian sebagai berikut: Dihydroartemisinin dosis 2-4 mg/kgBB; Piperakuin dosis 16-32mg/kgBB

2. Artesunat – Amodiakuin

Kemasan artesunat – amodiakuin yang ada pada program pengendalian malaria dengan 3 blister, setiap blister terdiri dari 4 tablet artesunat @50 mg dan 4 tablet amodiakuin 150 mg.(Kemenkes, 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mempunyai implikasi bahwa untuk meningkatkan motivasi ber technopreneurship pada siswa Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan SMK Tamansiswa Jetis

Berdasarkan hasil dari analisa data, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil sesuai hipotesa dimana ada pengaruh pemberian metode NDT terhadap perkembangan motorik

Karena pemuaian panas minyak isolasi lebih tinggi dibandingkan dengan pemuaian volume dari kabel, tidak akan cukup tempat didalam selubung logam untuk mengakomodasi jumlah

Komposisi vegetasi antara tegakan tidak terbakar dan tegakan setelah terbakar di Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki perbedaan yang cukup tinggi pada jenis

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga penerima program konversi minyak tanah ke LPG, (2) mengidentifikasi persepsi dan sikap ibu

Pengendalian motor induksi tiga fasa ini dapat dilakukan denan mengatur kecepatan putar motor secara bertahap (soft starting) sampai mencapai kecepatan

Keragaman genetika yang cukup tinggi dapat di- deteksi dari empat belas aksesi kentang yang diguna- kan dalam penelitian ini.. Sebanyak 60 alel terdeteksi berdasarkan 12

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata variabel X siswa 69,96 berkategori “cukup” kemudian setelah diterapkan model discovery