• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KOTA SURAKARTA LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI

PELAKSANAAN PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA UNTUK

PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUSES DISEASE 19

(COVID-19) DI KOTA SURAKARTA

PERIODE 09 - 22 FEBRUARI 2021

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DAERAH KOTA SURAKARTA

(2)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA UNTUK PENGENDALIAN PENYEBARAN CORONA VIRUSES DISEASE 19

(COVID-19) DI KOTA SURAKARTA PERIODE 09 - 22 FEBRUARI 2021

Disusun Oleh:

Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapppeda) Kota Surakarta

A. LATAR BELAKANG

Pada tanggal 5 Februari 2021, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian telah menerbitkan Instruksi Mendagri Nomor 3 Tahun 2021 untuk mengatur Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ( PPKM) berbasis mikro. Aturan itu memuat tentang PPKM berbasis mikro dan pembentukan posko penanganan Covid-19 di tingkat desa dan kelurahan dalam rangka pengendalian Covid-19. PPKM berbasis mikro akan mulai diterapkan Selasa (9/2/2021) hingga Senin (22/2/2021). Kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari PPKM Jawa Bali yang sudah dilakukan dua kali. Sebelumnya, dalam pertemuan dengan gubernur dari lima provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Bali, pada Rabu (3/2/2021), Presiden Joko Widodo mengatakan PPKM Jawa Bali masih belum efektif menekan laju penularan Covid-19. Jokowi menilai, perlu adanya PPKM berbasis mikro, yang diterapkan mulai dari tingkat RT/RW.

PPKM berbasis mikro diterapkan di tujuh provinsi di Jawa dan Bali, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Di Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sejumlah daerah di provinsi tersebut juga ditetapkan sebagai prioritas dalam pelaksanaan PPKM mikro, antara lain: Jawa Barat: Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Cimahi, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Bandung Raya. Banten: Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Jawa Tengah: Semarang Raya, Banyumas Raya, Kota Surakarta, dan sekitarnya. DI Yogyakarta: Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Kulon Progo. Jawa Timur: Surabaya Raya, Madiun Raya, dan Malang Raya. Bali: Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, Kota Denpasar, dan sekitarnya. Gubernur pada provinsi-provinsi tersebut, dapat menambahkan prioritas wilayah pembatasan sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah dan memperhatikan cakupan pemberlakuan pembatasan. PPKM mikro dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT, dengan kriteria sebagai berikut: zona hijau, zona kuning, zona oranye, dan zona merah. Pada zona merah, dilakukan PPKM tingkat RT yang mencakup penutupan rumah ibadah, tempat bermain anak, dan tempat umum lainnya kecuali sektor esensial. Selain itu, pada RT zona merah juga diberlakukan larangan berkerumun lebih dari tiga orang, pembatasan keluar masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00. Kemudian, kegiatan sosial masyarakat di lingkungan RT yang dapat menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan penularan virus corona juga wajib ditiadakan. Pelaksanaan PPKM mikro dilakukan melalui koordinasi antara seluruh unsur yang terlibat, mulai dari Ketua RT/RW, Kepala Desa/Lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Satpol PP, Tim PKK, Posyandu, dan Dasawisma. Tokoh

(3)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, karang taruna, serta tenaga kesehatan juga dilibatkan dalam koordinasi antar unsur tersebut. Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/08/095000965/aturan-lengkap-ppkm-mikro-berlaku-9-februari-22-februari-2021?page=all

Merespon hal-hal tersebut diatas, Walikota Surakarta segera menerbitkan Surat Edaran Nomor 067/295 tanggal 8 Februari 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Surakarta. Pada Surat Edaran kali ini terdapat beberapa perubahan mendasar dari PPKM sebelumnya yaitu pembagian zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT, dengan kriteria sebagai berikut: zona hijau, zona kuning, zona oranye, dan zona merah. Selain itu untuk koordinasi, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan PPKM mikro, dibentuk posko tingkat Desa dan Kelurahan, yang akan diawasi oleh Posko tingkat Kecamatan. Posko tingkat Desa dan Kelurahan adalah lokasi atau tempat yang menjadi posko penanganan Covid-19, dan memiliki empat fungsi, yaitu: Pencegahan Penanganan Pembinaan Pendukung pelaksanaan penanganan Covid-19 di tingkat Desa dan Kelurahan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk mengetahui efektifitas dari pelaksanaan PPKM Mikro yang diberlakukan sejak tanggal 09 s.d. 22 Februari 2021 dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPKM Mikro melalui survey masyarakat dan mengkolaborasikan data kasus Covid-19 dari Satgas Covid-Covid-19 serta data pelanggaran penegakan disiplin dari Satpol PP Kota Surakarta.

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud

Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PPKM mikro ini dimaksudkan untuk menjadi dasar dan pedoman untuk menyusun kebijakan lebih lanjut mengenai hasil pemetaan serta strategi untuk menemukan formula yang lebih baik dalam menekan angka covid-19.

2. Tujuan

a. Mengetahui kondisi dan permasalahan dalam pelaksanaan PPKM mikro periode 9 – 22 Februari 2021 di Kota Surakarta.

b. Menyusun dokumen Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan PPKM mikro sebagai dasar penyusunan kebijakan penanganan Covid-19 lebih lanjut.

C. DASAR HUKUM/ PERATURAN

Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi PPKM Mikro dilakukan dengan berdasar peraturan-peraturan/dasar hukum terkait yaitu:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional;

2. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);

(4)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019

(COVID-19)

5. Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Percepatan Penanganan COVID-19 di Tingkat Rukun Warga (RW) melalui Pembentukan Satgas Jogo Tonggo;

6. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 39 Tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

7. Surat Edaran Walikota Surakarta Nomor 067/295 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kota Surakarta

D. METODE PENELITIAN 1. Metode Pendekatan

Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan non-doktrinal yang kualitatif. [Soetandyo Wignjosoebroto, Silabus Metode Penelitian Hukum, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, tt. Hal. 1 dan 3] Hal ini disebabkan di dalam penelitian ini, hukum tidak hanya dikonsepkan sebagi keseluruhan asas-asas dan kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga dan proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam masyarakat, sebagai perwujudan makna-makna simbolik dari pelaku sosial, sebagaimana termanifestasi dan tersimak dalam dan dari aksi dan interkasi antar mereka. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efektifitas dari Surat Edaran Walikota Surakarta tentang Kebijakan PPKM Mikro disandingkan dengan persepsi dan perilaku masyarakat dalam menaati Surat Edaran tersebut.

Dengan demikian di dalam penelitian ini akan dicoba dilihat keterkaitan antara faktor hukum dengan faktor-faktor ekstra legal yang berkaitan dengan objek yang diteliti seperti kondisi masyarakat, kesamaan persepsi, faktor pendorong, penghambat, ketaatan, dsb.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di lingkup Kota Surakarta. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive, yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan mengenai monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan PPKM Mikro di Kota Surakarta.

3. Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari dua sember yang berbeda, yaitu :

a. Data Primer

Yaitu data-data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata, dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti yaitu masyarakat Surakarta dan sekitar Solo Raya. Adapun data-data primer ini akan diperoleh melalui para informan

(5)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

dan situasi sosial tertentu, yang dipilih secara purposive, dengan menentukan informan dan situasi soisal awal terlebih dahulu melalui metode pengumpulan data kuesioner yang dikonsep dalam bentuk google form melalui link http://s.id/monev_ppkm_mikro yang disebarkan ke masyarakat Kota Surakarta sampai dengan tingkat RT/RW melalui pihak Kecamatan. Selain ditujukan untuk masyarakat di 5 (lima) kecamatan, kuesinoer juga disebarkan secara acak melalui daring/online di whatsapp grup, instagram, facebook maupun media sosial lainnya dengan mencantumkan indikator-indikator yang telah disesuaikan dengan Surat Edaran Walikota Surakarta tentang PPKM.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik yang meliputi : 1) Dokumen-dokumen tertulis, yang bersumber dari peraturan

perundang-undangan (hukum positif Indonesia), artikel ilmiah, buku-buku literatur, dokumen-dokumen resmi, arsip dan publikasi dari lembaga-lembaga yang terkait.

2) Dokumen-dokumen yang bersumber dari data-data statistik, baik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, maupun oleh perusahaan, yang terkait dengan fokus permasalahannya.

E. HASIL MONITORING DAN EVALUASI 1. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahapan ini telah dilakukan pengumpulan data melalui beberapa cara yaitu melalui OPD terkait di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta maupun masyarakat secara umum dengan keterangan sebagai berikut:

a. Permohonan data kepada Satpol PP Kota Surakarta mengenai daftar pelanggaran maupun sanksi yang diterapkan kepada pelanggar pada pelaksanaan PPKM Mikro;

b. Permohonan data kepada Satgas Covid-19 Kota Surakarta mengenai trend peningkatan kasus Covid-19 dengan berbagai status mulai pelaksanaan PPKM Mikro tanggal 09 – 18 Februari 2021;

c. Penyebaran kuesioner dalam bentuk google form melalui link

http://s.id/monev_ppkm_mikro yang disebar kan secara acak melalui daring/online yang dimulai pada tanggal 09 Februari 2021 pukul 14:00 WIB sampai dengan 18 Februari 2021 pukul 12:00 WIB.

Berdasarkan pengumpulan data diatas, maka diperoleh hasil berupa data primer yaitu data pelanggaran dan sanksi untuk PPKM Mikro, data kasus covid-19 periode 09 - 18 Februari 2021, serta data responden dari hasil pengisian kuesioner sebanyak 475 responden.

2. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data primer di atas, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan cara melakukan pemetaan berdasarkan indikator yang dituangkan dalam kuesioner yang sudah disesuaikan dengan indikator pada SE Walikota Surakarta 067/295 tanggal 8 Februari 2021 yaitu sebagai berikut:

a. Data Responden dengan indikator meliputi: Jenis Kelamin, Umur, Alamat/Domisili, dan Pekerjaan;

(6)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

b. Kepatuhan dan Pelaksanaan Protokol Kesehatan Terhadap Diri Sendiri dengan indikator meliputi: tertib pakai masker, tidak taat masker, tertib cuci tangan, tertib Physical Distancing, tidak taat (kerumunan), tertib PHBS, dan fasilitas kebersihan;

c. Protokol Kesehatan di Fasilitas Umum (termasuk pasar tradisional) dengan indikator meliputi: Sosialisasi dan Edukasi, Fasilitas Kebersihan di Tempat Umum, identifikasi dan pemantauan, kegiatan desinfeksi lingkungan, pengaturan jaga jarak di tempat umum, fasilitas deteksi dini, larangan anak di bawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia;

d. Pelaksanaan PPKM Mikro dengan indikator pembagian zonasi wilayah, koordinasi Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo 1 kali seminggu, Pendirian Posko Pengawasan PPKM Mikro Tingkat Kelurahan, Keterlibatan satlinmas dan pemangku wilayah lainnya, ketersediaan Posko Pengawasan PPKM di tingkat Kecamatan;

e. Pengendalian Penyebaran Covid-19 dengan indikator meliputi: kebijakan WFH 50%, KBM Daring, Tempat duduk untuk makan di tempat 50%, Penyajian makanan tertutup, kegiatan penyebab kerumunan, dan kapasitas tempat ibadah 50%,

f. Satgas Covid-19 dan Jogo Tonggo dengan indikator meliputi: peran aktif satgas covid-19, dan peran aktif satgas jogo tonggo;

g. Sanksi Pelanggaran Protokol Kesehatan dengan indikator meliputi: pelanggaran prokes selama PPKM, ada tidaknya sanksi, pemberian sanksi, dan jenis serta macam sanksi;

h. Kritik dan Saran dengan indikator meliputi: tanggapan positif maupun negatif yang disampaikan oleh responden selama pelaksanaan PPKM Mikro.

3. Tahap Analisis Data Kuesioner

Berdasarkan pemetaan data diatas maka sesuai dengan 8 aspek yang didalamnya terdiri dari 41 indikator tersebut dihasilkan analisis data sebagai berikut:

a. Data Responden 1) Jenis Kelamin

Indikator jenis kelamin menunjukkan bahwa responden yang mengisi kuesioner sebagian besar berasal dari jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 64,3% atau 304 orang responden, sedangkan sisanya diisi oleh perempuan dengan prosentase 35,7% atau 169 orang.

(7)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 2) Umur

Indikator umur menunjukkan bahwa sebagian besar responden berasal dari usia >40 tahun yaitu 66,9% atau 318 orang, sedangkan sisanya 157 orang atau 32,6% Yang menarik adalah tidak adanya responden dibawah umur 19 tahun yang mengisi kuesioner, sehingga responden didominasi oleh umur >40 tahun.

3) Alamat/Domisili

a) Alamat Responden berdasarkan Kecamatan

Indikator alamat/domisili ini dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan Kabupaten/Kota dan Kecamatan di Kota Surakarta. Berdasarkan grafik diatas terlihat responden paling banyak berasal dari Kecamatan Laweyan yaitu 135 orang atau 28,4%, sedangkan peringkat kedua diduduki responden yang berasal dari Kartasura dengan jumlah 76 orang atau 16%, dan peringkat ketiga berasal dari Kecamatan Banjarsari yaitu 60 responden atau 12,6% dan diikuti oleh Kecamatan lainnya seperti Serengan dan Jebres. Untuk indikator alamat/domisili responden beradasarkan Kabupaten/Kota dapat terlihat pada grafik dibawah ini:

(8)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Pada Indikator tempat tinggal berdasarkan Kabupaten/Kota Responden berasal, maka dapat terlihat bahwa responden tertinggi berasal dari Kota Surakarta sebesar 352 orang atau 74,1%, hal ini cukup baik, artinya dengan responden yang berasal dari Kota Surakarta maka sebagai warga terdampak dari kebijakan Surat Edaran Walikota Surakarta tentang PPKM mikro dapat terwakili dengan baik. Sedangkan responden lainnya sebenarnya juga berasal dari Surakarta atau Solo akan tetapi dalam pengisian kuesioner salah ketik yaitu dengan jumlah 30 orang. Sisanya 93 orang responden tersebar di wilayah Solo Raya.

4) Pekerjaan

Indikator pekerjaan menunjukkan bahwa responden terbanyak dengan basic pekerjaan Swasta dengan prosentase sebesar 33,1% atau sebanyak 157 orang. Jumlah ini juga diimbangi oleh responden dengan pekerjaan lainnya sebesar 31,6% atau sebanyak 150 orang yaitu pedagang, pekerja sambilan/freelance, serabutan, dll dimana pekerjaan inilah yang paling terdampak dari pandemic covid-19 dari segi ekonominya. Tertinggi ketiga yaitu jumlah responden yang bekerja di Wirausaha dengan prosentase sebesar 20,8%, dan terakhir adalah PNS sebesar 14,5% atau 69 orang.

(9)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

b. Kepatuhan Protokol Kesehatan Pada Perseorangan 1) Tertib memakai masker

Indikator tentang ketertiban memakai masker menjadi indikator utama dalam penegakan protokol kesehatan, karena penularan virus tertinggi melalui sistem pernafasan. Berdasarkan data kuesioner sebanyak 98,1% responden atau sejumlah 465 orang menyatakan selalu memakai masker saat berada di tempat umum, hal ini berarti kesadaran masyarakat untuk memakai masker sudah tinggi. Akan tetapi juga terlihat responden sebesar 1,9% atau sejumlah 9 orang menjawab tidak tertib memakai masker. Hal ini masih menunjukkan adanya pelanggaran protokol kesehatan khususnya dalam pemakaian masker di kalangan masyarakat.

2) Tidak taat masker

Indikator ini disusun untuk melakukan kroscek terhadap indikator “tertib pakai masker”. Dengan adanya indikator ini akan mengecek kejujuran dan konsistensi responden dalam menjawab indikator ketaatan memakai masker. Terlihat sebanyak 84,2% responden atau 400 orang menjawab tidak pernah tidak taat memakai masker atau dengan kata lain selalu memakai masker di tempat umum. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 75 responden yang tidak konsisten memberikan jawaban atas ketaatan memakai masker, karena pada

(10)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

indikator sebelumnya terlihat sebanyak 465 responden menjawab selalu taat memakai masker. Jawaban ini diperkuat dengan adanya responden sebesar 15,8% atau 75 orang memilih jawaban pernah tidak taat memakai masker di tempat umum, artinya 75 orang tersebut pernah melakukan pelanggaran protokol kesehatan.

3) Tertib cuci tangan

Indikator ketertiban mencuci tangan sudah sangat baik yaitu ditunjukkan dengan 95,6% responden atau 454 orang menjawab selalu mencuci tangan sebelum memasuki rumah atau fasilitas umum. Akan tetapi sangat disayangkan karena masih ada 4,4% atau 21 orang yang menjawab tidak tertib mencuci tangan saat memasuki rumah atau fasilitas umum, hal ini berarti masih terdapat pelanggaran terhadap himbauan 3 M. Sedangkan satu responden tidak menjawab. 4) Tertib Physical Distancing

Indikator tertib jaga jarak (physical distancing) ini sudah cukup baik dengan direpresentasikan oleh 94,9% responden atau 449 orang yang menyatakan bahwa selalu menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain, karena memang indikator ini juga sangat penting dalam mencegah penularan covid-19. Sedangkan 5,1% responden lain atau sebanyak 24 orang menjawab masih sering tidak tertib untuk menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain.

(11)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 5) Ketaatan untuk tidak berkerumun

Indikator ketaatan untuk tidak berkerumun disini dijawab oleh 19,7% responden atau sejumlah 93 orang yang menyatakan bahwa mereka masih sering berkerumun saat diberlakukannya PPKM mikro, sedangkan 80,3% responden lain sejumlah 380 orang menyatakan taat untuk tidak melakukan kerumunan disaat pemberlakuan PPKM mikro ini. Hal ini menjadi catatan bagi Penegak Protokol Kesehatan dalam hal ini Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo untuk meningkatkan upaya pengawasan yang lebih ketat. Sepertihalnya kita ketahui saat ini kerumunan masih menjadi peluang utama dalam menciptakan klaster covid-19 yang baru, dimana kita tidak pernah mengetahui apakah teman/saudara/tetangga kita yang bergabung dalam kerumunan itu terjangkit virus atau tidak, bisa jadi dalam kerumunan tersebut banyak carrier (pembawa virus) yang tidak memiliki gejala.

6) Tertib PHBS

Indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) ini menjadi kunci dalam menekan penyebaran covid-19, karena indikator ini menyangkut perilaku kebiasaan sehari-hari dalam menciptakan pola kehidupan yang bersih dan sehat termasuk makan makanan bergizi dan olahraga teratur. Sebanyak 467 orang responden atau 98,7% menjawab telah menerapkan PHBS dengan baik, sedangkan sisanya

(12)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

sebanyak 6 orang atau 1,3% responden menjawab belum menerapkan PHBS dengan baik.

7) Fasilitas Kebersihan

Indikator ini langsung merujuk pada kondisi tempat tinggal/rumah yang didiami oleh para responden, relevan dengan indikator PHBS sebelumnya yaitu untuk mengetahui seberapa besar responden yang peduli terhadap kebersihan. Sebanyak 97,5 % responden atau 463 orang menjawab telah menyediakan fasilitas kebersihan berupa tempat cuci tangan/handsanitizer/cairan semprot desinfektan. Sedangkan 12 orang responden atau sebesar 2,5% menjawab belum memiliki/menyediakan fasilitas kebersihan tersebut.

c. Protokol Kesehatan di Fasilitas Umum (Termasuk Pasar) 1) Sosialisasi dan Edukasi

Indikator ini digukanan untuk mengetahui berapa banyak responden yang pernah mengikuti atau melaksanakan sosialisasi maupun edukasi terkait dengan kebijakan PPKM Mikro, dari 475 orang responden yang menjawab diperoleh hasil bahwa 83,2% responden atau 395 orang menyatakan pernah mengikuti sosialisasi dan edukasi mengenai pembatasan kegiatan masyarakat. Sedangkan 15,4% responden lainnya atau sebanyak 73 orang menyatakan belum pernah, artinya sosialisasi dan edukasi mengenai PPKM Mikro ini

(13)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

masih kurang menyeluruh. Sisanya sejumlah 7 orang menyatakan belum mengetahui tentang kebijakan PPKM Mikro ini.

2) Fasilitas Kebersihan di Tempat Umum (termasuk Pasar)

Indikator fasilitas kebersihan di tempat umum (termasuk pasar) ini memberikan gambaran mengenai tempat umum termasuk pasar yang menyediakan fasilitas kebersihan seperti tempat cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer bagi pengunjungnya. Dari hasil kuesioner diperoleh 95,2% responden atau 452 orang menjawab bahwa di tempat umum yang dikunjungi termasuk pasar telah menyediakan fasilitas kebersihan, ini berarti sebaian besar tempat umum maupun Pasar sudah menyediakan fasilitas kebersihan dengan baik, walaupun 35 orang responden atau 7,3% menjawab belum melihat fasilitas kebersihan di tempat umum maupun pasar yang mereka kunjungi. Hal ini juga perlu mendapat perhatian karena di beberapa tempat umum masih ada yang belum menyediakan fasilitas kebersihan berupa tempat cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer. Sisanya sebanyak 2,5% menjawab tidak tahu.

3) Identifikasi dan Pemantauan

Indikator ini mengukur tentang identifikasi dan pemantauan kesehatan terhadap pengunjung di tempat umum (termasuk pasar). Sebanyak 96,6% responden atau 443 orang menyatakan pernah menerima identifikasi dan pemantauan kesehatan melalui thermogun atau alat pengukur suhu sebelum memasuki tempat umum termasuk pasar.

7,3%

(14)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Hal ini sudah cukup baik karena sebagian besar tempat umum termasuk pasar telah melakukan identifikasi dan pemantauan kesehatan pengunjung. Sedangkan sebanyak 4,4% atau 20 orang responden menyatakan belum menerima identifikasi dan pemantauan kesehatan di tempat umum termasuk pasar, sisanya sebanyak 11 orang atau 2,3% menyatakan tidak tahu.

4) Kegiatan Desinfeksi Lingkungan

Indikator ini berisi tentang pengukuran terhadap kegiatan desinfeksi di lingkungan tempat tinggal, kantor, atau tempat umum lainnya secara berkala. Sebanyak 90,3% responden atau sejumlah 428 orang menyatakan bahwa di lingkungan tempat tinggal, kantor, maupun tempat umum lainnya telah menerapkan kegiatan desinfeksi secara berkala. Akan tetapi di satu sisi sebanyak 27 orang responden atau 5,7% menjawab tidak ada desinfeksi lingkungan secara berkala, hal ini menunjukkan bahwa belum terbangun rutinitas untuk melakukan desinfeksi di lingkungan, tempat kerja, dan tempat umum lainnya secara berkala. Sedangkan sisanya sebesar 4% responden menjawab tidak tahu.

5) Pengaturan Jarak di Tempat Umum

Indikator pengaturan jarak di fasilitas umum termasuk pasar digunakan untuk mengetahui apakah penerapan social distancing di tempat umum yang memungkinkan keramaian atau kerumunan sudah dilaksanakan dengan baik. Sebanyak 84,1% responden atau 398

(15)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

orang menjawab bahwa di sebagian besar tempat umum termasuk pasar sudah menerapkan pengaturan jaga jarak, sedangkan responden lainnya sebanyak 12,1% atau 57 orang menyatakan bahwa di beberapa tempat belum menerapkan pengaturan jaga jarak maupun memberikan tanda jaga jarak. Sisanya menjawab 3,8% menjawab tidak tahu.

6) Fasilitasi Deteksi Dini

Untuk menangani Covid-19 yang menjadi paling penting adalah adanya deteksi dini. Terkait dengan penyebaran virus corona, tes untuk mendeteksi sangatlah penting, dan fasilitas kesehatan seperti posko-posko kesehatan di fasilitas umum termasuk pasar harus diperkuat dan diperbanyak lagi. Indikator ini belum cukup baik karena hanya 48,5% atau 228 orang responden pernah memperoleh fasilitasi deteksi dini di tempat umum termasuk pasar. Sedangkan 209 responden atau 44,5% lainnya menjawab belum pernah memperoleh fasilitasi deteksi dini ataupun menggunakan fasilitas deteksi dini yang disediakan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Sisanya sebanyak 33 orang menjawab tidak tahu bahwa terdapat fasilitasi deteksi dini di tempat umum termasuk pasar. Indikator ini sudah mulai membaik, akan tetapi masih perlu ditingkatkan lagi, karena 209 orang menyatakan belum pernah memperoleh fasilitasi deteksi dini.

(16)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Walikota Surakarta tentang Pembatasan Kegiatan Masyarakat mikro bahwa anak dibawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia dilarang untuk memasuki pasar tradisional/pasar modern/toko modern/swalayan/pusat perbelanjaan, maka pada indikator ini akan terlihat berapa banyak tempat umum yang sudah memberikan larangan untuk anak dibawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia yaitu sebesar 89,9% responden atau 427 orang menyatakan bahwa di tempat umum termasuk pasar yang mereka kunjungi sudah mengatur tentang larangan tersebut. Sedangkan 4,6% responden atau 22 orang menjawab tidak ada larangan yang diberlakukan di tempat umum termasuk pasar dan 5,5% menjawab tidak tahu. Indikator ini juga perlu mendapat perhatian, meskipun sudah banyak tempat umum termasuk pasar yang menerapkan larangan tersebut akan tetapi masih ada beberapa tempat umum termasuk pasar yang tidak melarang anak dibawah 5 tahun, ibu hamil, dan lansia untuk memasuki tempat tersebut.

8) Responden Yang Pernah Mengajak Anak dibawah 5 tahun

Indikator ini disusun untuk mengetahui tingkat kejujuran responden terkait larangan bagi anak dibawah usia 5 tahun, ibu hamil dan lansia untuk memasuki mall, pusat perbelanjaan, pasar dan tempat umum lainnya. Sesuai data grafik terlihat konsistensi jawaban sebesar 92,6% atau sebanyak 439 orang menjawab tidak pernah mengajak anak di bawah 5 tahun. Sedangkan sebanyak 29 orang atau 6,1% menjawab pernah mengajak anak di bawah 5 tahun memasukki mall atau pusat perbelanjaan selama pemberlakuan PPKM mikro ini.

d. Pelaksanaan PPKM MIkro

(17)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Berdasarkan diagram diatas terkait dengan zona pengendalian wilayah direspon oleh 466 responden, dimana jawaban tertinggi yaitu mereka berada di zona hijau (tidak ada kasus covid-19) di lingkungan mereka atau sebesar 63,5% responden atau 296 orang yang menjawab hal tersebut. Peringkat kedua diduduki oleh zona kuning (1-5 rumah dengan konfirmasi kasus covid-19 selama 7 hari terakhir) dengan jumlah 32,8% responden atau 153 orang. Sisanya zona merah dijawab oleh 11 orang responden, sedangkan zona oranye hanya dijawab oleh 6 responden. Hal ini sudah cukup baik karena menunjukkan kasus terkonfirmasi covid-19 sudah mulai menurun dengan adanya zonasi tersebut.

2) Koordinasi Satgas Jogo Tonggo

Indikator ini digunakan untuk melihat efisiensi waktu koordinasi antara Satgas Jogo tonggo dengan Satgas Covid-19 di lingkungan kecamatan dalam waktu satu kali seminggu. Sebanyak 337 responden atau 71,5% menjawab sudah dilakukan koordinasi aktif antara Satgas Jogo Tonggo dengan Satgas Covid-19. Sedangkan sebanyak 12,1% atau 57 orang menjawab belum ada koordinasi antara Satgas Jogo Tonggo dengan Satgas Covid-19. Sisanya sebanyak 16,3% menjawab tidak tahu. Hal ini menunjukkan koordinasi sudah cukup baik, akan tetapi perlu ditingkatkan lagi. 3) Posko Pengawasan Tingkat Kelurahan

(18)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Indikator ini merupakan indikator baru pada Monev PPKM Mikro ini, sebab salah satu perbedaan yang paling terlihat antara PPKM jilid I maupun II dengan PPKM mikro adalah kewajiban mendirikan posko pengawasan PPKM di tingkat kelurahan maupun kecamatan. Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa sebagian besar posko di tingkat kelurahan sudah terbentuk sesuai dengan jawaban responden yaitu 344 orang atau 72,7%. Sedangkan 49 orang responden atau 10,4% menyatakan belum terbentuk posko, ini menjadi suatu hal yang wajar karena kebijakan pemberlakuan PPKM mikro ini merupakan suatu hal yang baru.

4) Keterlibatan Satlinmas dan Unsur Lainnya

Indikator ini digunakan untuk melihat kolaborasi atau keterlibatan satlinmas, babinsa, babinkantibmas, tokoh masyarakat, FKPM, dan puskesmas dalam melaksanakan fungsi Posko pengawasan PPKM Mikro. Karena bagaimanapun Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa bekerja sendiri tanpa ada dukungan dari berbagai sektor. Sebesar 79,8% atau 376 orang responden menjawab sudah ada kolaborasi antara satlinmas, babinsa, babinkantibmas, tokoh masyarakat, FKPM, dan puskesmas. Sedangkan 82 orang responden atau 17,4% menjawab tidak tahu mengenai keterlibatan tersebut.

(19)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Seperti halnya indikator sebelumnya terkait dengan pendirian posko di tingkat kelurahan, maka indikator ini digunakan untuk mengetahui posko di tingkat kecamatan. Berdasarkan jawaban responden, sebesar 64,3% atau 302 orang responden menjawab sudah terdapat posko di tingkat kecamatan, sedangkan 51 orang atau 10,9% responden menjawab belum didirikan posko tingkat kecamatan. Sisanya sebesar 24,9% menjawab tidak tahu.

e. Pengendalian Penyebaran Covid-19

1) Ketaatan Memakai Masker di Tingkat RT/RW

Indikator ini digunakan untuk melihat Apakah di lingkungan RT/RW masih ditemukan masyarakat yang tidak taat memakai masker saat keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Sesuai jawaban responden terdapat 306 orang atau 65,1% menjawab masih ditemukan masyarakat yang tidak memakai masker di lingkungan RT/RW mereka. Hal ini patut menjadi perhatian karena pelanggaran prokes tidak memakai masker justru ditemukan di tingkat lingkungan RT/RW, sehingga peran Satgas Jogo Tonggo perlu ditingkatkan lagi. Sedangkan 131 orang atau 27,9% menjawab tidak ditemukan masyarakat yang melanggar.

(20)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Indikator ini terkait kebijakan penerapan Work From Home (WFH) sebesar 50% dan Work Form Office (WFO) sebesar 50% di tempat kerja responden. Berdasarkan hasil kuesioner tersebut sebesar 67,3% responden atau 315 orang menjawab bahwa di tempat kerja mereka telah menerapkan kebijakan WFH dan WFO sesuai ketentuan, yang perlu dilihat lagi bahwa 41 orang responden atau sebesar 8,8% menjawab bahwa di tempat kerja mereka belum menerapkan WFH 50% dan WFO 50%, sedangkan 112 orang lainnya menjawab tidak tahu, ini dapat diindikasikan bahwa responden tersebut tidak menerapkan kebijakan WFH dan WFO di tempat kerja mereka.

3) KBM Daring/Online

Indikator Kegiatan Belajar Mengajar/KBM daring/online ini menunjukkan bahwa 98,3% responden atau 464 orang telah melaksanakan KBM secara daring/online. Sedangkan sisanya sebanyak 8 orang responden menjawab belum melaksanakan dan tidak tahu terkait KBM secara daring/online.

4) Kapasitas Makan di Tempat 50%

Indikator ini digunakan untuk mengetahui warung makan/café/ restoran/PKL/lapak jajanan/hik dan pusat kuliner apakah sudah menerapkan kebijakan layanan makan di tempat maksimal sebanyak 50% dari tempat duduk. Sebanyak 80,7% responden atau 380 orang

(21)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

menyatakan bahwa tempat makan yang pernah mereka kunjungi telah menerapkan kebijakan maksimal 50% tempat duduk untuk makan di tempat bagi pengunjungnya. Responden lain sebanyak 39 orang atau 8,3% menyatakan bahwa belum ada pembatasan kapasitas pengunjung yang makan di tempat, dan sisanya sebesar 11% atau 52 orang tidak mengetahui kebijakan makan ditempat maksimal 50% tersebut.

5) Penyajian Makanan Secara Tertutup

Indikator ini menunjukkan kebersihan dalam penyajian atau tingkat higienis dari makanan yang disajikan pada warung makan/café/ restoran/PKL/lapak jajanan/hik dan pusat kuliner. Sebanyak 374 responden atau 79,6% menjawab bahwa penyajian makanan di tempat makan yang dikunjungi sudah dilakukan secara tertutup dan pelayan memakai masker. Sedangkan 8,1% responden atau 38 orang menyatakan bahwa tempat makan yang mereka kunjungi belum menyajikan makanan secara tertutup. Sisanya sebanyak 58 orang menjawab tidak tahu.

6) Kegiatan Penyebab Kerumunan

Indikator ini untuk mengetahui selama pelaksanaan PPKM apakah masih banyak kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan pada tempat tinggal/jalan/ruang publik/lapangan. Sebesar 31,8% responden atau 150 orang menjawab bahwa masih ada beberapa

(22)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

kegiatan yang menimbulkan kerumunan pada saat diberlakukannya PPKM ini. Sedangkan 62,3% responden atau 294 orang menyatakan sudah tidak ada lagi kegiatan yang menimbulkan kerumunan selama PPKM, sisanya sebanyak 5,9% menjawab tidak tahu.

7) Kapasitas Tempat Ibadah 50%

Indikator ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Walikota Surakarta terkait pembatasan kapasitas tempat ibadah dan tanda jaga jarak dalam tempat ibadah, dimana sebesar 81,5% responden atau 383 orang menjawab bahwa sudah ada pembatasan pada tempat ibadah di lingkungan mereka. Sedangkan 12,1% atau 57 orang menyatakan belum ada pembatasan tempat ibadah di lingkungan tempat tinggal mereka. Sisanya sebesar 6,4% responden menyatakan tidak tahu adanya pembatasan tempat ibadah.

8) Ketersediaan Posko di Tempat Perbelanjaan

Indikator ini digunakan untuk mengetahui apakah responden saat mengunjungi mall/pasar tradisional/pusat perbelanjaan/tempat hiburan malam selama PPKM Mikro ini, pengelola telah mendirikan Posko Penegakan Protokol Kesehatan. Sebanyak 269 responden atau 57,1% mengetahui bahwa di mall atau tempat perbelanjaan yang mereka kunjungi sudah disediakan Posko Penegakan Protokol Kesehatan. Sedangkan 51 orang atau 10,8% responden menjawab tidak menemui Posko tersebut. Sisanya 151 responden menjawab tidak tahu.

(23)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 9) Hajatan di Tempat Umum

Dari 471 orang responden, 85 orang atau 18% masih menjawab bahwa di lingkungan mereka masih ditemukan warga yang melaksanakan kegiatan hajatan di rumah tinggal, pendhopo joglo kelurahan/kecamatan, aula sekolah, gelanggang olahraga, dan gedung sejenis lainnya yang fungsinya tidak untuk melaksanakan hajatan. Sedangkan 72,4% responden atau 341 orang tidak menemui warga yang akan melaksanakan hajatan di tempat umum. f. Peran Satgas Covid-19 dan Satgas Jogo Tonggo

1) Peran Aktif Satgas Covid-19

Indikator ini berisi tentang tingkat peran aktif satgas covid-19 dalam memberikan edukasi dan sosialisasi pelaksanaan protokol kesehatan dan pencegahan kerumunan. Sebanyak 62,2% responden atau 293 orang menyatakan bahwa Satgas Covid-19 di tingkat kecamatan sudah memberikan edukasi dan peran aktf dalam protokol kesehatan dan pencegahan kerumuman. Sedangkan 15,7% responden atau 74 orang menyatakan belum melihat peran aktif dari Satgas Covid-19 tingkat kecamatan di lingkungan meraka dalam hal edukasi protokol kesehatan dan pencegahan kerumunan. Sisanya sebanyak 22,1 % atau sebanyak 104 orang memberikan jawaban tidak tahu mengenai edukasi maupun peran aktif Satgas Covid-19 di lingkungan mereka.

(24)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 2) Peran Aktif Satgas Jogo Tonggo

Hampir sama dengan indikator sebelumnya yaitu mengenai edukasi dan peran aktif satgas, dimana indikator sebelumnya membahas mengenai satgas Covid-19, untuk indikator ini membahas peran aktif satgas jogo tonggo. Sebanyak 77,9% atau 367 orang responden menyatakan sudah mendapatkan edukasi dan peran aktif dari Satgas Jogo Tonggo di lingkungan mereka. Sedangkan 8,5% responden atau 40 orang menyatakan belum mendapat edukasi dan peran aktif satgas jogo tonggo, dan sisanya 13,6% atau 64 orang menyatakan tidak tahu.

g. Pelanggaran dan Sanksi

1) Pelanggaran Prokes Pada Saat PPKM Mikro

Indikator ini digunakan untuk melihat pelanggaran protokol kesehatan saat diberlakukannya PPKM Mikro di lingkungan maupun tempat tinggal responden. Sebanyak 25,8% atau 121 orang responden menjawab masih terjadi pelanggaran protokol kesehatan di lingkungan mereka. Sedangkan 55,7% atau 261 orang menyatakan tidak ada pelanggaran protokol kesehatan di tingkat lingkungan atau tempat tinggal mereka selama diberlangsungkannya PPKM. Sisanya sebanyak 18,6% atau 87 orang mengatakan tidak tahu ada tidaknya pelanggaran protokol kesehatan maupun PPKM Mikro.

(25)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

2) Ada Tidaknya Sanksi terhadap Pelanggaran

Indikator ini disusun untuk menindaklanjuti indikator sebelumnya yaitu terkait dengan sanksi atas pelangaran protokol kesehatan maupun PPKM di tingkat tempat tinggal atau lingkungan responden. Hasil indikator ini cukup menarik bahwa untuk pelanggaran di tingkat lingkungan responden hanya 33,1% atau 154 orang yang menjawab ada sanksi untuk pelanggaran terhadap protokol kesehatan, sedangkan mayoritas sebesar 38,5% atau 179 orang responden menjawab tidak pernah ada sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan. Sisanya sebesar 28,4% atau 132 orang responden menjawab tidak tahu adanya sanksi. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu penegakan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan di tingkat RT atau RW melalui peran aktif Satgas Jogo Tonggo.

3) Pemberian Sanksi

Indikator ini digunakan untuk mempertegas atau menguatkan pernyatan responden pada indikator sebelumnya mengenai pemberian sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan. Pada indikator ini terdapat 44,5% atau sebanyak 209 responden mengatakan pernah melihat seseorang mendapatkan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukannya. Sedangkan 43,4% atau 204 responden menyatakan tidak pernah melihat seseorang yang dijatuhkan sanksi atas pelanggaran protokol kesehatan, dan sisanya sebesar 12,1% atau 57 orang menjawab tidak tahu.

(26)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 4) Jenis dan Macam Sanksi

Indikator ini memberikan gambaran mengenai macam-macam sanksi yang diterima oleh pelanggar protokol kesehatan/PPKM Mikro oleh Satgas Covid-19/Tim Cipta Kondisi. Pada indikator ini hanya diisi oleh responden yang pernah melihat pemberian sanksi oleh Satgas Covid-19/Tim Cipta Kondisi pada pelanggar protokol kesehatan/PPKM, sehingga hanya 436 orang responden yang mengisi indikator ini, sedangkan 39 orang responden lainnya tidak mengisi disebabkan tidak pernah melihat pemberian sanksi saat adanya pelanggaran protokol kesehatan. Berdasarkan hasil kuesioner, sebesar 54,8% atau 239 orang responden melihat adanya pemberian sanksi berupa teguran lisan, sedangkan tingkatan kedua yaitu sebesar 22,9% atau 100 responden menjawab adanya sanksi berupa kerja social di fasilitas umum, dan jawaban tertinggi ketiga sebesar 17% atau 74 orang menjawab adanya sanksi berupa pembubaran kegiatan yang menimbulkan kerumunan.

5) Jenis dan Macam Sanksi Untuk Anak di bawah 5 tahun, Ibu Hamil, dan Lansia

Indikator ini disusun untuk mengetahui apakah responden pernah melihat anak yang berusia kurang dari 5 (lima) tahun, ibu hamil, dan orang lanjut usia yang melakukan pelanggaran protokol kesehatan dijatuhi sanksi oleh satgas penanganan COVID-19/Tim Cipta Kondisi selama pelaksanaan PPKM mikro ini. Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 342 orang responden atau 80,5% menyatakan sanksi yang diberikan kepada anak dibawah 5 tahun, perempuan hamil,

(27)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

lanjut usia adalah terguran lisan. Sedangkan 46 orang atau 10,8% menjawab sanksi pemulangan paksa ke rumah masing-masin, dan sisanya sebanyak 37 orang atau 8,7% menjawab adanya sanksi berupa membuat pernyataan tidak akan mengulangi.

h. Kritik dan Saran

Berdasarkan hasil kuesioner yang masuk yaitu sebanyak 475 responden menghasilkan 447 tanggapan, artinya terdapat 28 orang yang tidak memberikan tanggapan. Untuk indikator terakhir ini yaitu terkait dengan tanggapan, kritik, dan saran cukup berat untuk dilakukan analisis karena berupa data kualitatif, oleh karena itu untuk memudahkan kami dalam menganalisis maka berdasarkan tanggapan responden tersebut dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu Respon Positif dan Respon Negatif. Di dalam tiap respon tersebut akan dirinci menjadi trend jawaban sesuai dengan isian responden, yaitu terdapat 6 jenis jawaban responden untuk respon positif, dan 6 jenis jawaban responden untuk respon negatif. Setelah melakukan perincian tersebut, maka tiap kelompok jawaban dilakukan analisis sebagai berikut:

1) Respon Positif

Tanggapan Responden Jumlah

PPKM mikro sudah baik 246

Kolaborasi wilayah dan stakeholder 23

Peningkatan peran dan honor Satgas Jogo Tonggo 4

Percepatan vaksin di semua lini 4

Kebutuhan ekonomi masyarakat lebih diperhatikan 9

Anak sekolah segera tatap muka 5

Total Respon Positif 291

Pada kelompok jawaban respon positif, tanggapan tertinggi disampaikan oleh 246 orang responden dengan jenis tanggapan berupa “PPKM mikro sudah baik”. Jawaban ini muncul berdasarkan

246 23 4 4 9 5

PPKM mikro sudah baik

Kolaborasi wilayah dan stakeholder

Peningkatan peran dan honor Satgas Jogo Tonggo Percepatan vaksin di semua lini

Kebutuhan ekonomi masyarakat lebih diperhatikan Anak sekolah segera tatap muka

(28)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

tanggapan responden yang merespon upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam memberlakukan kebijakan PPKM Mikro baik dari segi preventif maupun represifnya, dan responden inilah yang mendukung untuk melanjutkan PPKM mikro tahap berikutnya. Tanggapan tertinggi kedua disampaikan oleh 23 orang responden yaitu mengenai “Kolaborasi Wilayah dan Stakeholder”, bagi responden yang menjawab ini menyatakan bahwa PPKM mikro sebenarnya sudah baik, akan tetapi akan berat apabila tidak dilaksanakan oleh seluruh pihak, jadi kolaborasi wilayah perbatasan solo raya maupun pelibatan stakeholder dalam pelaksanaan mikro sangat penting. Sedangkan tanggapan tertinggi ketiga disampaikan oleh 9 orang responden yaitu “Kebutuhan Ekonomi Masyarakat Lebih Diperhatikan”, bagi responden ini menyatakan bahwa mereka sangat setuju dengan kebijakan PPKM mikro, akan tetapi mereka sangat berharap agar Pemerintah juga memberikan solusi atas pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat khususnya bagi yang berprofesi sebagai pedagang/UMKM..

Sejumlah responden juga ingin segera dilangsungkan pertemuan tatap muka untuk sekolah anak-anak mereka, karena selama ini belajar daring dirasa kurang efektif dalam memberikan pemahaman kepada anak. Selain pembelajaran tatap muka, terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa peran satgas jogo tonggo perlu ditingkatkan, akan tetapi juga perlu dipikirkan juga mengenai honornya. Tanggapan positif yang terakhir adalah percepatan vaksinasi di semua lini, karena masyarakat sudah berada pada titik jenuh, sehingga mereka berharap bisa kembali pada situasi yang normal.

2) Respon Negatif

Tanggapan Responden Jumlah

PPKM mikro kurang efektif 40

Edukasi dan sosialisasi masih kurang 32

Monev/Sidak Satgas di tingkat RT 42

Penertiban Hik dan Tempat Ibadah 11

40

32 42

11

22 9

PPKM mikro kurang efektif Edukasi dan sosialisasi masih kurang

Monev/Sidak Satgas di tingkat RT Penertiban Hik dan Tempat Ibadah

(29)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Sanksi kurang tegas 22

Aturan membingungkan (sering berubah) 9

Total Respon Negatif 156

Pada tanggapan respon negatif diatas, jawaban tertinggi pertama diperoleh dari 42 responden dengan jenis respon yaitu “Monev/Sidak Satgas di Tingkat RT”, responden yang memberikan tanggapan ini menganggap bahwa pelanggaran protokol kesehatan pada PPKM mikro saat ini lebih terlihat di kampung atau tingkat RT, sehingga mereka berharap ada rutinitas Satgas Jogo Tonggo dalam melakukan monev di lapangan maupun inspeksi mendadak (sidak) di tingkat RT. Jawaban tertinggi kedua yaitu 40 responden dengan jenis respon yaitu “PPKM Mikro Kurang Efektif”, responden yang memberikan tanggapan ini menyatakan bahwa selama PPKM mikro ini berlangsung masih banyak pelanggaran terhadap protocol kesehatan dan kasus covid-19 juga masih tinggi. Mereka yang menganggap PPKM mikro ini selama ini kurang efektif menyarankan agar PPKM mikro ini tidak diteruskan lagi karena tidak memberikan dampak yang cukup baik. Tanggapan negatif tertinggi ketiga dari 32 orang responden menyatakan bahwa “Edukasi dan Sosialisasi Masih Kurang”. mereka memandang bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian covid-19 di tingkat kota maupun tempat tinggal mereka masih kurang, hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi dan sosialiasi dari Satgas Jogo Tonggo Maupun Satgas Covid-19.

Selain tiga jawaban teratas tersebut, ada beberapa respon negative lainnya dari responden yaitu 1. Terkait dengan penerapan sanksi yang kurang tegas, karena selama ini mereka menganggap sanksi atas pelanggaran protocol kesehatan kurang membuat jera bagi para pelanggarnya, seharusnya dapat ditingkatkan lagi menjadi sanksi yang lebih berat, 2. Penertiban di Pusat Jajanan HIK dan Tempat Ibadah, hal ini cukup membuat beberapa responden resah karena restoran dan rumah makan sudah ditertibkan, tetapi pelanggaran kerumunan dan tidak memakai masker masih banyak ditemukan pada pusat jajanan HIK atau wedangan, selain itu pembatasan jamaah di tempat ibadah dan jaga jarak sudah banyak tidak diterapkan lagi bahkan banyak jamaah yang sudah mulai tidak memakai masker saat menjalanjan ibadah, 3. Terkait dengan aturan yang membingungkan (sering berubah), sebagian responden menganggap bahwa aturan adalah ujung tombak dari penegakan disiplin selama pemberlakuan PPKM mikro, akan tetapi selama ini yang mereka temukan adanya peraturan yang sering berubah-ubah dan himbauan dari petugas penegak disiplin yang berbeda-beda, tidak seragam dalam menyampaikan aturan yang seharusnya menjadi pegangan dalam penegakan disiplin protocol kesehatan. Sehingga menurut mereka perlu adanya konsistensi peraturan dan keseragaman persepsi bagi petugas penegak disiplin dalam menyampaikan aturan tersebut.

(30)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

4. Tahap Analisis Data Sektoral (Satpol PP dan Satgas Covid-19) a. Data Penegakan Disiplin dari Satpol PP Kota Surakarta

1) Personil Penegak Disiplin

Personil Tanggal 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL Satpol PP 25 25 15 25 16 25 25 25 0 25 206 TNI 0 0 0 2 1 2 0 0 0 0 5 Polri 10 10 10 10 12 14 10 10 0 12 98 Lainnya 0 0 0 0 0 19 0 0 0 2 21

Berdasarkan data grafik maupun tabel diatas terlihat bahwa jumlah personil yang dilibatkan dalam menegakkan protokol kesehatan selama periode PPKM Mikro paling banyak didominasi oleh Satpol PP yaitu sejumlah 206 personil, kemudian Polri dengan 98 personil, TNI sejumlah 5 personil, dan 21 personil dari unsur lainnya. Data personil harian yang dilibatkan dalam penegakan protokol kesehatan ini fluktuatif tiap harinya berubah sesuai dengan kebutuhan lokasi dan jumlah wilayah yang akan dilakukan operasi penegakan disiplin. Tanggal 17 Kosong karena personil dikerahkan untuk pengamanan HUT Kota Surakarta. 2) Pelanggaran yang dilakukan Perseorangan (Razia Masker)

- Data Pelanggar Berdasarkan jenis kelamin

Data ini berisi tentang identitas pelanggar protokol kesehatan dan PPMK Mikro berdasarkan jenis kelamin dalam kurun waktu tanggal 09 s.d. 18 Februari 2021. Rekap identitas pelanggar berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:

0 5 10 15 20 25 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h

Periode PPKM Mikro (9-18 Februari 2021)

DATA PERSONIL PENEGAK DISIPLIN

Satpol PP TNI Polri Lainnya 0 20 40 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h

Periode PPKM Mikro (9-18 Februari 2021)

DATA PELANGGAR (JENIS KELAMIN)

Pria Wanita

(31)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 Jenis Kelamin Tanggal 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL Pria 21 22 4 9 11 39 25 25 0 23 179 Wanita 2 4 0 0 1 6 3 3 0 3 22

Pada PPKM Mikro yaitu tanggal 9 – 18 Februari 2021, data pelanggar protokol kesehatan dalam operasi razia masker berdasarkan jenis kelaminnya didominasi oleh Pria yaitu sebanyak 179 orang, sedangkan wanita sebanyak 22 orang.

- Data Pelanggar Berdasarkan usia

Usia Tanggal 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL <19 tahun 0 7 0 3 2 12 5 5 0 8 42 20 - 39 tahun 9 12 2 4 8 24 12 12 0 11 94 > 40 tahun 14 7 2 2 2 9 11 11 0 7 65

Data pelanggar protokol kesehatan pada PPKM Mikro menunjukkan bahwa usia pelanggar yang paling tinggi melakukan pelanggaran terhadap protokol kesehatan dan PPKM adalah 20 – 39 tahun yaitu sebanyak 94 orang pelanggar. Jumlah tertinggi kedua ditempati usia > 40 tahun yaitu sejumlah 65 orang, dan yang ketiga adalah usia < 19 tahun sejumlah 42 orang.

- Data Pelanggar berdasarkan pekerjaan 0 5 10 15 20 25 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h

Periode PPKM Mikro (9-18 Februari 2021) DATA PELANGGAR (USIA)

<19 tahun 20 - 39 tahun > 40 tahun 0 10 20 30 40 50 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h

Periode PPKM Mikro (9-18 Februari 2021) DATA PELANGGAR (PEKERJAAN)

Pelajar/Mhs PNS/TNI/Polri Swasta/Lainnya

(32)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 Pekerjaan Tanggal 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL Pelajar/Mhs 1 6 0 1 4 0 6 6 0 8 32 PNS/TNI/Polri 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 3 Swasta/Lainnya 22 20 4 8 7 45 21 21 0 18 166

Melihat data diatas, pada pemberlakuan PPKM Mikro diperoleh data pelanggar berdasarkan pekerjaan paling banyak didominasi oleh swasta/lainnya sebanyak 166 orang, tertinggi kedua ditempati oleh pelajar/mahasiswa sebanyak 32 orang, dan yang paling kecil jumlahnya adalah pelanggar dengan basic pekerjaan PNS/TNI/Polri yaitu 3 orang.

- Macam Sanksi yang diberikan

Macam Sanksi Tanggal

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL

Mengucapkan Pancasila/

Menyanyi Lagu Wajib

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Push Up 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Menyapu/ Membuang Sampah 15 23 0 8 10 34 21 21 0 23 155 Sita KTP/Teguran 8 3 4 1 2 11 7 7 0 3 46 Denda Uang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada PPKM Mikro ini, penegak disiplin dari berbagai elemen telah menerapkan sanksi bagi pelanggar protokol kesehatan dan PPKM dengan bentuk sanksi terbanyak yaitu sanksi kerja sosial dalam bentuk menyapu/membuang sampah/membersihkan sungai yaitu sebanyak 155 pelanggar yang dikenakan sanksi tersebut. Sedangkan sanksi terbanyak yang kedua berupa Sita KTP/Teguran dari Petugas saja yaitu dengan jumlah 46 pelanggar. Sedangkan sanksi lainnya belum diterapkan pada pelanggaran PPKM Mikro kali ini. Sanksi yang tegas dan humanis menjadi pilihan tepat dalam membentuk kedisiplinan masyarakat.

0 5 10 15 20 25 30 35 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h

Periode PPKM Mikro (9-18 Februari 2021) SANKSI YANG DIBERIKAN

Mengucapkan Pancasila/ Menyanyi Lagu Wajib Push Up

Menyapu/ Membuang Sampah Sita KTP/Teguran Denda Uang

(33)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

3) Pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha

Jenis Pelanggaran Tanggal

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL

Jam Operasional Tidak

Sesuai 0 1 3 0 5 0 3 2 0 0 14

Tidak Taat Prokes (kerumunan, tempat cuci tangan, dan jaga jarak)

0 0 2 1 0 3 0 2 0 0

8

Masih Buka 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tempat Duduk Terlalu

banyak 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Pembeli lebih 25 % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Acara Hajatan 0 0 0 1 0 2 2 0 0 0 5

Penjual Reaktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tidak Mematuhi SE 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Belum ada banner

himbauan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada periode PPKM Mikro ini masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha terhadap protokol kesehatan dan PPKM akan tetapi sudah berkurang dibandingkan dengan PPKM Jilid I dan II dengan tingkat jenis pelanggaran terbanyak yaitu Jam Operasional yang tidak sesuai dengan aturan yaitu sebanyak 14 pelanggar. Kemudian peringkat terbanyak kedua yaitu jenis pelanggaran berupa Tidak taat pada Prokes (yaitu kerumunan, tempat cuci tangan, dan jaga jarak) sejumlah 8 pelanggar. Sedangkan jenis pelanggaran tertinggi ketiga adalah Acara Hajatan yang hanya sejumlah 5 pelanggar. Sedangkan sanksi yang diberikan berikut:

0 1 2 3 4 5 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h PPKM Mikro (9-18 Februari 2021)

Jenis Pelanggaran oleh Pelaku Usaha

Jam Operasional Tidak Sesuai Tidak Taat Prokes (kerumunan, tempat cuci tangan, dan jaga jarak)

Masih Buka

Tempat Duduk Terlalu banyak Pembeli lebih 25 % Acara Hajatan Penjual Reaktif 0 1 2 3 4 5 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 J u m la h PPKM Mikro (9-18 Februari 2021)

Jenis Sanksi terhadap Pelanggar (Pelaku Usaha)

Teguran Pertama Teguran Kedua Teguran Tertulis Pembubaran Penutupan Himbauan

(34)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 Jenis Sanksi Tanggal 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL Teguran Pertama 0 0 2 1 0 1 2 1 0 0 7 Teguran Kedua 0 1 0 0 0 2 0 1 0 0 4 Teguran Tertulis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Pembubaran 0 0 0 1 0 2 1 0 0 0 4 Penutupan 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 3 Himbauan 0 1 2 2 5 0 2 0 0 0 12

Berdasarkan pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha diatas diterapkan sanksi oleh penegak disiplin yang paling banyak diberikan berupa sanksi himbauan yaitu sebanyak 12 pelanggar, tertinggi kedua diisi oleh jenis sanksi teguran pertama yaitu sebanyak 7 pelanggar. Sanksi lainnya berupa pembubaran kerumunan dan teguran tertulis. Sedangkan sanksi terberat yaitu penutupan tempat usaha yang dijatuhkan untuk 3 pelanggar.

b. Data Satgas Covid-19 Kota Surakarta

TANGGAL 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TOTAL TOTAL KASUS 8800 8825 8835 8904 8948 8995 9049 9082 9098 9110 9129 9129 PENAMBAHAN 25 10 69 44 47 54 33 16 12 19 329 SEMBUH 6471 6600 6806 6966 7084 7209 7399 7519 7622 7682 7736 7736 PENAMBAHAN 129 206 160 118 125 190 120 103 60 54 1265 MD 416 420 425 430 431 434 435 439 439 440 444 444 PENAMBAHAN 4 5 5 1 3 1 4 0 1 4 28

Berdasarkan data PPKM Mikro dari Satgas Covid-19 mengenai kasus tersebut diatas terlihat bahwa Total Kasus tiap harinya start perhitungan data awal dimulai tanggal 8 - 18 Februari 2021, terlihat tiap tanggal mengalami kenaikan kasus dengan penambahan kasus yang fluktuatif.

25 10 69 44 47 54 33 16 12 19 129 206 160 118 125 190 120 103 60 54 4 5 5 1 3 1 4 0 1 4 0 50 100 150 200 250

PENAMBAHAN KASUS COVID-19

PENAMBAHAN KASUS PENAMBAHAN SEMBUH PENAMBAHAN MD Linear (PENAMBAHAN KASUS) Linear (PENAMBAHAN SEMBUH)

(35)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Dimana pada start awal perhitungan tercatat 8.800 kasus sampai dengan tanggal 18 Februari 2021 menjadi total 9.129 kasus. Tingkat penambahan kasus tertinggi yaitu pada tanggal 11 Februari 2021 yaitu mencapai 69 kasus, sedangkan peningkatan kasus terendah yaitu pada tanggal 10 Februari 2021 sebanyak 10 kasus. Relevan dengan peningkatan kasus tersebut tingkat kesembuhan pasien dan tingkat pasien yang meninggal dunia tiap harinya juga mengalami peningkatan. Tingkat penambahan kesembuhan tertinggi tercatat pada tanggal 10 Februari 2021 dengan kesembuhan 206 orang, sedangkan tingkat penambahan orang meninggal tertinggi tercatat pada tanggal 10 dan 11 Februari 2021 yaitu masing-masing 5 orang. Melihat grafik diatas, peningkatan kesembuhan dari total kasus semakin hari sudah semakin baik yaitu dengan prosentase kesembuhan sebesar 84,74% dari total kasus yang terjadi. Dengan adanya kebijakan PPKM mikro ini seyogyanya dapat lebih menekan tingkat penambahan kasus Covid-19.

F. PENDATAAN ZONASI PENGENDALIAN WILAYAH

Sesuai dengan SE Walikota Surakarta 067/295 tanggal 8 Februari 2021 tentang PPKM Mikro terdapat perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan PPKM Jilid I dan II yaitu pada pembentukan posko pengawasan PPKM di tingkat kelurahan maupun kecamatan, serta pembagian zonasi pengendalian wilayah sampai dengan tingkat RT dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Zona hijau (tidak ada kasus covid-19)

2) Zona kuning (1-5 rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam 1 RT selama 7 hari terakhir)

3) Zona oranye (6-10 rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam 1 RT selama 7 hari terakhir)

4) Zona merah (lebih dari 10 rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam 1 RT selama 7 hari terakhir)

Berdasarkan pembagian zonasi pengendalian wilayah tersebut, maka Bapppeda Kota Surakarta menghimpun data dari wilayah dengan berkoordinasi dengan 5 (lima) Kecamatan di Surakarta selaku pemangku wilayah. Data yang diperoleh berasal dari 2 (dua) sumber yaitu:

1) Aplikasi Satgas Jogo Tonggo

Dikelola oleh DPPAPM Kota Surakarta, sedangkan data diinput oleh Pihak Kelurahan dengan sistem jemput bola melakukan pengumpulan data ke Satgas Jogo Tonggo Tingkat RW.

2) Data Tingkat Kecamatan

Dikelola oleh Polsek bekerjasama dengan Babinkamtibmas tingkat Kelurahan, sedangkan Satgas Tingkat Kecamatan hanya melakukan monitoring terhadap data tersebut.

Sesuai dengan sumber data diatas, maka Bapppeda Kota Surakarta mencoba melakukan convert data ke dalam aplikasi http://intip.surakarta.go.id agar dapat berubah menjadi peta administrative wilayah yang dapat memudahkan masyarakat untuk melihat pembagian zonasi pengendalian wilayah berdasarkan tingkat kasus covid-19 di tingkat RT. Berikut ini, kami akan menyajikan data yang berasal dari aplikasi Satgas Jogo Tonggo Provinsi Jawa Tengah dan data peta wilayah yang dihasilkan dari aplikasi intip.surakarta.go.id sampai dengan tanggal 18 Februari 2021 yaitu:

(36)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021

Berdasarkan peta zonasi tersebut memudahkan kita untuk melihat wilayah mana yang masuk dalam kategori zona hijau, zona kuning, zona oranye, atau zona merah. Sebagai contoh diatas terlihat bahwa Kecamatan Banjarsari Kelurahan Banyuanyar di RW.12, RT. 03 masuk dalam kategori zona kuning dengan konfirmasi kasus covid-19 yaitu 1 rumah. Sebagai pembanding, maka kita akan melihat hasil pendataan yang diinput melalui aplikasi Satgas Jogo Tonggo Provinsi yaitu sebagai berikut:

Kecamatan Kelurahan/Desa

Total

RW/RT Sudah Input % input

RW RT RW RT Hijau RT Kuning RT Oranye RT Merah RW RT JEBRES GANDEKAN 9 36 9 34 2 0 0 100% 100% JAGALAN 15 63 15 58 5 0 0 100% 100% JEBRES 36 128 36 120 8 0 0 100% 100% KEPATIHAN KULON 3 20 3 20 0 0 0 100% 100% KEPATIHAN WETAN 2 18 2 18 0 0 0 100% 100% MOJOSONGO 39 191 12 0 19 0 0 31% 10% PUCANGSAWIT 15 56 15 52 3 0 0 100% 98% PURWODININGRATAN 10 35 10 34 1 0 0 100% 100% SEWU 9 34 9 35 1 0 0 100% 106% SUDIROPRAJAN 9 35 9 35 0 0 0 100% 100% TEGALHARJO 6 33 6 27 6 0 0 100% 100% BANJARSARI BANJARSARI 22 103 22 90 13 0 0 100% 100% BANYUANYAR 12 48 12 47 2 0 0 100% 102% GILINGAN 21 112 21 109 3 0 0 100% 100% JOGLO 12 60 12 55 6 0 0 100% 102% KADIPIRO 19 107 19 18 1 0 0 100% 18% KEPRABON 6 26 6 25 1 0 0 100% 100% KESTALAN 6 20 6 18 2 0 0 100% 100% KETELAN 9 31 9 31 0 0 0 100% 100% MANAHAN 13 61 13 56 5 0 0 100% 100% MANGKUBUMEN 14 58 14 56 1 0 0 100% 98% NUSUKAN 24 143 24 137 6 0 0 100% 100%

(37)

MONEV PPKM MIKRO KOTA SURAKARTA - 2021 PUNGGAWAN 6 31 6 26 5 0 0 100% 100% SETABELAN 9 31 0 0 0 0 0 0% 0% SUMBER 17 76 17 72 4 0 0 100% 100% TIMURAN 5 22 5 22 0 0 0 100% 100% LAWEYAN BUMI 7 28 7 21 7 0 0 100% 100% JAJAR 8 45 8 44 1 0 0 100% 100% KARANGASEM 9 36 9 35 1 0 0 100% 100% KERTEN 13 48 13 43 5 0 0 100% 100% LAWEYAN 3 10 3 10 2 0 0 100% 120% PAJANG 16 88 16 74 14 0 0 100% 100% PANULARAN 8 48 8 43 5 0 0 100% 100% PENUMPING 6 28 6 27 1 0 0 100% 100% PURWOSARI 14 51 14 50 2 0 0 100% 102% SONDAKAN 15 51 15 48 3 0 0 100% 100% SRIWEDARI 6 25 6 25 0 0 0 100% 100%

PASAR KLIWON BALUWARTI 12 38 12 36 2 0 0 100% 100%

GAJAHAN 9 31 9 31 1 0 0 100% 103% JOYOSURAN 12 55 12 55 0 0 0 100% 100% KAMPUNGBARU 6 21 6 19 2 0 0 100% 100% KAUMAN 6 22 6 20 2 0 0 100% 100% KEDUNGLUMBU 7 30 7 30 0 0 0 100% 100% MOJO 8 58 8 56 2 0 0 100% 100% PASARKLIWON 12 36 12 33 3 0 0 100% 100% SANGKRAH 13 58 13 55 3 0 0 100% 100% SEMANGGI 16 87 16 59 30 0 0 100% 102% SERENGAN DANUKUSUMAN 15 58 15 55 3 0 0 100% 100% JAYENGAN 9 30 9 29 1 0 0 100% 100% JOYOTAKAN 6 32 6 33 0 0 0 100% 103% KEMLAYAN 6 24 6 24 0 0 0 100% 100% KRATONAN 6 35 6 34 1 0 0 100% 100% SERENGAN 15 64 15 60 4 0 0 100% 100% TIPES 15 69 15 64 2 0 0 100% 96%

TOTAL KASUS TERKONFIRMASI 626 2784 590 2308 191 0 0 94% 90%

Melihat data tabel diatas yang telah diinput dalam aplikasi Satgas Jogo Tonggo Provinsi Jawa Tengah, maka dapat dijelaskan bahwa penyebaran covid-19 di wilayah Kota Surakarta sudah cukup menurun, hal itu dibuktikan bahwa sudah tidak ada lagi zona oranye ((6-10 rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam 1 RT selama 7 hari terakhir) dan zona merah (lebih dari 10 rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam 1 RT selama 7 hari terakhir). Total zona hijau yang terkonfirmasi tidak ada kasus covid-19 sama sekali yaitu sebanyak 2308 RT dan zona kuning sebanyak 191 RT. Data tersebut baru bisa terkumpul 90% dari target jumlah keseluruhan RT disebabkan beberap faktor. Misalkan pada Kelurahan Mojosongo dengan jumlah RT sebanyak 191 baru terinput 19 RT, sedangkan di Kelurahan Setabelan dengan 31 RT belum terinput sama sekali.

G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Terkait dengan pengumpulan data melalui kuesioner untuk monev PPKM Mikro kali ini mendapatkan respon lebih sedikit daripada pengumpulan data pada monev PPKM Jilid I dan II, yaitu 475 responden, sedangkan pada monev PPKM I dan II sebanyak 705 responden. Hal ini disebabkan karena penyesuaian pada sasaran pemberlakuan PPKM mikro yaitu masyarakat pada tingkat RT/RW, sehingga pendistribusian kuesioner juga tidak sepenuhnya dilakukan secara acak melainkan menyesuaikan dengan wilayah 5 (lima)

Referensi

Dokumen terkait

Tanggal : 27 November 2021 LAPORAN PENYEBARAN COVID-19 BERDASARKAN LINGKUNGAN KOTA TEBING TINGGI.. Data Zonasi Penyebaran Covid-19 di Kota

Tanggal : 20 Januari 2022 LAPORAN PENYEBARAN COVID-19 BERDASARKAN LINGKUNGAN KOTA TEBING TINGGI.. Data Zonasi Penyebaran Covid-19 di Kota

Dari data tweet yang bertemakan Covid-19 diatas menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian Covid-19 menjadi perhatian utama yang disampaikan oleh Pemerintah Provinsi

PENGARUH PANDEMI COVID- 19 TERHADAP KUALITAS INTERAKSI SOSIAL DI RUANG PUBLIK KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS STADION MANAHAN SURAKARTA). Amalia Wijayanti, Yayi

Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) melalui edukasi pencegahan Covid-19 dan pembagian masker untuk kesehatan masyarakat dapat mengurangi kasus Covid-19 dengan

Tanggal : 6 Oktober 2021 LAPORAN PENYEBARAN COVID-19 BERDASARKAN LINGKUNGAN KOTA TEBING TINGGI.. Data Zonasi Penyebaran Covid-19 di Kota

(3) Tim pelaksana PPKM Berbasis Mikro pada Posko Penanganan COVID-19 tingkat RW mendata warga yang tidak terpapar COVID-19 pada kategori RT Zona Merah

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi keberhasilan pemerintah kota Surakarta dalam menangani pandemi covid-19. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa