• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SH A R E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 BANDAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SH A R E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 2 BANDAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

128

Kelas VII-A menunjukkan bahwa pembelajaran belum berpusat pada siswa. Hal

tersebut diperkuat dengan hasil belajar siswa yang masih dibawah Standar Ketuntasan

Minimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang

penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif

Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri 2

Bandar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Kelas. Kegiatan pembelajaran terdiri dari dua siklus. Pengambilan data dilakukan dengan

observasi dan tes formatif. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pola

Kegiatan Ekonomi Penduduk, Penggunaan Lahan, dan Pola Permukiman Penduduk

Berdasarkan Kondisi Fisik Muka Bumi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pra tindakan nilai rata-rata kelas

sebesar 63,59 dengan 6 siswa tuntas, Siklus I 75,16 dengan 18 siswa tuntas, dan Siklus II

82,19 dengan jumlah siswa tuntas 28 siswa. Nilai rata- rata kelas ini mengalami

peningkatan tiap siklus yaitu sebesar 18,19 % pada Siklus I dan sebesar 9,35% pada

Siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan sekolah menggalakkan penggunaan

pembelajaran kooperatif model Think Pair Share. Upaya merealisasikannya melalui

sosialisasi penggunaan pembelajaran kooperatif ataupun mengikutsertakan guru-guru

mata pelajaran dalam pelatihan, guru hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif

model Think Pair Share sebagai tindakan kelas pada mata pelajaran IPS Geografi dengan

pembuatan Rancangan Pembelajaran dengan memasukkan tata cara pembelajaran

kooperatif Think Pair Share dalam kegiatan inti yang juga disesuaikan dengan evaluasi

pembelajaran. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya

dalam penelitian maupun penulisan karya ilmiah mereka dalam penerapan pembelajaran

kooperatif Think Pair Share untuk mengukur aspek yang lain.

Kata Kunci : pembelajaran kooperatif,

Think Pair Share

, hasil belajar

Pendahuluan

(2)

129

siswa dalam pembelajaran tidak cukup dengan hanya mendengarkan guru ceramah,

tetapi siswa harus aktif mencari sendiri dan kreatif dalam berdiskusi dengan siswa

yang lain tentang materi pelajaran tersebut.

Zayadi (2004) juga berpendapat bahwa proses pembelajaran yang menekankan

pada pemahaman konsep-konsep bukan belajar mengalami (dalam Nursyamsu, 2011 :

6). Maka bagaimana

mungkin ia dapat belajar secara mandiri sementara mereka sendiri terpola pada kondisi belajar yang kurang melibatkan mereka. Strategi pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam kondisi yang demikian adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Strategi pembelajaran ini berangkat dari pemikiran getting better together, yang menekankan

pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang lebih kondusif kepada

para siswa untuk memperoleh serta mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan

keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat (Solihatin, 2007 : 2).

Adapun strategi pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan adalah model

pembelajaran tipe Think-Pair-

Share (TPS).Model pembelajaran Think- Pair-Share

diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam

komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran

Think-Pair-Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think

-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi

siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan

diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur secara eksplisit sehingga model

pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran IPS Geografi di sekolah. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah

optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa

maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tipe Think-Pair-Share ini memberi

kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan

menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2004:57).

Di samping mempunyai keunggulan, model pembelajaran Think-Pair- Share juga

(3)

130

dengan cara

mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa (Lie : 2004)

Demikian pula yang terjadi di SMP Negeri 2 Bandar, berdasarkan observasi awal yang

dilakukan pada tanggal 09 dan 10 Mei 2017 dikelas VII-A belum menunjukkan adanya

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran IPS Geografi yang berlangsung selama

ini menggunakan metode ceramah, pemberian tugas dan kerja kelompok. Berdasarkan nilai

hasil belajar, rata-rata masih rendah dengan rata-rata kelas yang dicapai hanya 63,59 dari

Standar Ketuntasan Minimal 75. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

tersebut membuat siswa tidak terbiasa berfikir analisis sehingga menyebabkan

kemampuan analisis siswa menjadi lemah. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti

ingin menerapkan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share pada siswa kelas VII-A

SMP Negeri 2 Bandar untuk meningkatkan hasil belajar karena hasil belajar siswa

masih rendah.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua

siklus di SMP

Negeri 2

Bandar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 2 Bandar, semester genap tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 32 orang. Data dalam

penelitian ini adalah data daftar nilai mata pelajaran Geografi, untuk mengetahui hasil belajar

siswa apakah sudah memenuhi SKM (75) dan KKM (85%) yang ditentukan, data hasil

observasi yang terdiri dari lembar observasi dan catatan lapangan yang diperoleh dari observer,

data hasil tes dari tiap siklus. Sumber data pada penelitian ini adalah tindakan siswa kelas

VII-A SMP Negeri 2 Bandar dalam proses pembelajaran serta nilai tes di akhir siklus.

Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang berupa nilai hasil belajar.

Nilai hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi berupa tes tertulis yang diberikan setiap akhir

putaran siklus setelah menerapkan pembelajaran kooperatif model Think pair Share.

Peningkatan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dianalisis dengan

membandingkan rata-rata hasil tes yang telah diperoleh pada masing-masing siklus. Data hasil

tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar ada dua

kategori yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Ketuntasan belajar perseorangan dengan

ketentuan, siswa secara individu telah mencapai nilai minimal 75 atau 75% dalam

menyelesaikan soal tes.

Sedangkan distribusi frekuensi hasil belajar dihitung dengan menggunakan rumus

Struges seperti tabel.

Tabel

Penentuan

Taraf Keberhasilan Hasil Belajar

(4)

131

85 – 100 A Sangat Baik

70 – 84 B Baik

55 – 69 C Cukup

40 – 54 D Kurang

0 - 39 E Sangat Kurang

Penilaian rata-rata kelas ini untuk mengetahui secara keseluruhan dari proses

pembelajaran siswa.Peningkatan rata-rata ini dapat terjadi dengan meningkatnya ketuntasan

klasikal siswa. Pencarian rata-rata mengunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

P = rata-rata nilai

∑ X = jumlah nilai keseluruhan n = banyaknya siswa

Peningkatan hasil belajar dapat diketahui pada penelitian ini dengan membandingkan

ketuntasan dan rata-rata skor hasil belajar sebelum tindakan siklus I, siklus II sampai ke siklus

berikutnya.

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan dalam

penelitian. Lembar observasi berisi jabaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa selama

pembelajaran berlangsung. Data ini digunakan sebagai dasar untuk refleksi sehingga ada

perbaikan pada siklus selanjutnya.

Paparan Data dan Temuan

Pada siklus I diperoleh data tentang hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh

melalui tes belajar di akhir siklus I. Adapun distribusi frekuensi hasil belajar siklus I

tercantum pada tabel berikut ini.

Tabel Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 2 Bandar

Rentang Nilai f fk % Kualifikasi

85 – 100 13 13 40,625 Sangat Baik

70 – 84 8 21 25 Baik

55 – 69 8 29 25 Cukup

40 – 54 3 32 9,375 Kurang

0 - 39 0 32 0 Sangat Kurang

Jumlah 32 100

Dari tabel data hasil belajar siswa kelas VII-A di atas, menurut standar ketuntasan

minimal yang ditetapkan oleh SMP

Negeri 2 Bandar

yaitu ≥75 terdapat 11 siswa yang masih tergolong dalam kualifikasi nilai cukup dan kurang karena memperoleh nilai dibawah

75. Sedangkan dapat diketahui ada 21 siswa yang memperoleh nilai lebih dari 75 terdistribusi

(5)

132

terdapat 65,625% siswa yang dapat dianggap tuntas. Siswa yang dianggap tuntas adalah siswa

yang memperoleh nilai ≥70. Sedangkan 34,375% siswa belum tuntas dengan distribusi 25%

siswa dengan kualifikasi nilai cukup dan 9,375% siswa dengan kualifikasi nilai kurang. Hal

ini menunjukkan bahwa hasil belajar di Kelas VII-A SMP

Negeri 2 Bandar

masih membutuhkan perbaikan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar

tercapai kualifikasi nilai yang diinginkan.

Pada siklus II diperoleh data tentang hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh melalui tes

belajar di akhir siklus II. Adapun distribusi frekuensi hasil belajar siklus II tercantum pada

tabel berikut ini.

Tabel Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas VII -A SMP

Negeri 2 Bandar

Rentang Nilai f fk % Kualifikasi

minimal yang ditetapkan oleh SMP

Negeri 2 Bandar

yaitu ≥75 terdapat 4 siswa tidak tuntas yang terdistribusi pada kualifikasi cukup. Sedangkan diketahui ada 28 siswa dinyatakan tuntas

yang terdistribusi pada kualifikasi nilai baik sampai dengan sangat baik. Pada juga

menunjukkan bahwa terdapat 87,5% siswa yang dapat dianggap tuntas. Siswa yang dianggap

tuntas adalah siswa yang memperoleh nilai ≥70. Sedangkan 12,5% siswa belum tuntas dengan

kualifikasi nilai cukup. Prosentase siswa yang dianggap tuntas menunjukkan bahwa hasil

belajar di Kelas VII-A SMP Negeri 2 Bandar sudah mencapai pada kualifikasi nilai Baik.

Hasil belajar dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Think Pair Share diperoleh melalui tes. Nilai tes ini digunakan untuk membandingkan besarnya peningkatan hasil belajar pada kegiatan pra tindakan, siklus I, dan siklus II.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disusun perolehan hasil belajar dalam tabel berikut ini.

Tabel Nilai Hasil Belajar Kelas VII-A Pra Tindakan, Siklus I dan II

Rentang Nilai Kualifikasi Pra Tindakan Siklus I Siklus II

f % f % f %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang

(6)

133

dengan sangat baik. Dengan distribusi pada pra tindakan terdapat hanya 10 siswa yang

memperoleh kualifikasi baik kemudian meningkat menjadi 21 siswa yang memperoleh

kualifikasi baik sampai dengan sangat baik pada

Siklus I. Kemudian pada Siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas 70 juga

meningkat menjadi 28 siswa dengan kualifikasi nilai baik sampai dengan sangat baik.

Peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas standar ketuntasan minimum

menyebabkan adanya peningkatan rata-rata pada hasil belajar siswa Kelas VII-A SMP

Negeri 2 Bandar

. Perhitungan nilai rata-rata kelas dilakukan dengan penjumlahan nilai yang diperoleh seluruh siswa, kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

sehingga diperoleh nilai rata-rata kelas. Peningkatan nilai rata-rata kelas dapat diketahui

dengan membandingkan nilai rata-rata kelas pra tindakan dengan nilai rata-rata kelas siklus I

dan nilai rata-rata kelas siklus I dengan nilai rata-rata siklus II. Berdasarkan data yang

diperoleh nilai rata-rata siswa kelas VII-A disajikan dalam tabel berikut.

Tabel Peningkatan Hasil Belajar Kelas Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II Rata-rata

Tindakan Rata-rata Nilai Peningkatan Prosentase Peningkatan

Pra Tindakan 63,59 0 0%

Siklus I 75,16 11,57 18,19%

Siklus II 82,19 7,03 9,35%

Pada tabel menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilai rata-rata kelas siswa sebelum

dan setelah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas sebesar 63,59, siklus I sebesar

75,16, dan siklus II sebesar 82,19. Rata-rata kelas ini mengalami peningkatan tiap siklus yaitu

sebesar 18,19% pada siklus I dan sebesar 9,35% pada siklus II. Meskipun selisih nilai

rata-rata tidak mengalami peningkatan yang besar namun kualifikasi nilai ikut mengalami

(7)

134

Gambar

Peningkatan

Hasil Belajar Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II

Adapun temuan penelitian yang diperoleh dari penerapan pembelajaran

kooperatif model

Think Pair Share

adalah sebagai berikut. Hasil belajar IPS Geografi

siswa Kelas VII-A SMP Negeri 2 Bandar meningkat dengan penerapan pembelajaran

Think Pair Share

.

Pembahasan

Penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A

SMP Negeri 2 Bandar

. Hal ini dikarenakan penerapan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII-A yang masih bersifat berpusat pada

guru

(teacher centered), menyebabkan suasana belajar yang kurang menarik dan komunikatif. Hal ini dapat menghambat usaha siswa, khususnya siswa kelas VII-A

SMP Negeri 2 Bandar

dalam mengoptimalkan hasil belajar IPS Geografi, padahal perlu diketahui IPS Geografi

memiliki kontribusi yang besar dalam pencapaian kompetensi yang harus dimiliki para siswa.

Jika penerapan model pembelajaran untuk IPS Geografi hanya menggunakan model ceramah

sebagai model utama, maka proses belajar akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa

monoton. Kondisi atau suasana pembelajaran dalam kelas akan sangat mempengaruhi hasil

belajar, minat belajar dan daya tarik siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kenyataan pembelajaran IPS Geografi yang seperti ini menunjukkan bahwa

pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting sehingga

akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling komunikatif, saling mendengar, saling

berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat

meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa,

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan tercapainya tujuan belajar siswa kelas VII-A

SMP Negeri 2 Bandar

khususnya pada pelajaran IPS Geografi.

Upaya peningkatan hasil belajar siswa dilakukan dengan menerapkan strategi

pembelajaran secara kooperatif atau cooperative learning dengan model Think Pair Share. Belajar dalam kelompok dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai

tujuan belajar, baik yang bersifat kognitif, afektif, maupun konatif. Pada Siklus I peneliti

menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share dalam kelas dengan menggunakan media power point dalam menyampaikan materi penggunaan lahan.

Peningkatan hasil belajar pada Siklus I masih tergolong kurang terlihat signifikan

sehingga peneliti melakukan perbaikan pada Siklus I sebagai acuan dilaksanakannya Siklus

II. Masih banyak siswa yang belum mencapai nilai diatas SKM atau dalam kriteria cukup

sampai dengan sangat baik. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi,

(8)

135

a. Setiap individu mempunyai daya serap yang berbeda dalam menerima materi

saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Ketidaknyamanan dalam pembentukan kelompok.

c. Hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi yang tepat dengan minat siswa.

d. Siswa kurang berinteraksi dalam proses pembelajaran, khususnya saat diskusi

kelompok..

e. Media juga mempengaruhi perbedaan hasil belajar.

Hasil belajar siswa Kelas VII-A pada Siklus I dijadikan acuan untuk perbaikan pada

pelaksanaan tindakan selanjutnya. Sehingga pada Siklus II hasil belajar siswa Kelas VII-A

semakin meningkat dibandingkan dengan Siklus I. Hal ini juga dapat dilihat tidak hanya dari

segi hasil belajar saja tapi juga hasil jawaban diskusi yang juga mengalami peningkatan

analisis pemahaman materi dan nilai skor dari Siklus I.

Suatu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengupayakan aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model

pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif Think Pair Share telah menunjukkan suatu peningkatan dari hasil belajar siswa Pra Tindakan sampai dengan Siklus II. Sedangkan hasil observasi terhadap

aktivitas guru dalam hal ini peneliti dalam menerapkan pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada tindakan Siklus I sudah baik hanya kurang dalam manajemen waktu saat pembelajaran. Demikian pula hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dalam menerapkan

pembelajaran kooperatif Think Pair Share pada tindakan Siklus II ini sudah sangat baik dan sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan peneliti dalam mengelola pembelajaran pada IPS Geografi

dengan pembelajaran kooperatif Think Pair Share sudah sangat baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII-A

SMP Negeri 2 Bandar

. Peningkatan hasil belajar tersebut terlihat pada peningkatan nilai hasil belajar siswa pada siklus I dengan nilai

rata-rata 75,16 dan pada siklus II menjadi 82,19.

Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan peneliti adalah.

1. Sekolah menggalakkan penggunaan pembelajaran kooperatif model Think Pair Share

melalui sosialisasi penggunaan pembelajaran kooperatif.

2. Guru hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif model Think Pair

(9)

136

4. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian maupun

penulisan karya ilmiah mereka dalam penerapan pembelajaran kooperatif Think Pair Share untuk mengukur aspek yang lain.

Daftar Pustaka

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Lie, Anita. 2004.

Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nursyamsu. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Rumus Dan Fungsi Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII.B Semester II di MTs Al-Musyawarah Lembang Bandung).Skripsi tidak diterbitkan. (Online:

http://repository.upi.edu/skripsiview), diakses 13 Maret 2017.

Gambar

Tabel Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 2 Bandar
Tabel Nilai Hasil Belajar Kelas VII-A Pra Tindakan, Siklus I dan II
Tabel Peningkatan Hasil Belajar Kelas Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II Rata-rata

Referensi

Dokumen terkait

Dalam izin lingkungan, pada umumnya terdapat kewajiban hukum yang dibebankan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk mematuhi RKL-RPL, ANDAL dan

Pendu g aan kepadatan populasi, kekayaan jenis, kelimpahan jenis, kemerataan jenis, penyebaran jenis dan kesamaan jenis tiap komunitas dianalisis secara kuantitatif. Sedan g kan

Penelitian ini membatasi teori jenis perubahan makna hanya sembilan, yaitu: (a) perubahan makna dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, (b), perubahan makna akibat

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi

Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang memiliki komposisi spesies yang berbeda di setiap stasiun dan kedalaman substrat..

Soal

(3) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Jenderal, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar