• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN FUNGSI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI LAMPUNG DALAM PERHITUNGAN POTENSI PAJAK BAHAN BAKAR KENARAAN BERMOTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAKSANAAN FUNGSI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI LAMPUNG DALAM PERHITUNGAN POTENSI PAJAK BAHAN BAKAR KENARAAN BERMOTOR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN FUNGSI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI LAMPUNG DALAM PERHITUNGAN POTENSI PAJAK

BAHAN BAKAR KENARAAN BERMOTOR

Dhanu Handriya, Nurmayani, S.H., M.H., Satria Prayoga, S.H., M.H. Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum

Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35131 No.HP : 087799746785

Email : dhanuhandriya@gmail.com

ABSTRACT

System calculation of motor vehicle fuel tax in accordance with Law No. 16 Year 2000 on General Provisions and Tax Procedures conducted directly by the taxpayer in this case Enterprises in the field of Fuel Oil so that taxpayers are given the confidence to count, calculate, and report their own pay taxes owed But with such a system, it is feared may happen cheating calculations by the taxpayer, so that the necessary functions of the Department of Mines and Energy of Lampung Province in the calculation of the potential of the motor vehicle fuel tax. Based on the research calculation of the potential of the PBB-KB through the Department of Mines and Energy Lampung Province is divided into two calculations: (a) Fuel Subsidy, (b) Non-Fuel Subsidy. Having calculated then issued an assessment of the Local Tax Motor Vehicle Fuel Tax. Factors hindering the implementation of these functions are: less their cooperation in the field of Enterprise Fuel subsidy and non-subsidy either, extent of coverage area and limited human resources. Keywords: Implementation of functions, Lampung Province, motor vehicle tax.

ABSTRAK

Sistem perhitungan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBB-KB) sesuai dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan dilakukan secara langsung oleh wajib pajak yang dalam hal ini Badan Usaha di bidang Bahan Bakar Minyak sehingga wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Namun dengan sistem tersebut, dikhawatirkan dapat terjadi kecurangan perhitungan oleh wajib pajak, sehingga diperlukan fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dalam perhitungan potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Berdasarkan penelitian Perhitungan potensi PBB-KB melalui Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dibagi dalam dua perhitungan yaitu: (a) BBM Subsidi, (b) BBM Non Subsidi. Faktor Penghambat pelaksanaan fungsi tersebut yaitu: Kurang Kooperatifnya Badan Usaha di bidang Bahan Bakar Minyak baik subsidi maupun non subsidi, Luasnya jangkauan wilayah dan keterbatasan sumber daya manusia.

(2)

I. PENDAHULUAN Otonomi Daerah pada dasarnya merupakan suatu perubahan sistem pelaksanaan pemerintah dari pusat ke pemerintah daerah meliputi ekonomi, sosial, politik. Melalui otonomi daerah tersebut diharapakan akan terjadi suatu pembangunan yang meningkat bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Pembangunan tersebut diharapkan mampu memanfaatkan segala potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia sebagai aset dalam meningkatkan ekonomi daerah.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat. Untuk

menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang. Dengan demikian, pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus didasarkan pada Undang-Undang.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma

hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak yang memiliki fungsi budgetair yaitu Sebagai sumber pendapatan negara, artinya pajak yang berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

(3)

satunya adalah pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

Dalam Konsideran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian diskresi dalam penetapan tarif, dalam hal ini kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan Pemerintahan Daerah.

Sedangkan dalam Ketentuan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menerangkan bahwa Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini yang termasuk kedalam Pajak Daerah/Provinsi adalah Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang selanjutnya di sebut sebagai PBBKB.

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu bentuk energi yang cukup mendasar bagi manusia pada saat ini. Seiring kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, BBM berkembang menjadi kebutuhan primer yang sangat diperlukan manusia dalam menunjang berbagai aktivitas kehidupannya. Penggunaan BBM tidak hanya diperlukan untuk kebutuhan rumah tangga saja, melainkan digunakan untuk kebutuhan yang lain seperti transportasi. Mengingat saat ini transportasi sudah berkembang dengan sangat pesat, menjadikan BBM sebagai energi yang sangat diperlukan untuk transportasi tersebut.

Pasal 2 Peraturan Gubernur Lampung Nomor 36 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) menyebutkan bahwa bahan bakar kendaraan bermotor dipungut pajak sesuai dengan tarif pajak yang sudah ditentukan sebelumnya. Pemerintah Daerah menentukan besaran potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang dilaksanakan oleh Dinas Provinsi, dalam hal ini Gubernur Provinsi Lampung menunjuk Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung untuk melaksanakan tugas pembantuan dalam pelaksanaan perhitungan potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

(4)

dijelaskan bahwa, Dinas Pertambangan dan Energi memiliki tugas menyusun bahan rencana dan kebijakan teknis, melaksanakan perhitungan potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor, perizinan, bimbingan teknis, kerjasama dan pengawasan serta pengelolaan dan pemberian layanan informasi bidang minyak dan gas bumi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Pelaksanaan Fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung Dalam Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor”.

II. METODE

PENELITIAN

Penelitian hukum normatif empiris menjadi pilihan dan dipergunakan dalam pengumpulan data dan bahan hukum.

2.1 Pendekatan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan Pelaksanaan Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

2. Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya dan terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan Pelaksanaan Fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung Dalam

Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian, yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang berhubungan dengan Pelaksanaan Fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung Dalam Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Dalam hal ini keterangan akan diambil dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya. Beberapa dasar hukum yang berkaitan dengan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut :

(5)

b. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

c. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

d. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keungan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

f. Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

g. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah dan

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. h. Peraturan Pemerintah RI

Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

i. Peraturan Pemerintah RI Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak.

j. Peraturan Presiden RI 45 Tahun 2009 Tentang Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

l. Peraturan Menteri RI No.1 tahun 2009 Tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.

m. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. n. Peraturan Gubernur

Lampung Nomor 25 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Penghitungan dan Pembayaran Pajak Daerah.

o. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas-Dinas Daerah Pada Pemerintah Provinsi Lampung.

p. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 36 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor (PBB-KB).

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat

membantu dalam

menganalisis serta memahami bahan hukum primer seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

(6)

berguna untuk memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian, bulletin, majalah, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

2.3 Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan (Library Reasearce)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara langsung dan terarah kepada data penelitian yang diinginkan. Pihak yang diwawancarai adalah pihak yang memiliki keterlibatan langsung dengan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, yaitu: Bidang Migas dan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung.

2.4 Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Pelaksanaan Fungsi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung Dalam Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor .

2. Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. 4. Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisi menurut susunan yang benar dan tepat.

(7)

2.5 Analisis Data

Analisis data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Gambaran Umum Dinas Daerah Provinsi Lampung

3.1.1.Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung

Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Daerah dapat berarti Provinsi, Kabupaten,

atau Kota. Dinas Daerah menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. Dinas Daerah Provinsi merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi dimpimpin oleh seorang Kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi.

Dinas Daerah Provinsi mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dapat ditugaskan

untuk melaksanakan

penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi, salah satu dinas daerah provinsi yang ada di provinsi

lampung yaitu Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung.

Dalam Pasal 444 Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, fungsi dan Tatakerja Dinas-Dinas Daerah Pada Pemerintahan Provinsi Lampung menjelaskan bahwa Dinas Pertambangan dan Energi mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan provinsi di bidang pertambangan dan energi berdasarkan asas otnomi yang menjadi kewenangannya, tugas dekosentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.1.2.Susunan Organisasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung

Berdasarkan Pasal 445 Peraturan Gubernur Lampung No 34 Tahun 2010 susunan organisasi Dinas Pertambangan dan Energi, terdiri dari:

a.Kepala Dinas

(8)

tugas-tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur.

b.Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melekasanakan koordinasi, pembinaan, pemantauan, pengendalian dan pengelolaan keuangan, umum, kepegawaian dan perencanaan serta pemberian dukungan administrasi Dinas.

c.Bidang Migas dan Energi

Bidang Migas dan Energi mempunyai tugas menyusun bahan rencana dan kebijakan teknis, melaksanakan perhitungan potensi pajak Bahan Bakar kendaraan bermotor, pemberian rekomendasi, perizinan, bimbingan teknis, kerjasama dan pengawasan bidang Minyak dan Gas Bumi.

d.Bidang Geologi dan sumber Daya Mineral

Bidang Geologi dan sumber Daya Mineral mempunyai tugas melaksanakan pemetaan topografi, pemetaan geologi, inventarisasi, survei pendahuluan, ekplorasi, serta studi kelayakan sumber daya mineral.

e.Bidang pertambangan Umum

Bidang pertambangan Umum mempunyai tugas melaksanakan analisis data perusahaan pertambangan mineral, batubara dan panas bumi serta konservasi di bidang petambangan mineral.

f.Bidang Ketenagalistrikan

Bidang Ketenagalistrikan mempunyai tugas menyajikan analisis data ketenagalistrikan serta penyediaan listrik, pengembangan, pembangunan serta pembinaan dan pengawasan usaha ketenagalistrikan yang tidak terhubung ke dalam Jaringan Transmisi Nasional.

Pasal 452 Ayat (1) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas-Dinas Daerah Pada Pemerintah Provinsi Lampung dijelaskan bahwa, Dinas Pertambangan dan Energi memiliki tugas menyusun bahan rencana dan kebijakan teknis, melaksanakan perhitungan potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor, perizinan, bimbingan teknis, kerjasama dan pengawasan serta pengelolaan dan pemberian layanan informasi bidang minyak dan gas bumi.

Pasal 452 Ayat (2) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 Tahun 2010 menjelaskan bahwasanya Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud seperti yang di atas Bidang Migas dan Energi Mempunyai Fungsi :

a. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dalam rangka verifikasi dan konservasi energi.

b. Pelaksanaan perhitungan produksi dan realisasi Lifing minyak bumi dan gas bumi bersama pemerintah.

c. Pelaksanaan perhitungan potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

(9)

e. Pelaksanaan pengawasan pendistribusian BBM di wilayah provinsi.

f. Pengawasan jumlah armada pengangkutan BBM di daerah provinsi yang meliputi jumlah armada dan kapasitas pengangkutan BBM.

g. Pemantauan penerimaan daerah dari sektor migas dan energi.

3.2.Pelaksanaan Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor merupakan pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar tersebut adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Dalam Peraturan Gubernur Lampung No 36 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor pada paragraph 2 tata cara penetapan dan penghitungan PBBKB. Pasal 4 ayat 1 dasar pengenaan PBBKB adalah nilai jual BBKB. Ayat (2) nilai jual BBKB sebagaimana di maksud pada ayat (1) adalah harga jual BBKB sebelum dikenakan pajak pertambahan nilai.

Pasal 5 ayat (1) tarif PBBKB ditetapkan sebesar 7.5% (tujuh koma lima persen).

Pasal 6 besaran pokok PBBKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif PBBKB dengan dasar pengenaan PBBKB sebagaimana dimaksud dalam pasal (4).

Pasal 7 ayat (1) wilayah pemungutan PBBKB adalah tempat SPBU berada dan/atau di tempat wajib PBBKB.

Pasal 8 ayat (1) menunjuk Kepala Dinas Pendapatan dan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi bertanggungjawab menghitung, menetapkan, dan memungut PBBKB.

Ayat (2) memberi kewenangan kepada

a.kepala dinas pendapatan untuk :

1. menetapkan pokok pajak;

2. mengaudit pembayaran pajak yang telah di setor pada kas daerah;

3. melaksanakan tagihan pajak kepada wajib pajak yang tidak menyetor pajak;

4. melakukan monitoring, evaluasi dengan instansi terkait atas penetapan target dan potensi pajak yangtelah ditetapkan oleh dinas pertambangan dan energi;

5. melakukan tugas-tugas lain dari gubernur yang berhubungan dengan pajak.

b.Kepala Dinas Pertambangan dan Energi untuk:

1. melakukan pendaftaran dan pendataan wajib PBBKB;

2.melakukan pendataan

penggunaan dan

(10)

3.melakukan pengawasan dan pengelolaan PBBKB dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Provinsi Lampung dan Instansi terkait;

4.melakukan perhitungan potensi PBBKB sesuai dengan kondisi riil objek pajak sebagai dasar penetapan/tagihan;

5.melakukan penghitungan nilai perolehan PBBKB sesuai

sektor/peruntukannya.

Berdasarkan surat edaran

MENDAGRI no

973/378/BAKD/2006 tentang Penegasan Pemungutan PBBKB bahwa objek pemungutan PBBKB adalah bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor di darat, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor di atas air, yang berada di sungai, danau dan laut.

Pajak PBBKB di bagi dalam dua perhitungan yaitu:

a.BBM Bersubsidi

Berasarkan pasal 3 ayat (4) perpres nomor 15 tahun 2012 tentang harga jual eceran dan konsumen pengguna jenis bahan bakar minyak tertentu, PBBKB BBM Bersubsidi di teteapkan sebesar 5% .

b.BBM Nonsubsidi

PBBKB BBM Nonsubsidi ditetapkan sebesar 7.5%.

BBM Nonsubsidi di bagi menjadi 3 sektor yaitu:

1.sektor konstruksi, pada sektor ini PBBKB ditetapkan sebesar 100%.

2.sektor perkebunan, pertambangan dan perkebunan ditetapkan sebesar 90%.

3.sektor industri, ditetapkan sebesar 17,17%.

Untuk potensi pajak bahan bakar kendaraan bermotor premium tahun 2013 tidak ada data secara terperinci yang diberikan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, namun dijelaskan bahwa kuota premium yang terealisasi sebesar 734.476 kilo liter. Sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:

734.476 x 1000 x 100/115 x 5% x Rp 6500 = Rp 207.569.304.347,00

(11)

3.3.Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung

Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Migas Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, Haryono Budi Santosa. S.T peneliti mendapatkan informasi tentang beberapa faktor penghambat Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dalam melakukan Pelaksanaan Perhitungan Potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yaitu :

1. Kurang kooperatifnya Badan usaha di bidang Bahan Bakar Minyak baik subsidi maupun non subsidi, yang di maksud dalam hal kurang kooperatifnya badan usaha di bidang bahan bakar minyak adalah rekapitulasi kuota BBM yang di dapat oleh badan usaha di bidang bahan bakar minyak terlambat dihitung dan di serahkan oleh badan usaha di bidang bahan bakar minyak kepada dinas pertambangan dan energi dan dinas pendapatan daerah, sehingga menghambat proses perhitungan potensi PBB-KB.

2. Luasnya jangkauan wilayah dan keterbatasan SDM, wilayah provinsi lampung sangat luas tetapi untuk perhitungan potensi PBB-KB ini dilakukan oleh beberapa tim saja dari dinas pertambangan dan energy provinsi lampung, sehingga menghambat proses perhitungan potensi PBB-KB.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan perhitungan potensi PBB-KB di Provinsi lampung dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Lampung Nomor 36 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan PERDA Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Jenis Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 973/378/BAKD/2006 tetang Penegasan Pemungutan PBB-KB.

2. Faktor penghambat dalam perhitungan potensi PBB-KB di Provinsi lampung, yaitu : Kurang kooperatifnya Badan usaha di bidang Bahan Bakar Minyak baik subsidi maupun non subsidi, Luasnya jangkauan wilayah dan keterbatasan SDM.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka sumbangan pemikiran atau saran sebagai berikut :

(12)

rekapitulasi kuota bahan bakar kendaraan bermotor. 2. Perlu adanya kekompakan

dan diskusi lebih lanjut antara Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung dalam menghitung, menetapkan dan memungut PBB-KB, agar terjadi koordinasi yang lebih padu antara dinas-dinas yang berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Abdullah Syukur. 1987. Kumpulan

Makalah “Study

Implementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam

Pembangunan”, Persadi,

Ujung Pandang.

Basu Swastha dan

Irawan.2005.Manajemen Pemasaran Modern . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Bohari. 1992. Pengawasan

Keuangan Negara.

RajawaliPers, Jakarta.

Nurdin Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Claude Guillot. 1990. The sultanate of

Banten. Gramedia Book

Publishing Division.

Heryandi. 2011. Aspek Hukum Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Lepas Pantai. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Malayu,Hasibuan.1986. Pengertian dan

Masalah Manajemen, PT.Haji

Mas Agung. Jakarta.

Malayu,Hasibuan. 2001. Dasar-dasar

Perbankan.Bumi Aksara.

Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Rochmat Soemitro.1988. Asas-Asas Perpajakan 1. Bandung : PT Eresco Bandung.

Siagian, Sondang P. 2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Bumi Aksara, Jakarta.

Soekarno K. 1965. Dasar-Dasar Management. Firma Tekad.

Soewarno Handayadiningrat. 1981. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta :Bumi Aksara.

Sujamto. 2001. Aspek-aspek

Pengawasan di Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta.

(13)

B. Internet

APBN 2013,

www.anggaran.depkeu.go.id, diakses 23 Mei 2013, Jam 21.47 WIB

Dalam www.wikipedia.org diakses pada tanggal 17 September 2013, jam 19.33 WIB.

Harga Minyak Dunia April 2013, www.esdm.go.id, diakses 23 Mei, Jam 22.11 WIB.

http://dansite.wordpress.com/2009/0 3/25/pengertian-distribusi/, diakses 24 Mei, Jam 10.15 WIB

Sadli, M., 2005. Krisis Penyaluran BBM. Kolom Pakar Pinter, Selasa , 24 Maret 2013. http://kolom.pacific.net.id/ind

Website Pertamina

www.pertamina.go.id

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keungan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah dan

Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak.

Peraturan Presiden RI 45 Tahun 2009 Tentang Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

(14)

Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 25 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Penghitungan dan Pembayaran Pajak Daerah.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas-Dinas Daerah Pada Pemerintah Provinsi Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu objek dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor,

Pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor, semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Tarif pajak bahan bakar kendaraan

948 / XI / 2018 tanggal 19 November 2018 tentang Perhitungan dan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar

CATATAN : *INFORMASI INI HANYA BERSIFAT SEMENTARA, PERENGKINGAN CALON PESERTA DAPAT BERUBAH-UBAH TERGANTUNG NILAI RAPORT DAN INDEKS SEKOLAH ASAL. MOHON SELALU CEK WEBSITE INI

Meneruskan perjalanan ke Cappadocia Daftar masuk hotel dan makan malam Pilihan lawatan tambahan:.. Saksikan persembahan budaya di Cappadocia Night Show yang merangkumi Belly Dance

Namun program aplikasi tersebut belum menyediakan menu atau submenu yang dapat menghitung data sistem koordinat sebangun dan sistem koordinat afin serta berbagai pilihan

bahwa dengan diundangkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, maka untuk pelaksanaan

KESATU : Perkiraan Perhitungan Dana Bagi Hasil Pajak Daerah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKS) , Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKS), Pajak Bahan