• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Keperawatan Kardiovaskular 1

Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf

Disusun oleh : Kelas A – 1 Kelompok 1

Latansa Hayyil Islam :131411131001

Yuni Natilia :131411131019

Neri Andriani :131411131040

Eva Diana :131411131055

Widya Fathul Jannah :131411131073 Pratama Soldy Izzulhaq :131411131091 Nuzulia Azizi Islamia :131411133005

Ayu Tria Kartika Putri :131411133023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kardiovaskular 1 yaitu Ibu Yulis Setiya Dewi, S.Kep., Ns., M.Ng.

Makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf inii disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf dengan benar. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kardiovaskular 1 yang telah memberikan kesempatan kepada penulis unuk belajar makalah Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunyan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Tujuan 1

1.3 Manfaat ……….. 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Sistem saraf otonom 2

2.2 Kerja sistem saraf terhadap jantung dan pembuluh darah 3

2.3 Pengaturan sistem saraf otonom pada jantung 5 2.4 Sistem hantaran jantung 6

2.5 Susunan saraf otonom dan irama jantung……… 6 2.6 Kontrol kardiovaskular 7

2.7 Asuhan keperawatan Guillain Barre Syndrome ( GBS )….. 9

BAB III PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan 13 3.2 Saran 13

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.

1.2 Tujuan penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaturan Sirkulasi dan Tekanan Arteri oleh Saraf 1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Pengetahuan Sirkulasi oleh Saraf

2. Untuk mengertahui Peran Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan `Arteri yang cepat

3. Untuk mengetahui sifat khusus pengaturan tekanan arteri melalui saraf 1.3 Manfaat Penulisan

(5)

BAB 2 PEMBAHASAN

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang dinamis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.

2.1 Sistem Syaraf Otonom

Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap homeostasis. Kecuali pada otot rangka, yang mendapat persarafan dari sistem saraf somatomotorik , semua organ yang lain dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Ujung-ujung saraf berlokasi di otot polos (contohnya : pembuluh darah, dinding usus, kandung kemih), otot jantung, dan kelenjar (contohnya : kelenjar keringat, kelenjar ludah). Sistem saraf memiliki dua divisi utama, sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Seperti telah dijelaskan diatas, beberapa target organ dipersarafi oleh kedua divisi dan organ yang lain dipersarafi hanya oleh satu divisi.

(6)

Asetilkoline memiliki dua tipe reseptor, yaitu reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik ditemukan pada semua sel efektor yang distimulasi oleh postganglion kolinergik dari sistem parasimpatis sedangkan reseptor nikotinik ditemukan pada ganglia autonom pada sinaps di antara preganglion dan postganglion dari sistem parasimpatik. Norepinefrine atau adrenaline memiliki dua reseptor yaitu reseptor alpha dan reseptor beta. Reseptor beta dibagi menjadi reseptor beta1 dan beta2 dan reseptor alpha dibagi menjadi reseptor alpha1 dan alpha2.

(7)

Bagian sistem syaraf yang berperan pada sistem kardiovaskular didominasi oleh sistem syaraf otonom. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa sistem syaraf otonom terbagi menjadi dua, yaitu syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis. Berikut ini adalah gambar yang menguraikan mengenai persyarafan simpatis dan parasimpatis pada pembuluh darah.

Gambar di atas menunjukkan anatomi dari sistem syaraf otonom dalam mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui seluruh syaraf spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat syaraf lumbal yang kemudian memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna vertebralis. Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui jalur syaraf simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ viseral dan jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari syaraf spinal yang memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya, ditunjukkan bahwa distribusi syaraf simpatis pada pembuluh darah mencakup arteri, arteriola, vena dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola menyebabkan syaraf simpatis mampu menstimulasi pembuluh darah arteri untuk meningkatkan resistensi pad aliran darah dan selanjutnya menurunkan aliran darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena, memungkinkan stimulasi syaraf simpatis untuk mengurangi volume pada pembuluh darah ini. Hal ini akan menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan dalam proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Syaraf simpatis pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam hal regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem syaraf simpatis. Salah satu efek terpentingnya pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus vagus, yang berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem parasimpatik akan menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit penurunan pada kontraktilitas otot jantung.

(8)

Dalam kondisi normal, area vasokonstriktor pada pusat vasomotor mengirimkan sinyal pada seluruh serat syaraf simpatis ke seluruh tubuh, menyebabkan seluruh sinyal tersebar secara kontinu pada syaraf simpatis dengan kecepatan 1,5-2 impuls per detik. Impuls inilah yang mengatur status kontraksi pada pembuluh darah, yang dikenal sebagai tonus vasomotor (vasomotor tone).

Pada saat yang sama, dimana pusat vasomotor mengontrol konstriksi pembuluh darah, pusat vasomotor juga mengontrol aktivitas jantung. Bagian lateral dari pusat vasomotor mengirimkan impuls eksitatori melalui serat syaraf simpatis ke jantung saat tubuh membutuhkan peningkatan detak jantung dan kontraktilitas. Sebaliknya, pada saat tubuh membutuhkan penurunan detak jantung, bagian medial dari pusat vasomotor mengirimkan sinyal ke nervus vagus yang kemudian akan mentransmisikan impuls parasimpatik ke jantung sehingga terjadi penuruna detak jantung dan kontraktilitas. Oleh karenanya, pusat vasomotor dapat meningkatkan dan menurunkan aktivitas jantung. Detak jantung dan kekuatan kontraksi meningkat saat vasokonstriksi terjadi dan penurunan terjadi saat vasokonstriksi dihambat.

Impuls yang dikirim syaraf simpatis ke jantung akan menyebabkan peningkatan detak jantung (efek kronotropik), kecepatan transmisi pada jaringan konduktive jantung (efek dromotropik) dan kekuatan kontraksi (efek inotropik). Impuls yg dikirim melalui syaraf simpatis juga dapat menghambat efek dari parasimpatis melalui nervus vagus. Kemungkinan melalui pelepasan neuropeptida Y, yang berperan sebagai kotransmiter pada ujung syaraf simpatis.

2.3 Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung

(9)

disebut dengan vena dan yang membawa darah dari jantung ke jaringan disebut dengan arteri.

Jantung diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat mengubah kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf tidak dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus vagus, mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan parasimpatis untuk ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium termasuk SA node dan AV node dan juga secara dominan mempersarafi ventrikel.1

2.4 Sistem Hantaran Jantung

Dengan sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat dikendalikan agar tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung diawali pada simpul sinoatrial atau simpul sinus yang terdapat di bagian atrium kanan, di dekat muara vena cava superior. Simpul sinus normal merupakan “primary cardiac pacemaker” tetapi dalam kondisi tertentu maka pacu jantung (“cardiac pacemaker”) yang terdapat di dalam simpul atrioventrikular atau di sepanjang sistem hantaran jantung dapat tetap berdenyut.

Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential internodal pathways, simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem Purkinje yang dapat dipelajari pada gambar berikut ini.

2.5 Susunan Saraf Otonom Dan Irama Jantung

(10)

merupakan pusat tertinggi pacu jantung, dan dari sinilah munculnya “inherent rhythm” yang tidak pernah berhenti berdenyut, yang berjalan secara spontan dan impulsnya dihantarkan melalui SCS ke seluruh bagian jantung lainnya dan selanjutnya timbul irama jantung yang senada dengan irama simpul sinoatrial.

Rangsangan saraf parasimpatis pada simpul sinus, cenderung memperlambat kecepatan pembentukan impuls pada pusat pacu jantung, hal ini terjadi karena ujung-ujung saraf parasimpatis mengeluarkan asetilkolin, yang pengaruhnya dapat menurunkan jumlah produksi impuls di simpul sinus dan menurunkan kepekaan “atrio-ventricular junction” terhadap impuls atau rangsang yang datang dari simpul sinus, sehingga terjadi kelambatan hantaran impuls ke otot ventrikel. Berkurangnya produksi impuls pada simpul sinus disebabkan oleh adanya penekanan pada “slope diastolic depolarization” dan cenderung meningkatkan stabilitas potensial membran istirahat, sehingga menjauhi “firing-levelnya”.

Rangsangan yang sangat kuat oleh parasimpatis akan menghentikan perubahan ritmik aktivitas potensial aksi pada pacu jantung dan terjadilah “blok” hantaran impuls ke “atrio-ventricular junction”. Bila keadaan ini terjadi, maka ventrikel tidak akan berkontraksi. Tetapi dengan adanya pacu jantung pada SCS di dalam ventrikel dan otot-otot jantung itu sendiri, maka terjadilah rangsangan pada ventrikel yag menyebabkan ventrikel dapat berkontraksi di luar kontrol simpul sinus. Dan ini merupakan salah satu mekanisme kompensasi untuk mempertahankan denyut jantung. Denyut ventrikel demikian disebut sebagai : ekstrasistole ventrikel dan pada rekaman elektrokardiogram tampak gelombang QRS tanpa didahului oleh gelombang P. Rangsangan simpatis pada simpul sinus akan memberikan pengaruh yang berlawanan dengan rangsangan parasimpatis, hal ini karena simpatis meningkatkan “slope diastolic depolarization” potensial aksi pusat pacu jantung di dalam simpul sinus, sehingga “slope diastolic depolarization” sangat mudah mencapai potensial ambang dan kemudian disusul oleh “overshoot”, demikian seterusnya akan terjadi berulang-ulang, sehingga tampak peningkatan produksi impuls. Di lain pihak karena rangsangan simpatis, juga akan terjadi peningkatan permeabilitas membran semua jaringan Sistem Hantaran Khusus dan termasuk otot-otot jantung terhadap kalium dan natrium, sehingga hantaran impuls dipercepat dan kekuatan kontraksi otot jantung juga meningkat.

2.6 Kontrol Kardiovaskular

(11)

resistensi pembuluh darah. Peningkatan aktivitas saraf simpatis terhadap jantung dan pembuluh darah, secara umum berhubungan dengan penurunan aktivitas serabut-serabut vagal jantung. Sebaliknya, penurunan aktivitas simpatis menyebabkan vasodilatasi. Penurunan tekanan darah dan meningkatnya simpanan darah dalam reservoir vena. Umumnya akan diikuti dengan penurunan denyut jantung, akan tetapi hal ini biasanya berhubungan dengan rangsangan nervus vagus dari jantung.

Baroreseptor

Tekanan Darah Batang Otak

Denyut Jantung

Stroke Volume

(12)

2.7 Asuhan Keperawatan Guillain Barre Syndrome ( GBS ) Topik :

Nn, Meme 30 tahun bekerja sebagai karyawan swasta, mengeluh kesemutan berat pada kaki bagian bawah. Pada pemeriksaan TD 140/100 mmHg.

PENGKAJIAN

Data focus pengkajian menurut Marylinn E. Doengoes, et. Al :

1. Aktivitas atau istirahat: Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris yang biasanya dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya berkembang dengan cepat ke arah atas.

2. Sirkulasi: perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi ), disritmia, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan, diaforesis

3. Interegeritas ego : gejala ; perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi. Tanda ; tampak takut dan bingung.

4. Eliminasi. Gejala ; adanya perubahan pola eliminasi. Tanda ; kelemahan pada otot otot abdomen. Hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan refleks sfingter

5. Makanan atau cairan. Gejala : kesulitan dalam mengunyah dan menelan. Tanda ; gangguan pada refleks menelan.

6. Neurosensori. Gejala : kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari jari kaki selanjutnya terius naik (distribusi stocking atau sarung tangan) Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu perubahan.Tanda; hilangnya atau menurunnya refleks tendon dalam hilangnya tonus otot, adanya masalah dalam keseimbangan, adanya kelemahan pada otot otot wajah, terjadi ptosis kelopak mata(keterlibatan saraf kranial) , kehilangan kemampuan untuk berbicara.

7. Nyeri atau kenyamanan. Gejala : nyeri tekan otot, seperti terbakar, sakit, nyeri(terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung dan bokong.) hipersensitif terhadap sentuhan.

8. Pernapasan. Gejala ; kesulitan dalam bernafas, nafas pendek. Tanda; pernapasan perut, mengguakan otot bantu napas, abnea. Penurunan atau hilangnya bunyi napas, menurunnya kapasitas vital paru, puncat atau sianosis. Gangguan refleks menelan atau batuk.

(13)

Diagnosis keperawatan :

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan disfungsi sistem saraf autonomik yang menyebabkan penumpukan vaskular dengan penurunan aliran balik vena.

Tujuan / kriteria hasil ;

Mempertahankan perfusi dengan tanda vital stabil, disritmia jantung terkontrol atau tidak ada

Intervensi Rasional

Ukur tekanan darah, catat adanya fluktuasi. Observasi adanya hipotensi postural. Berikan latihan ketika sedang melakukan perubahan posisi pasien.

Perubahan pada tekanan darah ( hipertensi berat atau hipotensi) terjadi akibat dari kehilangan alur dari saraf simpatik untuk mempertahankan tonus vaskular perifer ( disfungsi ototnom). Refleks pada tekanan darah selama perubahan posisi dapat terganggu yang menyebabkan terjadinya hipotensi postural.

Pantau frekuensi jantung dan iramanya. Dokumentasikan adanya disritmia.

Sinus takikardi atau bradikardi dapat berkembang sebagai akibat dari ketidakseimbangan elektrolit atau penurunan curah jantung ( dampak terpengaruh dengan suhu lingkungan sekitarnya. Penghangatan atau pendinginan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah trauma karena kepanasan atau kedinginan

(14)

latihan pasif pada lutut/kaki. Observasi edema pitting (cekung) eritema atau adanya tanda Homan positif.

yang statis meningkatkan resiko terbentuknya formasi trombus.

(15)

Web Of Caution : Guillain Barre Syndrome ( GBS )

Guillain Barre Syndrome ( GBS )

Gangguan fungsi saraf kranial Gangguan saraf perifer dan neuromuskular

Gangguan saraf otonom

Kurang bereaksinya sistem syaraf simpatis dan para simpatis, perubahan sensori

Gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan tekanan

Penurunan curah jantung

MK : Gangguan perfusi jaringan

Otak

Ginjal

Jantung Stroke

Gagal Jantung Gagal ginjal

Kesemutan dan kelemahan otot kaki yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh

dan otot wajah

Kelemahan fisik umum dan otot wajah

Paralisis pada okular, wajah dan otot orofaring, kesulitan, berbicara, mengunyah dan

menelan

(16)

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap homeostasis.

Syaraf simpatis dan parasimpatis mensekresikan hanya satu di antara substansi neurotransmiter , asetilkoline atau norepinefrine. Jantung merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar kepalan tinju dan berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan sternum pada bagian depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang. Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang di dalamnya.

3.2 Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11. Kedokteran EGC.

Doengoes E Marylinn., et.al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Ujianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Sharon L. Lewis, Dirksen, Bucher, Heitkemper, Camera. 2011. Medical-surgical nursing assessment of clinical problems, 8th ed. Elseiver

Gambar

Gambar  di  atas  menunjukkan  anatomi  dari  sistem  syaraf  otonom  dalam

Referensi

Dokumen terkait

tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu akan mempengaruhi kepatuhan

Namun sejauh ini belum teruji kebenarannya, yang pasti dengan ditemukannya jenis bunga soka kuno yaitu Ixora javanica di  pulau Jawa telah cukup menjadikannya

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di Suku Samin Bojonegoro, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegro, Jawa Timur menggunakan wawancara

Hasil analisis naskah menunjukkan penokohan Nyonya Lovett secara tiga dimensi (fisiologis, psikologis, dan sosiologis), yaitu seorang wanita berusia 40 tahun,

kspresi yang dibantu oleh baculoirusdalam sel serangga adalah satu cara lain yang umumdigunakan untuk ekspresi protein rekombinan. Dengancara mentrans%er plasmid yang mengandung

Tujuan penelitian ini adalah; (1) Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dan dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi, (2) mengetahui

Dalam beberapa epik Yunani kuno, Poseidon digambarkan sebagai sosok dewa yang tempramental, sehingga membuat sifat dari lautan juga menjadi tempramental.. Poseidon menikahi

80 tahun 2012 ini pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau insidental sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan