• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI DAN PASAL PENDIDIKAN docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI DAN PASAL PENDIDIKAN docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN PENDIDIKAN

TEORI DAN PASAL PENDIDIKAN

Menyimpulkan pokok-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, UU tahun 2003 Sisdiknas dan UU 2005 tentang Guru dan Dosen dan menganalisis sejauh mana lembaga pendidikan yang dilalui menerapkan atau tidak

menerapkan teori dan peraturan perundangan tersebut serta menjelaskan alasan-alasannya.

Dosen Pengampu : Didin Syafrudin, MA, Ph.D

OLEH: NURUL HIKMAH (1113013000011)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan. Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga, dan umatnya. Adapun judul makalah ini adalah “Teori dan Pasal Pendidikan”.

Dalam pembahasan penting didalmnya, menyimpulkan pokok-pokok pendidikan menurut: “Ralp W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, UU tahun2003 Sisdiknas dan UU 2005 tentang Guru dan Dosen dan menganalisis sejauhmana lembaga pendidikan yang dilalui menerapkan atau tidak menerapkan teori dan peraturan perundangan tersebut serta menjelaskan alasan-alasannya”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 15 Oktober 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

2.1 Rumusan Masalah...2

3.1 Tujuan Penulis...2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan...3

B. Teori-teori Pendidikan ...3

1. Ralph W. Tyler...3

2. Benjamin Samuel Bloom...5

3. John Dewey...8

4. Paulo Freire...10

C.Pasal-Pasal Terpenting...12

1.UUD 1945 dan UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. . .12

2.UUD No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ...14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...18

B. Saran...18

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan pendidikan dalam kehidupan sangatlah penting, maka kedudukan itulah yang menjadikan acuan untuk kita mengetahui dasar dari mana pendidikan itu harusnya dimulai, berproses, dan berkembang agar semua tujuan pendidikan yang diinginkan dapat terwujud.

Pendidikan Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Pengertian pendidikan itu jika ditunjau dari Undang-undang SISDIKNAS No.20 tahun 2003 yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Tentu semua tujuan pendidikan tersebut mengacu kepada cita-cita Negara Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa.

Dan tujuan bangsa itu pula yang yang menjadikan dasar pembuatan makalah ini, sebagai wujud refleksi nyata dari teori-teori yang berkembang didunia mengenai pengaruh teori-teori tersebut dalam pendidikan bangsa, mengenai pasal-pasal pendidikan yang dijunjung oleh Negara Indonesia sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan rakyat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pokok-pokok teori pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire?

(5)

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pokok-pokok teori pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

B. Teori-Teori Pendidikan 1. Ralph W. Tyler

Ralph W.Tyler lahir di Chicago pada tanggal 22 April 1902. Dianggap sebagai salah satu dari orang paling berpengaruh di Amerika baik di bidang pendidikan dan evaluasi. Ia menerima gelar sarjana pada tahun 1921 pada usia 19 dari Doane College Crete, Nebraska. Pekerjaan mengajar pertamanya adalah sebagai guru sains SMA di Pierre, South Dakota. Pada tahun 1923, Tyler menulis tes ilmu pengetahuan bagi siswa SMA yang membantunya "melihat lubang-lubang dalam pengujian hanya untuk menghafal”. Ia meraih gelar master dari University of Nebraska pada tahun 1923 dan gelar Ph.D. dari University of Chicago pada tahun 1927 .

Empat bagian yang dikenal sebagai Pemikiran Tyler :

• Apa tujuan pendidikan yang harus dicapai di sekolah? (Menentukan tujuan pembelajaran yang tepat)

• Bagaimana pengalaman belajar dapat dipilih untuk mencapai tujuan tersebut ? (Memperkenalkan pengalaman belajar yang berguna)

• Bagaimana pengalaman belajar yang efektif ? (Pengorganisasian pengalaman untuk memaksimalkan efeknya)

(7)

Ralph Tyler juga memberikan kontribusi terhadap lembaga pendidikan seperti Science Dewan Nasional , Badan Penelitian dan Pengembangan Panel Dinas Pendidikan Amerika Serikat , Dewan Penasehat Nasional pada Anak Tertinggal , Science Research Foundation Sosial , Angkatan Bersenjata Institute, dan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan . Ralph Tyler juga menjabat Asosiasi untuk Pengawasan dan Pengembangan Kurikulum ( ASCD ) dan membantu mempublikasikan Keputusan Kurikulum Fundamental pada tahun 1983 .

Banyak program pendidikan yang memiliki tujuan yang kurang jelas, maka dari sisi demikianlah Tyler mencetuskan pemikirannya mengenai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang jelas. Tyler menjelaskan bahwa pemikirannya mengenai pendidikan terwujud pula dalam Landasan Pengembangan Kurikulum seperti sebuah bangunan yang tinggi tentu membutuhkan landasan atau fondasi yang kuat agar dapat berdiri tegak, kokoh, dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh maka pasti akan cepat hancur. Begitu pula dengan pengembangan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Dengan adanya tujuan pendidikan yang terperinci seperti didalam sebuah sekolah ada bagian kurikulum yang bertugas mengorganisir setiap kurikulum yang akan digunakan berdasarkan tingkatan dan kemampuan siswa sebagai cara agar pembelajaran tepat sasaran dan bentuk pengajaran bisa lebih bermanfaat dan tidak hanya sebatas formalitas pendidikan belaka.

Pengalaman belajar bisa dijadikan sebagai sesuatu yang berguna untuk memenuhi tujuan pendidikan dan pengalaman belajar bisa dipraktikan secara jelas. Dari berbagai bentuk pengajaran yang telah terorganisir dalam sebuah kurikulum, maka dasar-dasar yang ada didalamnya harus lebih mampu diimplementasikan dan jauh semakin baik

(8)

Oleh karena itu operasi yang terlibat dalam memilih dan merumuskan tujuan pendidikan dan dalam memilih dan mengorganisir pengalaman belajar, akan terlihat bahwa analisis mengenai kurikulum pendidikan telah berjalan. Evaluasi juga merupakan operasi penting dalam pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum pendidikan saat ini memang tidak bisa dipungkiri itu adalah bentuk dari pemikiran-pemikiran Tyler, karena itu pula “tujuan” sebagai bentuk perhatian Tyler menjadi perhatian pendidikan formal saat ini.

2. Benjamin Samuel Bloom

Benjamin S. Bloom, lahir di Lansford, Pennsylvania, 21 Februari 1913 – meninggal 13 September 1999 pada umur 86 tahun, adalah seorang psikolog pendidikan dari Amerika Serikat, dengan kontribusi utamanya adalah dalam penyusunan taksonomi tujuan pendidikan

dan pembuatan teori belajar tuntas.

Ia menerima gelar sarjana dan magister dari Pennsylvania State University pada tahun

1935 dan gelar doktor dalam pendidikan dari University of Chicago pada bulan Maret 1942. Ia menjadi anggota staff Board of Examinations di University of Chicago dari tahun 1940

sampai 1943. Sejak tahun 1943 ia menjadi pemeriksa di universitas sampai kemudian mengakhiri jabatan tersebut tahun 1959. Pekerjaan sebagai pengajar di Jurusan Pendidikan University of Chicago dimulai tahun 1944 untuk kemudian ditunjuk sebagai Distinguished Service Professor pada tahun 1970. Ia menjabat sebagai presiden American Educational Research Association dari tahun 1965 sampai 1966. Ia menjadi penasihat pendidikan bagi pemerintahan Israel, India, dan beberapa bangsa lain.

Taksonomi tujuan intruksional menurut Benjamin S. Bloom

(9)

Mengembangkan suatu klasifikasi tujuan intruksional (educational objectives). Klasifikasi/taksonomi menurut Bloom terbagi kedalam tiga ranah yaitu: kognitif,afektif dan psikomotorik.

Ranah Kognitif (cognitive domain) yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

1) Pengetahuan (knowlege) 2) Pemahaman (comprehension) 3) Penerapan (application) 4) Analisis (analysis) 5) Sintesis (synthesis) 6) Evaluasi (evaluation)

Kategori-kategori ini disusun secara hierarkis(berurutan), sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin kompleks. Meski pada ranah kognitif belum terlalu meyakinkan untuk diterapkan dibeberapa jenjang karena memiliki kelemahan di penerapannya yang tidak bisa digunakan secara menyeluruh oleh setiap tingkatan karena masih ada tumpang tindih dibeberapa kategori, namun ranah ini cukup popular dan banyak diterapkan pada proses pembelajaran.

Ranah Afektif (affective domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

1) Penerimaan (receiving) 2) Partisipasi (responding)

3) Penilaian/penentuan sikap (valuing) 4) Organisasi (organization)

(10)

Ranah Psikomotorik (psychomotoric domain) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

1) Persepsi (perception) 2) Kesiapan (set)

3) Gerakan terbimbing (guided response) 4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response) 5) Gerakan yang kompleks (complex response) 6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment) 7) Keativitas (creativity)

Tujuan Intruksional bertujuan untuk menggariskan hasil-hasil pembelajaran siswa, pelbagai bahasan yang diungkapkan B.S Bloom sangat berpengaruh besar terhadap cara pembelajaran pada institusi formal karena selama ini bentuk penilaian itu pun terfungsikan menjadi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik meski harus ada pencapaian tujuan yang pasti mengenai penerapan ranah diatas.

3. John Dewey

Apa itu Pendidikan?

(11)

mendatang adalah abstrak. Jadi dalam seriap pembentukan diri seseorang pun tidak terlepas dari mana tempat ia tumbuh dan berkembang dan bagaimana pula proses sosial yang dialaminya.

Apa itu Sekolah?

Seperti yang dikemukakan dalam My Pedogogic Creed, sekolah adalah lembaga sosial pertama, pendidikan merupakan proses kehidupan saat ini, bukan untuk persiapa yang akan datang.

Sekolah harus bisa mewakili didalam kehidupan sehari-hari atau nyata, dirumah, dengan tetangga atau teman bermain. Sekolah sebagai kehidupan sosial yang sederhana, kehidupan di sekolah tumbuh secara bertahap dari kehidupan dirumah. Maka semestinya sikap disiplin disekolah harus diterapakn dirumah. Maka dari itu sekolah harus memberikan pengalaman yang baik kepada anak didiknya karena tidak dapat dipungkiri tidak semua pengalaman baik, maka dari sekolah lah pengalaman-pengalaman pengembang mental kecerdasan, religius, dan interaksi sosial yang baik harus mampu diterapkan.

Subjek Materi Pendidikan

Kehidupan sosial atau interaksi sosial individu adalah dasar dari semua pertumbuhan, dalam proses pendidikan di sekolah itu yang dibutuhkan adalah korelasi atau hubungan timbal balik antara peserta didik dengan pendidik dan itu berasal dari kegiatan sosial individu itu sendiri. Kurikulum disekolah pada faktanya membatasi peserta didik untuk lebih ekspresif dalam proses pendidikan padahal peserta didik itu diharapkan lebih ekspresif dan konstruktif dari korelasi yang diharapkan. Dan perlu diadakannya standarisasi dimana setiap individu dituntut untuk berhasil melakukan suatu tujuan pendidikan itu sendiri.

Sifat Metode

Bahwa metode tersebut adalah berdasarkan kepada pengembangan dan kepentingan individu tersebut, individu tersebut dituntut untuk aktif dalam partisifasinya dalam proses pendidikan, selain itu untuk menumbuhkan minat anak didik dalam proses pendidikannya dimana anak harus berfikir dalam proses sosialnya untuk mengembangkan apa yang sebelumnya dipelajari untuk mencapai tujuan itu sendiri.

Sekolah dan Kemajuan Sosial

(12)

perkembangan pendidikan individu tersebut. Seperti, mampu untuk merumuskan tujuan sendiri, dapat mengatur sumber dan saran sendiri, mengarahkan pergerakan ekonomi. Karena kesemua perangkat yakni sekolah dan masyarakat yang didalamnya ada sosialisasi yang dapat memberi kekuatan kepada setiap individu untuk mampu beradaftasi dengan perkembangan lingkungan sekitar. Psikologis individu berpengaruh besar terhadap bentuk aktifitas sosial individu tersebut sehingga proses sosial itu berjlan tepat sesuai tujuan pendidikan. Dan guru sebagai individu yang bermartabat dalam membantu perkembangan sosial individu didiknya berjalan dengan baik agar semua harapan dapat terwujud.

Bisa dikatakan teori John Dewey ini sudah cukup diterapkan dibeberapa lembaga sekolah, meski kebanyakan dari semuanya adalah sejauh mana peran tenaga pendidik dalam mengembangkan teori ini kepada anak didiknya.

4. Paulo Freire

Paulo freire adalah salah seorang yang paling penting dan berpengaruh pada teori dan praktek pendidikan kritis. Dalam kancah International dia dikenal sebagai pendidik keaksaraan pembangunan. Teori Freie adalah mengkritisi Banking Concept of Education, yang melatarbelakangi munculnya teori ini adalah karena adanya penindasan, kemiskinan, buta huruf, dan diskriminasi yang pada saat itu terjadi di wilayah miskin Brazil. Freire juga terlibat dengan gerakan social dan pendidikan, Dalam gerakan tertentu terkait dengan budaya populer dan gerakan komunitas basis dalam gereja Khatolik. Bekerja dengan petani dan buruh terutama di wilayah miskin Brazil Utara-Timur, Disitulah pertama kali Freire mengembangkan metode untuk menangani masalah buta huruf. Freire diundang oleh kemetrian brazil pendidikan untuk mengatur keaksaraan program. Karyanya terputus oleh kediktatoran militer pada tahun 1964. Freire ditangkap dan diasingkan ke Chili, Dia juga pernah bekerja sebagai konsultan bagi Departemen UNESCO. Ia diundang untuk mengambil posisi di Hardvard Universitas. Freire juga menjadi rekan kehormatan di berbagai universitas dan menerima sejumlah penghargaan besar dari universitas di seluruh dunia. Freire kembali dan menerima posisi mengajar di universitas khatolik kepausan dari sao Paulo dan universitas Campinas. Dan begitu banyak lagi pencapaian luar biasa yang telah dicapai dalam semasa hidupnya.

(13)

bukanlah slogan belaka baginya. Memang , itu adalah pusat untuk memahami teori pendidikan Freire. Baginya, pendidikan selalu melibatkan hubungan sosial dan, karenanya, harus melibatkan pilihan politis. Freire menegaskan bahwa pertanyaan-pertanyaan seperti ' apa? ', ' Mengapa ? ' , 'Bagaimana ? ', ' Untuk apa ' ? , ' Untuk siapa ' ? adalah pusat untuk kegiatan pendidikan. Ini tidak dimaksudkan untuk menjadi abstraksi. Setiap pendidik harus menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban mereka akan menjadi pemandu penting untuk setiap proyek pendidikan kritis. Kita harus terus-menerus menyadari bahwa semua kebijakan dan praktik pendidikan memiliki implikasi social.

Pendidikan emansipatoris bagi Freire tidak pernah transmisi sederhana pengetahuan. Mengetahui tidak mengakumulasi fakta atau informasi, apa yang disebut 'perbankan'. Sebaliknya, mengetahui adalah membangun diri sendiri sebagai subjek di dunia, orang yang mampu baik untuk menulis ulang apa yang membaca dan bertindak di dunia untuk secara radikal mengubah itu. Dengan demikian, gagasan Freire keaksaraan baik melampaui kapasitas subjek untuk membaca kata-kata. Sebaliknya, kegiatan membaca harus tentang kemampuan untuk 'membaca' dunia.

Dalam proses pendidikan guru dan siswa juga adalah manusia yang tidak sempurna dan keduanya harus banyak belajar dari satu sama lain dalam proses pendidikan. Ini tidak berarti bahwa guru harus menyangkal dirinya atau perannya sebagai orang yang melakukan proses belajar. Tetapi proses harus didasarkan pada dialog kritis dan penciptaan pengetahuan bersama.

Freire menekankan peran guru sebagai pekerja budaya kritis. Guru harus berjuang dengan tentang nilai-nilai budaya dominan yang hadir baik di masyarakat dan di dalam diri mereka untuk memahami fungsi budaya dan politikyang ada. Perjuangan ganda ini dapat menyebabkan guru untuk bekerja dengan cara refleksif dan transformatif. Dan sekali lagi, pekerjaan transformatif seperti perlu dilakukan di luar kelas.

Maka teori Freire saat ini banyak diterapkan bagaimana saat ini pendidikan kritis mulai menjamur tenaga pendidik dan anak pendidik perlu melakukan pembelajaran secara kritis tidak hanya didalam kelas tetapi juga diluar kelas.

1. Pasal-Pasal Terpenting

1. UUD 1945 dan UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

Pasal 5

(14)

Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.

Analisis :

Betapa jelas peraturan itu dirancang, tidak ada yang salah dengan pasal yang sekiranya dapat meningkatkan kesejahteraan dimasa mendatang. Pendidikan yang kini dianut bangsa Indonesia yakni wajib belajar 9 tahun bahkan hendak meningkat wajib belajar 12 tahun, hanya seperti sebuah bingkai janji manis saja, kewajiban itu dibuat tanpa disertai hak yang pasti didapat setiap warga, lagi-lagi persoalan jatuh pada ketidaktahuan warga tentang pentingnya pendidikan sedari dini serta hambatan ekonomi yang melanda.

Pasal 7

Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.

Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.

Analisis :

Dalam hal pendidikan keluarga khususnya orang tua merupakan faktor utama yang paling disoroti, dalam hal ini orang tua berperan penting mengarahkan laju pendidikan anaknya, orang tua juga berhak mendapat informasi perkembangan anaknya mengenai pendidikan yang sedang dijalani, tetapi saat ini justru banyak terdapat ketimpangan dimana orang tua dan tenaga pendidik sama-sama tidak mengkomunikasikan setiap perkembangan anak dalam dunia pendidikannya, dan harus disadari pula bahwa momentum pendidikan yang paling berharga berada ditangan orangtua.

(15)

Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

Analisis :

Pasal ini begitu menggugah bangsa, bahwa lingkungan yaitu masyarakat memiliki peran penting dalam mensejahterakan pendidian bangsa selain individu, keluarga, negara. bahwa peran masyarakat begitu komplek didalam pendidikan. Dan yang pasti berpengaruh besar terhadap segala perubahan bangsa dalam kemajuan program pendidikan. Jangan sampai masyarakat hanya dibiarkan sebagai penonton didalam pendidikan negeri ini.

Pasal 9

Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Analisis:

Bahwa dalam hal ini masyarakat juga berperan dalam pengaruh eksternal dimana mendukung proses pendidikan itu sendiri.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;

Analisis : dalam hal ini kesejhteraan guru memang perlu mendapat perhatian, meski ada ujaran bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, namun guru pun merupakan pahlawan yang patut diberi jasa yang layak atas kerja keras dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun erat kaitannya dengan hal ini jangan sampai memanfaatkan pendidikan sebagai ladang memupuk kekayaan, artinya pendapatan itu harus disesuaikan dengan kinerja dan loyalitas yang diberikan.

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

Analisis : seorang guru berhak mendapatkan hasil buah pengabdiannya terhadap bangsa, tidaklah salah jika yang demikian itu mendapatkan penghargaan sebagai bentuk terima kasih bangsa terhadap pahlawan yang tak ada matinya.

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

(16)

Analisis : setiap guru berhak diberi penunjang untuk terus mengembangkan dirinya sendiri selain mengembangkan potensi anak didik memang perlu digalakkan, tetapi jangan sampai hal ini dijadikan sebagai ajang mencari hiburan semata dengan mengatasnamakan pendidikan, misal dengan melakukan riset atau pengembangan potensi pengajaran dengan menginap di hotel berbintang dengan menggunakan anggaran negara namun melakukannya dengan tidak serius sehingga tidak menghasilkan apapun, maka jika yang demikian itu tidaklah benar dilakukan.

e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

Analisis : perlu diperhatikan dengan cermat bahwa hal ini harus mendapatan perhatian intensif demi terselenggara dan tidak ada penyimpangan didalamnya.

f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundangundangan;

Analisis : ini sepenuhnya memang menjadi perhatian guru, tanggung jawab yang perlu dilaksanakan dengan baik dan benar tanpa ada unsur diskriminasi dan menjunjung kejujuran moralitas.

g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; Analisis : hal ini sangat lah urgen mengenai hak sebagai guru yang harus ditegakkan. h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

Analisis : hak tersebut baik dibebaskan dan perlu diperhatikan organisasi dan hal semacam apa yang dampak baik buruk nya harus diperhatikan dan menjadi kajian bersama.

i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

Analisis : kebijakan ini menjadi baik hasilnya dengan penanganan yang berlangsung secara benar.

j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau

k. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Analisis : hal yang semacam ini yang perlu dikembangkan secara berkala dan terus menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 8

(17)

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Analisis :

Dalam hal ini kualifikasi akademik harus menjadi pertimbangan dimana setiap tenaga pendidik dituntut memiliki keterampilan yang sesuai untuk memberi pelajaran yang baik kepada peserta didiknya, dan sertifikasi pendidikan yang sesuai dengan apa yang diajarkan karena jia ke propesionalitasan seorang tidak sesuai dengan konsentrasi bidangnya akan berdampak buruk terhadap hasil pembelajaran.

Pasal 9

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Analisis :

Pasal ini sangat menunjang klasifikasi kelayakan tenaga pengajar, bahwa memang benar tenaga pengajar tidaklah boleh sembarang orang melainkan tenaga ahli yang kualitasnya sudah diketahui dengan modal belajar yang tidak singkat. Sehingga pengalaman baik pula yang akan tersampaikan.

Pasal 45

Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan

rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Analisis :

(18)

BAB III

PENUTUP

A.

Kesipulan

(19)

Dalam era globalisasi ini, pendidikan perlu mendapat perhatian besar maka sebagai warga Negara Indonesia memerlukan pengetahuan ilmu dalam segala bidang agar mampu bersaing dikancah dunia, diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca mampu mengetahui aspek yang benar dalam mengelola proses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Tyler Ralph W. Principles of Curriculum and Instruction.Chicago:University of Chicago.1949.

Bloom,B. S. ed. et al. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David McKay. 1956.

Archambault, R.D. John Dewey on Education. Selected Writings,Unversity of Chicago Press: 1964.

(20)

http://education.families.com/tyler-ralph-w-1902-x20131994-2587-2590-eoed

Referensi

Dokumen terkait

Bugis) bagi pihak laki-laki. Dalam kegiatan mappesek-pesek, utusan khusus pihak laki-laki ini menyembunyikan maksudnya bertamu, dia hanya bertanya tentang keluarga pihak

Jawaban: Tarian, gerakan, dan durasi pementasan kesenian Kubro Siswo dari zaman dulu sampai sekarang tetap sama tidak mengalami perkembangan, tariannya dan gerakannya

Pengujian evaluasi dilakukan utuk membandingkan frequent itemset yang dibangkitkan algoritma fp-growth dan jumlah rule yang di hasilkan dengan menggunakan minimum support

Hasil kajian mendapati para pensyarah yang terlibat mempunyai pemahaman yang baik terhadap KPBBT dan berdasarkan pengalaman mengajar menggunakan kaedah

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa siswa auditori yang memiliki tingkat kecemasan matematika rendah dalam memecahkan masalah dengan diiringi musik memiliki

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Partisipan adalah ibu nifas dengan seksio sesarea yang dirawat di Ruang Nifas Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Kriteria Inklusi

Ombudsman Indonesia di tengah Ombudsman Internasional, Komisi Ombudsman Nasional, Jakarta, 2002. Sujata, Antonius &

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul