• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 1987 - 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 1987 - 2009"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI

EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR

TAHUN 1987 - 2009

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Oleh :

AGUNG NUGROHO K.M F 1104016

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah di setujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing :

Pembimbing Utama

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa Tanggal : 5 Juli 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si. ……….

Sekretaris : Drs. Supriyono, M.Si ……….

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, 2 Juni 2011

(5)

commit to user

v

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan iu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari pekerjaan atau tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh.

(Q.S. Al Nasyirah : 6-7)

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’.

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, hormat dan terima kasih kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta atas segala doa dan kasih

sayangnya.

2. Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Sahabat dan teman-teman yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat, berkat hidayah dan inayah-Nya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis haturkan kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala perijinannya sebagai persyaratan pelaksanaan penelitian.

2. Ketua Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas perijinan terhadap penelitian ini.

3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang dengan arif dan bijaksana yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

(8)

commit to user

viii

5. Para staf karyawan dan karyawati Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya di Fakultas Ekonomi yang membantu dalam segala hal yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan segala do’a dan kasih sayangnya selama ini.

7. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan support, doa dan kasih sayangnya selama ini.

8. Teman-teman semua di IESP ’04, terima kasih atas saran dan perhatiannya. 9. Sobat-sobat semua: terima kasih atas perhatian dan keceriaannya.

10.Semua pihak-pihak yang bersangkutan dalam membantu penulisan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan skripsi ini sangatlah penulis harapkan.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb..

Surakarta, 2 Juni 2011

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Industri Tekstil ... 13

B. Ekspor Tekstil... 18

C. Investasi ... 26

D. Kurs Valuta Asing ... 27

E. Kerangka Pemikiran ... 28

(10)

commit to user

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 30

B. Data dan Sumber Data ... 30

C. Metode Pengumpulan Data ... 30

D. Model dan Alat Analisis ... 31

E. Pengujian Statistik... 34

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Data Variabel yang Diteliti ... 43

B. Model Analisis ... 48

C. Hasil Analisis ... 49

D. Pengujian Asumsi Klasik ... 50

1. Uji Multikolinieritas ... 50

2. Uji Heteroskedastisitas ... 51

3. Uji Autokorelasi ... 52

E. Pengujian Kriteria Statistik ... 54

1. Uji secara individual (t – test) ... 54

2. Uji secara Keseluruhan (Uji F) ... 57

3. Koefisien Determinasi (R2) ... 58

F. Interpretasi Ekonomi ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

(12)

commit to user

i

ABSTRAK

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Produk Tekstil Propinsi Jawa Timur Tahun 1987-2009.

AGUNG NUGROHO K.M.

NIM. F1104016.

Perdagangan internasional menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang bagi setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang diproduksinya. Dari ekspor, maka negara memperoleh keuntungan, pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Tekstil sebagai komoditi ekspor non migas diharapkan menjadi andalan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ terhadap pertumbuhan ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009; 2) Untuk mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009.

Variabel dalam penelitian ini adalah ekspor tekstil sebagai variabel dependen (Y) dan variabel independen yang terdiri dari produksi tekstil (X1), harga tekstil luar negeri (X2), investasi pada industri tekstil (X3), kurs valuta asing (X4) dan ekspor tekstil 1 tahun sebelumnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan model Partial Adjustment Model (PAM) kemudian dilanjutkan dengan uji kepenuhan asumsi klasik.

Berdasarkan hasil analisis data diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil pengujian koefisien (uji t) menunjukkan bahwa ada tiga variabel berpengaruh terhadap ekspor tekstil dan dua variabel yang lain tidak berpengaruh. Variabel yang berpengaruh adalah harga tekstil luar negeri (a=1%), investasi pada industri tekstil (a=5%), ekspor tekstil 1 tahun lalu (a=1%), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah produksi teksil dan kurs valuta asing pada taraf signifikansi hingga 10% (a=10%); 2) Hasil analisis menunjukkan bahwa harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap ekspor tekstil. Hal ini terbukti dari hasil koefisien beta variabel harga tekstil luar negeri (0,588) lebih besar dari koefisien beta variabel lainnya. Artinya peningkatan harga tekstil luar negeri sebesar 1%, dalam jangka panjang dipastikan akan meningkatkan jumlah ekspor tekstil sebesar 1,050%; 3) Koefisien penyesuaian terbukti lebih meningkatkan ekspor tekstil dalam jangka panjang jika terjadi peningkatan pada setiap variabel. Kata kunci: produksi tekstil, harga tekstil, investasi pada industri tekstil, kurs

(13)

commit to user

International trade creates benefits by providing opportunities for each country to export goods produced. Of exports, the country benefited, rising national income, which in turn increase the amount of output and economic growth. Textiles as a non-oil commodity exports are expected to be a mainstay in the enhancement of economic growth in East Java Province. The purpose of this study were: (1) To determine the influence of textile production, textile prices in export markets, investment in the textile industry, and the dollar exchange rate of U.S. $ against the growth of exports of textile products in East Java in 1987 to 2009; 2) To determine the most dominant factor effect on export growth of textile products in East Java in 1987 to 2009.

The variables in this study is the export of textiles as the dependent variable (Y) and independent variables consisting of textile production (X 1), the price of foreign textiles (X 2), investment in the textile industry (X 3), foreign exchange rates (X 4 ) and exports of textiles a year earlier. The types of data used in this research is secondary data. Methods of data analysis used is multiple regression analysis model with Partial Adjustment Model (PAM) followed by a test of the fullness of classical assumptions.

Based on the analysis of data drawn conclusions as follows: 1) The coefficient test (t test) showed that three variables affect the exports of textiles and the other two variables have no effect. Variables that influence the price of foreign textiles (a = 1%), investment in the textile industry (a = 5%), exports of textiles a year ago (a = 1%), while variables that do not affect the production of textiles and foreign exchange rates at up to 10% significance level (a = 10%); 2) The analysis showed that the price of foreign textiles dominant effect on exports of textiles. This is

(14)

commit to user

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan mengandung arti suatu usaha atau serangkaian usaha yang pada hakekatnya merupakana suatu proses perubahan yang bersifat terus menerus dan melakukan perbaikan serta peningkatan yang menuju ke arah tujuan yang dicapai yaitu dari keadaan tertentu. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pemerintah bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spirituil. Pembangunan suatu negara bisa dikatakan berhasil bila ditunjang dengan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang baik dan berkualitas. Kegiatan ekonomi diantaranya adalah kegiatan pada sektor industri yang senantiasa terus bertambah produktif dengan pertumbuhan yang lebih cepat diikuti sektor-sektor lain yang tumbuh.

(16)

commit to user

Pada dewasa ini suatu negara tidak dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhannya tanpa kerja sama dengan negara lain. Adanya kemajuan teknologi yang sangat cepat dapat membantu mengatasi adanya kebutuhan tersebut. Di sisi lain semakin meningkatnya produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan tersebut memerlukan distribusi dan regulasi untuk ekspor atau impor. Barang-barang yang tidak dapat diperoleh di dalam negeri akan semakin meningkatkan perdagangan antar negara dengan cepat.

Perdagangan internasional dirasakan semakin sangat berarti bagi pembangunan di setiap negara di dunia. Setiap negara telah mengakui bahwa perdagangan internasional itu menguntungkan dan meningkatkan pembangunan nasional melalui proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Haberier, bahwa perdagangan internasional telah memberikan sumbangan luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi di negara kurang berkembang di abad ke 19 dan 0, selain itu dapat diharapkan pertumbuhan tersebut akan sama di masa yang akan datang dan bahwa perdagangan bebas dengan sedikit perbaikan atau penyimpangan tidak mendasar atau marginal adalah kebijaksanaan yang terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi (Jhingan, 1993 : 263-264).

(17)

commit to user

laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan.

Ekspor non migas yang menjadi unggulan Indonesia adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, dimana sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 29,3%, diikuti sektor bahan galian non logam, serta makanan dan minuman (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Tekstil sebagai komoditi ekspor non migas menjadi andalan perekonomian Indonesia. Produk tekstil Indonesia telah menembus pasar Eropa dan Amerika. Nilai ekspor komoditi tekstil dari tahun ke tahun semakin meningkat. Komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja.

(18)

commit to user

Perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan No. 03/DJPLN/KP/XI/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002).

Industri tekstil yang menghasilkan devisa ekspor sangat bermanfaat bagi pembiayaan kelangsungan pengembangan perekonomian bagi negara berkembang seperti Indonesia, industri tersebut masih merupakan industri yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Hal tersebut sangat beralasan, mengingat industri jenis ini pada umumnya masih bersifat padat karya sehingga mampu menyerap angkatan kerja dalam jumlah cukup banyak. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Hal ini akan menjadikan daya saing produk tekstil di pasar ekspor semakin menurun.

(19)

commit to user

Menurut Direktorat Industri Tekstil, selama 2002 (hingga Mei saja) ada 64 perusahaan yang melakukan PHK sebanyak 19.038 pekerja. Tutupnya pabrik TPT selama 2002 terjadi akibat a.l. kenaikan beban biaya produksi yang semakin berat seperti kenaikkan BBM, TDL, Terminal Handling Charge (THC), pajak, pungutan daerah (retribusi) yang makin hari makin mencekik leher. Dari sisi ekspor, ternyata lebih parah lagi. Kinerja TPT nasional dalam tiga tahun terakhir, sejak 1999 hingga 2001 naik turun tanpa pola. Pada 1999 nilai ekspor TPT nasional sebanyak 1.642 ton atau senilai US$7,2 miliar naik menjadi 1.734 ton atau US$8,2 miliar pada 2000. Namun turun kembali menjadi hanya 705 ton atau senilai US$7,6 miliar pada 2001. Angka ekspor tidak pernah lagi menyentuh angka US$8 miliar. Tahun 2002 kinerja ekspor TPT tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan, bahkan cenderung stagnan pada nilai ekspor 2001. Hingga Agustus 2002, ekspor TPT nasional hanya 1.187 ton senilai US$4,6 miliar. Padahal dalam periode sama sebelumnya, ekspor TPT sebanyak 2.092 ton. Salah satu sebab stagnasi ekspor TPT 2002 adalah banyaknya masalah yang kurang mendukung peningkatan ekspor (Purwoko, 2003).

Indonesia adalah salah satu negara bekembang pengekspor TPT yang tergabung dalam kelompok organisasi International Textile and Clothing

Bureau (ITCB), bersama negara-negara berkembang lain untuk

(20)

commit to user

GATT dimana MFA berada di luar pengaturan GATT, maka pada masa berdirinya WTO ini, terhadap pengaturan TPT dilakukan proses integrasi yaitu memasukan TPT terikat ke dalam kelompok Multilateral Trade in Goods

yaitu dalam Agreement on Textiile and Clothing (ATC). Sebagai negara pengekspor tektil dunia, tahun 1996 Indonesia menempati posisi ke 10 dengan ekspor sebesar US$6,8 milyar, sementara pada tahun 2000 berada pada posisi ke 17 niai ekspor sebesar US$ 8,3 milyar. Posisi ekspor tekstil Nasional di pasar dunia menunjukan penurunan tingkat daya saing. Hal ini perlu dicermati bahwa Indonesia tidak dapat mengharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi hanya dengan bertahan pada produk bernilai tambah yang rendah (Purwoko, 2003).

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Tahun 1999-2001

Tahun

Jumlah Ekspor Kuota (dalam US$)

Jumlah Ekspor Non Kuota (dalam US$)

1999 2,36 - 7,2 milyar -

2000 3,65 17,5% 8,2 milyar 10,17%

2001 3,62 -3,72% 7,65 milyar -6,73%

Kontribusi - 46% - 54%

Sumber: Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002

(21)

commit to user

berdasarkan kuota dan non kuota tahun 2000 lebih meningkat dibandingkan dengan tahun 1999, yaitu mengalami peningkatan sebesar dari US$ 7,2 milyar pada tahun 1999 menjadi 8,2 milyar pada tahun 2000. Perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan nonkuota tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 6,73% dari US$ 8,20 milyar menjdai US$7,65 milyar (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002).

(22)

commit to user

Tabel 2. Perkembangan Industri Tekstil dan Jumlah Produksi Tekstil di Jawa Timur Tahun 1987-2009

Jawa Timur Dalam Angka (1987-2009)

(23)

commit to user

kategori yang telah dibebaskan kuotanya sejak 2002 Cina terus melaju dan merebut pangsa pasar negara lain secara signifikan. Angka ini masih terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Sebagai contoh untuk kategori 239 (pakaian anak-anak) sebelum kuotanya dibebaskan pangsa pasar Cina baru mencapai 6,97%. Akan tetapi setelah kuotanya dibebaskan langsung menggeser posisi dan merebut pangsa pasar negara lain dengan menguasai pasar 51,71% sampai dengan Juni 2004. Dalam beberapa tahun terakhir investasi besar-besaran terus mengalir ke Cina dan saat ini menjadi importer mesin tekstil terbesar dunia dari berbagai jenis dan merek. Kapasitas produksinya telah mencapai lebih dari 60% dari total kapasitas produksi TPT dunia dengan kemampuan produksi berbabagai jenis dan tingkatan mutu dengan harga murah. Kondisi ini akan terus menjadi ancaman negara lain khususnya Indonesia yang juga merupakan negara pengekspor produk tekstil (Bisnis Indonesia, 20 September 2004).

Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi menjadi melambung tinggi. Bahkan di pasar dalam negeri sekalipun

mereka sulit bersaing dengan barang impor yang diyakini masuk secara ilegal. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar

tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya. Meski perdagangan tektil dalam negeri

(24)

commit to user

Indonesia selama ini tidak pernah melakukan hambatan impor apapun terhadap komoditi TPT dan tetap melaksanakan komitmen untuk mengintegrasikan TPT dalam persetujuan yang telah disepakati. Manajemen kuota TPT di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan N0. 311/MPP.Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang Ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jenderal perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan 03/DJPLN/KP/ II/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya. Perusahaan yang dapat melakukan ekspor TPT kuota adalah perusahaan yang telah mendapatkan pengkuan sebagai Ekspor Terdaftar Textile dan Produk Textile (ETTPT).

Propinsi Jawa Timur sebagai daerah penghasil TPT diharapkan dapat mengikuti perkembangan produksi dan perdaganganya di pasar international. Memang setiap perekonomian akan selalu dihadapkan pada permasalahan, produksi, distribusi dan konsumsi. Permasalahan distribusi sejalan dengan permasalahan sektor perdagangan. Aktivitas sektor perdagangan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai kegiatan dalam pengeluaran barang dan bahan dari sektor produksi sampai konsumen. Dengan demikian sektor perdagangan berperan menyalurkan sesuai dengan keinginan konsumen untuk memperoleh barang pada saat tepat dengan harga terjangkau.

(25)

commit to user

sektor industri pengolahan sebesar 30,30% dan sektor pertanian sebesar 20,23% sedangkan sektor-sektor yang kontribusinya kecil adalah sektor penggalian sebesar 1,52% sektor listrik dan air minum sebesar 1,20% dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,25%. Hal ini menjadi sinyal positif terhadap perkembangan perekonomian dan investasi di Jawa Timur.

Investasi pada sektor industri di Propinsi Jawa Timur lebih diarahkan pada sektor-sektor dan kelompok-kelompok masyarakat yang diharapkan dapat memberikan profitabilitas yang tinggi. Sektor industri yang modern yang umumnya berada di perkotaan dijadikan sebagai sektor unggulan dan kelompok pemilik modal besar dijadikan sebagai agen utama penggerak roda pembangunan. Pembangunan sektor perdagangan di Jawa Timur juga sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dalam peningkatan pendapatan. Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktural ekonomi, maka penting pula peranan sektor perdagangan antara lain memperlancar arus barang dan jasa, mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil dan peningkatan nilai tambah yang dihasilkan serta kemampuannya menyerap tenaga kerja yang cukup besar.

(26)

commit to user B. Rumusan Masalah

1. Apakah faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009 ?

2. Faktor-faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.

2. Untuk rnengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan gambaran mengenai nilai ekspor tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.

(27)

commit to user

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Industri Tekstil

1. Definisi Industri

Istilah industri mempunyai dua arti, pertama dapat berarti himpunan-himpunan perusahaan yang sejenis seperti industri kosmetik, industri tekstil dan sebagainya. Kedua, dapat pula sebagai suatu hal ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi, kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat maksimal, elektrikal atau bahkan manual (Dumairy, 1997: 227).

Ditinjau dari sudut luasnya, pada dasarnya industri dibagi tiga golongan yaitu:

a. Industri Kecil b. Industri Menengah c. Industri Besar

(28)

commit to user a. Industri Hulu, yang terdiri dari:

1) Industri Kimia Dasar

2) Industri mesin, Logam Dasar dan Elektronika b. Industri Hilir, yang terdiri atas:

1) Aneka Industri 2) Industri Kecil

Kedua, penggolongan industri dengan pendekatan besar kecilnya

skala usaha yang dilakukan oleh beberapa lembaga dengan kriteria tertentu.

Peranan tenaga kerja juga sangat besar dalam menentukan tingkat efisiensi perusahaan. Untuk itu, sektor industri dapat dikelompokkan menurut tenaga kerja (BPS, 1996-2000 : 12):

a. Industri Rumah Tangga, yaitu usaha industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 – 4 orang.

b. Industri Kecil, yaitu usaha industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 5 – 19 orang.

c. Industri sedang, yaitu industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 – 99 orang.

d. Industri Besar, yaitu industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.

(29)

commit to user

industri di lingkungan departemen perindustrian dengan jenis-jenis industri sebagai berikut:

a. Industri Logam, Mesin dan Elektronika (ILME) b. Industri Kimia (INKIM)

c. Industri Aneka (IA) d. Industri Hasil Pertanian

Penggolongan industri yang telah dilakukan ileh organisasi industri pada PBB (UNIDO) dikenal dengan nama International Standart

Industrial Classification (ISIC). Penggolongan terbesar dengan kode satu

digit untuk sektor industri pengolahan dan manifaktur sektor tiga, selanjutnya terbagi lagi ke dalam dua digit sebagai berikut:

31 = Kelompok industri makanan, minuman dan tembakau 32 = Kelompok industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

33 = Kelompok industri bambu, rotan, kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk alat-alat rumah tangga dari kayu

34 = Kelompok industri kertas, barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

35 = Kelompok industri kimia, barang-barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan barang-barang dari plastik

36 = Kelompok industri barang-barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batu bara

(30)

commit to user

38 = Kelompok industri barang-barang dari logam, mesin-mesin dan perlengkapannya

39 = Kelompok industri pengolahan lainnya

2. Industri Tekstil

Komoditi Tekstil dan Produk (TPT) yang meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) diharapkan menjadikan sektor

tambang devisa nonmigas. Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT)

bisa digenjot sampai US$12 miliar setahun pada tahun 1996. Karenanya,

pada masa itu, industri ini menjadi anak kesayangan dan memperoleh

perhatian serius pemerintah. Apalagi industri ini mampu memberikan

lapangan kerja kepada sekitar 1,2 juta pekerja yang menggantungkan

nafkah pada industri ini. Kini keadaan berubah. Sejak krisis 1997 yang

menghancurkan struktur ekonomi nasional, industri ini masih mencoba

bertahan dengan melakukan berbagai efisiensi.

Meski keadaan yang tidak menguntungkan itu telah menyebabkan

tutupnya sedikitnya 64 pabrik orienstasi ekspor, industri ini sampai

sekarang masih eksis. Namun, keadaan menjadi semakin buruk setelah

(31)

commit to user

telepon secara serentak. Sektor ini semakin kehilangan kepercayaan diri

untuk berkompetisi karena ongkos produksi menjadi melambung tinggi.

Bahkan di pasar dalam negeri sekalipun mereka sulit bersaing dengan

barang impor yang diyakini masuk secara ilegal.

Di banding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing

Indonesia di pasar TPT dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM

dan listrik terlihat kedodoran hingga kehilangan daya saingnya. Meski

perdagangan TPT dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan

angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak

menikmati pertumbuhan pasar domestik.

Komoditi Tekstil dan Produk (TPT) yang meliputi produk serat,

kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah

satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai

penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu

mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja.

Nilai ekspor no migas Indonesia pada tahun 2001 sebesar

US$43,41 milyar sedangkan nilai ekspor migas pada tahun 2000 periode

yang sama sebesar US$ 47,76 milyar, terjadi penurunan sebesar 9,11%.

Sebagai negara pengekspor TPT dunia, tahun 1996 Indonesia menempati

posisi ke 10 dengan ekspor sebesar US$6,8 milyar, sementara pada tahun

2000 berada pada posisi ke 17 niai ekspor sebesar US$ 8,3 milyar. Posisi

(32)

commit to user

saing. Hal ini perlu dicermati bahwa Indonesia tidak dapat mengharapkan

pertumbuhan ekspor yang tinggi hanya dengan bertahan pada produk

bernilai tambah yang rendah. Industri TPT dapat tetap berkembang dalam

jangka panjang pasca MFA sangat bergantung pada peningkatan qualitas

produk dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan pasar-pasar baru.

B. Ekspor Tekstil

1. Kebijakan Ekspor

Ekspor mempunyai peran yang sangat penting dan besar bagi perekonomian suatu negara. Menurut pandangan Merkantilisme, untuk menjadi kaya sebuah negara harus mengekspor lebih banyak daripada mengimpor. Kelebihan ekspor dinyatakan antara lain dengan emas dan perak (Lincolin, 1992: 67). Bagi negara berkembang, ekspor dapat menciptakan kesempatan kerja, menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor berbagai macam produk luar negeri yang belum diproduksi di dalam negeri dan juga dapat memiliki teknologi yang belum tersedia di dalam negeri.

Ekspor suatu negara merupakan impor bagi negara lain. Impor luar negeri sangat tergantung pada kegiatan perekonomian di luar negeri dan harga relatif barang-barang luar negeri. Faktor penentu ekspor dapat dijelaskan melalui persamaan di bawah ini :

(33)

commit to user

Nilai Y* adalah pendapatan negara lain (setara dengan output yang diproduksi di luar negeri). Peningkatan pendapatan luar negeri akan mengakibatkan peningkatan permintaan dari luar negeri terhadap produk

barang dan jasa dari dalam negeri.

Î

adalah nilai tukar riil. Semakin

tinggi nilai riil mata uang luar negeri menyebabkan harga relatif produk luar negeri menjadi tinggi, sehingga produk dalam negeri akan lebih murah. Hal ini berakibat pada peningkatan nilai ekspor.

Sedangkan menurut teori Heckser-Ohlin, negara-negara akan mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang melimpah secara intensif (Djoyohadikusumo, 1993: 183).

Menurut ahli-ahli klasik, terdapat dua kemungkinan lain dengan mengadakan hubungan dengan ekonomi dengan negara-negara lain yang memungkinkan perluasan pasar dan memungkinkan diperkenalkannya teknologi yang lebih baik yang ada di dalam negeri. Adam Smith merupakan ahli ekonomi klasik yang pertama kali menunjukkan tentang kemungkinan memperoleh dua keuntungan ini pada hakekatnya ia berpendapat bahwa :

a. Dengan adanya perdagangan luar negeri, suatu negara dapat menaikkan produksi barang-barang yang sudah tidak dapat dijual lagi dalam negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri.

(34)

commit to user

Kurang berhasilnya membangun struktur industri yang kalah dengan daya saing internasional yang kuat maka strategi tersebut secara pelan-pelan akan bergeser ke strategi promosi ekspor, terutama untuk komoditas non migas. Apalagi setelah kita dihadapkan pada kenyataan bahwa penerimaan devisa dari migas tidak selamanya dapat diharapkan baik karena cadangan migas kita relatif terbatas maupun karena fluktuasi harga migas dipasar Internasional yang sering tidak menentu.

Ada empat faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi subsitusi ekspor. Keempat faktor tersebut adalah pertama kaitan sektor pertanian dengan industri, kedua skala ekonomis, ketiga dampak persaingan atas prestasi perusahaan dan keempat dampak kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi.

2.

Ekspor Produk Tekstil

Kebijakan ekspor Indonesia dalam pelaksanaannya hampir seluruh barang sudah tidak memiliki pembatasan (barang bebas) kecuali beberapa komoditi yang pengaturannya dapat dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: barang yang dilarang di ekspor, barang yang diawasi ekspornya dan barang yang diatur ekspornya.

(35)

commit to user

Uruguay pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, maka Perjanjian Tekstil dan Pakaian Jadi sesuai kesepakatan GATT segera diimplementasikan bersamaan dengan pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Prinsip Utama dari isi perjanjian Tekstil Pakaian Jadi adalah bahwa perdagangan TPT dunia yang selama ini diatur dalam MFA yang memperkenankan adanya pembatasan impor melalui system kuota akan dikembalikan ke dalam aturan GATT dengan masa peralihan selama 10 tahun sejak tahun 1994 dan terbagi dalam 4 tahap.

Indonesia adalah salah satu negara bekembang pengekspor TPT yang tergabung dalam kelompok organisasi International Textile and Clothing Bureau (ITCB), bersama negara-negara berkembang lain untuk memperjuangkan masa proses integrasi Multi Fibre Arrangement (MFA) ke dalam ketentuan GATT/WTO dalam waktu 10 tahun (sejak diberlakukannya Persetujuan Pembentukan WTO). Pengaturan TPT berbeda dengan pada masa GATT dimana MFA berada di luar pengaturan GATT, maka pada masa berdirinya WTO ini, terhadap pengaturan TPT dilakukan proses integrasi yaitu memasukan TPT terikat ke dalam kelompok Multilateral Trade in Goods yaitu dalam Agreement on Textiile and Clothing (ATC).

3. Kuota Ekspor TPT

(36)

commit to user

mengoptimalkan penggunaan kuotanya. Dalam rangka optimalisasi penggunaan kuota untuk meningkatkan perolehan devisa dan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan penyempurnaan terhadap SK. Menperindag No. 02/MPP/Kep/1/2001 tangaal 4 Januari 2001 dengan SK yang baru yaitu tertuang dalam SK Menperindag No. 311/MPP/Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan No. 03/DJPLN/KP/XI/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya.

(37)

commit to user

Sementara fasilitas financing melalui skema-skema yang ditawarkan pemerintah atas hasil kerjasama bilateral, masih belum dapat menolong, karena negara penjamin menghendaki criteria white list dan produk yang akan diimpor dari negara penjamin (yang pada umumnya adalah produk pertanian), tidak sesuai dengan yang dibutuhkan industri dalam negeri (bahan baku dan penolong).

Sementara itu, perubahan lingkungan perdagangan internasional yang mengarah ke ekonomi global mengakibatkan Indonesia dihadapkan kepada berbagai masalah pengembangan ekspor, yang sekaligus merupakan tantangan untuk dapat memanfaatkan peluang dalam era globalisasi tersebut. Suksesnya penurunan tarif dan penghapusan hambatan non tarif di negara-negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang yang mencapai angka rata-rata 0,5%, mengakibatkan persaingan sangat ditentukan oleh kualitas, harga, deliveri dan berbagai macam services lainnya.

(38)

commit to user

komoditas sekaligus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang disepakati melalui berbagai perundingan multilateral, regional maupun bilateral antara lain CITES (Konvensi Internasional Perdagangan Jenis Hewan dan Tumbuh-tumbuhan Langka).

Perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan non kuota tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 13,89% dari US$ 7,2 milyar pada tahun 1999 menjadi 8,2 milyar pada tahun 2000. Peningkatan nilai ekspor tersebut, untuk TPT kuota 17,50% sedangkan untuk TPT non kuota mengalami peningkatan sebesar 10,17% dengan kotribusi nilai ekspor TPT sebesar 44% dan non kuota sebesar 56% pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 kontribusi nilai ekspor kuota sebesar 46% dan non kuota sebesar 54%.

Sedangkan perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan nonkuota tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 6,73% dari US$ 8,20 milyar menjdai US$7,65 milyar. Untuk nilai ekspor TPT kuota menurun sebesar 3,72% dari US$ 3,62 milyar menjadi US$ 3,62 milyar dan nilai ekspor TPT non kuota menurun sebesar 9,23% dari US$ 4,44 milyar menjadi US$4,03 milyar. Kontribusi nilai ekspor TPT kouta sebesar 47% dan non kuota sebesar 53% pada tahun 2001.

4. Infant Industri Tekstil

(39)

commit to user

proteksi memberi proteksi adalah industri tekstil merupakan industri baru alias industri bayi (infant industry). Industri serupa di negara lain juga diproteksi melalui pengenaan bea masuk tinggi atas impor produk serupa. Indonesia harus berhati-hati dalam memberi proteksi kepada industri tekstil, sebab hal itu akan mempengaruhi daya saing ekonomi secara keseluruhan (Sobri, 1986: 157).

Pemerintah dalam memberikan proteksi tidak menetapkan batas waktu tertentu pemberian proteksi tersebut. Dengan demikian walaupun sudah sekitar 20 tahun diproteksi, industri-industri yang terus menikmati proteksi ini karena masih terus dianggap industri bayi, disamping ada pokok yang menakut-nakuti: kalau proteksi ini dicabut, industri yang diproteksi ini akan gulung tikar, sehingga akan sia-sialah investasi yang bermiliar-miliar rupiah atau dollar itu. Juga ada semacam justifikasi bahwa masyarakat harus membayar mahal industrialisasi.

(40)

commit to user

Kuncinya adalah pemberian proteksi yang masuk akal dan batas waktu yang jelas dan tegas. Untuk industri tekstil, pemerintah memberikan proteksi 3 sampai 5 tahun. Akan tetapi konsekuensinya, tentu industri yang lain akan meminta proteksi.

C. Investasi

Investasi daerah merupakan sejumlah dana atau modal yang disetorkan ke daerah oleh pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah untuk pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Investasi merupakan salah satu indikator penentu dalam kegiatan perekonomian daerah dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pengertian investasi atau penanaman modal adalah penggunaan uang bagi peningkatan asset kapital (DJ. A. Simarnata, 1984:155). Apabila dilihat berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, maka investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang menambah modal bagi masyarakat. Modal tersebut dapat berupa penambahan sejumlah uang yang diinvestasikan maupun penambahan pada faktor-faktor produksi.

(41)

commit to user

adalah pengeluaran di pasar barang. Pengeluaran pemerintah tersebut tergambar dalam APBD pada sisi pengeluaran pembangunan (Boediono, 1994:50).

Penggunaan uang yang berasal dari penerimaan negara atau penerimaan daerah merupakan pengeluaran pemerintah. Salah satu jenis pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran pembangunan yang juga merupakan investasi daerah.

D. Kurs Valutas Asing

Apabila jumlah uang disuatu negara mengalami perubahan naik atau berkurang akan mempengaruhi pula terhadap perbandingan harga uang dari dua jenis mata uang yang bersangkutan. Kurs tersebut adalah stabil selama permintaan dan penawaran kedua jenis uang tersebut tetap seimbang. Jika permintaan uang suatu negara lebih kuat dari negara lain maka akan menguatkan nilai uang tersebut dan nilai uang negara lain akan menjadi lemah.

(42)

commit to user

negara domestik dan diikuti dengan apresiasi mata uang. Dengan demikian pendekatan portofolio ini juga menjelaskan terjadinya lonjakan kurs, dan mampu menjelaskan secara eksplisit dan mengaitkan peran perdagangan dalam proses penyesuaian kurs dalam jangka panjang.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema kerangka berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan bahwa sektor industri tekstil sebagai penghasil komoditas ekspor di Jawa Timur masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan

Nilai Produksi Tekstil (X1)

Harga Tekstil Pasar Ekspor (X2)

Investasi pada Industri Tekstil (X3)

Kurs Dollar US$ (X4)

(43)

commit to user

disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi melambung tinggi. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya karena harga yang tinggi. Investasi tekstil di Jawa Timur menjadi rendah, beralih ke negara Asia Tenggara lainnya yang berongkos lebih murah. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku industri tekstil di Jawa Timur untuk lebih meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi yang dipersyaratkan negara pengimpor.

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh positif terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.

(44)

commit to user

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada variabel makro yang berhubungan dengan ekspor produk tekstil Jawa Timur. Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur, hal ini dikarenakan di daerah tersebut banyak terdapat industri tekstil yang diperkirakan banyak melakukan ekspor.

B. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari laporan dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang dikeluarkan oleh instansi atau badan-badan tertentu. Data yang digunakan adalah tahun 1987-2009, dalam hal ini data sumbernya diperoleh dari Deperindag (Departemen Perindustrian dan Perdagangan), Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) dan BPS (Badan Pusat Statistik) Propinsi Jawa Timur dan instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik observasi dan studi pusstaka dari beberapa sumber yaitu :

(45)

commit to user

3. Lembaga – lembaga/ Instansi yang terkait dengan penelitian ini

Data sekunder yang dikumpulkan sesuai dengan topik penelitian ini meliputi data–data sebagai berikut :

1. Jumlah produksi industri tektil di Propinsi Jawa Timur 2. Nilai ekspor industri tektil di Propinsi Jawa Timur 3. Investasi bidang industri tektil di Propinsi Jawa Timur 4. Nilai tukar rupiah (kurs)

5. Harga tekstil pasaran luar negeri

D. Model dan Alat Analisis

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan model dinamis Partial Adjustment Model (PAM). Dalam analisis regresi, kadang pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependennya tidak terjadi pada waktu yang sama. Hal ini berarti pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependen memerlukan waktu. Suatu kebijakan ekonomi dalam bekerja untuk mempengaruhi variabel ekonomi juga memerlukan waktu.

(46)

commit to user

Untuk mengakomodasikan peranan waktu tersebut, terdapat beberapa model, salah satu diantaranya adalah Partial Adjustment Model

(PAM) / model penyesuaian parsial.

Inti dari model penyesuaian disini adalah pada masalah estimasi model jangka panjang dan jangka pendek. Sehingga disini akan terdapat parameter jangka panjang dan jangka pendek. Secara umum model penyesuaian parsial dirumuskan sebagai berikut:

Adapun model yang digunakan adalah model autoregresif Partial

Adjustment Model (PAM) yang dituliskan dalam bentuk:

Ln Y = db0 + db1 (ln X1) + db2 (ln X2) + db3 (ln X3) + db4 (ln X4) + (1-d) ln Yt-1 + d Ut

Dimana :

Y = Ekspor produk tekstil (rupiah) X1 = Produksi tekstil (rupiah)

X2 = Harga tekstil luar negeri (rupiah) X3 = Investasi pada industri tekstil (rupiah) X4 = Kurs valuta asing (rupiah)

d = Koefisien penyesuaian

b0 = Konstanta

b1…b4 = Koefisien variabel ln = logaritma natural

Ut = Variabel gangguan yang terdapat di luar model

a. Koefisien regresi dalam jangka pendek

(47)

commit to user Yt = b0 + b1 x1t + b2 x2t + b3 x3t + b4 x4t + Ut

Untuk penyederhanaan diasumsikan bahwa Y yang diinginkan merupakan Y* dari fungsi linier variabel independen (Gujarati, 242-243) sebagai berikut:

Y *t = bo +b1 Xt1 + Ut ………. (3.1)

Karena Y yang diinginkan tidak bisa diamati secara langsung, NerLove mendalilkan hipotesisi berikut ini, yang dikenal sebagai hipotesis penyesuain parsial atau penyesuaian stok :

Yt – Yt-1 = δ (Y*t - Yt-1) ……….. (3.2)

Dimana δ, sedemikian rupa sehingga o< δ <1, dikenal sebagai koefisien penyesuain (Coefficient of Adjusment) dan dimana Yt – Yt-1= perubahan sebenarnya dan ( Ytx – Yt-1) = perubahan yang diingkan .

(48)

commit to user

bersifat kontrak dan seterusnya. Itulah sebabnya dinamakan penyesuaian parsial. Secara alternatif dapat ditulis sebagai berikut: Yt = δ Y*t + ( 1- δ) Yt - 1 ……… (3.3) Dengan mensubtitusikan persamaan (3.1) ke dalam persamaan (3.3) maka dapat disusun kembali persamaan:

Y = db0 + db1 (X1) + db2 (X2) + db3 (X3) + db4 (X4) + (1 - d) Yt-1 + d Ut b. Koefisien regresi dalam jangka panjang

Model jangka panjang pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependennya terjadi dalam jangka panjang. Dari hasil estimasi jangka pendek, kemudian diturunkan model jangka panjangnya dengan mencari parameter jangka panjangnya (ai) dari parameter jangka

pendek dengan koefisien penyesuaian (1 - d).

Yt = d.b0 + d.b1 (X1) + d.b2 (X2) + d.b3 (X3) + db4 (X4)

E. Pengujian Statistik

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan apakah persamaan regresi analisis data tidak mengandung asumsi klasik yang menyebabkan persamaan tersebut tidak lagi efisien jika digunakan peramalan. Pengujian ini meliputi :

a. Uji Multikolinieritas

(49)

commit to user

variabel independen lainnya. Atau degan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen yang lain. Multikolinieritas juga bisa timbul apabila antara variabel independen berkorelasi dengan variabel pengganggu. Salah satu cara untuk menganalisa ada atau tidaknnya pengaruh multikolinieritaas dalam penelitian ini digunakan metode Klein. Adapun langkah-langkah metode Klein adalah sebagai berukut (Gujarati, 1997 : 166-167):

1) Melakukan regresi tiap-tiap variabel bebas atas sisa variabel bebas lainnya dan diperoleh koefisien determinasi antar variabel bebas (R2*)

2) (R2*) yang didapat kemudian dibandingkan dengan koefisien determinasi dari model awal atau semua variabel independen terhadap variabel dependen (R2)

3) Adapun kriterianya apabila :

R2* XiXj < R2YX1, X2, …..Xn (non multikolinieritas) R2* XiXj > R2YX1, X2, …..Xn (multikolinieritas) b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah setiap variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai berikut:

(50)

commit to user Dimana:

r2 = Varian i = 1,2,3 ….n

Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sam) diterima. Salah satu cara yang dilakukan untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Uji Park dilakukan dengan menggunakan dua tahap regresi yaitu :

a. Melakukan regresi atas model yang digunakan OLS (Ordinary

Least Square) tanpa memperhatikan adanya gejala

heteroskedastisitas, kemudian dari hasil ini diperoleh besarnya residual.

b. Melakukan regresi dengan residual dari hasil di atas sebagai variabel dependen. Regresi dilakukan satu per satu dengan masing-masing variabel independen.

Pernyataan di atas dapat ditulis sebagai berikut: ln e2 = b0 + b1lnX1

dimana:

e = residual

X1 = Variabel independen Ho = E(Ui2) = r2

Ha = E(Ui2) ¹ r2

(51)

commit to user

nilai b1 tidak diterima, dengan kata lain menunjukkan adanya homoskedastisitas dan sebaliknya diterima Ha menunjukkan adanya heteroskedastisitas. Apabila terdapat gejala heteroskedastisitas maka walaupun penaksir tersebut tidak bias dan konsisten, namun minimum atau tidak efisien baik dalam sampel besar maupun sampel kecil.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah pengujian suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi dengan angka Durbin Watson dalam tabel dengan angkat tingkat derajat kebebasan (N-k) dan tingkat signifikansi tertentu. Angkat Durbin Watson dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dL) dan batas atas (dU) (Gujarati, 1997 : 217-218).

(52)

commit to user

Mekanisme test Durbin Watson adalah sebagai berikiut, dengan mengansumsikan bahwa yang mendasari test dipenuhi:

a. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei

b. Hitung nilai d (dengan rumus yang ada atau sebagian program komputer dapat melakukannya)

c. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan didapatkan nilai kritis dL atau dU.

d. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika :

d < dL : Menolak Ho

d > dU : Menerima Ho

dL < d < dU : Pengujian tidak meyakinkan

(53)

commit to user d > 4 - dL : Menolak Ho d < 4 – dU : Menerima Ho

4 – dU < d < 4 - dL : Pengujian tidak meyakinkan

f. Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif atau negatif, maka jika :

d < dL : Menolak Ho d > 4 – dL : Menolak Ho dU < d < 4 – dU : Ho diterima

dL < d < dU atau 4 – dU < d < 4- dL : Pengujian tidak meyakinkan

2. Pengujian Statistik

Setelah diperoleh parameter-parameter estimasi kemudian dilakukan pengujian yang terdiri dari :

a. Uji signifikansi pengaruh (Uji t)

Uji t adalah pengujian terhadap variabel-variabel penjelas secara individu. Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Untuk validitas pengaruh variabel independen digunakan uji t dua sisi. Pengujian t test (two tail test)

a. Ho = b1 = 0

(54)

commit to user

df = Derajat kebebasan

Dengan tingkat keyakinan atau level of significance (a) tertentu, df

= n-k, apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Uji F

Uji F adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent) secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebas (dependent). Langkah-langkah uji F sebagai berikut :

1) Ho = b1 = b2 = b3 = 0; model tidak eksis

R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi

(55)

commit to user 5) Kesimpulan

Apabila nilai Ftabel > Fhitung maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesa yang menyatakan variabel independen secara keseluruhan tidak penting dalam mempengaruhi variabel dependen diterima. Namun sebaliknya jika Ftabel < Fhitung maka Ho ditolak. Hal ini berarti mendukung hipotesa yang menyatakan variabel independen secara bersama-sama adalah penting (signifikan) dalam mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji R2

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu menunjukkan seberapa besar variasi dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel bebas dalam model.

(56)

commit to user R2 =

TSS ESS

= 1 -

TSS ESS

= 1- 2

2

yi ei

S S

dimana:

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan

(57)

commit to user

43 BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Variabel yang Diteliti

1. Nilai produksi tekstil

Nilai produksi tekstil dalam penelitian ini adalah hasil produksi industri tekstil yang terdiri dari serat, kain lembaran, dan pakaian jadi. Pengukuran variabel ini adalah dalam ribuan rupiah per tahun. Data yang digunakan yaitu data time series. Secara rinci dapat perkembangan nilai produksi tekstil di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut.

Tabel IV.1

Nilai Produksi Tekstil Propinsi Jawa Timur Tahun 1987-2009 Tahun Nilai Produksi Tekstik

(ribuan rupiah)

(58)

commit to user

Nilai produksi tekstil dari Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industri tektil dari Jawa Tengah, khususnya mulai tahun 1998 dimana produksi dapat mencapai Rp. 958.155.900.000 per tahun. Kemudian sedikit menurun seiring dengan penurunan dan peningkatan jumlah kuota ekspor tekstil ke pasar utama tektil Indonesia yaitu Amerika Serikat. Rata-rata produksi mencapai Rp. 398.019.908.634 per tahun.

2. Harga tekstil luar negeri

Harga tekstil di pasaran ekspor dunia dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut. Tabel IV.2

Harga Tekstil Luar Negeri Tahun 1987-2009 Tahun Harga Tekstil Luar Negeri

(Rupiah/ball)

(59)

commit to user

Harga produk tekstil di pasaran dunia menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah barang. Harga tekstil luar negeri pada tahun 1987 – 2009 rata-rata mencapai Rp 157.521 / ball.

3. Investasi pada industri tekstil

Nilai investasi pada industri tekstil di Jawa Timur, baik investasi atau Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah sebagai berikut.

Tabel IV.3

Investasi pada Industri Tekstil di Jawa Timur Tahun 1987-2009

Tahun Investasi pada Industri Tekstil (Ribuan Rupiah)

Peningkatan (%)

1987 10.054.930.000

(60)

commit to user

Investasi pada industri tekstil di Jawa Timur menunjukkan nilai yang berfluktuasi seiring dengan dinamika perekonomian Jawa Timur. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian di daerah-daerah khususnya di Jawa Timur. Kondisi ini dilihat dari nilai pertumbuhan investasi yang memiliki nilai negatif pada tahun 1998.

4. Kurs valuta asing (Dollar US$)

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar US$ adalah sebagai berikut. Tabel IV.4

Kurs Dollar US$ Tahun 1987-2009

Tahun Kurs Dollar US$ (Rupiah) Peningkatan (%)

(61)

commit to user

Nilai tukar rupiah terhadap Dollar US$ menunjukkan nilai yang meningkat, artinya rupiah melemah terhadap Dollar US$. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menurunkan nilai tukar hingga 130,11%, kemudian stabil pada kisaran Rp 8.000,- hingga

Nilai Ekspor Tektil Jawa TimurTahun 1987-2009 Tahun Nilai Ekspor Tekstil (Ribuan

Rupiah)

Peningkatan (%)

1987 52.202.450.000

(62)

commit to user

Nilai ekspor tekstil dari Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industri tekstil dari Jawa Timur, khususnya mulai tahun 1995 dimana ekspor mencapai Rp.104.977.600.000. Kemudian berkembang seiring dengan peningkatan jumlah kuota ekspor tekstil ke pasar utama tektil Indonesia yaitu Amerika Serikat. Rata-rata nilai ekspor meningkat sebanyak 5,61% per tahun.

B. Model Analisis

Dalam penelitian ini digunakan empat variabel penjelas yaitu produksi tekstil, harga tekstil luar negeri, investasi pada industri tekstil, dan kurs valuta asing. Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelima variabel tersebut dapat mempengaruhi ekspor produk tekstil. Adapun model yang digunakan adalah model autoregresif Partial Adjustment Model (PAM) yang dituliskan dalam bentuk:

Ln Y = db0 + db1 (ln X1) + db2 (ln X2) + db3 (ln X3) + db4 (ln X4) + (1-d) ln Yt-1 + d Ut Dimana :

Y = Nilai Ekspor produk tekstil (dalam milyar rupiah) X1 = Nilai Produksi tekstil (dalam milyar rupiah) X2 = Harga tekstil luar negeri (dalam rupiah)

X3 = Investasi pada industri tekstil (dalam milyar rupiah) X4 = Kurs valuta asing (dalam rupiah)

d = Koefisien penyesuaian

(63)

commit to user

b1…b4 = Koefisien variabel

ln = logaritma natural

Ut = Variabel gangguan yang terdapat di luar model

C. Hasil Analisis

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model penyesuaian parsial (Partial Adjusment Model: PAM), yaitu metode pengujian yang digunakan untuk mencari model penyesuaian keseimbangan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for Windows Release 11. Adapun hasil analisis memperoleh estimasi regresi sebagai berikut:

Tabel IV.6

Hasil Analisis Model PAM Variabel Notasi Koefisien

Regresi thitung Sig. (p)

Hasil analisis regresi tersebut bila ditulis dalam bentuk persamaan linier menjadi:

(64)

commit to user

Perhitungan diatas merupakan penaksir koefisien regresi untuk nilai ekspor tekstil dalam jangka pendek, sedangkan untuk mengetahui koefisien dalam jangka panjang dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi

jangka pendek dengan nilai koefisien penyesuaian (1-d), yang besarnya

dihitung dengan rumus:

1 - d = 1 – 0,440

= 0,560

Kemudian menghilangkan unsur variabel Yt-1 dalam model. Melalui metode tersebut dapat diperoleh hubungan jangka panjang antara produksi tekstil (X1), harga tekstil luar negeri (X2), investasi pada industri tekstil (X3), dan kurs valuta asing (X4) dengan ekspor tekstil (Y).

Adapun hasil perhitungan berdasarkan model penyesuaian parsial untuk nilai ekspor tekstil dalam jangka panjang dapat dilihat dalam lampiran regresi, kemudian dapat disusun dalam persamaan linier sebagai berikut:

lnY = 13,2446 - 0,0232.lnX1 + 1,0500.lnX2 + 0,0375.lnX3 - 0,0554.lnX4 Dalam rangka menguji apakah model yang digunakan baik dan dapat menjelaskan masalah yang ada, maka dilakukan pengujian kriteria statistik dan validitas, serta asumsi klasik yang harus dipenuhi.

D. Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

(65)

commit to user

bahwa multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya. Atau degan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen yang lain. Multikolinieritas juga bisa timbul apabila antara variabel independen berkorelasi dengan variabel pengganggu, sehingga tingkat signifikansi untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah juga semakin besar.

Untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikoloniearitas maka digunakan metode Klein dengan hasil sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel IV.7 lebih kecil dari R2 utama, berarti tidak terdapat gangguan multikolinieritas yang serius dalam proses estimasi parameter model penduga.

2. Uji Heteroskedastisitas

(66)

commit to user

akan menyebabkan penafasiran koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang, melebihi yang semestinya. Model regresi yang baik adalah jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap atau homoskeastisitas. Kebanyakan untuk data cross section mengandung suatu heteroskedastisitas, sebab data ini mewakili berbagai bentuk dalam ukuran (kecil, sedang dan besar). Untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas akan dilakukan pengujian Park.

Tabel IV.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas (a=0,05)

Korelasi thitung ttabel Keterangan lnX1 – Absres

ttabel adalah pada taraf signifikansi (a/2;n-k) = (0,025;22-6)

Tabel diatas menunjukkan bahwa semua thitung < ttabel, jadi dapat dzaktu. Pendekatan yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (Gujarati, 2001: 201-215).

3. Uji Autokorelasi

(67)

commit to user

perhitungan uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut.

Tabel IV.9 Hasil Uji Autokorelasi

Variabel D-W dL dU Kesimpulan

Produksi tekstil, Harga

tekstil luar negeri,

Sumber: data primer diolah

Nilai dL diambil dari tabel Durbin-Watson pada a=5% dengan df=5;22 4-dL = 4 – 0,86 = 3,14

4-dU = 4 – 1,94 = 2,06

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar IV.1

Ho = tidak ada autokorelasi positif Ho* = tidak ada autokorelasi negatif

D-W (1,704)

(68)

commit to user

Pengujian tersebut memperoleh nilai D-W sebesar 1,704 berada di daerah ragu-ragu (daerah tidak ada keputusan). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa uji autokorelasi dalam penelitian ini tidak diperoleh kesimpulan.

E. Pengujian Kriteria Statistik

1. Uji secara individual (t – test)

Uji t – test digunakan untuk mengetahui apakah variabel penjelas (independen) secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 = bi = 0 : variabel independen ke i tidak ada pengaruh terhadap

variabel dependen

Ha = bi ¹ 0 : variabel independen ke i ada pengaruh terhadap variabel

dependen Dengan derajat bebas (db) = n-k n = jumlah observasi

k = jumlah variabel

a. Uji signifikansi Produksi Tekstil (X1)

Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung

sebesar -0,749, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,10

(69)

commit to user

produksi tekstil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor

tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 10%.

Gambar IV.2

Grafik Statistik Uji- t Produksi Tekstil

b. Harga tekstil luar negeri (X2)

Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung

sebesar 7,621, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,01

dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,005;22-6) sebesar = 2,921. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (7,621 > 2,921), maka Ho ditolak, artinya harga tekstil luar negeri berpengaruh secara signifikan terhadap

ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=1%.

Gambar IV.3

(70)

commit to user c. Investasi pada industri tekstil (X3)

Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung

sebesar 2,168, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,05 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,025;22-6) sebesar = 2,120. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (2,168 > 2,120), maka Ho ditolak, artinya investasi pada industri tekstil berpengaruh secara signifikan

terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 5%.

Gambar IV.4

Grafik Statistik Uji- t Investasi pada Industri Tekstil

d. Kurs valuta asing (X4)

Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung

sebesar -0,961, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,10

dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,10/2;22-6) sebesar = 1,746. Dikarenakan nilai thitung > -ttabel (-0,695 > -1,746), maka Ho diterima, artinya kurs valuta asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 10%. Gambar IV.5

(71)

commit to user e. Ekspor Tekstil 1 Tahun Lalu (Yt-1)

Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung

sebesar 4,539, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,01 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,005;22-6) sebesar = 2,921. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (4,539 > 2,921), maka Ho ditolak, artinya ekspor tekstil 1 tahun lalu berpengaruh secara signifikan

terhadap laju ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=1%.

Gambar IV.6

Grafik Statistik Uji- t Ekspor Tekstil 1 Tahun Lalu

2. Uji secara Keseluruhan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah seluruh variabel bebas (independen) secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen). Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

Ho : b1 = b2 =………….= b5 = 0 (model tidak eksis), artinya seluruh

variabel bebas secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat

Ha : b1 ¹ b2 ¹ ………..¹ β5 = 0 (model eksis), artinya seluruh variabel

bebas secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Daerah Terima Ho

Daerah Tolak Ho Daerah Tolak Ho

-(a/2;n-k) -2,921

(a/2;n-k) 2,921

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Tahun
Tabel 2.  Perkembangan Industri Tekstil dan Jumlah Produksi Tekstil di Jawa
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel IV.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Sistem informasi penjualan barang masih dilakukan secara manual, sehingga sering mengakibatkan keterlambatan dalam memberikan informasi yang cepat dan akurat pada pimpinan,

&#34;Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan 'imbalan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga