ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP BUDI UTOMO MALANG
BERDASARKAN GENDER DALAM MENYELESAIKAN
HIMPUNAN
Firda Alfiana Patricia
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, IKIP Budi Utomo, Malang
firdaalfianapatricia@yahoo.com
Abstrak
Setiap individu diciptakan dengan pola pikir dan pemahaman yang berbeda terhadap suatu permasalahan. Diantaranya adalah permasalahan mengenai himpunan. Dengan beragam simbol dan operasi tentu akan menimbulkan kesalahan yang berbeda ketika menyelesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan mahasiswa putra dan mahasiswi putri dalam menyelesaikan permasalahan himpunan. Dari 6 subjek penelitian, didapatkan 3 subjek penelitian yang melakukan kesalahan. Dua diantaranya dilakukan oleh mahasiswa putra yang melakukan kesalahan prosedural, konseptual dan teknis. Sedangkan satu mahasiswi putri melakukan kesalahan kesalahan prosedural dan konseptual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan gender pada jurusan Pendidikan Matematika di IKIP Budi Utomo Malang tidak mempengaruhi kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan himpunan.
Kata kunci : analisis kesalahan, pendidikan matematika, gender, permasalahan himpunan
Abstract
Each individual is created with a different mindset and understanding of a problem. Such as the problem of the set. With a variety of symblos and operations will certainly cause a different error when solving it. This study aims to find out the mistakes of male students and female students in completing the set problem. From 6 research subjects, got 3 subjects who made mistakes. Two of which were commited by male students who made procedural, conceptual and technical erros. While a female student has a procedural and conceptual error. So it can be concluded that the gender difference in the students of mathematics education program at IKIP Budi Utomo Malang unfortunate does not affect the error in solving the problem set.
Key words: error analysis, mathematics education, gender, the problem set
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran di kelas, seorang dosen menghadapi sejumlah mahasiswa dengan perbedaan yang beragam. Mulai dari perbedaan suku, agama, kemampuan berpikir, dan gender. Sehingga diharapkan dosen dapat mengenali kemampuan
masing-masing mahasiswanya. Dengan
kemampuan berpikir yang berbeda maka
ketika menyelesaikan suatu
permasalahan pun pasti akan berbeda
pula kesalahan yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. Menurut Widodo (2013) kesalahan mahasiswa dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai dan memahami materi yang telah diberikan.
Amir (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kesalahan adalah mahasiswa kurang memahami materi prasyarat, mahasiswa tidak teliti dalam memahami dan menyelesaikan soal,
mengungkapkan pendapatnya kepada dosen saat berinteraksi di kelas, mahasiswa lebih percaya diri bertanya
dan mengungkapkan pendapatnya
kepada teman sejawatnya, mahasiswa tidak menyukai matematika pada jenjang pendidikan sebelum perguruan tinggi, mahasiswa hanya menghafal konsep atau rumus tanpa memahaminya secara bermakna, mahasiswa tidak terbiasa menyelesaikan soal-soal non rutin. Untuk itu dosen perlu mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan
mahasiswanya melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan sehingga ada tindak lanjut dari dosen untuk mengatasinya. Setiap mahasiswa tentu melakukan kesalahan yang berbeda
dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Siswa nmengalami
kesalahan dalam menyelesaikan masalah karena (1) tidak mampu merumuskan apa yang diketahui pada soal secara tertulis, (2) tidak mampu merencanakan langkah penyelesaian, (3) tidak mampu menuliskan rumus matematika, (4) tidak menggunakan konsep matematika pada proses perhitungan, dan (5) tidak melakukan pengecekan terhadap hasil pekerjaannya (Hasan, 2014)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Abidin (2012) kesalahan yang
dilakukan mahasiswa dalam
menyelesaikan soal-soal adalah
kesalahan fakta, kesalahan ketrampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip, sedangkan kecenderungan kesalahannya adalah kesalahan prinsip dan penyebab kesalahan adalah kurang memahami konsep-konsep yang ada. (Romadiastri, 2012) menyatakan bahwa adapun faktor-faktor yang menyebabkan mahasiswa
mengalami kesalahan dalam
menyelesaikan soal adalah mahasiswa tidak menguasai konsep-konsep pada materi sebelumnya yang menjadi materi prasyarat, materi yang bersifat abstrak sehingga mahasiswa merasa bosan, dan
kurangnya berlatih dalam mengerjakan soal-soal
Dari berbagai macam kesalahan berbeda yang dilakukan oleh mahasiswa
dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dapat dikelompokkan secara garis besar menjadi beberapa kesalahan. Kiat (2005) membagi kemungkinan kesalahan yang dilakukan siswa kadalam tiga kategori, diantaranya : (1) Kesalahan konseptual, yaitu kesalahan yang terjadi karena siswa tidak memahami konsep-konsep yang terlibat dalam masalah atau kesalahan yang timbul dari ketidakmampuan siswa untuk menentukan hubungan yang terlibat dalam masalah ; (2) Kesalahan prosedural, yaitu kesalahan yang terjadi karena ketidakmampuan siswa untuk melakukan manipulasi atau algoritma meskipun telah memahami konsep dibalik masalah ; (3) Kesalahan teknis, yaitu kesalahan yang terjadi karena
kurangnya pengetahuan konten
matematika dalam topik lain atau kesalahan karena kecerobohan.
Sedangkan Level dalam
menyelesaikan masalah bervariasi, pada kategori rendah mencapai level multistruktural karena mereka mampu membuat beberapa koneksi dan fokus pada beberapa aspek. kategori sedang memberikan respon maksimal pada level relasional karena mengaitkan konsep atau proses sehingga semua informasi terhubung secara relevan dan diperoleh kesimpulan yang relevan. Siswa kategori tinggi mencapai level extended abstrak karena mampu mengaitkan konsep atau proses sehingga semua informasi terhubung secara relevan dan diperoleh
kesimpulan yang relevan serta
menggunakan prinsip umum yang tidak terdapat dalam soal (Hasan, 2017). Hal ini salah satu faktor terjadinya kesalahan
pada diri mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah.
kemampuan yang berdeda. Salah satu perbedaan individu adalah perbedaan jenis kelamin atau gender. Nafi’an (2011) menyatakan bahwa perbedaan gender bukan hanya berkaitan dengan masalah biologis saja tetapi juga pada
perbedaan kemampuan dalam
matematika. Dengan demikian
perbedaan gender dapat mempengaruhi kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Gender lebih banyak dilihat pada proses dan kegiatan yang
dilakukan atau aktivitas yang
berhubungan dengan peran sosial, tingkah laku, kecenderungan sifat, dan atribut lainnya yang menjelaskan arti apakah seorang individu menjadi seorang laki – laki dan perempuan (Irham & Wiyani, 2013 : 78).
Tabel 1. Perbedaan perkembangan gender otot untuk daya tarik seksual (takut terlihat lemah)
Penerimaan sosial berdasarkan pada kekuatan fisik dan atletis
Hirarki sosial cenderung stabil jauh lebih besar setelah pubertas
Skor IQ
meningkat secara drastis antara usia empat belas dan enam belas
Anak laki-laki dengan pola kurang baik di penalaran spasial
Pengganggu masih populer di
kalangan pertemanan
Olahragawan sedikit lebih aktif secara seksual daripada teman-teman laki-lakinya
Jika terlibat dalam kegiatan atletik di sekolah tingkat hal-hal yang lain sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan konflik
Hirarki sosial cenderung
Tingkat estrogen yang lebih tinggi dari normal atau drop selama sekolah
menengah, tetapi bangkit kembali di sekolah tingkat atas
Anak perempuan dengan tingkat testosteron yang lebih tinggi dari normal lebih baik pada
penalaran spasial
mendapatkan nilai yang lebih baik dan melanjutkan ke perguruan tinggi (juga lebih mungkin untuk minum dan mencoba obat-obatan terlarang)
Lebih mungkin untuk berhasil ketika mencoba bunuh diri
83 persen siswa melanjutkan dalam kelas ilmu komputer yang
Kelulusan lebih rendah
dibandingkan anak perempuan di sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi
Kinerja pada ujian tertulis kurang untuk hamil jika terlibat dalam kegiatan sekolah
Lebih mungkin gagal pada upaya bunuh diri 100 persen sejak tahun 1991 persen dari anak perempuan klinis dalam lima tahun kelulusan SMA
Kinerja pada ujian tulis turun sebanyak 14 sumber : (Gurian & Henley, 2001 : 37-38)
Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa program studi Pendidikan Matematika adalah Teori Himpunan. Di dalam mata kuliah tersebut terdapat materi Diagram Venn yang disajikan dalam bentuk cerita. Contoh dari soal tersebut : Dari 120 orang mahasiswa semester 7 di Sekolah
Tinggi Komputer X, 100 orang
mengambil paling sedikit satu mata kuliah aplikasi pilihan, yaitu mata kuliah Asuransi, Perbankan, dan Transportasi. Diketahui juga : 65 orang mengambil
Asuransi, 45 orang mengambil
Perbankan, 42 orang mengambil
Transportasi, 20 orang mengambil Asuransi dan Perbankan, 25 orang mengambil mengambil Asuransi dan Transportasi, dan 15 orang mengambil Perbankan dan Transportasi. Banyaknya mahasiswa yang tidak mengambil satu pun dari 3 mata kuliah tersebut adalah ... Penyelesaian :
Banyaknya mahasiswa yang mengambil Asuransi dan Perbankan tapi tidak mengambil Transportasi = 20 – 8 = 12 orang
Banyaknya mahasiswa yang mengambil Asuransi dan Transportasi tapi tidak mengambil Perbankan = 25 – 8 = 17 orang
Banyaknya mahasiswa yang mengambil Perbankan dan Transportasi tapi tidak mengambil Asuransi = 15 – 8 = 7 orang Banyaknya mahasiswa yang mengambil Asuransi saja = 65 – 12 – 8 – 17 = 28 orang
Banyaknya mahasiswa yang mengambil Perbankan saja = 45 – 12 – 8 – 7 = 18 orang
Banyaknya mahasiswa yang mengambil Transportasi saja = 42 – 17 – 8 – 7 = 10 orang
Maka banyaknya mahasiswa yang tidak mengambil satu pun dari 3 mata kuliah tersebut adalah = 120 – 100 = 20 orang.
BAHASAN UTAMA
Pada Rabu, 24 Mei 2017 telah dilakukan pengambilan data di ruang C.I.3 Kampus IKIP Budi Utomo Malang pukul 15.00 WIB. Adapun pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian, yaitu “Tentukan nilai kebenaran dari !”. Untuk menentukan nilai kebenaran dari pernyataan tersebut, maka diperlukan bantuan dengan membuat himpunan A, B, dan C yang diisi dengan elemen-elemen bebas.
Dari hasil tersebut didapatkan 2
mahasiswa putra (berkemampuan
matematika tinggi dan rendah) dan 1
mahasiswa putri (berkemampuan
rendah) yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pertanyaan. Untuk
selanjutnya mahasiswa putra
kemampuan matematika tinggi disebut
sebagai L1, mahasiswa putra
kemampuan matematika rendah disebut sebagai L3, dan mahasiswi putri kemampuan matematika rendah disebut sebagai P3.
Gambar 1. Contoh kesalahan teksis L3
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan kesalahan teknis yang dilakukan oleh L3, yaitu lupa memberi nama pada himpunan pada diagram venn yang dibuat. Dari hasil pekerjaan L3 juga ditemukan kesalahan konseptual, yaitu salah memasukkan elemen himpunan di dalam diagram venn. Himpunan B yang seharusnya mempunyai elemen {3,4,5,6}, di dalam diagram venn diisikan dengan elemen {1,2,3,4,9}.
Tabel 2. Kesalahan yang dilakukan L3
Jenis kesalahan
Kesalahan Faktor
penyebab kesalahan Kesalahan
teknis
Himpunan pada diagram venn tidak diberi nama
Lupa
Kesalahan konseptual
Salah memasukkan elemen pada himpunan dalam diagram venn
Gambar 2. Contoh kesalahan prosedural L1
Ditemukan kesalahan prosedural yang dilakukan oleh L1, yaitu ketika membuat diagram venn tidak dilengkapi dengan persegi panjang yang merupakan daerah untuk U. Hal tersebut terjadi
karena L1 terburu-buru ketika
mengerjakan sehingga tidak teliti. L1 juga tidak menyelesaikan hasil pekerjaanya karena tidak memahami pertanyaan yang diajukan, sehingga hal tersebut merupakan kesalahan teknis.
Tabel 3. Kesalahan yang dilakukan L1
Jenis
kesalahan Kesalahan
Faktor penyebab kesalahan Kesalahan
prosedural
Salah dalam menggambar diagram venn, tidak terdapat persegi panjang yang merupakan daerah U
Lupa
Kesalahan teknis
Tidak
menyelesaikan hasil pekerjaan
Tidak memahami maksud pertanyaan
Gambar 3. Contoh kesalahan konseptual P3
Pada hasil pekerjaan P3
ditemukan kesalahan konseptual, yaitu salah dalam memasukkan elemen pada
himpunan dalam diagram venn yang dibuat. Himpunan A yang seharusnya mempunyai elemen {1,2,3,4,5,6,7,8} pada diagram venn hanya berisi elemen {1,2,3,4,5,6,7}. P3 juga salah dalam memaknai operasi dalam himpunan, yang diinginkan adalah operasi
pengurangan tetapi jawabannya
menunjukkan hasil dari operasi penjumlahan pada himpunan. Apabila yang diinginkan adalah A-(B C) maka seharusnya jawabannya adalah {3}, tetapi P3 menyebutkan jawabannya adalah {3,8,9,10}. Jawaban tersebut akan sesuai untuk operasi penjumlahan pada himpunan yaitu A (B C). Hal tersebut terjadi karena P3 lupa rumus
yang sudah diajarkan sehingga
menyebabkan terjadinya kesalahan prosedural.
Tabel 4. Kesalahan yang dilakukan P3
Jenis
kesalahan Kesalahan
Faktor penyebab kesalahan Kesalahan
konseptual
Salah memasukkan elemen dalam himpunan
Tidak teliti
Kesalahan prosedural
Salah dalam memaknai operasi pengurangan dalam himpunan
Tidak teliti
Berdasarkan hasil yang sudah diujikan kepada 3 mahasiswa putra dan 3 mahasiswa putri ditemukan 2 mahasiswa putra yang melakukan kesalahan diantaranya kesalahan prosedural, konseptual dan teknis. Pada mahasiswi
putri hanya ditemukan 1 yang
PENUTUP
Dari hasil penelitian dan wawancara yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kemampuan matematika tidak
berkaitan dengan kesalahan
mahasiswa dalam menyelesaikan
permasalahan himpunan yang
diajukan oleh dosen.
2. Faktor penyebab kesalahan
mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan himpunan diantaranya lupa konsep, tidak teliti, dan tidak memahami permasalahan.
3. Perbedaan gender tidak
mempengaruhi kesalahan dalam
menyelesaikan permasalahan
himpunan.
Saran yang bisa diberikan kepada dosen diantaranya :
1. Diharapkan memperbanyak latihan soal agar mahasiswa terbiasa berlatih sehingga tidak sampai lupa rumus. 2. Perlu adanya tugas berkelompok
dengan anggota yang heterogen sehingga mahasiswa yang tidak
memahami materi karena malu
bertanya kepada dosen bisa
mengajukan pertanyaan kepada teman yang lebih paham.
3. Membiasakan mahasiswa untuk
mengecek hasil pekerjaanya kembali
apabila telah selesai untuk
menghindari ketidaksengajaan
kesalahan karena kurangnya
ketelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2012. Analisis Kesalahan
Mahasiswa Prodi Pendidikan
Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Dalam Mata Kuliah Trigonometri Dan Kalkulus I
Amir, Mohammad Faizal. 2015. Analisis
Kesalahan Mahasiswa PGSD
Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo Dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linear. Jurnal Edukasi, Volume 1 No 2, Oktober 2015, ISSN 2443-0455
Gurian, M. & Henley, P. (Ed). 2001. Boys and Girls Learn Differently : A Guide for Teachers and Parents. San Fransisco : Jossey Bass
Hasan, B. (2014). Diagnosis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika dan Upaya
Mengatasinya Menggunakan
Scaffolding. DISERTASI dan TESIS Program Pascasarjana UM, 50-62.
Hasan, B. (2017). Karakteristik Respon Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Berdasarkan
Taksonomi SOLO.). JINoP
(Jurnal Inovasi Pembelajaran), 3 (1).
Irham, M & Wiyani, N.A. 2013. Psikologi Pendidikan : Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran. Jogjakarta : Ar – Ruzz Media.
Kiat, S. E.(2005). Analysis of Students’ Difficulties in Solving Integration
Problem. The Mathematics
Educator. 9, (1), 39-59.
Nafi’an, Muhammad Ilham. 2011.
Kemampuan Siswa Dalam
Pendidikan Matematika FMIPA UNY
Romadiastri, Yulia. 2012. Analisis Kesalahan Mahasiswa Matematika Dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Logika. Jurnal Phenomenon,
Volume 2 Nomor 1, Juli 2012
Widodo, Sri Adi. 2013. Analisis
Kesalahan Dalam Pemecahan
Masalah Divergensi Tipe
Membuktikan Pada Mahasiswa
Matematika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Jilid 46, Nomor 2, Juli 2013, halaman 106 – 113
Yazidah, Nok Izatul. 2017. Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal
Pembuktian Geometri Euclid
Ditinjau Dari Gender Pada
Mahasiswa IKIP Budi Utomo
Malang. Jurnal online vol 2, no 1 (2017) Kalamatika April dalam
www.kalamatika.matematika-uhamka.com/index.php/kmk/article/ view/43/34 diakses pada 26 Mei 2017 pukul 09.00 WIB.
Zainal Abidin. Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA Agustus 2012 Vol XIII No 1, 183 – 196
Biografi Penulis
Firda Alfiana Patricia, M.Pd