• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Ibnu Khaldun Mengenai Filsafat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pandangan Ibnu Khaldun Mengenai Filsafat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pandangan Ibnu Khaldun Mengenai Filsafat Sejarah

Tugas Filsafat Sejarah

Yunia Sarah

Bp. 1110712022

Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Andalas

(2)

Pandangan Ibnu Khaldun Mengenai Filsafat Sejarah

A. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun dan Karyanya

Abdurrahman bin Khaldun Al-Hadlrami atau lebih populer dikalangan intelektual

dengan sebutan Ibnu Khaldun lahir pada tanggal 27 mei 1332 di Tunisia dan berasal dari

suatu keluarga keturunan Hadratulmaut, turun temurun dari keluarga Ibnu Khaldun

merupakan pemeluk islam yang taat dan soleh dan silsilahnya sampai pada seorang

sahabatnya Nabi Muhammad SAW, yang bernama Wail bin Hujr dari Kabilah Kindah.

Dengan bentuk keluarga yang telah islami sejak turun temurun itulah yang mendukung ke

arah terbentuknya pribadi Ibnu Khaldun. Nilai-nilai keagamaan telah ditanamakan sejak kecil

pada diri Ibnu Khaldun oleh ayahnya. Bentuk pengenalan awal dari pelajaran agama seperti

bacaan-bacaan al-Quran, serta praktek-praktek keagaman seperti salat dan puasa. Sehingga

sewaktu kecil, Ibnu Khaldun telah dapat menghafal al-Quran dan mempelajari tajwid. Beliau

juga mempelajari ilmu-ilmu lain seperti Tafsir, Hadis, Ushul Fiqh, Tauhid, dan Fiqh Mazhab

Maliki. Selain itu beliau juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa, fisiska, dan matematika.1

Meningkat dewasa, Ibnu Khaldun lebih mendalami pelajaran keagaman sampai

kemudian menjadi ahlinya. Berbagai bentuk ajaran Islam seperti hukum Islam, masyarakat

Islam, Hadist, dan pendalaman pembahasan al-Quran itu sendiri tidak luput dari perhatian

Ibnu Khaldun. Kesempatan belajar ini memungkinkan disebabkan masa kehidupan Ibnu

Khaldun ketika Islam sedang mengalami kekacauan politik sehingga banyak guru terbaik dari

Andalusia mengungsi ke Tunisia dan mengajar disana, hal ini membawa keuntungan bagi

Ibnu Khaldun.

1

(3)

Ibnu Khaldun secara tekun belajar berbagai persoalan keagamaan dan keilmuan di

Andalusia. Pelajaran sastra dan keagamaan merupakan pelajaran yang sangat disukai oleh

Ibnu Khaldun. Guru-guru utama dari Ibnu khaldun merupakan sastrawan dan pujangga besar

serta Ulama dari Andalusia. Secara langsung beliau pernah belajar sastra dan keagamaan ke

Andalusia. Namun ketika terjadi kekacauan politik di Andalusia, maka banyak Sastrawan dan

Ulama besar Andalusia yang melahirkan diri ke Tunisa. Mereka-mereka yang melarikan diri

inilah yang kemudian banyak membimbing Ibnu Khaldun dalam mengembangkan

pemikirannya. Secara tidak langsung kekacauan di Andalusia membawa keuntungan bagi

Ibnu Khaldun yaitu guru-guru terbaik di Andalusia menjadi guru langsung Ibnu Khaldun di

Tunisia.2

Masa kedua dari kehidupan Ibnu Khaldun adalah terjun dalam dunia poltik dan

pemerintahan di Maghribi dan Andalusia dari tahun 1352-1374. Dalam usia 21 tahun, beliau

diangkat menjadi Sekretaris Sultan dinasti Hafs. Karirnya di dunia politik dan pemerintahan

mengakibatkan beliau seringkali berpindah-pindah tempat bertugas. Diantara kota-kota yang

dihabiskannya selama terjun di dunia politik adalah Maghrib, Maghrib Tengah, Andalusia,

dan beberapa kota lainnya3.

Pengalaman beliau dalam bidang politik dan pemerintahan merupakan sebuah

perjalanan beliau dalam upaya memperkaya diri dan pengetahuannya saja. Andalusia sebagai

salah satu pusat pemerintahan islam di masa jaya, banyak mendapat perhatian beliau. Seluk

beluk pemerintahan, tingkah laku penguasa merupakan bagian yang tak dilupakannya. Dalam

perjalanannya di dunia politik dan pemerintahan Ibnu Khaldun merasa jenuh karena intrik

politik yang berkembang seringkali tidak sesuai dengan jiwa dan pikiran Ibnu Khaldun

sehingga mengakibatkan dia mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari dunia

2 Zaiyardam.Filsafat Sejarah: Dari Agama ke Atheisme. Diktat No.021/P/UNAND/1989.Padang:

Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas,1989. Hal.61

3

(4)

politik dan pemerintahan. Sejak saat itu beliau mulai menyepi ke daerah Qal‟at Ibnu Salamah

dan menetap disan sampai tahun 1387 M.4 Disinilah beliau kemudian beralih profesi pada

dunia karang mengarang.

Dunia karang mengarang akan memperlihatkan siapa diri Ibnu Khaldun yang

sebenarnya. Paling tidak dari sinilah kemudian melahirkan karya-karya yang monumental

dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti Kitab al-‘Ibrar wa Dimah al-Mubtada’wa

al-Khabar fi’Ibrar (sejarah umumu). Kitab setebal tujuh jilid ini berisi kajian sejarah, yang

didahului dengan Muqaddimah yang berisi pembahasan tentang problematika sosial manusia

(sosiologi). Pendapat yang dipertahankan Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah nya adalah hasil

dari pengalaman pribadi dan bacaannya, yang merintis jalan bagi jiwa kritis, yang luar biasa

untuk zamannya. Franz Rosenthal menyatakan bahwa ini berhubungan dengan suatu

kontribusi kepada kepemikiran manusia yang dipusatkan pada soal-soal kemanusiaan. Kitab

Muqaddimah itu pada akhirnya berhasil menjadi pembuka jalan menuju pembahasan

ilmu-ilmu sosial manusia. Oleh karena itu, dalam ilmu-ilmu sejarah islam, Ibnu Khaldun dipandang

sebagai peletak dasar ilmu soisla dan politik islam5.

Pada tahun 1378 M, beliau kembali ke Tunisia untuk menelaah beberapa kitab

sebagai bahan untuk merevisi kitab Al-„Ibrar. Pada tahun 1382 M, Ibnu Khaldun berangkat

ke iskandariah (Mesir) untuk menghadiri kekkacauan politik negeri Maghrib. Setelah sebulan

disana, beliau pindah ke Kairo. Di kota ini, beliau memulai karier di bidang ilmu

pengetahuan dengan membuka halaqah di Al-Azhar untuk memberi kuliah. Pada tahun 1401

M, Ibnu khaldun diangkat menjadi ketua pengadilan kerajaan sampai akhir hayatnya. Selama

di Mesir, Ibnu Khaldun kembAli merevisi kitab Al-‘Ibar dan menambah pasal kitab

Muqaddimah. Ia memasukan peristiwa terbaru dan temuan-temuan ilmiahnya, seperti

4

Moeflin Hasbullah,dkk, Loc.cit

5

(5)

konsep-konsep sosiologis. Ibnu Khaldun wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H/

19 Maret 1406. Temuan pentingnya adalah mengenai konsepsi sejarah serta konsep

sosiologisnya yang hingga sekarang masih dijadikan bahan utama referensi bagi seluruh ahli

sejarah dan sosiologi dunia.6

B. Pandangan Ibnu Khaldun Mengenai Filsafat Sejarah

Ibnu Khaldun merupakan tokoh pemikir sejarah yang dapat dianggap sebagai perintis

filsafat sejarah. Hal ini diakui oleh sejarawan-filosof Toynbee yang mengataka bahwa Ibnu

Khaldun bukan hanya dikenal sebagai seorang ahli sejarah yang terbesar di abad pertengahan,

tetapi juga seorang ahli filsafat sejarah yang pertama, pembuka jalan bagi pemikir Eropa

seperti Machiavelli, Bodin dan Comte7

Andil Ibnu Khaldun sebagai perintis pertama dalam meletakkan dasar-dasar

pemikiran filsafat sejarah penting untuk dicatat, terutama berkenaan dengan upayanya

mengajukan konsep makna tertinggi (ultimate meaning) dari perjalanan sejarah umat manusia

secara universal. Pengertian tentang makan ini menjadi hal yang sentral dalam setiap wacana

kefilsafatan umumnya, dan filsafat sejarah khususnya. Sebab istilah bermakna atau tidak

bermakna dalam pemikiran filosofis adalah persyaratan utama untuk mencari kebenaran,

suatu yang menjadi daya dorong dan sekaligus inti dari setiap kajian filsafat pada umumnya

dan filsafat sejarah pada khusunya. Ide-ide Ibnu Khaldun tentang makna tertinggi (ultimate

meaning) dari sejarah, pada dasarnya mengacu pada pemikiran tentang hakekat sejarah, salah

satu tema sentral dalam setiap filsafat sejarah..8

Bagian pertama dalam Muqaddimah mencoba melihat skitar persoalan berita sejarah

yang lemah. Berita sejarah yang lemah yang berawal dari sangkaan dan kesalahan. Sangkaan

(6)

tidak dapat mengungkapkan nilai kebenaran sejarah artinya kebenaran yangberangkat dari

nilai-nilai yang memag terjadi. Hal itu kan menjadikan subjektifitas saja kalau dijadikan

sumber dalam penulisan sejarah. Langkah yang diambil haruslahterlibat langsung dalam

peristiwa itu ataupun melihat secara nyata objek yang dijadikan tema penulisan atau yang

biasa disebut sekarang ini ialah observasi. Lebih lanjut dalam Muqaddimah juga disinggung

mengenai penjelasan perubahan negeri.

Berbagai sebab dapat sebagai alasan perubahan-perubahan terjadi suatu negeri.

Penyakit yag tidak bisa disembuhkan dan bencana dalam seperti perebutan kekuasaan bisa

jadi sebab perubahan yang membawa kerah kehancuran. Apabila telah berganti semua hal

keadaan secara keseluruhan, maka seakan-akan telah bergantilah makhluk asalnya dan

berubah alam seluruhnya. Seakan-akan ia mahluk baru, kejadian yang dimulai kembali dan

alam baru.9

Peradaban manusia bagian penting yang tidak dilupakan oleh Ibnu Khaldun. Ibnu

Khaldun menguraikannya dalam enam pasal yaitu: Pertama, mengenai peradaban manusia

secara keseluruhan, jenisnya, dan bagiannya di bumi mulai dari karakter, peradaban

(al’umran), sifat (fitrah), peraturan (faudla). Kedua, mengenai peradaban kedesaan,

penyebutan suku-suku dan bangsa liar. Dalam menggambarkan masyarakat desa, Beliau

mengemukakan sifat-sifat seperti ‘ashabiah atau solidaritas kesukuan, tolong menolong pada

penghasilan keperluan hidup Ketiga, mengenai negara-negara, kekhalifaan, kerajaan, dan

penyebutan tingkat pemerintahan. Pergumulan Ibnu Khaldun dalam berbagai jabatan

pemerintahan dan politik merupakan dasar dari pemikirannya melihat perjalanan dari suatu

dinasti. Banyak disaksikan oleh Ibnu Khaldun jatuh bangunnya suatu dinasti, baik ia sendiri

yang duduk didalam pemerintahan maupun pengamatannya. Keempat, mengenai peradaban

9

(7)

kota, negeri, dan kota-kota. Kelima, mengenai usaha-usaha, penghidupan, perusahaan.

Keenam, mengenai ilmu pengetahan, mengusakan dan mempelajarinya.10

Dalam karyanya Muqaddimah itu, Ibnu khaldun membandingkan sejumlah peradaban

tua di dunia dalam upayanya mencari dan menemukan hukum-hukum yang menguasai

sejarah asal mula, pertumbuhan dan keruntuhan lembaga-lembaga seperti negara atau

kerajaan dan kebudayaan. Beliau lalu mengajukan hakekat makna tertinggi dari sejarah.

Beliau juga mengumukakan pendapatnya tentang empat tahap dalam penelitian sejarah.

Menurut beliau dalam penelitian sejarah membutuhkan: pertama, sumber yang beragam,

kedua, pengetahuan yang bermacam-macam, ketiga, perhitungan yang tepat dan ketekunan

keempat memeriksa sumber-sumber yang dipakai secara teliti.11

Persyaratan-persyaratan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun tersebut sepadan

dengan tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh para ahli sejarah yang datang

kemudian, yang disebut metode sejarah kritis, yang meliputi empat tahap, yaitu: heuristik,

kritik sumber, interpretasi, dan penulisan. Yves Lacoste menyadari dalam Muqaddimah,

adanya suatu sumbangan fundamental terhadap sejarah dari negara-negara yang sedang

berkembang. Muqaddimah itu menandai lahirnya Sejarah sebagai suatu ilmu pengetahuan

dan Muqaddimah ini membuka jalan bagi kita menuju suatu tahap penting di masa lampau,

yang disebut sekarang “Le Tiers-Monde” yang artinya, dunia yang berada diantara dua blok

yang terbesar.12

- Makna Sejarah bagi Ibnu Khaldun

Dalam karyanya Muqaddimah, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa, pada batinnya

sejarah itu adalaha penilikan dan pemastian. Pernyataan sebab-sebab yang mendalam tentang

10

Zaiyardam.Filsafat Sejarah: Dari Agama ke Atheisme. Diktat No.021/P/UNAND/1989.Padang: Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas,1989. hal.71-72

11

Ibnu Khaldun. Muqaddimah. terj.Ismail Yaqub. Op.cit, hal.33

12

(8)

semua kejadian dan pokok-pokoknya. Pengetahuan yang mendalam, bagaimana

peristiwa-peristiwa itu terjadi dan sebab-sebabnya13. Kata kunci konsepsi Beliau tentang sejarah adalah

“Ibrar”, yang berarti contoh atau pelajaran moral yang berguna. Secara terminologis, ”Ibrar”

dalam pengertian seluruh bahasa semit, berarti melalui, melampaui, menyebrang atau

melanggar perbatasan. Kelompok Sufi menggunakan kata itu sebagai alat untuk

pengembangan dunia batin mereka. Dalam pengertian, untuk melukiskan fungsi spiritual dari

semua ungkapan mistik menuju dunia yang lebih jauh.14

Ibnu Khaldun melihat dua sisi daam bangunan sejarah, yaitu sisi luar dan sisi dalam.

Dari sisi luar, sejarah tak lebih dari rekaman siklus periode dan kekuasaan masa lampau,

tetapi jika dilihat dari sisi dalam, sejarah merupakan penalaran krtitis (nadhar) dan usaha

cermat untuk mencari kebenaran. Sejarah merupakan penjelasan cerdas tentang sebab-sebab

dan asal-susul segala sesuatu, ia merupakan pengetahuan mendalam tentang bagaimana dan

mengapa suatu peristiwa itu terjadi. Definisi tentang sejarah itu berakar dalam filsafat

(hikmah)

Dengan pertautan sejarah pada filsafat, Ibnu Khaldun tampaknya ingin mengatakan

bahwa sejarah memberikan kekuatan inspiratif dan intuitif kepada filsafat. Pada pihak lain,

filsafat menawarkan kekuatan logis kepada sejarah. Dengan aset logika kritis, seorang

sejarawan akan mampu menyaring dan mengkritik sumber sejarah baik itu berupa tulisan

maupun itu berupa lisan, sebelum sampai pada proses penyajian final dari penyelidikannya

atau yang biasa kita sebut sebagai historiografi. Hal ini tergambar pada bagian pertama

Muqaddimah yang dimana ia melihat sekitar persoalan berita-berita sejarah yang lemah berita

sejarah yang lemah berawal dari sangkaan dan kesalahan. Sangkaan tidak dapat

13

Ibid,hal 26

(9)

mengungkapkan nilai kebenaran sejarah artinya kebenaran diangkat dari nilai-nilai yang

memang terjadi.

Pandangan inilah yang membawa Ibnu Khaldun untuk merumuskan tujuh kririk

dalam historiografi, sebagai cerminan dari sikap kesejarawanannya yang cermat.

 Pertama, sikap memihak pada pendapat dan mahzab-mahzab tertentu.

 Kedua, terlalu percaya kepada pihak yang menukilkan sejarah.

 Ketiga, gagal menangkap maksud-maksud yang dilihat dan didengar serta

menurunkan laporan atas dasar persangkaan dan perkiraan.

 Keempat, persangkaan benar yang tidak bedasar pada sumber berita.

 Kelima, kelemhan dalam mencocokan keadaan dengan kejadian yang sebenarnya.

 Keenam, kecendurungan manusia untuk dekat kepada para pembesar dan figur-figur

yang berpengaruh,

 Ketujuh, ketidaktahuan tentang metode-metode kebudayaan. Dengan menggunakan

kerangka tujuh kritik ini, Ibnu Khaldun mengkritik berbagai sarjana sejarah seperti

Al-Mas‟udi yang dianggap lengah dan mudah mempercayai berita-berita yang tidak

masuk akal.15

- Motor Penggerak Sejarah

Motor penggerak sejarah Ibnu Khaldun ialah Al-Quran dan rasional. Hal ini terlihat

dimana Ibnu Khaldun mengelompokkan ilmu atas dua bagian. Kelompok pertama ialah ilmu

hikmah, dan falsafah. Ilmu ini didapat manuisa karena alam berpikirnya, dan dengan

indra-indra kemanusiaannya ia dapat sampai pada objek-objeknya, persoalan-persoalan dan

aspek-aspek pengajarannya. Kelompok ini bersumber dari proses pemikiran manusia dalam mencari

nilai-nilai kebenaran yang diyakini berdasarkan akal pikirannya.

15

(10)

Kelompok kedua lebih bersifat tradisonal (naqli), yang didapat dari seseorang yang

merumuskannya. Sumber kelompok ini lebih ditekankan pada sumber ajaran agama. Sudah

tentu ajaran-ajaran agama Islamlah yang menjadi sumber dari kelompok ini. Dengan

memakai Al-Quran dan Hadist, Ibnu Khaldun menyatakan sumber ini yang menjadi patokan

dasar ilmu tradisional.16

Ibnu khaldun berpendapat, penyelidikan terhadap peristiwa sejarah harus

menggunakan berbagai ilmu bantu. Ilmu bantu diistilahkan sebagai ilmu kultur („Ilm

al-“Umran). Ilmu ini berfungsi sebagai alat untuk mencari pengertian sebab-sebab mendorong

manusia untuk berbuat, melacak akibat-akibat dari perbuatan itu, sebagaimana tercermin

dalam peristiwa sejarah. Ketujuh teori kritik yang dikembangkan pada dasarnya beliau

kembangkan dari inspirasi yang didapatkan dalam al-Quran. Kenyataan ini selanjutnya,

pernah dikemukakan Iqbal yang mengatakan bahwa Muqaddimah Ibnu Khaldun penuh

dengan inspirasi Al-Quran.

Ibnu Khaldun kelihatannya lebih menekankan secara keseluruhan. Artinya patokan

akal digunakan dalam melihat persoalan ketradisionalan. Namun dalam melihat akal, maka

hal-hal yang menyangkut agama pun tidak boleh diabaikan.

- Pola Gerak Sejarah

Pola gerak sejarah yang dipakai Ibnu Khaldun yaitu pola gerak sejarah siklus atau

melingkar. Pola gerak ini berkisar bahwa gerak sejarah itu seperti poros, tumbuh kemudian

berkembang kemudian berunah dan akhirnya mati. Hal ini terlihat pada karyanya dalam

Muqaddimah yang menyatakan bahwa dalam suatu negara yang penguasanya hidup

bermewah–mewah, maka keruntuhan penguasa itu sudah diambang pintu. Hal ini

16

(11)

menandakan diantara penghalang-penghalang kewibawaan pemerintah, ialah berhasil

kemewahan dan tenggelamnya dalam kenikmatan17.

Dalam buku Muqaddimah kitab pertama pun juga disebutkan oleh Ibnu Khaldun

bahwa sejarah diawali dengan fase primitif atau sifat peradaban manuisa kemudian

berkembang menjadi sebuah peradaban desa, suku dan bangsa liar, yang dikemukakan oleh

Beliau mengenai sifat masyarakat desa yang suka tolon-menolong, kemudian berkembang

menjadi sebuah kekhalifaan atau kerajaan dan di dalam sebuah kerajaan itu berdirilah sebuah

kota-kota, perusahaan, hingga majunya ilmu pengetahuan atau disebut fase kemegahan. Dan

dari watak manusia yang semakin maju ilmu pengetahuan malah menjadikan adanya keliaran,

pemberontakkan suatu kelompok kepada kelompok lain yang bearkibat pada banyaknya

keinginan manusia membuat kerajaan-kerajaan dan negara-negara sendiri dengan tingkat

yang bermacam-macam, sehingga tidak adanya solidaritas ataupun keramah-tamahan antara

manusia hingga banyaknya peperangan yang akan haus kedudukan dan merasa

golongannyalah yang terbaik atau disebut fase kemunduran.

- Tujuan / Sasaran Akhir sejarah

Tujuan atau sasaran akhir dari sejarah menurut pandangan Ibnu Khaldun ialah agar

manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha penyempurnaan peri

kehidupannya serta dapat mengambil hikmah untuk memperkuat pondasi masa depan

misalnya dengan membuat perbandingan masa lalu dengan masa kini.. karena bagi Beliau,

ilmu sejarah ialah suatu ilmu yang berharga jalannya, banyak faedahnya, mulia tujuannya

dan ilmu sejarah itu memberitahukan kepada kita peri hal orang-orang masa yang lampau,

dari hal bangsa-bangsa tentang budi pekerti mereka, dari hal Nabi-Nabi tentang perjalanan

hidup mereka, dari hal raja-raja tentang negara-negara dan siasat mereka. Sehingga

17

(12)

sempurnalah faedah mengikuti mereka pada yang demikian, bagi orang yang bermaksud akan

sesuatu, mengenai hal-ikhwal agama dan dunia. Maka ia memerlukan kepada tempat

pengambilan yang berbilang-bilang jumlahnya, pengetahuan yang brmacam-macam, bagus

penelitian dan ketekunan, yang membawa orang yang bersifat demikia kepada kebenaran dan

menjauhkan dari tergelincir pada kesalahan-kesalahan.18

18

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Khaldun. Muqaddimah. terj.Ismail Yaqub. Jakarta: CV faizan.1982.

Moeflin Hasbullah,dkk. Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. 2002.

Zaiyardam. Filsafat Sejarah: Dari Agama ke Atheisme. Diktat

No.021/P/UNAND/1989.Padang: Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas.1989.

Referensi

Dokumen terkait

Nama Pembuat RPP : Aris Priyanto, S.T, M.M. Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan angka penting, serta notasi ilmiah dengan

Jenis ikan yang ditemukan selama penelitian pada hilir Sungai Bengawan Solo Kabupaten Lamongan sebanyak 3188 ekor yang terdiri dari 28 spesies dalam 16 famili

Manfaat praktis dari penelitian ini ialah memberikan pemahaman kepada keluarga yang masih memiliki orang tua yang sudah berusia lanjut, pemerintah, dan masyarakat

thariqah atau thariq , yang dalam bahasa Indonesia diserap menjadi tarekat, sudah familiar semenjak zaman Nabi. Hal ini dapat menjadi argumen bahwa tidak logis kalau ada yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi dan perbandingan algoritma Naïve Bayes, K-Nearest Neighbor, Decision Tree

Pada bagian penutup merupakan bab keempat yang akan menguraikan kesipulan dan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengaturan terhadap pihak yang terkait

Dari Teks Luk 20.27 40, dan juga masih banyak teks lain yang berbicara tentang kehidupan sesudah kematian, menjadi jelas buat kita bahwa, orng akan hidup dalam

Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Bakhar (2019) yang berjudul “Sistem Informasi Inventaris dan Perawatan Sarana Prasarana di Politeknik Harapan Bersama”,