• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Plankton di Sungai Pelawi Desa Pelawi Utara Kabupaten Langkat Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keanekaragaman Plankton di Sungai Pelawi Desa Pelawi Utara Kabupaten Langkat Sumatera Utara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Sungai

Habitat air tawar menempati daerah yang relatif lebih kecil di permukaan

bumi dibandingkan dengan habitat air laut, tetapi bagi manusia kepentingannya

jauh lebih berarti dibanding dengan luas daerahnya. Hal ini disebabkan karena :

1) Sumber air tawar merupakan sumber yang paling praktis dan murah untuk

kepentingan domestik maupun industri. 2) Ekosistem air tawar menawarkan

sistem yang memadai dan paling murah (Odum,1994).

Ekosistem air tawar secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan lentik

(perairan tenang) misalnya danau dan perairan lotik (perairan mengalir) yaitu

sungai. Perbedaan utama antara perairan lotik dan perairan lentik adalah arus.

Dimana arus pada perairan lotik umumnya mempunyai kecepatan arus yang

sangat tinggi disertai perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat

(Hutabarat, 2010).

Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat

yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah

tanah. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan air yang dangkal dan sempit,

tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai

populasi (jenis maupun jumlah) biota air sedikit. Sungai bagian hilir umumnya

lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat,

dan populasi biota air didalamnya termasuk banyak, tetapi jenisnya bervariasi

(2)

Ekosistem lotik/sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona

krenal (mata air) yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi

menjadi rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun biasanya terdapat

pada tebing-tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk

genangan air yang selanjutnya membentuk aliran sungai yang kecil, dan

helokrenal, yaitu mata air yang membentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran air dari

beberapa mata air yang membentuk aliran sungai di daerah pegunungan yang

disebut zona rithral, ditandai dengan relief sungai yang terjal. Zona rithral di bagi

menjadi 3 bagian, yaitu epithral (bagian yang paling hulu), metarithral (bagian

tengah dari zona rithral), dan hyporithral (Barus, 2004).

Lingkungan suatu perairan terdiri atas dua komponen yaitu biotik dan

abiotik yang mana keduanya saling berinteraksi melalui aliran energi dan daur

hara (nutrien). Bila interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan

atau gangguan yang menyebabkan ekosistem perairan menjadi tidak seimbang

(Soylu dan Gonulol, 2003). Seperti halnya sekitar bantaran sungai yang telah

dimanfaatkan untuk pemukiman dan aktivitas lain seperti industri, perkebunan

dan pertambakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada umumnya menghasilkan

limbah maupun sampah yang dibuang langsung ke perairan sungai sehingga

secara tidak langsung pencemaran tersebut dapat menyebabkan penurunan kadar

kualitas perairan pada pantai tempat sungai tersebut bermuara (Hendrawan dkk.,

2004).

Deskripsi Plankton

(3)

dapat melawan arus. Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya

sangat banyak dan sangat beraneka ragam serta sangat padat. Selanjutnya

diketahui bahwa plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem

mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka

menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai dan jaring

makanan tersebut (Fachrul, 2007).

Plankton merupakan organisme perairan pada tingkat trofik pertama yang

berfungsi sebagai penyedia energi. Plankton dibagi menjadi fitoplankton, yaitu

organisme plankton yang bersifat tumbuhan dan zooplankton yaitu plankton yang

bersifat hewan (Barus, 2004).

Menurut Nybakken (1988), bahwa plankton dapat

digolongkan berdasarkan ukuran, penggolongan ini tidak

membedakan antara fitoplankton dan

zooplankton. Golongan plankton ini terdiri atas :

a. Megaplankton yaitu plankton yang berukuran 2.0 mm.

b. Makroplankton yaitu plankton yang berukuran 0.2 − 2.0 mm.

c. Mikroplankton yaitu plankton yang berukuran 20 μm − 0.2 mm.

d. Nanoplankton yaitu plankton yang berukuran 2 μm− 20μm.

e. Ultraplankton yaitu plankton yang berukuran kurang dari 2 μm.

Berdasarkan siklus hidupnya plankton dikenal sebagai holoplankton yaitu

plankton yang seluruh siklus hidupnya bersifat planktonik dan meroplankton yaitu

plankton yang hanya sebagian siklus hidupnya bersifat planktonik. Sebenarnya

plankton mempunyai alat gerak (misalnya Flagelata dan Ciliata) sehingga secara

(4)

mengimbangi gerakan air sekelilingnya sehingga dikatakan bahwa plankton

sangat dipengaruhi oleh gerakan air (Barus, 2004).

Fitoplankton adalah mikroorganisme nabati yang hidup melayang-layang di

dalam air dan mampu melakukan fotosintesis,. Kemampuan fitoplankton

melakukan fotosistesis dikarenakan sel tubuhnya mengandung klorofil, yang

mampu mengubah zat-zat anorganik menjadi zat organik dengan bantuan sinar

matahari (Prabandani, 2002).

Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton dengan

mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat

populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun

karena dimangsa oleh zooplankton. Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti

laju pertumbuhan yang differensial, zooplankton mempunyai siklus reproduksi

lebih lambat maka untuk mencapai populasi maksimum akan membutuhkan

waktu yang lebih lama dibandingkan fitoplankton (Nybakken, 1988).

Selanjutnya penelitian-penelitian sebelumnya mengenai komunitas

fitoplankton menyatakan bahwa perubahan kualitas perairan erat kaitannya

dengan potensi perairan dan dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi

fitoplankton. Kualitas perairan tersebut dapat ditentukan dengan melihat

gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup disuatu

perairan dan jenis fitoplankton yang mendominasi yang dapat memberikan

informasi bahwa ada zat-zat tertentu yang sedang berlebih yang dapat

memberikan gambaran keadaan perairan yang sesungguhnya (Fachrul, 2005).

Zooplankton di alam cukup banyak jenisnya, baik yang bersifat

(5)

termasuk meroplankton (sebagian dari siklus hidupnya termasuk golongan

plankton, tetapi bentuk dewasanya bukan sebagai plankton). Larva-larva ikan,

larva crustacea dan larva molusca termasuk golongan meroplankton (Wibisono,

2005).

Zooplankton ditemukan pada semua kedalaman air, karena mereka

memiliki kekuatan untuk bergerak, yang meskipun lemah, membantunya naik ke

atas dan ke bawah. Dalam banyak spesies zooplankton, suatu pergerakan tegak

adalah biasa serta banyak berirama, dan terjadi setiap hari. Bentuk yang berpindah

ini hidup pada kedalaman tertentu selama siang hari, dan naik ke permukaan

menjelang malam, serta tenggelam kembali ke kedalaman normal pada pagi hari

(Michael, 1994).

Keberadaan zooplakton dipengaruhi adanya fitoplankton yang terdapat di

suatu perairan. Di dalam penelitian perairan, plankton (fito dan zooplankton)

dapat menentukan kualitas suatu perairan tersebut. pengumpulan sampel dapat

dilakukan dengan metode yang terdiri atas pengumpulan sampel, pengawetan,

pencacahan, dan analisis statistik (Fachrul, 2007).

Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada

materi organik, baik berupa fitoplankton maupun detritus. Kepadatan zooplankton

di suatu perairan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Umumnya

zooplankton banyak ditemukan pada perairan yang mempunyai kecepatan arus

rendah serta kekeruhan air yang sedikit (Barus, 2004).

Sebagai produsen utama, plankton memegang peranan penting dalam

jaringan makanan di semua perairan baik perairan pantai maupun lepas pantai.

(6)

zooplankton yang merupakan dasar awal dari semua jaringan makanan, dapat

langsung dimanfaatkan oleh biota-biota yang hidup di perairan. Fitoplankton

berperan sebagai pembuat makanan, dimanfaatkan oleh zooplankton dan

selanjutnya zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil sebagai konsumen

berikutnya. Fitoplankton diatom adalah komponen kunci dari ekosistem akuatik

yang sangat berperan dalam jaring makanan (Lamberti,1996).

Parameter Fisika dan Kimia Perairan Parameter Fisika

Suhu

Pola temperatur air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas

cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,

ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi ( penutupan oleh vegetasi) dari

pepohonan yang tumbuh di tepi ( Brehm dan Meijering, 1990).

Di dalam kisaran suhu dimana proses-proses kehidupan berlangsung.,

metabolism bergantung pada suhu. Pada umumnya, organisme-organisme yang

tidak dapt mengatur suhu tubuhnya, proses metabolismenya meningkat dua kali

untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C (Nyabakken, 1988).

Secara umum, laju fotosintesa plankton meningkat dengan meningkatnya

suhu perairan, tetapi akan menurun drastis setelah mencapai titik suhu tertentu.

Hal ini disebabkan karena setiap spesies plankton selalu beradaptasi terhadap

suatu kisaran suhu tertentu (Aryawaty, 2007).

Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan

(7)

menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai

ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan

padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian (Effendi,

2003).

Kecerahan dalam perairan sungai biasanya 3 − 4 meter atau lebih, relatif

dengan kedalaman sungai. Pengaruh ekologis dari kecerahan akan menyebabkan

penurunan penetrasi cahaya ke dalam perairan yang selanjutnya akan

menurunkan fotosintesis dan produktivitas primer (Nybakken, 1992).

Kecepatan Arus

Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus yang

bergerak ke segala arah sehingga air akan berdistribusi keseluruh bagian dari

perairan tersebut. Selain itu, dikenal arus laminar, yaitu arus yang bergerak ke

satu arah tertentu saja. Arus terutama berfungsi dalam pengankutan energi panas

dan substansi yang terdapat didalam air. Pada umumnya kecepatan arus berkisar

pada angka 3m/det. Meskipun demikian sangat sulit membuat suatu batasan

mengenai kecepatan arus, karena kecepatan arus disuatu ekosistem air sangat

berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung debit, aliran air, dan kondisi substrat

yang ada (Barus, 2004).

Arus dapat membantu penyebaran dan migrasi horizontal plankton, tetapi

jika terlalu kuat dapat mengganggu keseimbangan ekologis perairan yang sudah

terbentuk. Arus sangat berpengaruh terhadap sebaran fitoplankton karena

pergerakannya sangat tergantung pada pergerakan air (Romimohtarto dan Juwana,

(8)

Parameter Kimia

Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam

ekosistem air terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi dalam air bagi

sebagian besar organisme air. Sumber utama oksigen terlarut adalah penyerapan

oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari

fotosintesis. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8

mg/L (Barus, 2004).

Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan

musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence)

massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke

badan air (Effendi, 2003).

Biological Oxygen Demand (BOD)

Kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan

organisme hidup didalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi atau

mengoksidasi) bahan-bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan

tersebut. Berdasarkan peraturan menteri Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, BOD optimal proses

oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan mengandung oksigen yang

cukup (Wardhana, 2004).

Dari penelitian yang diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik

yang terdapat di limbah rumah tangga secara sempurna, mikroorganisme

membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20

(9)

adalah pengukuran selama 5 hari. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi

pengukuran BOD adalah jumlah senyawa organik yang akan diuraikan,

tersedianya mikroorganisme aerob yang mampu menguraikan senyawa organik

tersebut, dan tersedianya jumlah oksigen yang akan dibutuhkan dalam proses

penguraian itu (Simajuntak, 2010).

Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan.

Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral

dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang

ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5.

Kondisi perairan dengan pH tertentu mempengaruhi metabolisme dan respirasi

bagi kelangsungan hidup organisme (Barus, 2004).

Pada daerah yang tidak ada aktivitas maka nilai pH akan tinggi belum

karena belum ada terjadi penguraian yang menghasilkan CO2 sedangkan daerah

yang terdapat berbagai aktivitas yang menghasilkan senyawa organik yang

selanjutnya mengalami penguraian akan mengalami penurunan pH (Siregar,

2009).

Fosfat

Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,

polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk

terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah

pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai

melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melaui air

(10)

mengandung fosfat, seperti industri pencucian, industri logam dan sebagainya.

Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan.

Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses

biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat untuk

pertumbuhannya (Winata dkk., 2000).

Fosfat banyak digunakan sebagai pupuk, sabun, atau deterjen, bahan

industri keramik, minyak pelumas, produk minuman dan makanan, katalis dan

sebagainya. Kadar fosfat yang diperkenankan diperairan alami berkisar antara

0,005-0,02 mg/liter P-PO4 (Efendi, 2003).

Fosfor merupakan unsur penting dalam air, Fosfor terutama berasal dari

sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi dalam air tanah dan akhirnya masuk ke

dalam sistem perairan terbuka. Selain itu juga dapat berasal dari atmosfer bersama

air hujan masuk ke sistem perairan (Barus, 2004).

Nitrat (NH3)

Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan

diketahui sebagai senyawa yang kurang berbahaya, dibandingkan dengan

amonium/amoniak atau nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh

mahluk hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang (Barus, 2004).

Bila kadar nitrit dan fosfat terlalu tinggi dapat menyebabkan perairan

bersangkutan eutrof sehingga terjadi blooming dari salah satu jenis fitoplankton

yang mengeluarkan toksin. Kondisi seperti ini bias merugikan hasil kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Arah Gaya Gravitasi Menuju Pusat Bumi Hasil pembahasan tersebut didapatkan secara keseluruhan bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi pada pemahaman tentang sub konsep gaya

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri dalam menghadapi Perubahan body Image saat menarche di SMP Negeri 01 Ngluwar Magelang.

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun.Hak Asasi merupakan sebuah

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara kecukupan energi, protein, asam folat, zat besi dan vitamin B12 adalah Kendall Tau dengan

EIGRP forms neighbor relationships with adjacent routers in the same Autonomous System (AS). EIGRP supports IP, IPX, and Appletalk routing. EIGRP applies an

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perhitungan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT.Hirose Electric Indonesia dalam 2 tahun pajak terakhir telah

Faktor pertama kualitas pelayanan atau jasa adalah konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan, kedua

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, bentonit alam yang diperoleh dari daerah Muara Lembu Kabupaten Sengingi Propinsi Riau Daratan dapat