• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Suatu Rencana Terpadu DAS Batang Gadis Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Suatu Rencana Terpadu DAS Batang Gadis Sumatera Utara"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

(3)
(4)
(5)

5

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal-balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, dengan tujuan menciptakan keserasian dan kelestarian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Pengelolaan DAS, yang merupakan bagian dari pembangunan wilayah, sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait.

Permasalahan pengelolaan DAS (yang dicerminkan oleh penurunan kualitas DAS: meningkatnya erosi dan sedimentasi, meningkatnya frekuensi dan besaran banjir serta menurunnya ketersediaan air) bersumber dari berbagai permasalahan inti yang diantaranya disebabkan karena kegiatan pengelolaan dilakukan secara parsial (belum terpadu antar berbagai sektor) dan terfragmentasi antar berbagai wilayah serta pengelolaan DAS dilakukan dengan pendekatan top down. Selain itu koordinasi lemah, kesadaran masyarakat lemah, dana pemerintah terbatas, institusi belum mantap, peraturan tumpang tindih, konflik antar sektor/kegiatan, hulu dan hilir belum serasi dan pengembangan SDA belum sinkron dengan konservasi (Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 52/Kpts-II/2001 tanggal 23 Pebruari 2001). Permasalahan pengelolaan DAS tersebut meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, meningkatnya konflik kepentingan, kurangnya keterpaduan antar sektor, antar

BAB

(6)

6 wilayah hulu dan hilir, terutama pada era Otonomi Daerah dimana sumberdaya alam ditempatkan sebagai sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD). Permasalahan tersebut pada akhirnya bermuara pada menurunnya/rusaknya fungsi DAS (ekologi, ekonomi dan sosial budaya) yang ditunjukan oleh performance indikator DAS seperti meningkatnya besaran dan frekuensi kejadian banjir, erosi dan sedimentasi, pencemaran lingkungan serta meningkatnya kesenjangan dan kemiskinan.

Dalam rangka memperbaiki kondisi DAS yang rusak (telah mengalami penurunan kualitas DAS) pemerintah bersama masyarakat dan stakeholders lainnya telah melakukan berbagai upaya dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan penutupan lahan dan menurunkan erosi tanah. Kegiatan pengelolaan DAS telah dilakukan sejak tahun 1970-an melalui Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air (PPHTA) dan Inpres Penghijauan dan Reboisasi. Kegiatan tersebut terus dilaksanakan hingga saat ini yang dilakukan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Tujuan dari berbagai upaya tersebut adalah untuk mewujudkan perbaikan lingkungan serta penanggulangan bencana (banjir, longsor, kekeringan) secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, serta memberikan manfaat sosial ekonomi yang nyata bagi masyarakat. Namun demikian, hasil dari berbagai kegiatan tersebut belum optimal karena program/kegiatan masih kental dengan nuansa sektoral, belum berbasis ekosistem dan belum berorientasi kepada kepentingan masyarakat publik.

Fakta tersebut menunjukkan betapa perlunya pengelolaan DAS secara terpadu yang melibatkan pemangku kepentingan pengelolaan DAS, yang terdiri dari unsur masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan prinsip-prinsip keterpaduan, kesetaraan, pengelolaan sumberdaya secara adil (distributive justice), efektif, efisien dan berkelanjutan. Beberapa hal yang mengharuskan pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu adalah :

(7)

7 2. Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup berbagai

bidang kegiatan.

3. Batas DAS tidak selalu bertepatan dengan batas wilayah administrasi pemerintahan.

4. Interaksi daerah hulu sampai hilir yang dapat berdampak negatif maupun positif sehingga memerlukan koordinasi antar pihak.

Keterpaduan mengandung pengertian terbinanya keserasian, keselarasan, keseimbangan dan koordinasi yang berdaya guna dan berhasil guna. Keterpaduan pengelolaan DAS memerlukan partisipasi yang setara dan kesepakatan para pihak dalam segala hal mulai dari penyusunan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian hasil kegiatan pengelolaan DAS. Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :

1. Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan, pembangunan, perlindungan dan pengendalian sumberdaya alam DAS.

2. Pengelolaan DAS berlandaskan pada asas keterpaduan, kelestarian, kemanfaatan, keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas. 3. Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan.

4. Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan berdasarkan prinsip satu DAS, satu rencana, satu sistem pengelolaan dengan memperhatikan sistem pemerintahan yang desentralisasi sesuai jiwa otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS terpadu tersebut, diperlukan perencanaan yang komprehensif yang mengakomodasikan berbagai kepentingan dari stakeholders dalam suatu DAS. Perencanaan yang komprehensif, yang dapat dijadikan acuan bagi stakeholders dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS pada era otonomi daerah saat ini, diwujudkan melalui penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu.

(8)

8 terpadu DAS Batang Gadis dapat dijadikan sebagai pedoman seluruh pemangku kepentingan dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan pengelolaan DAS Batang Gadis dan sekaligus melestarikan fungsi-fungsi DAS dalam menunjang dinamika kehidupan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (on site dan off site). Fasilitasi dalam rangka Penyusunan Rencana umum pengelolaan DAS terpadu DAS Batang Gadis dilakukan pada 3 Kabupaten/Kota yang terdiri dari Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan dan Kabupaten Mandailing Natal yang meliputi areal seluas 505.429,98 hektar.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan rencana umum pengelolaan DAS terpadu DAS Batang Gadis adalah untuk memberikan arahan bagi stakeholders (para pamangku kepentingan) khususnya stakeholders penentu kebijakan dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS Batang Gadis, sehingga pengelolaan sumberdaya alam dalam DAS tersebut memberikan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Sedangkan tujuan adalah tersusunnya rencana umum pengelolaan DAS terpadu DAS Batang Gadis yang komprehensif, mampu mengakomodasikan berbagai kepentingan seluruh stakeholders DAS Batang Gadis sehingga rencana tersebut dapat dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun rencana teknis pengelolaan DAS yang lebih detail.

3. Sasaran Lokasi

Secara administrasi DAS Batang Gadis meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidimpuan dan Kabupaten Mandailing Natal yang secara geografi terletak terletak pada 98o54’49” – 99o50’08” Bujur Timur dan 0o32’17”

– 1o11’26” Lintang Utara. DAS Batang Gadis meliputi areal seluas 505.459,29 ha

(9)

9

4. Hasil yang Diharapkan

(10)

10

METODE PENYUSUNAN

RENCANA

2.1. Kerangka Pendekatan Pengelolaan DAS

Perencanaan pengelolaan DAS disusun berlandaskan pada isu-isu utama, struktur masalah dan masalah inti yang harus dipecahkan, serta performance dan perkembangan kondisi historis, aktual dan kondisi DAS yang diharapkan tercipta di masa mendatang. Suatu perencanaan memerlukan penjabaran dan analisis dari masalah dan penyelesaiannya berdasarkan informasi yang ada serta kajian komprehensif yang terkait dengan tujuan dan sasaran perencanaan. Sasaran pengelolaan DAS terpadu yang ingin dicapai pada dasarnya adalah :

- Terciptanya kondisi ekologi, hidrologi, dan ekonomi DAS yang optimal. - Meningkatnya produktivitas lahan dan menurunnya kerusakan lahan yang

diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat.

- Terbentuknya kelembagaan masyarakat yang tangguh dan muncul dari bawah (bottom-up) selaras dengan sosial budaya setempat.

- Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan (distributive justice).

Oleh karena itu perumusan program dan kegiatan pengelolaan DAS seyogyanya berorientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran, disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, dan mempertimbangkan pergeseran paradigma, perubahan karakteristik DAS, peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip dasar pengelolaan DAS.

BAB

(11)

11 Rencana pengelolaan DAS terpadu merupakan rencana jangka panjang dengan rentang waktu rencana disesuaikan dengan rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RTRWP/RTRWK. Rencana pengelolaan DAS terpadu bersifat strategis, multipihak yang disusun dengan pendekatan partisipatif. Dengan demikian rencana ini memuat berbagai kepentingan dan tujuan, serta sasaran yang harus dicapai melalui pendekatan multidisiplin, yang diintegrasikan dalam satu sistem perencanaan.

Perencanaan Pengelolaan DAS terpadu pada dasarnya adalah proses memadukan rencana-rencana yang bersifat sektoral dan regional dari masing-masing instansi/pihak pemerintah daerah dan instansi/pihak non pemerintah yang terkait dalam upaya efektifitas pencapaian tujuan bersama dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh setiap pihak. Dalam hal ini masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap instansi/pihak diupayakan untuk diatasi bersama dengan kerangka pencapaian tujuan bersama.

Rencana Pengelolaan DAS terpadu merupakan rencana umum jangka panjang pengelolaan DAS yang mengakomodasikan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dijabarkan secara menyeluruh dan terpadu yang memuat perumusan masalah spesifik di dalam DAS, sasaran dan tujuan pengelolaan, arah kebijakan, program dan kegiatan dalam pemanfaatan, perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam, pengembangan sumberdaya manusia, arahan model kelembagaan pengelolaan DAS, serta sistem monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan DAS. Ruang lingkup Rencana Pengelolaan DAS terpadu meliputi :

1. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu merupakan rencana jangka panjang yang bersifat umum dengan batas ekosistem DAS, SWP DAS, DTA Waduk/danau, atau pulau-pulau kecil secara utuh.

(12)

12 3. Program dan kegiatan indikatif pengelolaan DAS difokuskan pada

upaya-upaya pokok penataan kawasan/ruang, konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan, pengelolaan sumberdaya air, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan DAS.

Rencana pengelolaan DAS secara integral merupakan bagian tak terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah (RTRWP/RTRWK). Posisi rencana pengelolaan DAS terpadu dalam perencanaan wilayah adalah :

1. Rencana pengelolaan DAS terpadu yang bersifat umum dapat dijadikan salah satu acuan, masukan, dan pertimbangan bagi kabupaten/kota dalam penyusunan RPJP, RPJM dan RKPD.

2. Rencana pengelolaan DAS terpadu merupakan salah satu acuan, masukan dan pertimbangan bagi rencana sektoral yang lebih detail di Wilayah Sub DAS/Sub SWP DAS.

3. Rencana pengelolaan DAS terpadu merupakan instrumen pencapaian tujuan secara sistematik dan intrumen pertanggungjawaban pengelola sumberdaya alam.

Pengelolaan DAS terpadu merupakan upaya pengelolaan sumberdaya yang menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, sehingga keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak pihak, tidak semata-mata oleh pelaksana langsung di lapangan, tetapi oleh pihak-pihak yang berperan sejak tahapan perencanaan hingga monitoring dan evaluasinya. Masyarakat merupakan unsur pelaku utama, sedangkan pemerintah sebagai unsur pemegang otoritas kebijakan dan fasilitator. Selain itu masih terdapat pihak-pihak lain, seperti Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, LSM yang turut mendukung keberhasilan

(13)

13

Swadana Dana Pemerintah (DR/Pajak PSDH, dll) IHPH & PSDH

ISU-ISU :

Degradasi SDA/ Lingkungan : - Erosi dan Sedimentasi - Banjir dan Kekeringan - Penurunan Kualitas Air - Degradasi hutan

- Penurunan Produktivitas Lahan

Nasional

Perda

UU, PP, Kep-Men Aturan Lokal

Kebijakan Pengelolaan SDA

Masyarakat Luas Masyarakat Sekitar Lokasi Kegiatan

Lembaga Terkait: Pengelolaan DAS Batang Gadis

DAS/Propinsi/Kabupaten

Standar Kriteria dan Indikator Kinerja Pengelolaan DAS Batang

Gadis

Pelaksanaan, Pengorganisasian, monitoring dan evaluasi

Program dan Kegiatan Tapak Kegiatan

Tujuan - Ketahanan pangan - Ketahanan energi - Ketersediaan air - Kesejahteraan masyarakat - Pengurangan pencemaran - Umur Danau Panjang

Dana Masyarakat

Domestik & Internasional)

Fasilitasi/Pendampingan

Pemantauan dan Evaluasi TAP MPR/IX/2001

(14)

14 Sejalan dengan implementasi Otonomi Daerah, khususnya untuk mengkoordinasikan peran pemerintah pusat dengan daerah propinsi dan kabupaten, instansi seperti BPDAS Asahan Barumun akan sangat penting menjadi

partner “instansi sejawat”. Kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan, air dan

lahan harus dirumuskan dengan memperhatikan isu-isu penting yang dirasakan oleh masyarakat luas dengan masukan-masukan dari berbagai pihak. Pemerintah pusat (Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri) maupun pemerintah daerah (Gubernur, Bupati, dinas-dinas dan badan-badan terkait) harus mampu memberikan landasan-landasan hukum maupun operasionalnya, serta memfasilitasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Lembaga-lembaga lainnya seperti : Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan LSM secara aktif mendukung aspek kajian ilmiah untuk memberikan landasan, kaidah-kaidah ekologi, sosial ekonomi dan teknis bagi penyusunan kebijakan serta teknologi yang efisien dan ramah lingkungan kepada masyarakat pelaku. Masyarakat sebagai pelaku utama juga harus terlibat secara aktif sejak perencanaan, pelaksanaan kegiatan maupun kontrol dan evaluasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan DAS.

(15)

15 Masyarakat pelaku langsung akan dapat berperan lebih aktif apabila

setidaknya para pelaku yang dimaksud : a) meyakini kebenaran program, b) mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan, dan c) mampu melaksanakan

kegiatan tersebut. Untuk mengetahui lebih mendalam ketiga hal di atas, maka diperlukan evaluasi terhadap prinsip-prinsip kelembagaan yang diterapkan masyarakat melalui identifikasi status kepemilikan (property right system), aturan perwakilan (rule of representative), serta batas kewenangan (jurisdiction boundary). Identifikasi status kepemilikan lahan sebagai tapak kegiatan, milik perorangan atau kelompok masyarakat sebagai lahan komunal atau adat, sangat menentukan intensitas dan kesungguhan pelaksanaan program yang akan diterapkan. Pemahaman mengenai aturan perwakilan perlu dilakukan karena budaya masyarakat yang satu dengan yang lainnya berbeda. Batas-batas kewenangan perlu diklasifikasikan untuk berbagi peran (tugas dan tanggung jawab) secara jelas agar tidak terjadi tumpang tindih peran.

Pemerintah dengan lembaga-lembaga lain terkait sebagai pemegang otoritas kebijakan juga harus mampu menciptakan kondisi agar ketiga prinsip kelembagaan tersebut dapat diwujudkan sebagai insentif untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan kerangka logis (logical frame) mengenai hal tersebut yang meliputi identifikasi terhadap tujuan akhir (goal), tujuan kegiatan (objectives), jenis kegiatan untuk mencapai objective dan goal tersebut, input yang diperlukan, serta indikator keberhasilan dan asumsi yang digunakan. Selain itu rumusan sistem monitoring dan evaluasi kinerja perlu dibuat bersama.

2.2. Data dan Informasi Pokok

Data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan DAS terpadu adalah :

1. Lokasi Perencanaan :

(16)

16 b. Sejarah pengelolaan, bangunan-bangunan vital yang ada, aset sumberdaya alam dan upaya kegiatan pengelolaan DAS yang telah dilakukan.

c. Rencana pengelolaan DAS yang telah dibuat dan evaluasinya

d. Stakeholders dan peranannya yang terlibat dalam pengelolaan baik secara individu maupun lembaga.

2. Karakteristik biofisik dan sosial ekonomi DAS : a. Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban) b. Topografi

c. Tanah

d. Pola drainase dan karakter hidrologi DAS e. Geologi dan hidrogeologi

f. Penggunaan lahan g. Erosi dan sedimentasi h. Sosial ekonomi i. Kelembagaan

2.3. Tahapan Kegiatan Penyusunan Pengelolaan DAS

Penyusunan rencana umum pengelolaan DAS terpadu DAS Batang Gadis dilakukan melalui tahapan : analisis permasalahan, perumusan tujuan dan sasaran, strategi pencapaian tujuan, perumusan kebijakan, program dan kegiatan yang didasarkan kepada data dan informasi serta kajian yang komprehensif (ekologi, ekonomi, dan sosial kelembagaan) serta sistem pemantauan dan evaluasi.

2.3.1. Analisis Permasalahan

(17)

17 a. Lahan kritis (penyebab, luas dan distribusi),

b. Erosi tanah (penyebab, luas, distribusi, dampak), c. Sedimentasi (sumber, laju, dampak),

d. Kualitas air (sumber polutan, kelas, waktu),

e. Ketersediaan dan penggunaan air tanah dan air permukaan, f. Daerah rawan bencana (banjir dan longsor),

g. Masalah sosial ekonomi dan kelembagaan , h. Masalah tata ruang dan penggunaan lahan,

i. Kondisi habitat (daerah perlindungan keanekaragaman hayati), j. Keterkaitan antara wilayah hulu dan hilir DAS,

k. Konflik pemanfaatan dan kepentingan akan sumberdaya.

2.3.2. Penetapan Tujuan dan Sasaran

Penetapan tujuan dan sasaran dirumuskan dengan jelas, dapat terukur tingkat pencapaiannya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Ukuran-ukuran tingkat pencapaian tujuan dan sasaran dirumuskan dalam bentuk kriteria dan indikator tujuan dan sasaran. Tujuan dari suatu pengelolaan sumberdaya dalam suatu kurun waktu tertentu perlu mempertimbangkan :

a. Isu-isu utama (critical issues), yaitu suatu keadaan/fenomena yang perlu

segera diatasi/ditanggulangi/dikendalikan.

b. Kondisi sumberdaya kini dan kecenderungannya yang terkait dengan isu

utama.

c. Kapasitas sumberdaya (manusia, finansial dan infrastruktur, kelembagaan)

yang dimiliki oleh DAS (institusi pemerintah dan non pemerintah yang ada di suatu DAS).

(18)

18

e. Perumusan tujuan ini dilakukan dengan cara melihat struktur keterkaitan

antara faktor (problem structure) yang menyebabkan suatu isu (phenomena), yang dikenal dengan istilah logical framework analysis (LFA).

2.3.3. Strategi Pencapaian Tujuan

Strategi pencapaian tujuan pengelolaan DAS dilakukan dalam bentuk perumusan kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Kebijakan yang dirumuskan merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap kegiatan aparatur pemerintah ataupun masyarakat agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan DAS. Kebijakan bersifat pemungkin (enabling insentif) yang dapat mendorong terlaksananya program dan kegiatan serta dihindari yang bersifat menghambat, bagi pelaksanaan program dan kegiatan. Program yang ditetapkan merupakan serangkaian kegiatan pengelolaan DAS yang direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan DAS yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan bersifat efektif dan efisien, menggunakan sumberdaya secara optimal dan memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian sumberdaya DAS sehingga DAS memberikan manfaat yang optimal dalam menunjang dinamika kehidupan dan peningkatan kesejahteraan manusia.

(19)

19

2.3.4. Perumusan Program dan Kegiatan

Program dan kegiatan pengelolaan DAS dirumuskan dengan mempertimbangkan permasalahan inti pengelolaan DAS yang harus dipecahkan, kondisi kelembagaan pengelolaan DAS, sarana pemungkin yang dapat diperoleh, kondisi biofisik DAS dan partisipasi stakeholders yang diharapkan. Program dan kegiatan pengelolaan DAS ditetapkan berdasarkan analisis tujuan ke depan dengan menggunakan pendekatan analisis kerangka logis (Logical Framework Analysis). Kegiatan yang ditetapkan merupakan tindakan untuk mengatasi setiap akar masalah pengelolaan DAS sehingga rangkaian tindakan penyelesaian akar masalah yang saling terkoneksi dan efisien akan membentuk program pengelolaan DAS yang direncanakan. Program dan kegiatan disajikan berdasarkan tata waktu dan keruangan sehingga program dan kegiatan tersebut akan diimplementasikan pada lokasi dan jangka waktu yang ditentukan.

Kunci keberhasilan dalam merumuskan tujuan dan sasaran yang jelas dan terukur serta strategi pencapaiannya adalah ketersediaan dan akurasi data serta informasi tentang kondisi kini dan prediksi perubahan di masa datang.

2.3.5. Rencana Implementasi

Program dan kegiatan yang telah dirumuskan selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam rencana implementasi (rencana pelaksanaan program). Rencana implementasi menggambarkan peran dan tanggung jawab setiap stakeholders sesuai dengan tugas dan fungsinya dan memberikan arahan bagi pelaksana di lapang. Rencana implementasi memuat tentang jenis kegiatan, lokasi, organisasi pelaksana/penanggung jawab, tata waktu, sumber dana.

2.3.6. Pemantauan dan Evaluasi

(20)

20 a. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara menyeluruh mulai dari masukan,

proses dan keluaran dari program/kegiatan pengelolaan DAS.

b. Penetapan indikator-indikator kinerja pengelolaan DAS yang perlu dimonitor sehingga kegiatan pemantauan dan evaluasi menjadi tepat sasaran.

c. Instrumen monitoring dan evaluasi mencakup metode monitoring (alat, cara, lokasi dan waktu) serta metode evaluasi.

d. Agen/aktor yang bertanggung jawab terhadap monitoring suatu indikator, dan evaluasi.

e. Capaian indikator kinerja dan mekanisme umpan balik (feed back mechanism) bagi perbaikan kinerja.

f. Rencana jumlah dan sumber anggaran, serta mekanisme penganggaran.

2.3.7. Analisa Peran Stakeholders

(21)

21

KONDISI DAN

KARAKTERISTIK DAS

BATANG GADIS

3.1. Letak dan Luas

Secara geografi DAS Batang Gadis terletak antara 980 55’ 32,1” - 990 56’

14,2” Bujur Timur dan 10 32’ 38,4” - 00 27’ 27,1” Lintang Utara. Sedangkan secara administrasi DAS Batang Gadis melintasi tiga wilayah administratif kabupaten yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan (Gambar 2 dan 3) dengan batas-batas sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas  Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat

DAS Batang Gadis meliputi areal seluas 481.242,3 hektar dengan Sub DAS Batang Gadis Hulu menempati areal terluas yaitu 165.724,5 hektar. Luas DAS Batang Gadis tercantum dalam Tabel 1 serta dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 1. Luas DAS Batang Gadis

No. Nama Sub DAS Luas (Ha)

1 Batang Angkola 90.823,6

2 Batang Gadis Hilir 94.080,8

3 Batang Gadis Hulu 165.724,5

4 Batang Salai 50.113,1

5 Sikorsik 80.500,4

Jumlah 481.242,3

BAB

(22)

22 Tabel 2. Luas Wilayah Administrasi pada Sub DAS-Sub DAS di DAS Batang

Gadis

No. Sub DAS Kabupaten/Kecamatan Luas (hektar)

A. SUB DAS BATANG ANGKOLA KAB. TAPANULI SELATAN 61,493.80

1 Kec. Batang Angkola 15,959.750

B. SUB DAS BATANG GADIS HILIR KAB. TAPANULI SELATAN 46,718.01

1 Kec. Batang Angkola 16,719.40

C. SUB DAS BATANG GADIS HULU KAB. MANDAILING NATAL 165,722.09

(23)

23

No. Sub DAS Kabupaten/Kecamatan Luas (hektar)

KAB. TAPANULI SELATAN 2.36

16 Kec. Sayur Matinggi 2.36

D. SUB DAS BATANG SALAI KAB. TAPANULI SELATAN 45,438.31

1 Kec. Batang Angkola 16,778.86

2 Kec. PSP. Barat 1,424.48

3 Kec. Siais 27,234.97

KAB. MANDAILING NATAL 4,674.81

4 Kec. Muara Batang Gadis 4,674.81

E. SUB DAS SIKORSIK KAB. MANDAILING NATAL 80,500.36

1 Kec. Batang Natal 4,414.37

2 Kec. Muara Batang Gadis 57,821.78

3 Kec. Natal 18,233.67

4 Kec. Panyabungan Utara 29.13

(24)

24 Gambar 2. Peta DAS Batang Gadis

Peta Indonesia

Pulau Sumatera

(25)
(26)
(27)

27

3.2. Morfologi DAS

Morfologi DAS merupakan parameter fisik DAS yang mempengaruhi proses dan dinamika eko-hidrologi DAS. Morfologi DAS yang mudah diidentifikasi diantaranya adalah bentuk DAS, kemiringan lereng dan kemiringan sungai, pola drainase dan kerapatan drainase (kerapatan aliran). Morfologi DAS sangat menentukan jumlah air yang dapat ditahan di permukaan DAS (retention dan detention storage), jumlah air yang dapat diinfiltrasikan ke dalam tanah, serta jumlah dan kecepatan aliran yang dihasilkan. Selain itu bentuk DAS dan pola drainase sangat mempengaruhi hidrograf aliran yang dicerminkan oleh waktu konsentrasi (time concentration) dan waktu tenggang (time lag). DAS dengan waktu konsentrasi dan waktu tenggang yang pendek dan mempunyai waktu debit puncak yang bersamaan dengan waktu konsentrasi maka aliran permukaan akan terakumulasi pada waktu yang bersamaan sehingga memungkinkan terjadinya banjir. Oleh karena itu morfologi DAS sangat mempengaruhi fluktuasi debit aliran permukaan baik pada musim penghujan maupun pada musim kemarau. Apabila fluktuasi debit aliran sangat tinggi maka akan terjadi banjir pada musim penghujan dan kekeringan (ketersediaan air yang terbatas) pada musim kemarau. 3.2.1. Bentuk DAS

Faktor bentuk DAS dikuantifikasikan menggunakan nilai nisbah kebulatan (circularity ratio/Rc) dan nisbah kelonjongan (elongation ratio/Re). Nisbah kebulatan dan kelonjongan sangat menentukan waktu yang diperlukan oleh air hujan dan aliran permukaan untuk mengalir dari tempat terjauh menuju aliran sungai dan akhirnya keluar di outlet DAS (waktu konsentrasi). Semakin bulat bentuk DAS mengindikasikan semakin singkat waktu konsentrasi (aliran air semakin cepat mencapai outlet secara bersamaan) sehingga semakin tinggi fluktuasi debit aliran permukaan. Sebaliknya semakin lonjong bentuk DAS, maka waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama sehingga fluktuasi debit aliran permukaan semakin rendah.

(28)

28 mempunyai bentuk memanjang (lonjong). Identifikasi bentuk DAS Batang Gadis

secara lebih rinci dilakukan dengan menggunakan indeks bentuk DAS (Avery, 1975). Menurut Avery (1975), jika nilai indeks bentuk mendekati 1, maka

bentuk DAS adalah mendekati lingkaran. Hasil perhitungan menunjukkan nilai indeks bentuk DAS Batang Gadis adalah sebesar 2.678 dan dapat diartikan bahwa bentuk DAS Batang Gadis adalah memanjang dan menyempit di bagian hilir. Nilai indek bentuk DAS dan Sub DAS Batang Gadis disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Indeks Bentuk DAS Batang Gadis Menurut Avery (1975)

No. Nama DAS/Sub

DAS Luas (km

2) Keliling

(km)

Indeks

Bentuk Bentuk

1. Batang Angkola 908.236 208.702 2.742 Memanjang 2. Batang Gadis

Hilir 940.808 244.160 3.152

Memanjang dan menyempit di hilir 3. Batang Gadis Hulu 1,657.245 226.098 2.199 Memanjang 4. Batang Salai 501.131 135.204 2.392 Memanjang 5. Sikorsik 805.004 171.538 2.394 Memanjang

DAS Batang Gadis 4,812.424 469.215 2.678

Memanjang dan menyempit di

bagian hilir

3.2.2. Jaringan Sungai

Jaringan sungai pada suatu wilayah DAS sangat mempengaruhi jumlah dan kecepatan aliran air yang sampai pada outlet DAS. Jaringan sungai dimulai dari alur aliran (dengan debit yang relatif rendah) yang kemudian masuk ke dalam saluran dan sistem sungai dengan debit aliran yang lebih besar. Semakin besar wilayah DAS semakin banyak/besar jaringan sungai di dalamnya.

(29)
(30)

30 Karena mempunyai luas yang lebih besar dan terletak di wilayah hulu dengan topografi bergelombang-berbukit maka Sub DAS Batang Gadis Hulu mempunyai panjang sungai yang terbesar, yang kemudian diikuti oleh Sub DAS Sikorsik, Batang Angkola, Batang Gadis Hilir dan Sub DAS Batang Salai (Tabel 4).

Tabel 4. Ordo dan Panjang Sungai di DAS Batang Gadis

Ordo

Perbandingan antara jumlah alur sungai orde tertentu dengan orde sungai satu tingkat diatasnya disebut dengan nisbah percabangan (bifurcation ratio). Semakin tinggi nilai nisbah percabangan suatu sungai berarti bahwa sungai tersebut memiliki anak-anak sungai yang semakin banyak dan demikian sebaliknya. Semakin tinggi nisbah pecabangannya maka tingkat fluktuasi debit aliran permukaan yang terjadi juga semakin besar.

3.2.3. Kerapatan Aliran

(31)

31 di badan-badan sungai. Semakin tinggi kerapatan aliran juga mengindikasikan air hujan yang jatuh di permukaan tanah akan segera masuk ke dalam jaringan sungai. Berdasarkan hasil perhitungan, kerapatan aliran di DAS Batang Gadis adalah 1.181 km/km2. Indeks Kerapatan Aliran Sungai di DAS Batang Gadis disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Indeks Kerapatan Aliran Sungai DAS Batang Gadis

No. Nama Sub DAS Luas (km2) Keliling

(km)

Kerapatan Aliran

Kelas Kerapatan

1. Batang Angkola 908.236 208.702 0.882 Sedang 2. Batang Gadis Hilir 940.808 244.160 0.774 Sedang 3. Batang Gadis Hulu 1,657.245 226.098 1.738 Sedang 4. Batang Salai 501.131 135.204 0.649 Sedang 5. Sikorsik 805.004 171.538 1.180 Sedang

DAS Batang Gadis 4,812.424 469.215 1.181 Sedang

3.2.4. Pola Aliran

(32)

32 Tabel 6. Pola Aliran Sungai DAS Batang Gadis

No. Nama Sub DAS Luas (km2) Keliling (km) Pola Aliran

1. Batang Angkola 908.236 208.702 Trellis 2. Batang Gadis Hilir 940.808 244.160 Dendritik – Trellis 3. Batang Gadis Hulu 1,657.245 226.098 Trellis - Rectangular -

Dendritik 4. Batang Salai 501.131 135.204 Dendritik 5. Sikorsik 805.004 171.538 Dendritik – Trellis

3.2.5. Ketinggian DAS

Ketinggian tempat dapat diperoleh melalui pengukuran lapangan dengan menggunakan altimeter atau GPS. Informasi tinggi tempat juga dapat diperoleh dari peta rupa bumi (peta topografi) atau informasi citra DEM (digital elevation model) SRTM. DEM juga dapat dibuat berdasarkan peta rupa bumi atau hasil pengamatan lapang dengan menggunakan 3D Analys pada ArcView atau ArcGis dan Surfer.

Berdasarkan informasi peta DEM SRTM (Google download) yang dikompilasi dengan peta rupa bumi (Bakorsurtanal, 2001), DAS Batang Gadis terletak pada ketinggian 0 – 2100 m dpl. Penampang melintang (profil) yang menunjukkan pembagian wilayah tertinggi dan terendah Sub DAS-Sub DAS di wilayah DAS Batang Gadis berdasarkan interseksi alur sungai utamanya dapat dilihat pada Gambar 6 sampai Gambar 9.

(33)

33 Gambar 9. Profil berdasar alur sungai utama Sub DAS Sikorsik

Gambar 7. Profil berdasar alur sungai utama Sub DAS Batang Angkola

(34)
(35)

35 3.2.6. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng DAS Batang Gadis diinterpretasi dengan menggunakan data DEM dan diklasifikasikan menjadi 5 kelas sebagaimana pada Tabel 7. Kemiringan lereng sangat mempengaruhi laju aliran permukaan, erosi dan sedimentasi serta pola drainase yang terbentuk.

Tabel 7. Kemiringan Lereng DAS Batang Gadis

Sub DAS

Luas Areal (Ha) pada Kelas Lereng

Luas Sub DAS (Ha) I

(0 – 8%)

II (8-15%)

III (15-25 %)

IV (25-40 %)

V (> 40 %)

Batang

Angkola 17,892.05 40,672.81 19,776.43 8,880.29 3,602.05 90,823.63

Batang Gadis

Hilir 29,571.02 21,943.42 19,679.27 13,634.73 9,252.32 94,080.76

Batang Gadis

Hulu 28,814.20 35,826.69 40,481.70 36,994.95 23,606.91 165,724.45

Batang Salai 9,621.81 16,610.44 13,891.07 6,736.00 3,253.81 50,113.12 Sikorsik 20,171.78 25,109.07 17,484.82 11,807.07 5,927.62 80,500.36 Jumlah 106,070.86 140,162.44 111,313.29 78,053.03 45,642.70 481,242.32 Persentase 22.04 29.13 23.13 16.22 9.48 100.00

(36)
(37)

37

3.3. Geologi

Berdasarkan informasi Peta Geologi skala 1 : 250.000 formasi geologi pembentuk DAS Batang Gadis terbentuk pada zaman quarter dan tersier. Pada zaman tersier formasi geologi utama terbentuk akibat aktivitas vulkanik dan tektonik, sedangkan pada zaman quarter sangat dipengaruhi oleh proses fluvial sehingga terbentuk bahan-bahan alluvium muda. Karakteristik geologi DAS Batang Gadis disajikan berdasarkan wilayah Sub DAS sebagaimana pada Tabel 8, Tabel 9, Tabel 10, Tabel 11, Tabel 12.

Tabel 8. Formasi Batuan berdasarkan Wilayah Sub DAS Batang Angkola di DAS Batang Gadis

No Formasi Batuan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Aneka Terobosan 543.260 0.598 2. Aluvium Muda 18,258.392 20.103 3. Anggota Batu Gamping 2,452.900 2.701 4. Anggota Saju Matinggi 1,252.152 1.379 5. Pre Tertiari Tak terpisah 7.019 0.008 6. Gng Api Angkola 12,116.034 13.340 7. Gng Api Lubukrata 13,798.502 15.193 8. Kuantan 21,555.816 23.734 9. Formasi Sihapas 1,330.927 1.465 10. Intruksi Timbahan 8,532.838 9.395 11. Gng Api Sibual-buali 10,679.027 11.758 12. Serpentinit Hurab 129.228 0.142 13. Kipas Aluvium 167.535 0.184

Jumlah 90,823.630 100

Tabel 9. Formasi Batuan berdasarkan Wilayah Sub DAS Batang Gadis Hilir di DAS Batang Gadis

No Formasi Batuan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Aluvium Muda 18,300.367 19.5 2. Pre Tertiari Tak terpisah 9,657.384 10.3 3. Gng Api Angkola 2,670.445 2.8 4. Intruksi Timbahan 3,627.900 3.9 5. Aluvium Tua 2,362.930 2.5 6. Anggota Bawah 9,686.777 10.3 7. Anggota Parlampungan 411.248 0.4 8. Batugamping Pre tertiary Tak Terbedakan 2,825.684 3.0 9. Formasi Barus 43,833.518 46.6 10. Kelompok Woyla Tak terpisahkan 704.507 0.8

(38)

38 Tabel 10. Formasi Batuan berdasarkan Wilayah Sub DAS Batang Salai di DAS

Batang Gadis

Tabel 11. Formasi Batuan berdasarkan Wilayah Sub DAS Batang Gadis Hulu di DAS Batang Gadis

No Formasi Batuan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Aneka Terobosan 46.261 0.03 2. Aluvium Muda 15,746.684 9.50 3. Anggota Batu Gamping 8,583.184 5.18 4. Pre Tertiari Tak terpisah 6,747.400 4.07 5. Kuantan 28,978.120 17.49 6. Formasi Sihapas 2,201.595 1.33 7. Kipas Aluvium 5,139.610 3.10 8. Formasi Barus 11,463.100 6.92 9. Batolit Panyabungan 237.737 0.14 10. Batuan Gunung api Sorik Merapi 8,231.475 4.97 11. Formasi Silungkang 8,829.283 5.33 12. Intrusi Granit Minor 3,165.988 1.91 13. Intrusi Muara Sipongi 9,445.964 5.70 14. Intrusi rokan 4,865.741 2.94 15. Mikrodiorit Binail 24.344 0.01 16. Pusat Gunung api Maninjau Tak Terbedakan 34,458.940 20.79 17. Pusat Sorik Merapi Resen 2,738.209 1.65 18. Intrusi Kanaikan 14,820.815 8.94

Jumlah 165,724.450 100

Tabel 12. Formasi Batuan berdasarkan Wilayah Sub DAS Sikorsik di DAS Batang Gadis

No Formasi Batuan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Aneka Trobosan 415.067 0.52 2. Aluvium Muda 6,264.276 7.78 3. Anggota Parlampungan 7,093.327 8.81 4. Formasi Barus 30,541.173 37.94 5. Kelompok Woyla Tak terpisahkan 6,088.219 7.56 6. Batolit Nanunggal 8,114.980 10.08 7. Formasi Muarasoma 18,462.208 22.93 8. Pusat Gunungapi Maninjau Tak Terbedakan 3,521.110 4.37

(39)
(40)
(41)

41

3.4. Curah Hujan dan Tipe Iklim

Data curah hujan untuk DAS Batang Gadis diperoleh dari 16 (enam belas) stasiun hujan terdekat yang berasal dari dua wilayah kabupaten dalam areal DAS Batang Gadis yaitu Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan. Data yang diperoleh merupakan data hujan jangka panjang yaitu selama 26 tahun yang tercatat sejak tahun 1979 sampai dengan 2005 yang diperoleh dari BMG Stasiun Klimatologi Sampali. Curah hujan bulanan DAS Batang Gadis tersaji dalam Tabel 13 dan rataannya dalam Tabel 14.

Tabel 13. Data Curah Hujan dari Beberapa Stasiun Hujan di dalam dan Sekitar DAS Batang Gadis

Stasiun Mompang

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1992 86 32 39 139 68 62 53 42 69 63 124 97 1993 27 33 101 70 144 58 29 34 54 69 759 102 1994 130 145 52 80 83 54 4 25 39 74 258 106 1995 218 255 280 419 368 60 93 222 85 121 126 122 1996 24 25 57 61 103 83 81 93 123 134 242 138

Rata-Rata 97 98 106 154 153 63 52 83 74 92 302 113

Stasiun Bange

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1986 13 166 285 140 78 39 72 95 160 197 234 119 1987 79 7 71 89 92 81 107 190 152 310 306 234 1988 82 51 254 122 122 39 109 160 191 148 253 349 1989 85 95 125 45 151 30 139 116 171 130 200 92 1990 169 96 73 96 125 121 117 51 150 241 248 134

(42)

42

Stasiun Muara Soma

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1979 139 269 412 430 214 310 243 232 420 372 470 263 1980 247 301 554 553 371 227 378 304 243 422 455 535 1981 167 371 348 481 507 175 279 191 452 269 306 287 1982 105 283 231 233 233 12 10 33 19 116 156 38 1983 202 592 470 127 265 144.8 182 323 659 323 175 438

Rata-Rata 172 363 403 365 318 174 218 217 359 300 312 312

Stasiun Marancar

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1998 190 121 196 99 182 65 436 449 255 361 590 475 1999 149 306 259 190 165 154 135 291 457 416 488 250 2000 203 76 117 257 233 80 228 149 310 321 321 337 2001 248 258 134 300 148 136 136 293 373 226 153 424 2002 257 278 490 446 630 477 324 269 433 432 446 346

Rata-Rata 209 208 239 258 272 182 252 290 366 351 399 366

Stasiun Pijar Koling

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1998 128 245 206 187 139 - 177 386 219 309 425 189 1999 96 168 75 22 77 61 109 198 277 296 275 217 2000 208 9 194 89 90 19 82 185 365 228 236 195 2001 173 22 140 156 123 40 109 205 280 160 196 172 2002 196 21 179 305 417 221 24 150 195 200 274 184

Rata-Rata 160 93 159 152 169 68 100 225 267 239 281 191

Stasiun Gunung Tua

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2001 183 108 7 377 44 73 0 0 91 173 177 199 2002 258 73 103 312 25 87 166 27 97 183 272 229 2003 333 113 199 246 5 100 166 19 103 315 423 194 2004 305 119 202 206 99 2 119 10 327 295 561 301 2005 276 124 205 166 149 131 34 140 94 236 187 132

(43)

43

Stasiun Padang Balingka

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2000 19 39 10 65 8 19 17 25 153 195 247 238 2002 21 37 210 263 253 34 51 145 187 341 334 376 2003 159 233 232 460 51 49 85 64 82 296 97 113 2004 120 175 219 313 100 30 58 103 267 327 816 306 2005 276 124 205 166 149 131 34 176 57 307 187 66

RATA-RATA 119 122 175 253 112 53 49 103 149 293 336 220

Stasiun Marpinggan

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1998 412 158 188 327 182 122 182 433 188 202 377 273 1999 404 152 116 132 97 185 437 490 734 68 74 396 2000 252 103 343 262 108 107 251 485 474 158 155 282 2001 293 394 273 182 196 172 66 232 390 248 235 168 2002 297 15 252 423 409 331 253 220 270 293 345 276

RATA-RATA 332 164 234 265 198 183 238 372 411 194 237 279

Stasiun Balangka Sitongkon

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2000 191 11 186 121 61 - 58 63 - 85 345 435 2001 216 312 72 119 165 116 58 195 331 164 389 614 2002 434 76 204 241 279 169 58 122 186 242 - 793 2003 652 432 335 409 38 70 94 82 62 137 305 473 2004 304 368 273 175 209 62 131 10 113 415 102 152

RATA-RATA 359 240 214 213 150 83 80 94 138 209 228 493

Stasiun BPP Arse

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2001 306 173 260 202 137 74 191 149 192 155 261 214 2002 1344 160 834 258 79 95 17 165 313 321 329 241 2003 2381 1186 1407 313 20 116 160 105 135 190 245 330 2004 244 248 178 190 174 19 156 179 202 262 458 418 2005 196 201 205 224 109 39 103 108 130 386 175 127

(44)

44

Stasiun Aek Pahu

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 1998 156 72 153 288 170 122 256 512 487 430 537 766 1999 175 350 237 228 284 314 305 356 294 520 507 411 2000 539 67 88 148 188 170 310 308 405 396 312 303 2001 260 145 98 71 24 155 76 506 334 271 117 195 2002 137 175 274 310 193 - 156 405 315 407 446 399

RATA-RATA 253 162 170 209 172 152 221 417 367 405 384 415

Stasiun Batang Toru

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2001 267 328 351 342 141 436 246 301 428 538 332 459 2002 294 309 379 260 158 393 237 522 419 104 426 384 2003 320 290 406 178 175 350 228 743 410 374 520 362 2004 463 151 283 700 406 112 189 197 599 325 920 340 2005 310 270 409 255 185 262 155 280 326 516 700 477

RATA-RATA 331 270 366 347 213 311 211 409 436 371 580 404

Stasiun Buana Sikop

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2001 354 152 57 237 112 36 110 101 91 37 125 173 2002 308 74 84 - 122 18 98 50 228 - 148 158 2003 410 200 197 181 12 35 142 73 44 190 328 181 2004 267 219 179 165 75 3 71 93 152 275 239 203 2005 420 113 160 148 50 149 36 163 93 167 100 38

(45)

45 Tabel 14. Curah hujan bulanan DAS Batang Gadis (1979-2005)

Stasiun

Hujan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah

Mandailing Natal

Mompang 97 98 106 154 153 63 52 83 74 92 302 113 1387

Bange 86 83 162 98 114 62 109 122 165 205 248 186 1639

Muara Soma

172 363 403 365 318 174 218 217 359 300 312 312 3513

Sosopan 580 246 669 351 182 286 81 142 112 105 203 194 3152

Hutaimbaru 110 69 177 189 165 43 90 110 131 197 257 227 1766

Natal 197 143 258 264 226 188 291 312 266 475 436 233 3292

Tapanuli Selatan

Marancar 209 208 239 258 272 182 252 290 366 351 399 366 3394

Pijar Koling

160 93 159 152 169 68 100 225 267 239 281 191 2104

Gunung Tua

271 107 143 261 64 79 97 39 142 240 324 211 1979

Padang Balngka

119 122 175 253 112 53 49 103 149 293 336 220 1984

Marpinggan 332 164 234 265 198 183 238 372 411 194 237 279 3108

Balangka Sitongkon

359 240 214 213 150 83 80 94 138 209 228 493 2502

BPP Arse 894 394 577 237 104 69 125 141 194 263 294 266 3557

Aek Pahu 253 162 170 209 172 152 221 417 367 405 384 415 3326

Batang Toru

331 270 366 347 213 311 211 409 436 371 580 404 4248

Buana Sikop

(46)
(47)

47 Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman (1972) di wilayah DAS Batang Gadis terdapat dua tipe iklim yang sangat kontras yaitu tipe iklim A dan E2. Tipe iklim A merupakan wilayah dengan curah hujan yang sangat tinggi dan terdistribusi merata sepanjang tahun. Curah hujan rataan bulanan tidak lebih rendah dari 100 mm dan terdapat 9 bulan yang tergolong bulan basah (curah hujan > 200 mm). Sebaliknya pada tipe iklim E hanya 3 bulan yang tergolong bulan basah dan terdapat 2-4 bulan kering, sedangkan curah hujan pada bulan lainnya tergolong kepada bulan lembab (curah hujan antara 100-200 mm).

Daerah yang tergolong tipe iklim A adalah daerah yang berada disekitar stasiun yaitu Muara Soma, Sosopan, Natal, Marancar, Marpinggan, BPP Arse, Aek Pahu dan Batang Toru. Sedangkan daerah yang memiliki tipe iklim E adalah Mompang, Bange, Hutaimbaru, Pijar Koling, Gunung Tua, Padang Balangka dan Buana Sikop.

3.5. Tanah

Dari informasi yang tersaji dalam Peta Tanah Tinjau Sumatera Utara (skala 1: 250.000) tanah di DAS Batang Gadis disajikan dalam bentuk asosiasi (kelompok) tanah yang dijumpai pada fisiografi tertentu. Hal tersebut disebabkan karena pemetaan tanah dilakukan pada skala tinjau sehingga deliniasi masing-masing jenis tanah tidak bisa dilakukan secara baik. Deliniasi jenis tanah dapat dilakukan bila dilakukan survey tanah yang lebih detil.

Hapludults merupakan tanah dominan di DAS Batang Gadis yang ditemukan pada wilayah bergelombang - berbukit. Tanah tersebut tergolong tanah dengan tingkat perkembangan matang (tua) yang dicirikan oleh warna tanah kuning kemerahan sampai merah kekuningan, mempunyai horizon penimbunan liat (argilik), serta mempunyai kejenuhan basa dan kesuburan tanah yang rendah.

(48)

48 tinggi (Eutropepts), mempunyai sifat andik dan kejenuhan basa rendah (Dystrandepts), tergenang air (Tropaquepts) dan mempunyai lapisan lapisan bahan organik yang tinggi di permukaan tanah (Humitropepts). Tanah Tropofluvent dan Fluvaquents tergolong tanah baru berkembang yang dijumpai pada wilayah tanggul sungai dan dataran banjir yang terbentuk karena proses fluvial (Tropofluvents) dan tergenang air (Fluvaquents). Tanah Troporthents merupakan tanah yang mempunyai solum dangkal (< 25 cm) yang dijumpai pada dinding-dinding terjal di daerah perbukitan. Sedangkan Haplohumults adalah tanah Ultisol (perkembangan lanjut) yang mempunyai akumulasi bahan organik tinggi di permukaan tanahnya. Jenis tanah yang dijumpai di DAS Batang Gadis disajikan pada Tabel 15 sampai dengan Tabel 198 dan Gambar 14.

Tabel 15. Jenis- Jenis Tanah berdasarkan Klasifikasi USDA di Sub DAS Batang Angkola Wilayah DAS Batang Gadis.

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Luas (Ha)

(49)

49

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Luas (Ha)

19. Mu.2.3.4 Dystropepts, Troporthents D, F 9,809.10 20. Va.1.2.3 Dystrandepts P 2,397.77 21. Va.1.3.3 Dystrandepts P 2,945.77 22. Va.1.4.2 Humitropepts, Haplohumults, Tropaquepts D, F, M 5,298.83 23. Va.1.4.3 Humitropepts, Haplohumults, Hapludalfs D, F, M 2,004.39 24. Vd.1.2.3 Humitropepts, Dystropepts P, M 710.26 25. Vd.1.3.4 Humitropepts, Dystropepts D, F 1,933.49 26. Vd.1.4.1 Dystropepts, Humitropepts D, F 526.14 27. Vd.1.4.3 Dystropepts, Humitropepts D, F 4,266.30 28. Vd.1.4.4 Dystropepts, Humitropepts D, F 2,681.00 29. X.1 Tidak teridentifikasi - 3.60 30. X.2 Tidak teridentifikasi - 351.34

Jumlah 90,823.63

Tabel 16. Jenis- Jenis Tanah Berdasarkan Klasifikasi USDA di Sub DAS Batang Gadis Hilir Wilayah DAS Batang Gadis.

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Hektar

1 Au.1.1.2 Tropaquents, Troposaprists, Tropaquepts D, F, M 2,700.43

2 Au.1.2 Tropaquepts, Dystropepts, Tropofluvents, Eutropepts D, F, M, T 1,885.50

3 Au.1.4.1 Eutropepts, Tropofluvents, Tropaquepts D, F, M 3,650.82

4 Au.1.4.2 Tropaquepts, Tropaquents, Fluvaquents D, F, M 9,075.72

5 Au.1.4.3 Tropaquepts, Eutropepts D, F 1,850.75

6 Bfq.1.1 Tropopsamments, Tropaquents D, F 900.60

7 D.2.1.3 Tropohemists, Troposaprists, Tropofibrists D, F, M 436.62

8 Ha.1.8.2 Humitropepts, Dystropepts P, M 81.80

9 Hfq.1.2.3 Dystropepts, Hapludults D, F 1,145.95

10 Hq.1.2.3 Tropopsamments, Dystropepts P, M 407.58

11 Hq.3.2.2 Tropopsamments, Dystropepts P, M 3,650.30

12 Hq.3.3.3 Tropopsamments, Dystropepts P, M 5,565.30

13 Hy.1.2.3 Dystropepts, Humitropepts D, F 1,130.12

14 Kc.5.3 Eutropepts, Troporthents, Kandiudalfs D, F, M 2,235.10

15 Ma.2.2.4 Humitropepts, Dystropepts D, F 9,750.52

16 Ma.2.3.4 Dystropepts, Humitropepts, Troporthents D, F, M 3,312.14

17 Mfq.2.2.3 Humitropepts, Hapludults, Dystropepts D, F, M 3,704.30

18 Mfq.2.2.4 Dystropepts, Humitropepts, Hapludults D, F, M 2,500.00

(50)

50

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Hektar

20 Mq.2.2.3 Troporthents, Hapludults, Dystropepts D, F, M 6,792.95

21 Mq.2.3.4 Troporthents, Dystropepts D, F 12,643.88

22 Mu.2.3.4 Dystropepts, Troporthents D, F 15,575.00

23 My.2.3.4 Dystropepts, Hapludults P, M 107.10

24 X.1 Tidak teridentifikasi - 778.26

Jumlah 94,080.76

Tabel 17. Jenis- Jenis Tanah berdasarkan Klasifikasi USDA di Sub DAS Batang Gadis Hulu Wilayah DAS Batang Gadis

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Hektar

1 Au.1.2 Tropaquepts, Dystropepts, Tropofluvents, Eutropepts D, F, M, T 2,300.03

2 Au.1.3 Tropaquepts, Eutropepts, Tropofluvents P, M, T 1,500.75

3 Au.1.4.1 Eutropepts, Tropofluvents, Tropaquepts D, F, M 2,700.94

4 Au.1.4.2 Tropaquepts, Tropaquents, Fluvaquents D, F, M 10,350.60

5 Au.1.4.3 Tropaquepts, Eutropepts D, F 3,860.26

6 Au.2.2.1 Dystropepts, Tropaquepts P, M 822.20

7 Ha.3.2.3 Dystropepts, Hapludox D, F 1,225.76

8 Hg.1.3.3 Dystropepts, Hapluduts D, F 301.08

9 Hg.1.3.4 Dystropepts, Hapludults D, P 3,150.67

10 Hg.1.8.2 Dystropepts, Hapludox P, M 56.97

11 Hg.3.3.3 Dystropepts, Hapludults, Troporthents D, F, M 3,945.47

12 Hg.3.3.4 Dystropepts, Hapludults, Troporthents D, F, M 1,930.21

13 Hu.1.2.2 Dystropepts P 334.06

14 Hu.1.3.3 Dystropepts, Troporthents P, M 440.80

15 Hu.1.8.2 Dystropepts P 94.97

16 Hu.3.2.2 Dystropepts, Kandiudalfs P, M 4,685.02

17 Hu.3.3.4 Dystropepts, Troporthents P, M 2,030.05

18 Kc.5.4 Eutropepts, Troporthents, Kandiudalfs D, F, M 10,243.10

19 Ma.2.2.3 Humitropepts, Dystropepts D, F 1,205.14

20 Ma.2.2.4 Humitropepts, Dystropepts D, F 4,600.72

21 Ma.2.3.4 Dystropepts, Humitropepts, Troporthents D, F, M 37,250.46

22 Mfq.2.2.4 Dystropepts, Humitropepts, Hapludults D, F, M 2,008.50

23 Mg.2.2.3 Hapludults, Dystropepts D, F 5,700.00

24 Mg.2.2.4 Dystropepts, Hapludults D, F 5,920.90

25 Mg.2.3.4 Dystropepts, Hpludults P, M 11,520.23

26 Mu.2.2.3 Hapludults, Dystropepts D, F 1,445.35

27 Mu.2.2.4 Dystropepts, Hapludults, Paleudults D, F, M 159.55

(51)

51

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Hektar

29 My.2.2.3 Dystropepts, Hapludults D, F 700.98

30 My.2.2.4 Dystropepts, Hapludults D, F 790.45

31 My.2.3.4 Dystropepts, Hapludults P, M 11,700.98

32 Va.1.2.3 Dystrandepts P 495.11

33 Va.1.3.3 Dystrandepts P 2,970.40

34 Va.1.4.1 Humitropepts, Haplohumults, Tropaquepts D, F, M 430.18

35 Va.1.5.2 Dystropepts D, F 151.40

36 Va.2.9.2 Hapludults, Dystropepts D, F 3,175.09

37 Va.2.9.3 Hapludults, Dystropepts, Troporthents D, F, T 6,480.98

38 X.1 Tidak teridentifikasi - 572.57

39 X.2 Tidak teridentifikasi - 330.72

Jumlah 165,724.45

Tabel 18. Jenis- Jenis Tanah berdasarkan Klasifikasi USDA di Sub DAS Sikorsik Wilayah DAS Batang Gadis

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Luas

(hektar)

1. Au.1.2 Tropaquepts, Dystropepts, Tropofluvents,

(52)

52

No. Kode Jenis Tanah Proporsi Luas

(hektar)

19. My.2.2.4 Dystropepts, Hapludults D, F 1,700.54 20. My.2.3.4 Dystropepts, Hapludults P, M 14,645.72 21. X.1 Tidak teridentifikasi - 3,610.95 22. X.3 Tidak teridentifikasi - 58.71

Jumlah 80,500.36

Tabel 19. Jenis- Jenis Tanah berdasarkan Klasifikasi USDA di Sub DAS Batang Salai Wilayah DAS Batang Gadis

No Kode Jenis Tanah Proporsi Hektar

1. Au.1.3 Tropaquepts, Eutropepts, Tropofluvents P, M, T 1,700.20 2. Au.1.4.1 Eutropepts, Tropofluvents, Tropaquepts D, F, M 915.22 3. Au.1.4.2 Tropaquepts, Tropaquents, Fluvaquents D, F, M 1,600.20 4. Au.2.2.1 Dystropepts, Tropaquepts P, M 1,125.30 5. Ha.1.3.3 Dystropepts, Hapluduts D, F 1,580.74 6. Ha.1.8.2 Humitropepts, Dystropepts P, M 155.75 7. Hq.3.2.2 Tropopsamments, Dystropepts P, M 3,500.50 8. Hq.3.3.3 Tropopsamments, Dystropepts P, M 5,350.07 9. Ma.2.2.3 Humitropepts, Dystropepts D, F 840.09 10. Ma.2.3.4 Dystropepts, Humitropepts, Troporthents D, F, M 20,650.01 11. Mfq.2.2.3 Humitropepts, Hapludults, Dystropepts D, F, M 1,350.58 12. Mfq.2.2.4 Dystropepts, Humitropepts, Hapludults D, F, M 6,165.01 13. Mg.2.2.3 Hapludults, Dystropepts D, F 9.23 14. Mg.2.3.4 Dystropepts, Hapludults P, M 1,164.81 15. Mq.2.3.4 Troporthents, Dystropepts D, F 3,285.00 16. X.1 Tidak teridentifikasi - 720.41

(53)
(54)

54

Penutupan Lahan

Penutupan Lahan DAS Batang Gadis diperoleh melalui interpretasi Citra Landsat ETM hasil liputan tahun 2008 yang dikompilasi dengan hasil pengamatan lapang pada beberapa titik terpilih (groundcheck). Hasil interpretasi menunjukkan bahwa hutan masih merupakan penutupan lahan dominan yang terdiri dari hutan lahan kering primer seluas 46,562.34 Ha, hutan lahan kering sekunder (191,183.42 Ha), dan hutan tanaman industri seluas 1,175.31 Ha (Tabel 3.18). Namun demikian meningkat luasnya tutupan lahan semak belukar, pertanian lahan kering dan tegalan mengindikasikan bahwa tutupan hutan saat ini dapat berubah (terkonversi) ke penggunaan lain, khususnya perkebunan. Perkebunan salak milik rakyat sudah mulai merambah ke lahan dengan kemiringan terjal pada kawasan lindung di perbukitan.

(55)
(56)

56 Tabel 20. Keadaan Penggunaan Lahan Menurut Wilayah Administrasi

No. Sub DAS Kabupaten/

Kecamatan

LUAS PENGGUNAAN LAHAN (hektar)

Sawah

Pertanian Lahan Kering Semak

Perke-bunan

BATANG ANGKOLA KAB. TAPANULI SELATAN 90,823.63

1. Kec. Batang Angkola 2,772.96 553.27 - 8,678.97 271.14 - - 3,418.17 - - 160.24 105.00 15,959.75

BATANG GADIS HILIR KAB. TAPANULI SELATAN 94,080.76

(57)

57

No. Sub DAS Kabupaten/

Kecamatan

LUAS PENGGUNAAN LAHAN (hektar)

Sawah

Pertanian Lahan Kering Semak

Perke-bunan

BATANG SALAI KAB. TAPANULI SELATAN 50,113.12

1. Kec. Batang Angkola - - - 5,392.43 483.52 793.19 279.84 9,634.23 43.46 - 22.24 129.96 16,778.86

2. Kec. PSP. Barat - - - 1391.45 - - - 33.02 - - - - 1,424.47

3. Kec. Siais - - - 22,447.61 - - 6.30 4,671.06 - - 14.31 95.69 27,234.97

KAB. MANDAILING NATAL

(58)

58

No. Sub DAS Kabupaten/

Kecamatan

LUAS PENGGUNAAN LAHAN (hektar)

Sawah

Pertanian Lahan Kering Semak

Perke-bunan

Hutan

Permukiman

Lain-lain Jumlah Tega-lan/La-

dang

Ber- cam-pur Semak

Semak Belukar

Semak Belukar/

Rawa

Hutan Lahan Kering Primer

Hutan Lahan Kering Sekunder

Hutan Rawa Sekun-der

HTI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

E. SUB DAS

SIKORSIK KAB. MANDAILING NATAL 80,500.36

1. Kec. Batang Natal - - - 4,414.37 - - - 4,414.37

2. Kec. Muara Batang Gadis - 550.91 - 15,187.13 1,117.29 - 9,701.72 29,628.89 1,031.07 - - 604.77 57,821.78

3. Kec. Natal - - - 85.50 - - 12,325.46 5,808.53 - - - 14.19 18,233.67

4. Kec. Panyabungan Utara - - - 29.13 - - - 29.13

(59)

59 Tabel 21. Luas Penutupan Lahan di Wilayah DAS Batang Gadis

No. Penutupan Lahan

Penutupan Lahan (Hektar)

Jumlah (Hektar) B.Angkola B. Gadis Hilir B. Gadis Hulu B.Salai Sikorsik

1 Hutan lahan kering primer 2,320.6 803.6 14,883.0 2,083.1 26,472.1 46,562.4 2 Hutan lahan kering sekunder 15,432.1 66,932.5 56,547.2 16,834.2 35,437.4 191,183.4 3 Hutan Tanaman Industri 626.6 - 548.8 - - 1,175.3 4 Permukiman 2,162.8 34.4 1,066.1 36.5 - 3,299.8 5 Pertanian lahan kering 12,356.5 - 3,197.6 - 550.9 16,105.0

6

Pertanian lahan kering bercampur

semak 1,313.8 - 51,720.2 - - 53,034.0

7 Rawa 374.8 - 33.9 - - 408.8

8 Sawah 10,997.7 - 9,404.8 - - 20,402.5

9 Semak belukar 43,814.6 4,918.7 26,066.2 29,231.5 15,272.6 119,303.6 10 Semak belukar/rawa 850.3 7,719.6 840.7 759.6 1,117.3 11,287.5 11 Tubuh air 573.9 1,118.3 1,203.4 207.9 604.9 3,708.3 12 Hutan rawa sekunder - 4,861.4 - 113.0 1,031.1 6,005.5

13 Perkebunan - 7,484.3 - 795.4 - 8,279.7

(60)

60

3.6. Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi merupakan tingkat ancaman erosi tanah dalam menyebabkan penurunan kualitas tanah (fisika, kimia biologi) dan mengancam kelestarian penggunaannya. Tingkat bahaya erosi diidentifikasi berdasarkan

jumlah/laju erosi yang diprediksi dengan model USLE (Wischmeier dan Smith, 1965) yang dikompilasikan dengan kedalaman solum

tanah (kedalaman efektif).

Tingkat bahaya erosi dikelompokan kedalam : Kelas O - Sangat Ringan (SR)

Kelas I - Ringan (R) Kelas II - Sedang (S) Kelas III - Berat (B)

Kelas IV - Sangat Berat (SB)

Berdasarkan model USLE, jumlah erosi tanah diprediksi dengan mempertimbangkan erosifitas hujan (kekuatan hujan untuk menyebabkan erosi tanah), erodibiltas tanah (kepekaan tanah untuk dierosikan), faktor panjang dan kemiringan lereng, faktor pengelolaan tanaman dan faktor tindakan konservasi yang diterapkan pada suatu lahan. Jumlah erosi tanah pada tingkat Sub DAS dan DAS di DAS Batang Gadis dihitung pada setiap land unit yang kemudian dibuat nilai rataannya dengan menggunakan pendekatan rata-rata bobot tertimbang seperti disajikan pada Tabel 22 dan dapat dilihat pada Gambar 17.

Tabel 22. Jumlah erosi hasil prediksi model USLE di DAS Batang Gadis

Jumlah Erosi (ton/ha/th)

Areal pada Sub DAS (hektar) Luas

B. Angkola

B.Gadis Hilir

B. Gadis

Hulu B.Salai Sikorsik Hektar %

< 15 66,171.0 72,439.8 109,340.7 42,372.5 66,919.6 284,803.8 59.2

15 – 60 20,090.2 18,408.4 47,172.3 5,483.6 10,365.2 72,439.8 15.0

60 – 180 3,722.3 3,231.5 9,093.9 2,252.7 3,215.6 83,111.2 17.3

180 – 480 829.0 1.0 71.8 4.4 0.0 18,408.4 3.8

> 480 11.2 0.0 45.7 0.0 0.0 18,284.5 3.8

(61)

61 Tabel 22 menunjukkan bahwa sebagian besar erosi tanah (59.2%) yang terjadi di DAS Batang Gadis lebih rendah dari 15 ton/ha/tahun. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar DAS Batang Gadis (terutama di wilayah tengah dan hilir) bertopografi datar - bergelombang. Erosi tanah yang lainnya yang cukup dominan berada pada kelas 15 – 60 dan 60 – 180 ton/ha/tahun. Walaupun demikian erosi tanah tersebut merupakan faktor signifikan yang mengancam kelestarian penggunaannya di masa mendatang. Erosi pada lereng-lereng terjal adalah sangat tinggi yaitu antara 180-480 dan > 480 ton/ha/tahun. Oleh karena itu lereng-lereng terjal tersebut harus dijadikan sebagai hutan lindung dan tidak digunakan untuk aktivitas pertanian maupun aktivitas lain yang bertujuan ekonomis.

Sejalan dengan jumlah erosi yang dihasilkan, maka tingkat bahaya erosi di DAS Batang Gadis didominasi oleh Kelas Erosi Ringan, yang meliputi wilayah yang terluas, yaitu 245,397.70 Ha atau 50.99 % dari keseluruhan wilayah DAS Batang Gadis. Tingkat bahaya erosi yang tergolong Sedang, Berat dan Sangat Berat berturut-turut meliputi 24.65 %, 7.79 % dan 1.22 % wilayah DAS Batang Gadis (Tabel 23). Walaupun demikian tingkat bahaya erosi tersebut merupakan ancaman yang harus segera ditangani agar kerusakan sumberdaya lahan dan lingkungan dapat dihindarkan dan kelestarian fungsi-fungsi DAS dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Tingkat bahaya erosi di DAS Batang Gadis dapat dilihat pada Gambar 18.

Tabel 23. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS Batang Gadis

TBE

Areal Sub DAS (hektar) Luas

B. Angkola B.Gadis

Hilir

B.Gadis

Hulu B.Salai Sikorsik Hektar %

Kelas O

Sangat Ringan (SR ) 19,371.2 19,936.5 23,176.5 4,374.7 7,011.2 73,870.0 15.4 Kelas I

Ringan (R) 41,809.1 40,728.5 76,221.5 35,835.0 50,803.6 245,397.7 51.0 Kelas II

Sedang (S ) 23,673.7 22,822.5 49,750.8 6,420.5 15,935.1 118,602.6 24.7 Kelas III

Berat (B) 5,969.7 8,972.8 14,836.5 2,533.6 5,187.3 37,499.8 7.8 Kelas IV

(62)
(63)
(64)

64

3.7. Sosial Ekonomi

Seperti sudah dijelaskan dalam Bab II, terdapat kelemahan dalam pengumpulan data sosial ekonomi dalam konteks DAS. Hal ini dikarenakan tidak sesuainya antara batas DAS dengan batas administrasi. Dalam kajian identifikasi karakteristik data sosial ekonomi di DAS Batang Gadis, hal itu juga terjadi. Satuan yang digunakan dalam pengumpulan data sosial ekonomi ini adalah wilayah desa, apabila data desa tidak mencukupi, dilihat pada tingkat kecamatan dan kabupaten. Yang pertama kali dilakukan dalam proses pengumpulan data sosial ekonomi ini adalah mengumpulkan informasi dari informasi peta yang masuk dalam wilayah DAS Batang Gadis yaitu wilayah kecamatan, kemudian dilakukan pengumpulan data di Biro Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara/Kabupaten yang masuk ke dalam wilayah DAS Batang Gadis. Berdasarkan hal tersebut kemudian dilakukan pengumpulan data sekunder. Namun demikian data yang didapatkan banyak yang tidak sesuai karena data dari BPS Sumatera Utara/Kabupaten/Kota tidak baku antara satu variabel dengan varibel lainnya di setiap kecamatan ataupun desa, sehingga variabel Karakteristik DAS yang telah dibuat sebelumnya banyak yang tidak bisa terisi.

Dikarenakan keterbatasan tersebut, maka dalam kajian kondisi sosek ini analisis data yang disajikan adalah secara umum yaitu data keseluruhan desa yang ada di wilayah DAS Batang Gadis, namun apabila data desa tidak memadai kajian ditingkatkan pada wilayah kecamatan dan kabupaten. Mengingat jumlah desa dan kecamatan yang sangat banyak dalam lingkup wilayah DAS Batang Gadis maka yang ditampilkan adalah wilayah kabupaten/Kota. Adapun data-data yang diuraikan adalah sebagai berikut:

3.7.1. Kependudukan

(65)

65 Kecamatan). Secara rinci jumlah dan penyebaran penduduk di wilayah DAS Batang Gadis dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Jumlah, Penyebaran dan Seks Ratio penduduk di Wilayah DAS Batang Gadis

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Seks Ratio

Laki-Laki Perempuan

1. Mandailing Natal 145,749 154,883 300,632 0.94 2. Tapanuli Selatan 48,121 51,738 99,859 0.93 3. Padang Sidempuan 90,584 91,284 181,868 0.99 Total Jumlah 284,454 297,905 582,359 0.95

3.2.1. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk adalah pekerjaan pokok yang merupakan sumber penghasilan untuk keperluan hidup sehari-hari. Untuk mengetahui keadaan mata pencaharian penduduk pada daerah sekitar wilayah DAS Batang Gadis dilakukan kajian melalui data statistik dari BPS Sumatera Utara/Kabupaten/Kota di wilayah DAS Batang Gadis. Namun, sehubungan dengan keterbatasan data dan ketidaksamaan variabel yang diinput dari data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara/ Kabupaten/Kota dengan variabel yang diinginkan maka untuk data mata pencaharian belum didapatkan data sebagaimana yang diinginkan.

3.2.2. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana di sekitar wilayah DAS Batang Gadis yang dapat disajikan sebagai berikut :

Sarana Pendidikan sebanyak 630 Unit Sekolah yang terdiri dari :  SD/Sederajat sebanyak 471 Unit

 SLTP/Sederajat sebanyak 89 Unit  SLTA/Sederajat sebanyak 70 Unit

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pengelolaan DAS Terpadu
Gambar 2.  Peta DAS Batang Gadis
Gambar 3. Peta Administrasi DAS Batang Gadis
Gambar 4.Sub DAS Batang Gadis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataannya dalam pembelajarn ekonomi Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah (SMA/MA) belum memasukkan nilai-nilai ekonomi kreatif dalam pembelajaran

dari himpunan indeks P dari Persamaan (3.1) adalah korespondensi satu-satu dengan daerah operasi yang didiskusikan pada bagian sebelumnya, dan jika sistem pada daerah tersebut

Jadi, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penelitian tentang penggunaan pendekatan pembelajaran Problem Posing dan Open Ended dengan menggunakan media

(2) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPD berdasarkan laporan Berita Acara Pemilihan dari Panitia Pemilihan dan

How family history and risk factors for hypertension relate to ambulatory blood pressure in healthy adults: Journal of Hypertension, 26: 276–283.. Hipertensi, Penyakit

kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan (Pasal 54 ayat 1). d) Pelaksana penempatan TKI swasta wajib memberangkatkan TKI ke luar negeri yang telah

Dengan segala keterbatasan dalam pembelajaran sastra seperti dikemukakan di atas, tujuan pembelajaran sastra yang berorientasi keterampilan berbahasa pada kurikulum yang

[r]