BAB VI
PENILAIAN KAPASITAS KEUANGAN
& RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN
6.1. Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo
6.1.1. Komponen Penerimaan Pendapatan
Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah
Kabupaten Wonosobo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan
lain-lain PAD. Kondisi umum masing-masing sumber pendapatan daerah Kabupaten
Wonosobo adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan PAD
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Wonosobo selama 5
tahun terakhir yang disajikan pada table berikut:
Tabel VI-1
Perkembangan PAD Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 17.791.111.000,00 26.380.312.391,00 148,28
2003 21.549.275.000,00 24.385.835.671,00 113,16 (7,56)
2004 24.047.915.000,00 23.869.512.834,00 99,26 (2,12) 2005 22.558.930.000,00 23.335.685.651,00 103,44 (2,24) 2006 25.533.351.000,00 30.618.484.033,00 119,92 31,21 2007 31.976.440.000,00 36.582.606.528,00 114,40 19,48
Sumber: Nota Perhitungan APBD TA 2002-2007, Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan tabel di atas PAD kabupaten Wonosobo dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2007 mengalami peningkatan yang diterima berfluktuasi dan menunjukkan
adanya kinerja SKPD yang menangani hal ini dalam kinerja yang baik, karena selama 5
tahun terakhir kolektivitas pengumpulan PAD di atas100%, hanya kinerja yang kurang
Kinerja SKPD yang menangani hal ini terbaik terjadi pada tahun 2002. Dimana pada tahun
tersebut kolektivitas mencapai mencapai angka 148,28%%. Dengan demikian apa yang
ditargetkan dalam PAD pada tahun 2002-2007 rata-rata dapat tercapai/terpenuhi
Gambar 6.1
Grafik Perkembangan PAD Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
b. Perkembangan Pajak Daerah
Perkembangan Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun
terakhir yang disajikan pada table berikut:
Tabel VI-2
Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 2.228.000.000,00 2.903.331.015,00 130,31
2003 2.750.000.000,00 3.560.397.992,00 129,47 22,63 2004 3.729.900.000,00 3.703.406.306,00 99,29 4,02
2005 4.001.000.000,00 4.241.055.559,00 106,00 14,52 2006 4.052.950.000,00 4.728.121.624,00 116,66 11,48 2007 4.683.650.000,00 5.192.090.127,00 110,86 9,81
Sumber: Nota Perhitungan APBD TA 2002-2007, Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan tabel di atas pajak daerah kabupaten Wonosobo dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan yang diterima berfluktuasi dan
menunjukkan adanya kinerja SKPD yang menangani hal ini dalam kinerja yang baik,
kinerja yang kurang baik terjadi pada tahun 2004 dimana kolektivitas pada tahun tersebut
sebesar 99,29 Kinerja SKPD yang menangani hal ini terbaik terjadi pada tahun 2002.
Dimana pada tahun tersebut kolektivitas mencapai angka 130,31%. Dengan demikian apa
yang ditargetkan dalam pajak daerah pada tahun 2002-2007 rata-rata dapat dicapai/
terpenuhi.
Gambar 6.2.
Grafik Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
c. Perkembangan Retribusi Daerah
Perkembangan Pendapatan retribusi Daerah Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun
terakhir yang disajikan pada table berikut:
Tabel VI-3
Perkembangan Retribusi Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 10.023.981.000,00 10.248.609.482,00 102,24
2003 2.750.000.000,00 3.560.397.992,00 129,47 (65,26) 2004 11.410.607.000,00 10.845.961.327,00 95,05 204,63
2005 13.100.304.000,00 13.608.263.860,00 103,88 25,47 2006 16.730.509.000,00 16.840.551.987,00 100,66 23,75 2007 14.025.229.900,00 13.472.890.723,00 96,06 (20,00)
Sumber: Nota Perhitungan APBD TA 2002-2007, Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan tabel di atas retribusi daerah Kabupaten Wonosobo dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan yang diterima berfluktuasi dan
berfluaktuasi pula, karena selama 5 tahun terakhir kolektivitas pengumpulan pajak daerah
di ada yang atas 100% dan ada yang dibawah 100%, hanya kinerja yang kurang baik
terjadi pada tahun 2004 dan 2007 dimana kolektivitas pada tahun tersebut sebesar kurang
dari 100% Kinerja SKPD yang menangani hal ini terbaik terjadi pada tahun 2003. Dimana
pada tahun tersebut kolektivitas mencapai angka 129,47 %. Dengan demikian apa yang
ditargetkan dalam retribusi daerah pada tahun 2002-2007 rata-rata dapat dicapai/
terpenuhi.
Gambar 6.3
Grafik Perkembangan Retribusi Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
d. Perkembangan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Perkembangan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Kabupaten
Wonosobo selama 5 tahun terakhir yang disajikan pada table berikut:
Tabel VI-4
Perkembangan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 517.130.000,00 505.116.371,00 97,68
2003 344.289.000,00 347.095.774,00 100,82 (31,28)
2004 320.800.000,00 282.259.915,00 87,99 (18,68)
2005 1.842.747.000,00 1.866.230.387,00 101,27 561,17
2006 1.211.070.900,00 1.129.718.778,00 93,28 (39,47)
2007 1.125.752.000,00 1.014.561.406,00 90,12 (10,19)
Berdasarkan tabel di atas hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Kabupaten Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan
yang diterima berfluktuasi dan menunjukkan adanya kinerja SKPD yang menangani hal ini
dalam kinerja yang berfluaktuasi pula, karena selama 5 tahun terakhir kolektivitas
pengumpulan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ada yang Datas 100%
dan ada yang dibawah 100%, kinerja yang kurang baik terjadi pada tahun 2002 dan 2004,
2006 dan 2007 dimana kolektivitas pada tahun tersebut sebesar kurang dari 100% Kinerja
SKPD yang menangani hal ini terbaik terjadi pada tahun 2005. Dimana pada tahun tersebut
kolektivitas mencapai angka 101,27%. Dengan demikian apa yang ditargetkan dalam
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan pada tahun 2002-2007 apa yang ditargetkan
rata-rata kurang dapat dicapai/ terpenuhi.
Gambar 6.4.
Grafik Perkembangan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
e. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Perkembangan Lain–lain PAD yang sah, yang diterima Kabupaten Wonosobo
selama 5 tahun terakhir yang disajikan pada table berikut:
Tabel VI-5
Perkembangan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 5.022.000.000,00 12.723.255.523,00 253,35
2003 7.461.896.000,00 10.092.454.528,00 135,25 (20,68) 2004 8.586.608.000,00 9.037.885.286,00 105,26 (10,45) 2005 3.614.879.000,00 3.620.135.845,00 100,15 (59,94)
2006 3.538.821.100,00 7.920.091.644,00 223,81 118,78 2007 12.141.808.100,00 16.903.064.272,00 139,21 113,42
Berdasarkan tabel di atas lain-lain PAD yang sah Kabupaten Wonosobo dari tahun
2002 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan yang diterima berfluktuasi dan
menunjukkan adanya kinerja SKPD yang menangani hal ini dalam kinerja yang
berfluaktuasi pula, karena selama 5 tahun terakhir kolektivitas pengumpulan lain-lain PAD
yang sah seluruhnya di atas 100% , kinerja yang sangat baik terjadi pada tahun 2002
dimana kolektivitas pada tahun tersebut sebesar 253,35% kemudian tahun 2003 sampai
2005 menurun dan naik kembali pada tahun 2006 dan dan 2007. Dengan demikian apa
yang ditargetkan dalam lain-lain PAD yang pada tahun 2002-2007 apa yang ditargetkan
seluruhnya pada tahun 2002 -2007 dapat dicapai/ terpenuhi.
Gambar ………
Grafik Perkembangan Lain-Lain PAD Yang Saha Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Gambar 6.5
Grafik Penerimaaan Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Gambar 6.6.
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa perkembangan pendapatan Asli
daerah dapat dilihat perkembangan yang relative stabil dan meningkat adalah penerimaan
dari pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sedangkan
retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah mengalami fluktuasi yang sangat tajam.
1. Komponen Dana Perimbangan
Komponen dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak dan bukan pajak,
dana alokasi Umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Perkembangan dana
perimbangan baik yang ditargetkan dan realiasi yang diterima kabupaten Wonosobo
disajikan pada tabel berikut:
a. Pendapatan bagian daerah dari pajak /Bukan pajak
Perkembangan pendapatan bagian daerah dari pajak dan bukan pajak, yang
diterima Kabupaten Wonosobo selama 5 tahun terakhir yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel VI-6
Perkembangan Pendapatan Bagian Daerah Dari Pajak/Bukan Pajak Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002
Berdasarkan tabel di atas pendapatan dari bagian pajak/bukan pajak yang diterima
Kabupaten Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 apa yang ditargetkan
sesuai dengan realisasinya. Pekembangan yang signifikan meningkat terjadi pada tahun
2003yaitu sebesar 38,66%, dan pada tahun 2004 mengalami penurunan tetapi apa yang
ditarget dan realisasi melebihi dengan yang ditargetkan (mengalami peningkatan sebesar
Gambar 6.7.
Grafik Penerimaaan bagian Pajak/Bukan Pajak Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
b.Dana Alokasi Khusus
Perkembangan Dana Alokasi Khusus, yang diterima Kabupaten Wonosobo selama
5 tahun terakhir yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel VI-7.
Perkembangan Dana Alokasi Khusus Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 - - -
Berdasarkan tabel di atas Dana Alokasi Khusus yang diterima Kabupaten
Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 apa yang ditargetkan sesuai dengan
sebesar 283,05% kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan dan terjadi apa yang
ditarget dan realisasi tidak sesuai dengan yang ditargetkan (mengalami penurunan sebesar
99,83%) serta perkembangan DAK juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
yaitu 0,91%.
Gambar 6.8
Grafik Penerimaaan DAK
Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
c. Dana Alokasi Umum
Perkembangan Dana Alokasi Umum, yang diterima Kabupaten Wonosobo selama
5 tahun terakhir yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel VI-8
Perkembangan Dana Alokasi Umum Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi
Berdasarkan tabel di atas Dana Alokasi Umum yang diterima Kabupaten
Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 apa yang ditargetkan sesuai dengan
realisasinya. Pekembangan yang signifikan meningkat terjadi pada tahun 2006 yaitu
sebesar 41,14% kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan dan terjadi apa yang
ditarget dan realisasi melebihi dengan yang ditargetkan (mengalami peningkatan sebesar
0,04%) serta perkembangan DAU juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
yaitu 8,33%.
Gambar 6.9
Grafik Penerimaaan DAU
Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Kemudian secara keseluruhan perkembangan dana perimbangan yang diterima
Kabupaten Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan 2007 disajikan pada table berikut:
Tabel VI-9
Perkembangan Dana Perimbangan Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 225.752.578.000,00 230.327.781.314,00 102,03
2003 256.825.414.000,00 263.093.228.991,00 102,44 14,23
2004 268.429.519.000,00 274.029.034.472,00 102,09 4,16 2005 281.976.306.000,00 287.580.487.666,00 101,99 4,95 2006 422.548.987.500,00 430.488.712.395,00 101,88 49,69
2007 452.042.543.000,00 466.009.740.151,00 103,09 8,25
Berdasarkan tabel di atas pendapatan dana perimbangan yang diterima Kabupaten
Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 apa yang ditargetkan sesuai dengan
realisasinya. Pekembangan yang signifikan meningkat terjadi pada tahun 2006 yaitu
sebesar 49,69%, kemudian pada tahun 2007 mengalami penimgkatan sebesar 8,25% tetapi
apa yang ditarget dan realisasi melebihi dengan yang ditargetkan.
Gambar 6.10
Grafik Penerimaaan Dana Perimbangan Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
2. Pendapatan Lainnya Yang Sah
Pendapatan lainya yang sah terdiri dari pendapatan dari provinsi berupa bagi hasil
pajak dan bukan pajak, Bantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dari Pemerintah, hibah
dan darurat. Perkembangan pendaptan lainnya yang sah yang ditargetkan dan realiasi
yang diterima kabupaten Wonosobo disajikan pada tabel berikut:
Tabel VI-10
Perkembangan Pendapatan Lainnya Yang Sah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2002 6.685.704.000,00 7.712.795.500,00 115,36
2003 - - - -
2004 - - - -
2005 10.505.903.000,00 13.640.719.935,00 129,84 -
2006 21.309.834.000,00 23.094.107.876,00 108,37 69,30
Berdasarkan tabel di atas pendapatan lainnya yang sah yang diterima Kabupaten
Wonosobo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 apa yang ditargetkan sesuai dengan
realisasinya. Pekembangan yang signifikan meningkat terjadi pada tahun 2006 yaitu
sebesar 68,30%, kemudian pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 36,22%. Pada
tahun 2007 apa yang ditarget dan realisasi kurang dari yang ditargetkan yaitu kurang
2,7%. Pada tahun 2003 dan 2004 pendapatan lainnya yang sah tidak diterima oleh
Kabupaten Wonosobo.
Gambar 6.11
Grafik Pendapatan Lainnya Yang Sah Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
6.1.2. Pembelanjaan
Pembelanjaan terdiri dari belanja operasi, belanja modal, transper ke
desa/kelurahan dan berlanja tak terduga. Perkembangan pembelanjaan yang ditargetkan
dan realiasi oleh Kabupaten Wonosobo disajikan pada tabel berikut:
Tabel VI-11
Perkembangan Pembelanjaan Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Target Realiasi Kolektivitas (%) Perkembangan
2004 341.422.524.500,00 323.573.068.865,00
2005 353.715.829.000,00 334.135.734.522,00 94,46 3,26
Berdasarkan tabel di atas pembelanjaan Kabupaten Wonosobo dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2007 apa yang ditargetkan kurang sesuai dengan realisasinya.
Pekembangan yang signifikan meningkat terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 29,87%,
kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 18,09%. Pada tahun 2007 apa
yang ditarget dan realisasi kurang dari yang ditargetkan yaitu kurang 9,54%.
Gambar 6.12 Grafik Pembelanjaan
Kabupaten Wonosobo Tahun 2004-2007
6.1.3. Pembiayaan
Pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Pengeluaran pembiayaan yang ditargetkan dan realiasi oleh Kabupaten Wonosobo
disajikan pada tabel berikut:
Tabel VI-12
Perkembangan Pembiayaan Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2007
Tahun Penerimaan Pengeluaran surplus/defisit Perkembangan
Berdasarkan tabel di atas pembiayaan di Kabupaten Wonosobo dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2007 apa yang diterima dengan pengeluarannya brefluktuasi tahun
2004 mengalami surplus Rp. 72.769.839.564, tahun 2005 tidak ada sisa, tahun 2006
mengalami difisit sebesar Rp. 3.308.644.990 kemudian tahun 2007 mengalami surplus
sebesar 34.934.916.716.
Gambar 6.13 Grafik Pembiayaan
Kabupaten Wonosobo Tahun 2004-2007
6.1.4. Tabungan Masyarakat (Public Saving)
Tabungan masyrakat/public saving merupakan pendapatan yang terdiri dari (PAD,
dari hasil pembagian pajak/bukan pajak, Dana alokasi khusus dan dana alokasi umum)
dikurangi dengan pembelanjaan (yang terdari penerimaan pemebelanjaan dan pengeluaran
pembelanjaan). Tabungan masyarakat Kabupaten Wonosobo tahun 2004 samapai dengan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tabungan masyarakat dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2007, hanya tahun 2006 dan 2007 memiliki tabungan
masyarakaa tahun 2007 mengalami penurunan yaitu dari sejumlah Rp. 26.519.736.271
menjadi Rp. 4.383.896.640. Sedangkan pada tahun 2004 sampai dengn 2005, tidak ada
kelebihan dari penerimaan setelah diselisihkan dengan pembelanjaan, bahkan terjadi
kekurangan dana.
Rata-rata pertumbuhan penerimaan selama tahun 2004 sampai dengan 2007
berkisar diantara 6,92% sampai dengan 33,09%. Kemudian rata-rata pertumbuhan
penerimaan yang terbesar ada pada penerimaan dana alokasi khusus dengan kontribusi
sebesar 8,50% dan yang pertumbuhan terkecil ada pada pendapatan lain yang sah dengan
kontribusi sebesar 3,16%. Sedangan kontribusi terhadap penerimaan pada tahun 2007 yang
paling kecil ada pada dari pengelolaan kekayaan yang dipisahkan yaitu sebesar 0,19% dan
yang terbesar ada pada DAU yaitu sebesar 72,80%.
Kemudian DSCR kabupaten Wonosobo untuk tahun 2006 sebesar 0,88 dan
TAHUN 2007 Sebesar 0,44. Kondisi ini jauh dari batas minimal yaitu 1,5. Ini
menunjukkan kemampuan Kabupaten Wonosobo dalam mendanai pembangunan dengan
hutang tidak diizinkan.
Gambar 6.14
6.2. Keuangan Perusahaan Daerah Kabupaten Wonosobo (PDAM)
a. Harga Jual Air Rata-rata
Selama 3 tahun yaitu tahun 2004 s/d 2006 PDAM Wonosobo mengalami
peningkatan dalam penjualan air baik. Peningkatan ini karena ada peningkatan dalam
volume maupun harga air per m3. Volume penjualan meningkat 4,75% pada tahun 2005
dan 3,26% pada tahun 2006. Sementara harga jual air per m3 selama 3 tahun meningkat
terua menerus, pada tahun 2005 meningkat 1,11% dari tahun 2004, dan pada tahun 2006
meningkat 1,08% dari tahun 2005. Data tentang harga air per m3, volume penjualan apat
dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel VI-14
Harga dan Penjualan Air PDAM Wonosobo Tahun 2004 S/D 2006
Harga
Per M3 Pereb Volume
(Rp) % M3 % Rp %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2004 607.78 11,204 6,809,538
2005 614.52 1.11% 11,736 4.75% 7,212,138 5.91%
2006 621.16 1.08% 12,119 3.26% 7,527,475 4.37%
Tahun
Nilai Penjualan Air
Sumber : Laporan Keuangan PDAM Kabupaten Wonosobo
b. Struktur Tarip
Penentuan tarif langganan air di PDAM Kabupaten Wonosobo memberlakukan
Peraturan tarif berdasarkan Peraturan Bupati Wonosobo nomer 3 tahun 2007. besarnya
tarif PDAM terinci pada tabel 3.29 berikut :
Tabel VI-15
Golongan
Tarif Air Minum PDAM Wonosobo
Wilayah Pelayanan Diluar Kabupaten Wonosobo
Golongan
Neraca komparatif dapat digunakan untuk melihat perkembangan dan
membandingkan posisi keuangan PDAM dari tahun ke tahun. Neraca komparatif PDAM
Tabel VI-17
Laporan Neraca PDAM Kabupaten Wonosobo Tahun 2004 – 2006 (Dalam Rp.000)
AKTIVA 2004 2005 2006 PASIVA 2004 2005 2006
Penyertaan Pem.Pst (termsk yg blm dittpkan status)
371,532 1,012,835 1,012,835
Mdl Hibah & Cad umum 341,133 341,133 341,133 Selisih revaluasi
Berdasarkan Laporan Neraca PDAM Wonosobo diatas, maka dapat dijelaskan
elemen–elemen Neraca sebagai berikut :
a) Aktiva
Berdasarkan pada hasil kompilasi neraca komparatif sesuai laporan auditor
independen atas laporan keuangan PDAM Kabupaten Wonosobo tahun 2004.s/d 2006,
didapat kesimpulan bahwa dari tahun ke tahun total aktiva PDAM Kabupaten Wonosobo
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Range kenaikan total aktiva dari tahun
2004–2006 berkisar antara 15% - 19%. Jumlah aktiva pada tahun 2006 sebesar Rp.
8.428.074.250 dan tahun 2005 sebesar Rp. 7.322.701.500,-. Dimana aktiva lancar yang
dimiliki PDAM Wonosobo dimana sebagian besar tertanam dalam bentuk kas.
Selanjutnya aktiva Tetap yang dimiliki PDAM Wonosobo selama tiga tahun
menunjukan ada kenaikkan meskipun dalam jumlah yang relatif kecil. Pada tahun 2004
aktiva tetap yang dimiliki sebesar Rp. 10,852,694 dan pada tahun 2005 naik 3,66%
menjadi Rp. 11,249,536 dari tahun 2004. Dan tahun 2006 naik 3,41% menjadi Rp.
11,633,651. Kenaikan asset PDAM Wonosobo dikarenakan penambahan assets PDAM
Wonosobo lebih banyak dibandingkan dengan pengurangan assetsnya.
b) Hutang
Berdasarkan informasi pimpinan PDAM Wonosobo dan laporan keuangan dapat
diketahui bahwa PDAM Wonosobo memiliki hutang jangka panjang dari DDI dan ADB
sejak tahun 1992. Jumlah hutang menjadi semakin besar dikarenakan PDAM Wonosobo
tidak tertib dalam membayar cicilan hutang, hal ini berakibat akumulasi biaya bunga,
denda, biaya komitmen, jasa bank dan lain - lain yang harus ditanggung PDAM Wonosobo
menjadi besar.
PDAM Wonosobo tidak bisa membayar hutang karena posisi keuangan PDAM
selalu merugi. Dalam laporan keuangan tampak bahwa saldo hutang jangka panjang pada
tahun 2006 sebesar Rp. 58,2 milyard.
c) Equitas
Sumber modal sendiri atau equitas yang dimiliki PDAM Wonosobo terdiri dari
uang jaminan langganan, cadangan dana meter, kewajiban dana pensiun, cadangan lainnya,
hutang leasing, penyertaan pemerintah daerah, Modal Hibah & Cadangan Umum, serta
Posisi ekuitas PDAM Wonosobo. Pada tahun 2004 jumlah akumulasi kerugian
mencapai Rp. 27,85 milyard, tahun 2004 Rp. 32,41 Milyard, dan tahun 2006 Rp. 38,05
milyard. Kerugian yang diderita ini berakibat posisi ekuitas PDAM menjadi minus Rp.
29,06 pada tahun 2004, minus Rp. 33,31 milyard pada tahun 2005, serta minus Rp. 38,19
milyar pada tahun 2006. Keaadaan ini mencerminkan bahwa aset yang dimiliki perusahaan
tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya.
d. Laporan Laba (Rugi) Komparatif
Laporan laba (rugi) menunjukkan perhitungan hasil usaha secara periodik. Data
Laporan Rugi/Laba PDAM Wonosobo secara lengkap selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
yaitu tahun 2004, 2005 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel VI-18
Laporan Laba Rugi PDAM Kabupaten Wonosobo Tahun 2004–2006 (Dalam Ribuan)
Uraian 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4)
Penjualan Air (Harga Air) 6,809,538 7,212,138 7,527,475
Jasa Adminsistrasi,Jasa Berlangganan Dll 1,961,690 2,166,107 3,229,006
Sambungan Baru 1,380,857 989,273 1,088,419
Lain-2 Pendapatan Operasi & Kolam Renang 327,215 350,897 351,555
Jml Pendapatan Operasional Air Minum 10,479,300 10,718,415 12,196,455
Pendapatan Non Operasional 229,747 335,500 628,004
Jumlah Pendapatan 10,709,047 11,053,915 12,824,459
Biaya Operasional
* Biaya Sumber Air 31,897,394 32,826,245 37,845,374
* Biaya Pengolahan 403,897 431,557 483,648
* Biaya Transmisi & Distribusi 3,002,677 3,022,456 3,446,067
* Biaya Umum & Administrasi 11,119,090 12,420,274 14,096,671
Total Biaya Operasional 15,244,967 16,628,950 18,849,052
Total Biaya Operasional & Penyusutan 9,935,996 10,797,547 12,448,904
Biaya Bunga Pinjaman 5,308,970 5,831,403 6,400,147
Total Biaya Operasional & Bunga 15,244,967 16,628,950 18,849,052
Biaya Non Operasional & Kerugian Luar Biasa 26,490 60,611 87,520
Total Biaya Operasional + Pajak 15,271,457 16,689,561 18,936,572
Berdasarkan laporan keuangan PDAM Wonosobo selama 3 tahun, PDAM
Wonosobo mengalami penurunan dalam total pendapatan (penjualan air dan penjualan non
air). Namun pada 2 tahun terakhir terlihat bahwa Pendapatan yang diperoleh dari penjualan
meningkat sebesar 16,39%. Meskipun pendapatan PDAM Wonosobo meningkat, namun
biaya yang harus dikeluarkan juga meningkat, akibatnya PDAM Wonosobo selama 3
tahun yaitu tahun 2004 s/d tahun 2006 selalu mengalami kerugian. Jumlah kerugian tahun
2004 sebesar Rp.4.562.409.847,- Tahun 2005 sebesar Rp.5.635.645. 567,- Tahun 2006
sebesar Rp. 6.112.112.047,-.
6.3. Permasalahan dan Analisis Keuangan Kabupaten Wonosobo
A. Permasalahan Keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
adalah pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), permasalahan yang
muncul adalah:
a. Kecilnya potensi PAD, yang menyebabkan ketergantungan Pemerintah Daerah kepada
Dana Perimbangan; sehingga diperlukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak
dan retribusi daerah dengan memperhatikan keseimbangan pada potensi yang ada;
b. Penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) belum didasarkan
pada potensi pendapatan yang ada;
c. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena
terkait dengan permasalahan yang melingkupinya seperti:
Kurangnya kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi dalam memenuhi
kewajibannnya
Kurangnya sarana dan prasarana opersional dalam menunjang perolehan pajak
daerah dan retribusi daerah.
d. Beberapa perusahaan daerah, khususnya PDAM masih merugi sehingga memberikan
kontribusi yang kecil kepada PAD;
B. Proyeksi Kemampuan Keuangan Pemerintah Kabupaten Wonosobo
Dari data sumber penerimaan APBD Kabupaten Wonosobo Tahun 2004 – 2007,
laju pertumbuhan (r) rata-rata penerimaan APBD selama 4 (empat) tahun terakhir sebesar
15,95%. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata dari Belanja APBD Kabupaten Wonosobo
Tahun 2004 – 2007 selama 4 (empat) tahun terakhir sebesar 14,89 %. Sedangkan Laju
sebesar 2,72%.. Dengan demikian asumsi yang dipergunakan dalam proyeksi penerimaan
dan Belanja APBD untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menggunakan asumsi
pertumbuhan rata-rata penerimaan dan belanja yaitu sebesar (15,52 + 14,89) : 2 = 15,52.
Sedangkan untuk tahun 2009 diperkirakan Angsuran PokoK+Bunga+bayat lain-lain
(komitmen, jasa giro perbankan, provisi) sebesar 0,33 dari tahun 2007. Maka Hasil
proyeksi pernerimaan dan belanja APBD Kabupaten Wonosobo disajikan dalam tabel di di
Tabel VI-19
Proyeksi Penerimaan dan Belanja Wajib Kabupaten Wonosobo tahun 2009 – 20013
No Uraian 2007 %
Proyeksi 2009 2010 2011 2012 2013
I Penerimaan:
1 PAD 36.582.606.528 15,52 42.260.227.061 48.819.014.301 56.395.725.321 65.148.341.890 75.259.364.552
2 DBHP/DBHBP 30.866.040.151 15,52 35.656.449.582 41.190.330.558 47.583.069.860 54.967.962.302 63.498.990.052
3 DAU 389.671.000.000 15,52 450.147.939.200 520.010.899.364 600.716.590.945 693.947.805.860 801.648.505.329
4 DAK 45.472.700.000 15,52 52.530.063.040 60.682.728.824 70.100.688.337 80.980.315.167 93.548.460.081
5 Kekayaan yg
dipisahkan 1.014.561.406 15,52 1.172.021.336 1.353.919.048 1.564.047.284 1.806.787.422 2.087.200.830 6 Provinsi 14.728.982.052 15,52 17.014.920.066 19.655.635.661 22.706.190.315 26.230.191.052 30.301.116.704
7 Pend. Lain yang sah 16.903.064.272 15,52 19.526.419.847 22.556.920.207 26.057.754.223 30.101.917.679 34.773.735.303
Jumlah 535.238.954.409 618.308.040.133 714.269.447.962 825.124.066.286 953.183.321.373 1.101.117.372.850
II Belanja Wajib :
1 Pembiayaan 18.430.845.000 15,52 21.291.312.144 24.595.723.789 28.412.980.121 32.822.674.636 37.916.753.739
2 Pembelanjaan 512.424.212.769 15,52 591.952.450.591 683.823.470.922 789.952.873.610 912.553.559.594 1.054.181.872.043
Jumlah 530.855.057.769 613.243.762.735 708.419.194.711 818.365.853.730 945.376.234.229 1.092.098.625.782
Penerimaan-Belanja
Wajib 4.383.896.640 5.064.277.399 5.850.253.251 6.758.212.555 7.807.087.144 9.018.747.069 III Angsuran
Draft Laporan Akhir
Berdasarkan proyeksi yang telah dilakukan, diperkiraakan dengan pertumbuhan
penerimaan dan belanja sekitar 15,52% pertahun didapat selisih antara penerimaan dan
belanja atau tabungan masyarakat diawal perencanaan (2009) sebesar Rp. 5.064.277.399
sampai akhir tahun perencanaan (2013) sebesar Rp. 9.018.747.068. Sedangkan nilai
DSCR pada awal tahun proyeksi sebesar 1,49 dan pada tahun kedua 1,72 dan terus
meningkat sampai akhir tahun proyeksi sebesar 2,62.
C. Proyeksi Kemampuan Keuangan Perusahaan Daerah (PDAM)
a. Rasio Operasi,
Rasio operasi merupakan tolok ukur untuk menilai efisiensi/kehematan dalam
penggunaan sumber dana dan daya untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
Rasio operasi PDAM Wonosobo dalam 3 tahun terakhir dapat ditunjukkan dalam tabel
VI-20sebagai berikut :
Tabel VI-20
Perbandingan Biaya Operasi dan Pendapatan Operasi PDAM Wonosobo Tahun 2004 s/d 2006
Tahun Biaya OperasiI Pendapatan Operasi Rasio
2004 15,244,967 10,479,300 1.45
2005 16,628,950 10,718,415 1.55
2006 18,849,052 12,196,455 1.55
-5,000,000. 00 10,000,000. 00 15,000,000. 00 20,000,000. 00
2004 2005 2006
Pendapatan operasi Biaya operasi
Sumber : Laporan Keuangan PDAM Wonosobo Yang diolah
Dari tabel VI-20 memperlihatkan Biaya operasi PDAM Wonosobo berada diatas
pendapatan operasi. Ada beberapa faktor penyebab rendahnya rasio operasi, yaitu :
o Harga jual yang ditetapkan dibawah harga pokok produksi
Draft Laporan Akhir
Direksi PDAM Wonosobo menjelaskan bahwa pada tahun 2006 harga pokok
produksi air adalah sebesar Rp. 1.542,- sementara harga jual air Rp. 607,- per m3 Dengan
kata lain air minum yang dihasilkan PDAM Wonosobo dijual kepada masyarakat jauh
dibawah harga pokok produksinya. Akibatnya PDAM Wonosobo harus menanggung
kerugian selisih antara harga pokok produksi dengan harga jual dikalikan dengan volume
air yang terjual.
Peningkatan harga jual secara positip meningkatkan pendapatan, namun
peningkatan dalam harga jual diikuti oleh peningkatan dalam biaya operasi yang lebh
besar.
b. Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Total Aktiva,
Rasio ini dimaksudkan untuk menilai efektivitas sumber pendanaan dari hutang
jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aset Perusahaan. Keterlambatan dana
peusahaan mengharuskan perusahaan untuk mencari sumber dana lain dalam rangka
pengembangan perusahaan yaitu melalui pinjaman. Rasio hutang jangka panjang terhadap
total aktiva PDAM Wonosobo dalam 3 tahun terakhir dapat ditunjukkan dalam tabel dan
grafik sebagai berikut :
Tabel VI-21
Draft Laporan Akhir
Tabel VI-21 menjelaskan bahwa posisi keuangan PDAM Wonosobo dinyatakan
tidak solvabel, artinya PDAM Wonosobo tidak mampu mengelola hutang jangka panjang
dari seluruh aktiva yang dimilikinya. Penggunaan sumber dana pinjaman dalam jumlah
yang melampaui keseimbangan dibandingkan dengan modal sendiri berdampak pada
tingginya beban bunga yang ditanggung dan berakibat rendahnya kemampuan
menghasilkan laba.
Tingginya rasio ini memberikan indikasi perlunya suntikan dana oleh pemerintah
pusat maupun daerah, karena PDAM Wonosobo sudah berada diambang batas untuk dapat
mempertahankan azas keseimbangan usaha (Going Concern).
c. Rasio Pendapatan terhadap Hutang Jangka Panjang
Rasio Pendapatan terhadap Hutang jangka panjang dimaksudkan untuk menilai
besarnya kemampuan pendapatan yang diperoleh dari besarnya dana pinjaman yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan, semakin kecil nilai rasio berarti semakin
lambat dalam pemenuhan dana untuk memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo.
Tabel VI-22
Perbandingan Hutang Jangka Panjang Terhadap Pendapatan PDAM WonosoboTahun 2004 s/d 2006
Tahun Hutang
J. Panjang Pendapatan Rasio
(1) (2) (3) (4)
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kecilnya rasio ini mengindikasikan tidak
efektif dan efisiennya hutang jangka panjang yang dimiliki PDAM untuk menghasilkan
Draft Laporan Akhir
d. Kas terhadapPendapatan per hari,
Rasio Kas terhadap pendapatan perhari mengindikasikan lama hari dari uang
tunai yang tersedia dan dimiliki terhadap tingkat pendapatannya, bila terlalu kecil atau
terlalu besar berarti Mengindikasikan adanya ketidak tepatan dalam Manajemen Keuangan
yang diterapkan. Perbandingan Antara Kas dengan Pendapatan Per hari PDAM Wonosobo
dalam 3 tahun terakhir (2004-2006) adalah sebagai berikut :
Tabel VI-23
Perbandingan Kas Terhadap Pendapatan Per Hari PDAM WonosoboTahun 2004 s/d 2006
Tahun
tunai yang tersedia dan dimiliki dari tingkat pendapatannya terlalu tinggi, ini
mengindikasikan dana PDAM Wonosobo yang diperoleh dari pendapatan disimpan terlalu
lama yang menunjukkan free cashflow
e. Proyeksi
Secara umum, asumsi dasar yang digunakan dalam proyeksi keuangan antara lain
sebagai berikut:
a. Cut of Date Condition, yaitu batas asumsi kondisi yang digunakan sebagai dasar
proyeksi adalah pada kondisi tahun 2006 sebagai kondisi aktual, sedangkan untuk
tahun 2007, 2008 dan seterusnya merupakan kondisi perkiraan yang diformulasikan
berdasarkan perkembangan historis maupun pertimbangan normatif wajar yang
Draft Laporan Akhir
ASUMSI & PARAMETER MANAJEMEN KEUANGAN DASAR ASUMSI
b. Tingkat inflasi (kecenderungan kenaikan harga-harga) umum yang digunakan
sebesar 8% per tahun sejak tahun 2007 sampai tahun akhir proyeksi
c. Proyeksi dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario sebagai berikut :
1). Skenario 1, proyeksi dilakukan tanpa memperhitungkan program investasi serta
tanpa melakukan restrukturisasi hutang jangka panjang PDAM
2). Skenario 2, proyeksi dilakukan tanpa memperhitungkan program investasi
tetapi dengan melakukan restrukturisasi hutang jangka panjang PDAM
3). Skenario 3, proyeksi dilakukan dengan memperhitungkan program investasi,
namun tidak melakukan restrukturisasi hutang jangka panjang PDAM
4). Skenario 4, proyeksi dilakukan dengan memperhitungkan program investasi
yang diikuti dengan melakukan restrukturisasi hutang jangka panjang PDAM
d. Perhitungan Restrukturisasi hutang jangka panjang dilakukan dengan 3 (tiga)
skenario yaitu:
1). Skenario Pinjaman 1, PDAM melakukan penjadualan kembali pinjaman hingga
10 tahun kedepan, tanpa melakukan perubahan terhadap persyaratan.
2). Skenario Pinjaman 2, PDAM melakukan penjadualan kembali pinjaman hingga
10 tahun kedepan, dengan melakukan perubahan terhadap persyaratan yaitu
pada tingkat suku bunga pinjaman diturunkan hingga 8,30% per tahun.
3). Skenario Pinjaman 3, PDAM melakukan penjadualan kembali pinjaman hingga
10 tahun kedepan, dengan melakukan perubahan terhadap persyaratan tingkat
suku bunga diturunkan hingga 8,30% per tahun, yang diikuti dengan
menghapuskan 100% denda dan 40% tunggakan biaya bunga pinjaman yang
ada.
e. Asumsi & Parameter Manajemen yang digunakan dalam proyeksi secara rinci
Draft Laporan Akhir
6.4. Rencana Peningkatan Keuangan Kabupaten Wonosobo
A. Upaya Peningkatan Pendapatan
Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum
daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan asli daerah
Kabupaten Wonosobo terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan
Lain-lain PAD.
Selama 5 tahun terakhir ini PAD Kabupten Wonosobo beranjak naik, walaupun
kenaikannnya tidak melebih 13% dari tahun sebelumnya. Namun porsi kontribusi PAD
beranjak turun dibandingkan dengan Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang
sah. Kondisi ini menunjukan kemandirian Kabupaten Wonosobo semakin melemah, ini
akan berakibat melemahkan dukungkan keuangan dalam mendukung aktivitas
pembangunan/investasi pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Sementara dari sisi pembelanjaan baik belanja langsung maupun belanja tidak
langsung 2 tahun terakhir menunjukkan adanya perkembangan indikator efisiensi dan
efektifitas yang ditunjukan adanya surplus. Kemudian akibat adanya peningkatan PAD dan
surplus anggaran selama 2 tahun, terjadi perkembangan yang signifikan yaitu adanya sisa
lebih pembiayaan anggaran.
Berdasarkan kondisi diatas kondisi keuangan pemerintah kabupaten Wonosobo,
perlu melakukan upaya optimalisasi pendapatan Asli Daerah (PAD) ,karena masih
dijumpai:
1. Kecilnya potensi PAD dibandingkan dengan dana perimbangan dan pendapat lain
yang sah, ini menyebabkan ketergantungan pemerintah daerah Kabupaten
Wonosobo kepada Dana Perimbangan.
2. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
belum didasarkan pada potensi pendapatan yang ada, sehingga ada beberapa PAD
yang realisasinya di bawah anggaran.
Dengan demikian hal yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Wonosobo untuk
meningkatkan kemandirian pembangunan artinya tidak bergantung pada dana perimbangan
dan lain-lain yang sah adalah:
1. Beberapa target PAD utamanya pada lain-lain PAD tidak dapat terealisasi karena
terkait dengan kondisi makro ekonomi dan mikro ekonomi dan memerlukan
Draft Laporan Akhir
2. Beberapa perusahaan daerah masih perlu ditingkatkan manajemen pengelolaanya
sehinga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD
3. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah baru dengan
tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan potensi yang ada serta tidak
memberatkan dunia usaha dan masyarakat.
4. Dalam hal pelayanan, perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur
adminsitrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak
dan pembayar retribusi daerah.
B. Rencana Pembiayaan Program
1. Rencana Pembiayaan
Sumber-sumber pembiayaan pembangunan di Kabupaten Wonosobo
didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Jawa Jengah dan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan
swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan. Dukungan
Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan
strategis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan bantuan teknis
(Bantek) serta bimbingan teknis (Bintek). Diharapkan dengan dukungan ini,
pembangunan di Kabupaten Wonosobo menjadi terpacu dan mampu meningkatkan
masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM
Pelaksanaan pembiayaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Wonosobo
Tahun 2013 – 2017 direncanakan didukung oleh beberapa sumber, baik dari
Pemerintah Pusat, Provinsi, Pemerintah Kabupaten Wonosobo, perusahaan daerah
serta partisipasi masyarakat/ pihak swasta dan investor.
Pola pemberdayaan masyarakat juga diterapkan dalam pembangunan di
Kabupaten Wonosobo sehingga kepedulian dan rasa memiliki setiap kegiatan
pembangunan dirasakan karena masyarakat sebagai pelaku pembangunan.
Diharapkan dengan adanya kesepakatan pelaksanaan program (project
memorandum) di dalam pelaksanaan RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten
Wonosobo, program/ kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan mendapat
Draft Laporan Akhir
pelaksanaan dan pengawasan di lapangan sehingga setiap program/ kegiatan tetap
sesuai dengan perencanaan awal.
C. Peningkatan Kemampuan Pendanaan
Peningkatan kemampuan pendanaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten
Wonosobo Tahun 2013 – 2017 dengan mengoptimalkan pendapatan APBD Kabupaten
Wonosobo yang telah ada dan didukung oleh semua komponen masyarakat.
Partisipasi masyarakat/ swasta, transparansi dalam perencanaan dan akuntabilitas
anggaran serta disiplin anggaran sangat dibutuhkan sehingga pembangunan menjadi lebih
efisien dan efektif. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat dan
dukungan dalam pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan pelaksanaan
RPIJM Bidang Cipta Karya di lapangan.
D. Peningkatan Kapasitas Pembiayaan
Peningkatan kapasitas pembiayaan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten
Wonosobo selama ini telah dilakukan, seperti melakukan pinjaman ke pihak ketiga atau
menerapkan anggaran defisit (3 tahun terakhir)
Untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan ini, Pemerintah Kabupaten Wonosobo
mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup
anggaran defisit. Alternatif sumber pembiayaan antara lain dari Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan
pinjaman dan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan