• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS ATAS TUNTUTAN KONSUMEN AKIBAT PEMADAMAN LISTRIK YANG DILAKUKAN PT. PLN (PERSERO) KOTA PALU Prabu Kawakan Suarlan Datupalinge Armin K Abstrak - TINJAUAN YURIDIS ATAS TUNTUTAN KONSUMEN AKIBAT PEMADAMAN LISTRIK YANG DILAKUKAN PT. PLN (PERSER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS ATAS TUNTUTAN KONSUMEN AKIBAT PEMADAMAN LISTRIK YANG DILAKUKAN PT. PLN (PERSERO) KOTA PALU Prabu Kawakan Suarlan Datupalinge Armin K Abstrak - TINJAUAN YURIDIS ATAS TUNTUTAN KONSUMEN AKIBAT PEMADAMAN LISTRIK YANG DILAKUKAN PT. PLN (PERSER"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

554 TINJAUAN YURIDIS ATAS TUNTUTAN KONSUMEN AKIBAT

PEMADAMAN LISTRIK YANG DILAKUKAN PT. PLN (PERSERO) KOTA PALU

Prabu Kawakan Suarlan Datupalinge

Armin K

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis empiris atau penelitian hukum yang menggambarkan hasil penelitian tentang hukum yang berlaku di masyarakat yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dengan studi lapangan dan menggambarkan kondisi penanganan tuntutan konsumen akibat kerugian dari pemadaman listrik dengan melakukan riset langsung kelapangan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, Prosedur PT. PLN (PERSERO) dalam menanggapi tuntutan konsumen akibat kerugian dari pemadaman listrik, terjadinya pemadaman listrik terindikasi adanya pelanggaran UU Ketenagalistrikan dan UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Palu, prosedur menanggapi dengan melalui call center, tetapi lebih banyak tidak berfungsi, sibuk dan tidak diangkat kalau diangkat jawabannya karena ada perbaikan, kalau diangkat hanya permohonan maaf ada gangguan. Selain itu dengan surat keberatan tetapi tidak ditanggapi, Prosedur

selanjutnya apabila pelanggan/konsumen mengalami kerugian diharuskan

membuktikan sebab akibat apakah ada hubungannya dengan pemadaman lampu dengan kerugian dan apabila menerima gugagatn ganti rugi PLN Persero area palu menegaskan bahwa dalam perjanjian tidak ada ganti rugi dalam hal pemadaman bergilir sepanjang diberitahukan terlebih dahulu sehingga kerugian konsumen tidak dijamin oleh UU Ketenagalistrikan.

Kata Kunci : Tuntutan, Konsumen, Akibat Pemadaman Listrik, Kota Palu.

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

(2)

555 terus ditingkatan sejalan dengan

perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan bermutu.

PT. PLN (Persero) merupakan salah satu Perusahaan Milik Negara yang memberikan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat dalam penyediaan jasa yang berhubungan dengan penjualan tenaga listrik satu-satunya di Indonesia. Peningkatan kebutuhan listrik melonjak dengan tinggi dan cepat, khususnya kebutuhan bagi industri dan diiringi pula dengan standar tingkat kepuasan masyarakat menjadi lebih tinggi lagi sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan masyarakat yang maju dan modern. Dalam melakukan kegiatannya, PT. PLN (Persero) menyediakan bagian pelayanan pelanggan yang tugasnya memberikan pelayanan yang

dibutuhkan oleh setiap pelanggan1.

Energi listrik merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Sampai saat ini, penyediaan energi listrik di Indonesia masih dikelola oleh suatu Badan Usaha Milik Negara yaitu PT. PLN (Persero). PT. PLN (Persero) sebagai satu-satunya perusahaan penyedia listrik, sampai saat ini belum mampu memberikan pelayanan yang seimbang dengan kewajiban yang dibebankan kepada pelanggan atau konsumen, selama ini pelanggan selalu dituntut untuk memenuhi kewajiban membayar tagihan listrik tepat waktu. Jika tidak akan dikenai sanksi baik berupa denda maupun pemutusan arus listrik. Dilain pihak PT. PLN (Persero) tidak memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan2.

1 www.tempointeraktif.com 2

(3)

556 Pelayanan merupakan

unsur yang sangat penting di dalam usaha meningkatkan kepuasan konsumen. Pada dasarnya posisi pelayanan ini merupakan fakor pendukung terhadap aktivitas pemasaran jasa PT. PLN (Persero). Dalam rangka meningkatkan pelayanan penyediaan tenaga listrik oleh PT. PLN (Persero) kepada masyarakat pada umumnya dan pelanggan pada khususnya, maka berdasarkan UU RI No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bahwa, tenaga listrik mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan penyediaannya perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik dalam

/04/perlindungan-hak-hak-konsumen-listrik- di-indonesia-menurut-undang-undang- nomor-8-tahun-1999-tentang-perlindungan-konsumen/

jumlah yang cukup, merata, dan bermutu.

(4)

557 baik di masa mendatang dan

lebih meningkatkan kualitas pelayanannya agar dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen serta untuk meminimalisasikan masalah. Perlakuan yang diberikan oleh pihak PT. PLN selaku perusahaan listrik negara seringkali membuat jengkel masyarakat, masyarakat diperlakukan tidak sebagaimana mestinya, sering dalam keadaan terpaksa menerima perlakuan tersebut karena masyarakat

memang sangat

membutuhkannya, padahal juga hak masyarakat untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif3.

Pemadaman listrik yang marak terjadi di Indonesia dan khususnya daerah Kota Palu menjadi momok tersendiri bagi masyarakat, terutama mereka

3

http://jelita249.blogspot.com/2009/08/ta nggung-jawab-pt-pln-kepada-konsumen.html

yang kegiatannya sangat tergantung pada tersedianya suplai listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Banyak sekali alasan yang kemudian dilontarkan PLN yang dalam hal ini berperan sebagai perusahaan negara yang mengurus masalah-masalah listrik di Indonesia. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain faktor alam yang tidak menentu, salah satu bentuk pengaplikasian regulasi pemadaman bergilir yang (katanya) terencana, kerusakan teknis yang tidak terduga, dsb. Namun alasan – alasan mereka tidak dapat menutupi kenyataan bahwa mereka melanggar hak – hak rakyat sebagai konsumen4.

Listrik di Kota Palu, Sulawesi Tengah, sangat merugikan masyarakat Kota Palu yang semakin parah dan telah berlangsung lama, mengurangi minat wisatawan mancanegara

4

(5)

558 dan domestik untuk berkunjung

ke kota teluk berpenduduk 300.000 jiwa lebih itu. "Banyak wisatawan asing yang menolak masuk Palu karena mengetahui bahwa lampunya sering padam. Demikian juga pengunjung dari berbagai daerah enggan datang karena listrik lebih sering padam ketimbang menyala," kata Ari Wowor, pengusaha perjalanan wisata terkemuka di Kota Palu, Selasa. Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengusaha Perjalanan Wisata (Asita) Sulteng itu tidak merinci berapa persen penurunan kunjungan wisatawan akibat pemadaman listrik bergilir yang telah berlangsung bertahun-tahun dan makin parah. Kebanyakan wisman yang berkunjung ke Sulteng, kata Ary, tahu bahwa listrik di Kota Palu sering padam. Mereka lebih baik menginap di obyek wisata seperti Taman Nasional Lore Lindu atau Taman Laut Togian dari pada masuk

Palu5. Demikian pula dengan pengunjung domestik dari luar provinsi sering mengeluhkan pemadaman lampu sehingga tidak nyaman lagi untuk menginap di kebanyakan hotel. "Kalau listrik padam, lampunya memang tetap bisa menyala dengan menggunakan genset, akan tetapi pendingin udaranya (AC) tidak berfungsi, jadi mereka merasa terganggu," ujar Ketua Kadin Sulteng Bidang Kepariwisataan ini. Pemadaman listrik secara bergilir di Kota Palu saat ini semakin meresahkan karena dalam kurun waktu 24 jam, listrik padam selama 18 jam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, untuk itu permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah prosedur PT. PLN (PERSERO) dalam menanggapi tuntutan konsumen akibat kerugian dari pemadaman listrik?

(6)

559 2. Bagaimanakah proses penyelesaian

hukum atas kerugian yang dialami konsumen akibat pemadaman listrik?

II. PEMBAHASAN

A. Prosedur PT. PLN (PERSERO) dalam Menanggapi Tuntutan Konsumen Akibat Kerugian Dari Pemadaman Listrik

Pemadaman listrik di Kota Palu, bukanlah merupakan hal yang asing karena selalu terjadi dari tahun ke tahun. Konsumen listrik seringkali mengalami pemadaman listrik secara mendadak, tanpa didahului pemberitahuan dari pihak PT. PLN (Persero) Cabang Palu. Tak jarang, konsumen tidak mengetahui sebab-musabab terjadinya pemadaman. Jika ada pemberitahuan, umumnya pemberitahuan tersebut disampaikan dengan cara yang kurang meluas, misalnya melalui media massa (Radar Sulteng) dan RRI Palu. Sehingga pemberitahuan melalui media massa dan RRI merupakan metode yang kurang efektif, karena tidak semua orang memiliki kesempatan untuk membaca dan mendengar radio.

Berkurangnya pendengar radio-radio daerah, pasti akan mempengaruhi pula sampai atau tidak informasi perencanaan kepada pelanggan.

Menurut Pasal 6 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen, pelaku usaha berhak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan6. Sebaliknya, pelaku usaha wajib menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku7. Sementara itu, konsumen berhak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan8. Adapun hak konsumen tersebut disertai kewajiban untuk

6 UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 6 huruf a.

7

(7)

560 membayar sesuai dengan nilai tukar

yang telah disepakati9.

Dalam kaitannya dengan hal ini, konsumen listrik wajib membayar tagihan listrik tepat pada waktunya, sebaliknya konsumen listrik berhak untuk mendapatkan tenaga listrik secara berkesinambungan. Apabila terjadi gangguan, konsumen berhak mendapatkan pelayanan atas perbaikan terhadap gangguan penyediaan tenaga listrik atau penyimpangan terhadap mutu tenaga listrik yang disalurkan10. Idealnya, hak dan kewajiban ini harus dijalankan secara seimbang. Sayangnya, kondisi yang terjadi saat ini adalah bahwa pelayanan yang diberikan PT. PLN (Persero) Cabang Palu kepada konsumen dirasakan belum memuaskan karena seringnya terjadi pemadaman listrik secara bergilir. Prosedur PT. PLN (Persero) Cabang Palu dalam menanggapi tuntutan konsumen akibat kerugian

9 Ibid., Pasal. 5 huruf c.

10 Sudaryatmo, Masalah perlindungan

Konsumen di Indonesia, Cetakan Pertama, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 51

dari pemadaman listrik sebagai berikut:

1. Prosedur yang diterapkan PT. PLN (Persero) Cabang Palu, dalam menanggapi menanggapi tuntutan konsumen akibat adanya pemadaman melalui telepon yaitu

call center No. 123 (Telkom),

sebagai salah satu cara memenuhi keberatan konsumen akibat pemadaman lampu11. Tetapi menurut Ahmad bahwa nomor telepon tersebut selalu tidak berfungsi. Dalam hal ini, jika konsumen menghubungi call

center 123, maka telepon akan

selalu bernada sibuk, telepon yang berhasil masuk pun, tidak kunjung diangkat12.

2. Prosedur selanjutnya apabila ada pemadaman listrik, melalui surat keberatan yang ditujukan pada PT. PLN (Persero) Cabang Palu disertai dengan nama, alamat dengan jelas.

11 Marten Ambalinggi, Pegawai PLN Rayon Kamonji, Wawancara, Selasa 24 Februari 2015

12

(8)

561 Menurut Wawan, bahwa PT.

PLN (Persero) Cabang Palu berupaya menghindarkan keluhan-keluhan dari pelanggan sebagai bentuk kewajiban mereka13. Dengan berbagai alasan bahwa telah menginformasikan rencana pemadaman yang akan dilakukan, sehingga diharapkan pelanggan akan memaklumi. Pemberitahuan telah dilakukan dalam media massa, kami juga sudah mengiklankan di radio14. Berkurangnya pendengar radio-radio daerah, pasti akan mempengaruhi pula sampai atau tidaknya informasi perencanaan kepada pelanggan. Masyarakat saat-saat ini lebih sering menggunakan televisi dibandingkan dengan mendengarkan radio sehingga pemberitahuan tidak efektif.

Menurut Sulatri, bahwa saya sekarang tidak pernah

13 Wawancara, Pemilik Warnet, Senin 23 Februari 2015

14

Murni Samsodi, Bagian Humas dan Hukum, Wawancara, Selasa 24 Februari 2015

mengadukan ke PLN Ranting Kamonji ketika ada pemadaman, bosan dengan jawaban petugas yang hanya sabar sedang ada gangguan, tidak dijelaskan waktunya berapa lama15. Dalam menerima laporan, PT. PLN (Persero) Cabang Palu tidak adanya standar operasional prosedur yang mengatur pemberitahuan dan laporan tersebut. Sehingga menjadikan pemberitahuan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Petugas PLN hanya menerima pemberitahuan sesuai dengan kebiasaan secara turun temurun dari setiap angkatan petugas. Kebiasaan tersebut seharusnya dicatatkan atau dibentuk peraturan yang bersifat mengikat karyawan atau petugas piket untuk tetap harus menerima pemberitahuan sebagaimana mestinya.

(9)

562 3. Prosedur berikutnya apabila ada

konsumen yang merasa dirugikan akibat adanya pemadaman listrik. Pihak PT. PLN (Persero) Cabang Palu berusaha untuk menyuruh konsumen untuk membuktikan adanya kerusakan barang elektronik dengan pemadaman lampu. Sehingga menurut Ibu Narti bahwa sangat sulit untuk membuktikan kerusakan barang elektronik dengan pemadaman lampu karena memerlukan penelitian dan ahli, sehingga akan sia-sia16. Pihak PT. PLN (Persero) Cabang Palu apabila menerima pengaduan pemadaman listerik hanya berupa permintaan maaf belaka dari PT. PLN (Persero) Cabang Palu, dan tidak ada pemberian ganti rugi kepada para konsumen listrik yang dirugikan akibat padamnya listrik.

4. Prosedur yang dilakukan PT. PLN (Persero) Cabang Palu dalam menerima gugatan bahwa telah

16

Aji Priambodo, Bagian Administrasi, Wawancara, Selasa 24 Februari 2015

terjadi kerugian konsumen akibat pemadaman lampu.

(10)

563 pemadaman, penyebaran

informasi sebelum pemadaman. Apabila ada pelanggaran terhadap SOP tentu menimbulkan konsekuensi hukum, tetapi pihak PT. PLN (Persero) Cabang Palu selalu mengatakan bahwa adanya keadaan mendesak di luar kemampuan manusia (force

majeur), seperti bahan bakar

habis dan Pertamina belum menyalurkan karena kapal tangker belum datang, mesin rusak, perbaikan mesin dan lainnya.

Sulitnya konsumen dalam menuntut ganti rugi akibat pemadaman listrik karena, gangguan pemadaman listrik tidak dicantumkan dalam akte perjanjian jual beli listrik yang ditanda tangani pada awal perjanjian. Kondisi ini memiliki indikasi bahwa PT. PLN (Persero) tidak menginginkan adanya kerugian dari perusahaan sebagai akibat kelalaian pemberian pelayanan kepada pelangan. Pemberian ganti rugi ini tidak berlaku dalam hal penghentian arus listrik untuk

sementara. Berdasarkan Pasal 16 ayat (2) dan ayat (4) PP No. 26 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas PP No 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, ditentukan bahwa penyediaan tenaga listrik hanya dapat dihentikan untuk sementara jika memenuhi salah satu atau lebih ketentuan berikut:

(a) diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan pemeliharaan, perluasan atau rehabilitasi instalasi

ketenagalistrikan;

(b) terjadi gangguan pada instalasi

ketenagalistrikan;

(c) terjadi keadaan yang dianggap membahayakan keselamatan umum; (d) atas perintah yang

berwajib dan/atau pengadilan, dimana penghentian sementara

tersebut tidak

memberikan hak untuk penuntutan ganti rugi.

(11)

564 listrik. Sehingga berdasarkan Pasal

16 ayat (2) dan ayat (4) PP No. 26 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas PP No 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik dimensi hukum padamnya listrik tidak memberikan

perlindungan bagi

pelanggan/konsumen karena sampai sekrang hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak PLN Persero tidak dijamin dalam undang-undang Ketenagalistrikan dan PP tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

Hubungan hukum antara PLN dengan masyarakat didasarkan pada alas hak yang disebut perjanjian jual beli tenaga listrik yang sepenuhnya tunduk pada hukum perjanjian sesuai dengan Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang antara lain menyebutkan bahwa perjanjian merupakan undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Sehubungan dengan pemadaman listrik yang terjadi di wilayah PT. PLN (Persero) Cabang Palu, PLN berusaha semaksimal mungkin untuk

melindungi kepentingan konsumen dengan memadamkan listrik tanpa mengganggu produktifitas pelanggan dan kinerja pelanggan tetapi dapat melaksanakan tugas efektif dan se-efisien mungkin. PLN melaksanakan tugas terkait pemeliharaan jaringan dengan tetap memperhatikan jadwal produktif dari mayoritas pelanggan daerah tersebut. Dalam setiap pemeliharaan jaringan, PLN berusaha agar pemadaman tidak berlangsung lama dan juga agar tidak terjadi pemadaman di wilayah yang sama dalam waktu dekat.

(12)

565 Tingkat Mutu dan Pelayanan yang

ditetapkan oleh PT. PLN (Persero) serta tidak adanya informasi yang jelas kepada masyarakat. Selain itu juga prosedur penyampaian klaim yang tidak diketahui dengan pasti terutama waktu penyelesaian klaim serta batasan klaim dapat disampaikan. Pada pelaksanaan perjanjian jual beli listrik, dimana pada pertengahan pelaksanaan adanya pemadaman listrik tentunya merupakan kerugian yang dialami oleh pelanggan. Kelemahan yang mendasar atas peristiwa tersebut adalah kurangnya advokasi konsumen dalam proses penyelesaian sengketa seperti yang dicantumkan dalam Pasal 4 ayat (5) Undang-Undang Perlindungan Konsumen17. Selain itu juga peristiwa ini melanggar undang-undang yang sama pada Pasal 8 (e) dimana tidak sesuainya mutu pelayanan yang dijanjikan oleh PT. PLN (Persero) pada saat pelaksanaan penandatanganan perjanjian.

17

Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Tindakan-tindakan yang dapat merugikan dalam penggunaan listrik yang disediakan oleh PLN Persero sebenarnya dapat dihindari oleh para pihak. Jika masing-masing pihak paham betul apa saja yang menjadi hak dan kewajiban mereka masing-masing. Seyogyanya keserasian hubungan timbal balik antara PLN Persero dengan pelanggan/konsumen listrik perlu lebih ditingkatkan. Untuk itulah alangkah baiknya jika apa yang menjadi hak-hak dan kewajiban dari pelanggan/konsumen listrik benar-benar diketahui dan dimengerti oleh setiap pelanggan/konsumen listrik itu sendiri.

(13)

566 B.Upaya Hukum Yang Dapat

Dilakukan Konsumen Atas Pemadaman Listrik Yang Dilakukan PT. PLN (Persero) Cabang Palu

Pemadaman bergilir yang terjadi di Kota Palu dikarenakan PT. PLN mengalami defisit listrik, khususnya pada beban puncak18. Seiring dengan munculnya berbagai alat elektronik dan kebutuhan penerangan untuk kebutuhan di malam hari terus meningkat. Pada waktu beban puncak sudah pasti akan terjadi pemadaman untuk menutupi kekurangan, kondisi ini semakin diperparah bila salah satu pembangkit listrik mengalami kerusakan atau paling tidak harus dilakukan perawatan, maka kekurangan kapasitas listrik semakin besar dan semakin banyak daerah yang mendapat pemadaman listrik19.

Kerugian dari adanya pemadaman listrik di Kota Palu, bukan hanya rusaknya berbagai

18 Murni Samsodi, Bagian Humas dan Hukum, Wawancara, Selasa 24 Februari 2015

19

Akram, Bagian Instalasi dan lapangan, Wawancara, Rabu 25 Februari 2015

barang elektronik konsumen tetapi cukup bergam. Tetapi juga masyarakat umum, karena tidak berfungsinya berbagai fasiltas umum seperti Rumah Sakit, Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) dan lampu pengatur lalu lintas.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sehingga menimbulkan adanya sengketa satu penyebabnya adalah dari adanya wanprestasi dari salah satu pihak yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati bersama atau

ada faktor eksternal diluar para pihak

yang mengakibatkan tidak terpenuhinya prestasi dari suatu perjanjian. Sedangkan sengketa konsumen diartikan sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan / atau yang mendapat kerugian akibat mengkonsumsi barang dan / atau manfaat jasa20.

20 Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa

(14)

567 UU No. 8 Thn 1999 tentang

Perlindungan Konsumen tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan sengketa konsumen. Batasan sengketa konsumen menurut Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) menunjukkan bahwa yang

dimaksudkan dengan “sengketa konsumen”, yaitu sengketa antara

pelaku usaha dan konsumen. Pelaku usaha disitu, yaitu:

1. Setiap orang atau individu; 2. Badan hukum atau badan usaha yang tidak berbadan hukum

Berkaitan dengan hal tersebut, konsumen pemakai listrik di Kota Palu dapat melakukan suatu gugatan dengan dasar perbuatan melawan hukum dan merugikan konsumen, sesuai ketentuan Pasal 29 UU No. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, Konsumen berhak untuk :

a) Mendapatkan pelayanan yang baik;

b) Mendapatkan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;

c) Memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya dengan harga yang wajar; d) Mendapatkan pelayanan

untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik; dan

e) Mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli tenaga listrik

Selanjutnya dalam PP No. 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal 16 menegaskan bahwa:

1 Tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 wajib disediakan secara terus menerus;

2 Penyediaan tenaga listrik hanya dapat dihentikan untuk sementara jika memenuhi salah satu atau lebih ketentuan di bawah ini :

(15)

568 keselamatan umum; d. atas perintah yang

berwajib dan/atau pengadilan.

3 Pelaksanaan ketentuan ayat (2) huruf a terlebih dahulu diberitahukan kepada masyarakat selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum pengehentian penyediaan tenaga listrik;

4 Penghentian penyediaan tenaga listrik untuk sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak memberikan hak untuk penuntutan ganti rugi.

Hubungan antara PT. PLN Persero dengan pelanggan atau konsumen dapat terjadi dengan adanya kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pola hubungan tersebut diatur dalam Pasal 25 PP No. 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, yaitu :

Pasal 25 (Hak pelaku Usaha)

1 Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik diberi hak untuk :

a. memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang dipergunakan oleh masyarakat, baik sebelum maupun sesudah mendapat sambungan tenaga listrik;

b. mengambil tindakan atas pelanggaran perjanjian penyambungan listrik oleh pemakai;

c. mengambil tindakan penertiban atas pemakaian tenaga listrik secara tidak sah.

(16)

569 bahaya terhadap kesehatan,

nyawa, dan barang yang timbul karena penggunaan tenaga listrik yang tidak

sesuai dengan

peruntukannya atau salah dalam pemanfaatannya. 3 Pemegang Kuasa Usaha

Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik wajib:

a. memberikan pelayanan yang baik;

b. menyediakan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;

c. memberikan perbaikan, apabila ada gangguan tenaga listrik;

d. bertanggung jawab atas segala kerugian atau bahaya terhadap nyawa, kesehatan, dan barang

yang timbul karena kelalaiannya.

Pasal 26 Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Pemanfaatan Tenaga Listrik

1 Masyarakat di daerah usaha Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum berhak mendapat tenaga listrik yang disediakan oleh Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum yang bersangkutan.

2 Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai hak untuk : a. mendapat pelayanan

yang baik;

(17)

570 c. mendapat pelayanan

untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik.

3 Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai kewajiban: a. melaksanakan

pengamanan terhadap bahaya yang mungkin

timbul akibat

pemanfaatan tenaga listrik;

b. menjaga dan memelihara keamanan instalasi

ketenagalistrikan; c. menggunakan tenaga

listrik sesuai dengan peruntukannya.

4 Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik bertanggung jawab karena kesalahannya

mengakibatkan kerugian bagi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha

Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum.

(18)

571 mendapatkan perlindungan hukum

dari tindakan konsumen yang mempunyai itikad tidak baik.

Dasar gugatan yang dapat diajukan oleh konsumen listrik adalah bahwa PT. PLN (Persero) telah melakukan melakukan pelanggaran terhadap hak-hak konsumen sebagaimana yang telah diatur dalam UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen atau dapat juga dengan mengajukan dasar gugatan yang berupa PT. PLN (Persero) melakukan ingkar janji (wanprestasi) akan kewajibannya untuk memasok tenaga listrik secara terus-menerus sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen listrik yang bersangkutan. Kewajiban PT. PLN (Persero) untuk memasok tenaga listrik secara terus-menerus terdapat dalam perjanjian jual beli tenaga listrik, dimana perjanjian ini ditandatangani oleh konsumen ketika konsumen hendak memasang jaringan listrik. Terhadap wanprestasi yang dilakukannya tersebut, maka PT. PLN (Persero) wajib membayar ganti rugi atas

kerugian yang diderita oleh konsumen listrik. Namun demikian, harus terdapat hubungan sebab akibat atau hubungan kausal antara wanprestasi dan kerugian yang diderita oleh konsumen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1247 dan 1248 KUHPerdata21.

Walaupun Pasal 16 ayat (2) jo. Pasal 16 ayat (4) PP No. 26 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas PP No 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik dimensi hukum padamnya listrik tidak memberikan

perlindungan bagi

pelanggan/konsumen karena sampai sekarang hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dari pihak PLN Persero tidak dijamin dalam undang-undang Ketenagalistrikan dan PP tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik dalam hal pemadaman yang sifatnya sementara dan ada pemberitahuan terlebih dahulu.

21

(19)

572 Namun demikian masih

dijumpai peluang yang sangat kecil untuk mengajukan gugatan ganti rugi kepada PLN Persero atas dasar perbuatan melawan hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata22 jo Pasal 24 ayat (3) Butir (d) PP No. 26 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas PP No 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, dimana konsumen/pelanggan dihadapkan pada beban pembuktian yang berat karena harus membuktikan dengan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum; 2. Kesalahan/kelalaian tergugat; 3. Kerugian yang dialami

pelanggan/konsumen;

4. Hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang dialami konsumen.

22 Pasal 1365 KUHPerdata yaitu “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk mengganti kerugian tersebut.”

Perlindungan konsumen sulit dibatasi hanya dengan menampungnya dalam satu jenis perundang-undangan seperti KUHP, UU No. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan dan KUHPerdata dan UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Karena hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berintraksi dengan berbagai cabang dan bidang hukum lain, karena pada setiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa terdapat pihak yang berpredikat sebagai konsumen23. Sehingga penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan dengan berpatokan berbagai aturan sesuai dengan kesepakatan bersama dalam penyelesaian sengketa.

Setiap pelanggan/konsumen listrik yang merasa disrugikan hak-haknya telah dilanggar oleh PT PLN (Persero) dapat menyelesaikannya melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan

23 Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen

(20)

573 yang diatur dalam UU No. 8 Thn

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen membagi penyelesaian sengketa konsumen antara PT PLN dengan konsumen dilakukan sebagai berikut:

Perdamaian

Penyelesaian sengketa secara damai diusahakan terlebih dahulu antara konsumen dengan PT PLN Persero sebelum dilakukan penyelesaian sengketa di luar persidangan melalui BPSK dan pengadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan keberatan/komplain/keluhan oleh pelanggan/konsumen listrik.

Dalam melakukan

keluhan/keberatan konsumen dapat didampingi oleh Yayasan Perlindungan Konsumen, apabila PT. PLN Persero menerima

keberatan pihak

pelanggan/konsumen dengan baik dan bersedia untuk memberikan kompensasi yang berupa ganti rugi, maka sengketa

telah diselesaikan secara damai sehingga konsumen tidak perlu lagi mengajukan gugatan melalui Badan Penyelesaian Sengketa konsumen (BPSK) atau pengadilan negeri. Apabila PT PLN Persero tidak menerima keberatan maka pihak konsumen/pelanggan dapat mengajukan gugatan melalui BPSK atau pengadilan negeri. Penyelesaian Sengketa Di Luar

(21)

574 para pihak memilih untuk

menyelesaikan sengketa mereka melalui BPSK atau badan peradilan24.

Berdasarkan Pasal 45 UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum25.

Untuk itu UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen membentuk suatu lembaga dalam hukum perlindungan konsumen, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (yang selanjutnya disebut BPSK) yang merupakan badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa

24 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian

Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta, 2008, hal. 99

25

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 126

antara pelaku usaha dan konsumen26. BPSK dibentuk untuk menyelesaikan kasus-kasus sengketa konsumen yang berskala kecil dan bersifat sederhana, karena kebanyakan sengketa konsumen pada umumnya mempunyai nilai nominal yang kecil, sehingga tidak praktis apabila gugatan untuk meminta ganti rugi dilakukan melalui peradilan umum27 Dan jika sengketa tersebut harus diselesaikan di pengadilan, maka justru akan merugikan konsumen karena biaya perkara yang harus ditanggung konsumen lebih besar daripada nilai kerugiannya. Peradilan umum selain mahal juga membutuhkan waktu yang relatif lama dan prosedurnya yang cukup rumit28. Dan dilihat dari sanksi administrasi berupa penetapan ganti kerugian paling banyak sebesar Rp.

(22)

575 (dua ratus juta rupiah) yang dapat

dibebankan kepada pelaku usaha, tampak bahwa sebenarnya BPSK dibentuk untuk menangani penyelesaian sengketa konsumen dengan jumlah nilai yang kecil29.

Dalam Pasal 47 UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dinyatakan bahwa penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, dalam hal ini adalah melalui BPSK, diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.

III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Prosedur PT. PLN (PERSERO) dalam menanggapi tuntutan konsumen akibat kerugian dari pemadaman listrik, terjadinya pemadaman listrik terindikasi

29 Susanti Adi Nugroho, Op.cit., hal. 85

adanya pelanggaran UU Ketenagalistrikan dan UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area Palu, prosedur menanggapi dengan melalui call center, tetapi lebih banyak tidak berfungsi, sibuk dan tidak diangkat kalau diangkat jawabannya karena ada perbaikan, kalau diangkat hanya permohonan maaf ada gangguan. Selain itu dengan surat keberatan tetapi tidak ditanggapi, Prosedur

selanjutnya apabila

pelanggan/konsumen mengalami

kerugian diharuskan

(23)

576 2. Upaya Hukum Yang Dapat

Dilakukan Konsumen Atas Pemadaman Listrik Yang Dilakukan PT. PLN (Persero) Cabang Palu, yaitu mengajukan gugatan mengenai hak-hak konsumen, pertama sekali dilihat terlebih dahulu apakah mau mengajukan secara perserorangan atau mewakili sekelompok konsumen. Apabila dilakukan secara perseorangan, gugatan dapat diajukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) terdekat. Sedangkan apabila mewakili sekelompok konsumen atau lembaga khusus dapat langsung mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri sesuai domisili. Dasar gugatan adalah pelanggaran hak-hak konsumen UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, ingkar janji, perbuatan melawan hukum Pasal 1365 KUHP. Penyelesaiannya dapat melalui perdamaian, penyelesaian di luar persidangan melalui BPSK yaitu Mediasi, Konsiliasi, dan dan

melalui pengadilan negeri yaitu gugatan perdata perseorangan, gugatan perwakilan/kelompok dan gugatan/hak gugat LSM atau legal

standing.

B. Saran

1. Perlunya PLN Persero Area Palu membuat tempat pengaduan listrik yang lebih baku tidak hanya melalui call center 123 yang seringkali tidak diangkat, sibuk dan perlunya keberanian konsumen/pelanggan untuk melakukan protes dan gugatan jangan hanya diam tetapi melakukan upaya hukum.

2. PLN seharusnya memberikan

kontraprestasi atas pemadaman

listrik pada konsumen. Karena

sebagian besar konsumen

mengalami kerugian secara

materiil dan immaterial. Hal itu

sejalan dengan Pasal 29 ayat (1)

huruf c UU Ketenagalistrikan.

Pasal itu menentukan konsumen

berhak mendapat ganti rugi

apabila terjadi pemadaman yang

diakibatkan kesalahan dan/atau

(24)

577 pemegang izin usaha penyediaan

tenaa listrik seuai syarat yang

diatur dalam perjanjian jual beli

(25)

578 DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Abdul Halim Barkatulah. Hukum Perlindungan Konsumen Kajian Teoritis Dan

Perkembangan Pemikiran. Nusa Indah, Jakarta, 2008

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum bagi

Konsumen di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013

Az. Nasution, Konsumen Dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996

---, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, PT. Daya Widya, Jakarta, 2000

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen terhadap Iklan yang

Menyesatkan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010

Erman Rajagukguk, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, CV. Mandar Maju, Bandung, 2000

J.H. Nieuwenhuis, terjemahan Djasadin Saragih, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Airlangga University Press, Surabaya, 1985

Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Gramedia, Jakarta, 2003

Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut

Perjanjian Baku (Standar), dalam BPHN, Simposium Aspek-Aspek Hukum

Perlindungan Konsumen, Binacipta, Bandung, 1986

Muhammad Abdulkadir, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1982

(26)

579 Patrik Purwahid, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari

Perjanjian dan Dari Undang-Undang), Mandar Maju, Bandung, 1994

Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Djambatan, Jakarta, 2000

---, Hukum Arbitrase Nasional, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 1999

Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, 1977

Sudaryatmo, Masalah perlindungan Konsumen di Indonesia, Cetakan Pertama, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996

Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Soerdjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum

Acara Serta Kendala Implementasinya, Kencana, Jakarta, 2008

Sri Redjeki Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayumedia, Malang, 2007

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, 1977

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta, 2000

Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002

---, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Teori dan

Praktek Penegakan Hukumnya, PT Citra Aditia Bakti, Jakarta, 2003

(27)

580 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai

Pustaka, Jakarta, 2007

B. Undang-undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia |Tahun 1945 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa PP No. 26 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas PP No 10 Tahun 1989 tentang

Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Keputusan Direktur Jendral Listrik dan Pemanfaatan energi nomor 16/2/43/600.3/2003 tentang Tata Cara Pengurangan Tagihan Listrik Akibat tidak Terpenuhinya Standar Mutu Pelayanan pada Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, tentang Pelaksanaan Tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

C. Bacaan Lainnya/Internet

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/02/10/n0rfp9-pln-palu-berlakukan-pemadaman- bergilir

http://hesadrian.wordpress.com/2010/06/09/pemadaman-listrik-antara-kebijakan-dan-kebajikan/

http://ayobelajarhaki.wordpress.com/2012/05/04/perlindungan-hak-hak-konsumen- listrik-di-indonesia-menurut-undang-undang-nomor-8-tahun-1999-tentang-perlindungan-konsumen/

http://www.e-jurnal.com/2014/01/perlindungan-hukum-terhadap-konsumen_16.html http://formatnews.com/v1/view.php?newsid=47688

Referensi

Dokumen terkait

β 1 = + 0,395, menunjukkan promosi jabatan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja di Balai Konservasi dan Kebun Binatang Bali Zoo, yang artinya apabila

Untuk kinerja penumpang berdiri, jumlah terbesar penumpang berdiri di ruang tunggu dalam pada kondisi SOP adalah sebesar 131 orang, pada kondisi real sebesar 38 orang,

hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Harga terhadap Kepuasan Pelanggan pengguna jasa kereta api sribilah kelas exsekutif Medan.. karakteristik dasar dalam orientasi

Istilah nilai (value) sering kali digunakan untuk mengacu pada kualitas relative suatu produk dikaitkan dengan strategi pemasaran produk bersangkutan. Perusahaan harus

Pertama-tama saya ingin mengucapkan Alhamdullilah puji syukur terhadap Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi Kooperatif GI, PBL,

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

Pemakaran dan Pendinginan Klinker9 >ampuran ahan aku #ang sudah ter*ampur rata diumpankan ke pre,heater' #ang merupakan alat penukar panas #ang terdiri dari serangkaian