• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerajaan Kerajaan Islam di Sumatera (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kerajaan Kerajaan Islam di Sumatera (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Kerajaan Kerajaan Islam di Sumatera

A.KERAJAAN PERLAK

Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan

dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun

840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra

Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai,

terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin

Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan bernama

asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi

Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah

menjadi Bandar Khalifah.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum

Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662

H/1225-1263 M).

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat

terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan

mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan

Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja

Tumasik (Singapura sekarang).

Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar

Sultan Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat

kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah

Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak.

Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan

raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh

dengan Putri Ganggang Sari.

Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata

uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari

perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

B. KERAJAAN SAMUDERA PASAI

.

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja

pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara

Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).Sebagai sebuah

kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang

pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.

(2)

dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan

memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara

maritim yang kuat di Selat Malaka.

(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak

1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan

Kerajaan Samudra Pasai.

(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad

ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke

negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat

penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki

armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan

berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka,

Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh

Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh

Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.

Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta,

seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera

Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa,

Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai

yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur

deureuham (dirham).

Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini

menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke

Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan

untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah

Fatahillah.

C.KERAJAAN ACEH

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang

didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528),

menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan

berkembangnya Kerajaan Malaka.

Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.

Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).

Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di

bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar

agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.

(3)

Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu

mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan

Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya,

Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari

makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara

golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil

menguasai Aceh pada tahun 1904.

Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan

internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi

pedangang Islam.

Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan

bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama islam.

Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu

Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf

dari Singkil.Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi

juga sampai ke Jawa.

.

D.KESULTANAN MALAKA

Letak kerajaan Malaka diperkirakan berada di pulau Sumatera dan

SemenanjungMalaka.

Malaka dibidang politik dan pertahanan.Mereka menjadi lupa akan

pertahanan negara. Dengan demikian, ketika bangsaPortugis datang ke

Malaka dan berambisi manaklukan kekuatan-kekuatan Islam,Malaka

tidak memiliki persiapan untuk menghadapinya. Dengan mudah

kesultananMalaka

dapat ditaklukan bangsa Portugis pada tahun 1511 M.

Pada bidang ekonomi, Sultan dan Pejabat Tinggi keultanan ikut

terlibat, sepertit e r l i b a t d a l a m k e g i a t a n d a g a n g , k e m u d i a n

k e k a y a a n y a n g d i p e r o l e h d a r i perdagangan tersebut

(4)

memelihara gundik, hidup mewah, serta membangun dan

memelihara pelabuhan. Berlakunya pajak bea-cukai yang dikenakan

pada setiap barang dandibedakan atas asal barang.K e s u l t a n a n M a l a k a

m e m i l i k i U n d a n g - u n d a n g l a u t y a n g b e r i s i

p e n g a t u r a n perdagangan dan pelayaran di kesultanan tersebut.d .

Kehidupan sosial kesultanan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak,

keadaan alam,dan lingkungan wilayahnya.A g a r k o m u n i k a s i b e r j a l a n

d e n g a n l a n c a r m a k a b a h a s a m e l a y u d i g u n a k a n d i Kesultanan

Malaka sebagai bahasa pengantar.e .

K e h i d u p a n B u d a y a , Berkembangnya seni sastra melayu yang

menceritakan tentang tokoh pahlawankerajaan, seperti Hikayat Hang Tuah

3. Kerajaan Minangkabau

Kerajaan Pagaruyung disebut juga sebagai Kerajaan Minangkabau yang

merupakan salah satu Kerajaan Melayu yang pernah berdiri, meliputi provinsi

Sumatra Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Kerajaan ini pernah

dipimpin oleh Adityawarman sejak tahun 1347. Dan sekitar tahun 1600-an,

kerajaan ini menjadi Kesultanan Islam. Munculnya nama Pagaruyung sebagai

sebuah kerajaan Melayu tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun dari

beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, menunjukan bahwa

Adityawarman memang pernah menjadi raja di negeri tersebut. Pengaruh Islam

di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para

musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah

satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah

Kuala), yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap

pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17,

Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam

yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.

(5)
(6)

Kerajaan Islam di Sumatera

By admin | February 21, 2014

1 Comment

Kerajaan Islam di Sumatera- Kerajaan Islam di Sumatera meliputi kerajaan samudra pasai, kerajaan malaka dan kerajaan aceh. Berikut uraian kerajaan Islam yang ada di Sumatera.

1. Kerajaan Samudera Pasai

Pedagang Persia, Gujarat, dan Arab pada awal abad ke-12 membawa ajaran Islam aliran Syiah ke pantai Timur Sumatera, terutama di negera Perlak dan Pasai. Saat itu aliran Syiah berkembang di Persia dan Hindustan apalagi Dinasti Fatimiah sebagai penganut Islam aliran Syiah sedang berkuasa di Mesir. Mereka berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan Dinasti Mamluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitu pula di pantai Timur Sumatera. Utusan Mamluk yang bernama Syekh Ismail

mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i. Sultan Malikul Saleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Zahir, sedangkan putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah. Saat Majapahit melakukan perluasan imperium ke seluruh Nusantara, Pasai berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni: (a) Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).

(b) Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326. (c) Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.

(d) Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383. (e) Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.

(f) Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

Adanya Samudera Pasai ini diperkuat oleh catatan Ibnu Batutah, sejarawan dari Maroko. Kronik dari orang-orang Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu Batutah, Samudera Pasai merupakan pusat studi Islam. Ia berkunjung ke kerajaan ini pada tahun 1345-1346. Ibnu Batutah menyebutnya sebagai “Sumutrah”, ejaannya untuk nama Samudera, yang kemudian menjadi Sumatera.

(7)

Cina. Sultan Pasai ini diberitakan melakukan hubungan dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman. Diberitakan pula, bahwa terdapat pegawai yang berasal dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang mengabdi di istana Pasai. Oleh karena itu, karya sastra dari Persia begitu populer di Samudera Pasai ini. Untuk selanjutnya, bentuk sastra Persia ini berpengaruh terhadap bentuk kesusastraan Melayu kemudian hari. Berdasarkan catatan Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai sejak seabad yang lalu, jadi sekitar abad ke-12 M. Raja dan rakyat Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafei. Setelah setahun di Pasai, Batutah segera melanjutkan pelayarannya ke Cina, dan kembali ke Samudera Pasai lagi pada tahun 1347.

Bukti lain dari keberadaan Pasai adalah ditemukannya mata uang dirham sebagai alat-tukar dagang. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang memerintah Kerajaan. Nama-nama sultan (memerintah dari abad ke-14 hingga 15) yang tercetak pada mata uang tersebut di antaranya: Sultan Alauddin, Mansur Malik Zahir, Abu Zaid Malik Zahir, Muhammad Malik Zahir, Ahmad Malik Zahir, dan Abdullah Malik Zahir. Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.

2. Kerajaan Malaka

Sesungguhnya, Kerajaan Malaka ini tidak termasuk wilayah Indonesia, melainkan Malaysia. Namun, karena kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan kebudayaan Islam di sekitar perairan Nusantara, maka Kerajaan Malaka ini perlu dibahas dalam bab ini. Kerajaan Malaka (orang Malaysia menyebutnya Melaka) terletak di jalur pelayaran dan perdagangan antara Asia Barat dengan Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit.

Pendiri Malaka adalah Pangeran Parameswara, berasal dari Sriwijaya (Palembang). Ketika di Sriwijaya terjadi perebutan kekuasaan pada abad ke-14 M, Parameswara melarikan diri ke Pulau Singapura.

Dari Singapura, ia menyingkir lagi ke Malaka karena mendapat serangan dari Majapahit. Di Malaka ia membangun pemukiman baru yang dibantu oleh orang-orang Palembang. Bahkan Parameswara bekerja sama dengan kaum bajak laut (perompak). Ia memaksa kapal-kapal dagang yang melewati Selat Malaka untuk singgah di pelabuhan Malaka guna mendapatkan surat jalan.

Untuk melindungi kekuasaannya dari raja-raja Siam di Thailand dan Majapahit dari Jawa, ia menjalin hubungan dengan Kaisar Ming dari Cina. Kaisar Ming inilah yang mengirimkan balatentara di bawah pimpinan Laksamana Cheng-Ho pada tahun 1409 dan 1414. Dengan demikian, Parameswara berhasil mengembangkan Malaka dengan cepat. Kemudian, Malaka pun mengambil alih peranan Sriwijaya dalam hal perdagangan di sekitar Selat Malaka. Selat Malaka pada waktu itu merupakan Jalur Sutera (Silk Road) perdagangan yang dilalui oleh para pedagang dari Arab, Persia, India, Cina, Filipina, dan Indonesia.

(8)

Sejarah Melayu, pengislaman Malaka berlangsung setelah Sri Maharaja, raja pengganti Parameswara, berkenalan dengan Sayid Abdul Aziz dari Jedah, Arab. Setelah masuk Islam, Sri Maharaja bergelar Sultan Muhammad Syah. Sebagian sejarawan bahkan beranggapan bahwa ia merupakan raja Malaka yang pertama muslim. Pendapat lain menyatakan, Malaka diislamkan oleh Samudera Pasai. Sri Maharaja memerintah dari tahun 1414 hingga 1444. Ia lalu digantikan oleh Sri Parameswara Dewa Syah, dikenal juga dengan nama Ibrahim Abu Said. Parameswara Dewa Syah hanya memerintah satu tahun, hingga 1445. Yang kemudian menjadi raja adalah Sultan Muzaffar Syah atau Kasim. Pada masanya Malaka mencapai masa keemasannya. Ketika itu, wilayah Malaka melingkupi Pahang, Trengganu, Pattani (sekarang termasuk wilayah Thailand), serta Kampar dan Indragiri di Sumatera.

Sultan ini memerintah hingga tahun 1459. Ia digantikan oleh Sultan Mansur Syah, dikenal juga sebagai Abdullah. Mansur Syah memerintah Malaka sampai tahun 1477. Jabatan sultan diserahkan kepada Sultan Alauddin Riayat Syah yang memerintah hingga 1488. Masa kejayaan Malaka langsung sirna sejak pasukan Portugis menyerang Malaka pada tahun 1511. Portugis yang dipimpin langsung oleh Alfonso de Albuquerque, dengan mudah

mengalahkan pertahanan Malaka. Portugis segera membangun benteng pertahanan. Salah satu benteng peninggalan Portugis yang masih tersisa hingga kini adalah Benteng Alfamosa. Seabad kemudian, Portugis hengkang dari Malaka karena serangan pasukan VOC dari Belanda. Orang Belanda pun tak lama berkuasa atas Malaka karena kemudian Inggris mengambil alih kekuasaan atas Malaka.

3. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530 setelah melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie. Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568). Sultan Alaudin al-Kahar menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap Sultan Johor, namun kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh. Pada masa kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.

Penggantinya adalah Sultan Ali Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Pada masa inilah, Portugis melakukan penyerangan karena ingin

melakukan monopoli perdagangan di Aceh, tapi usaha ini tidak berhasil. Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun 1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).

Gejala kemunduran Kerajaan Aceh muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan oleh

Sultan Iskandar Thani (Sultan Iskandar Sani) yang memerintah tahun 1637-1642.

Iskandar Sani adalah menantu Iskandar Muda. Tak seperti mertuanya, ia lebih mementingkan pembangunan dalam negeri daripada ekspansi luar negeri. Dalam masa pemerintahannnya yang singkat, empat tahun, Aceh berada dalam keadaan damai dan sejahtera, hukum syariat Islam ditegakkan, dan hubungan dengan kerajaan-kerajaan bawahan dilakukan tanpa tekanan politik ataupun militer.

(9)

dari itu, ia kemudian diangkat menjadi mufti (penasehat) Sultan. Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku).

Seusai Iskandar Sani, yang memerintah Aceh berikutnya adalah empat orang sultanah (sultan perempuan) berturut-turut. Sultanah yang pertama adalah Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), janda Iskandar Sani. Kemudian berturut-turut adalah Sri Ratu Naqiyatuddin Nurul Alam, Inayat Syah, dan Kamalat Syah. Pada masa Sultanah Kamalat Syah ini turun fatwa dari Mekah yang melarang Aceh dipimpin oleh kaum wanita. Pada 1699 pemerintahan Aceh pun dipegang oleh kaum pria kembali. Ketika Sultanah Safiatuddin Tajul Alam berkuasa, di Aceh tengah berkembang Tarekat Syattariah yang dibawa oleh Abdur Rauf Singkel. Sekembalinya dari Mekah tahun 1662, ia menjalin hubungan dengan Sultanah, dan kemudian menjadi mufti Kerajaan Aceh. Abdur Rauf Singkel dikenal sebagai penulis. Ia menulis buku tafsir Al-Quran dalam bahasa Melayu, berjudul Tarjuman al-Mustafid (Terjemahan Pemberi Faedah), buku tafsir pertama berbahasa Melayu yang ditulis di Indonesia. Pada tahun 1816, sultan Aceh yang bernama Saiful Alam bertikai dengan Jawharul Alam Aminuddin. Kesempatan ini dipergunakan oleh Gubernur Jenderal asal Inggris, Thomas Stanford

Raffles yang ingin menguasai Aceh yang belum pernah ditundukkan oleh Belanda. Ketika itu pemerintahan Hindia Belanda yang menguasai Indonesia tengah digantikan oleh

pemerintahan Inggris. Pada tanggal 22 April 1818, Raffles yang ketika itu berkedudukan di Bengkulu, mengadakan perjanjian dagang dengan Aminuddin. Berkat bantuan pasukan Inggris akhirnya Aminuddin menjadi sultan Aceh pada tahun 1816, menggantikan Sultan Saiful Alam.

Pada tahun 1824, pihak Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian di London, Inggris. Traktat London ini berisikan bahwa Inggris dan Belanda tak boleh mengadakan praktik kolonialisme di Aceh. Namun, pada 1871, berdasarkan keputusan Traktat Sumatera, Belanda kemudian berhak memperluas wilayah jajahannya ke Aceh.

Dua tahun kemudian, tahun 1873, Belanda menyerbu Kerajaan Aceh. Alasan Belanda adalah karena Aceh selalu melindungi para pembajak laut. Sejak saat itu, Aceh terus terlibat

peperangan dengan Belanda. Lahirlah pahlawan-pahlawan tangguh dari Aceh, pria-wanita, di antaranya Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim.

Perang Aceh ini baru berhenti pada tahun 1912 setelah Belanda mengetahui taktik perang orang-orang Aceh. Runtuhlah Kerajaan Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekah, yang telah berdiri selama tiga abad lebih. Kemenangan Belanda ini berkat bantuan Dr. Snouck Horgronje, yang sebelumnya menyamar sebagai seorang muslim di Aceh. Pada tahun 1945 Aceh menjadi bagian dari Republik Indonesia.

KERAJAAN PAGARUYUNG

Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri, meliputi provinsi Sumatra Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini berasal dari ibukotanya, yang berada di nagari Pagaruyung. Kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama Adityawarman pada tahun 1347. Kerajaan Pagaruyung menjadi Kesultanan Islam sekitar tahun 1600-an.

Walaupun Adityawarman merupakan pangeran dari Majapahit, ia sebenarnya memiliki darah Melayu. Dalam sejarahnya, pada tahun 1286, Raja Kertanegara menghadiahkan arca

(10)

dibawa dan dipersunting oleh bangsawan Singosari. Dari perkawinan Dara Jingga inilah kemudian lahir Aditywarman.

Ketika Singosari runtuh, mucul Majapahit. Adityawarman merupakan seorang pejabat di Majapahit. Suatu ketika, ia dikirim ke Darmasraya sebagai penguasa daerah tersebut. Tapi kemudian, Adityawarman justru melepaskan diri dari Majapahit. Dalam sebuah prasasti bertahun 1347, disebutkan bahwa Aditywarman menobatkan diri sebagai raja atas daerah tersebut. Daerah kekuasaannya disebut Pagaruyung, karena ia memagari daerah tersebut dengan ruyung pohon kuamang, agar aman dari gangguan pihak luar. Karena itulah, negeri itu kemudian disebut dengan Pagaruyung.

(11)

ERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA

KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA

1.1 Kerajaan Perlak

Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai

bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang).

Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.

Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

(12)

a.Letak Secara geografis: Kerajaan SamuderaPasai terletak di daerah pantai timur Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan selat malaka.

b.Kehidupan Politik: Perkembangan kehidupan politik pemerintahan di

Kesultanan Samudera Pasai berjalan seperti kerajaan pada umumnya. Pemerintah kesultanan dipimpin oleh seorang sultan yang dibantu oleh beberapa orang

dewanmenteri. Sultan ini merupakan simbol negara dan diperoleh secara turun temurun dari orang tua (ayah)yang sebelumnya menjadi sultan. Raja-raja yang pernah memerintah di Kesultanan Samudera Pasai yaitu:

-Nazimuddin Kamil (1283-1285) -Sultan Malikul Saleh (1285-1297) -Sultan Malikul Thahir (1927-1326)

c.Kehidupan Ekonomi: Sebelum menjadi kesultanan, Samudera Pasai

merupakan pelabuhan yang ramai dikunjungi pedagang dari dalam dan luar negeri. Namun waktu itu, Samudera Pasai masih berada di bawah kekuasaan Majapahit. Tatkala Majapahit mengalami kemunduran dan pengawasan terhadap Samudera Pasai berkurang, para ulama Samudera Pasai memanfaatkanny adengan mendirikan kesultanan. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dari pelabuhan dan perdagangan kini benar- benar dimanfaatkan untuk membangun rakyat Samudera Pasai. Pada tahun 1350 Merupakan puncak kebesaran kerajaan Samudera Pasai. d.Kehidupan Soisal: Sistem pemerintahan yang dijalankan di kesultanan Samudera Pasai merupakan sistem Theokrasi, yakni berdasarkan ajaran agama Islam, karena sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam.

e.Kehidupan Budaya Kehidupan: budaya penduduk kesultanan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Hal ini terbukti dari peninggalan-peninggalan berupa bekas Keraton, Batu Nisan padakuburan Sultan, Mesjid, serta hasil-hasil Kesusastraan.Selain itu, sistem penanggalan/kalender jelas-jelas

menggunakan perhitungan tahun Hijriyah.

1.3 Kesultanan Malaka

a.Letak Letak kerajaan Malaka: diperkirakan berada di pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka. b.Kehidupan Politik: Raja-raja/Sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Malaka adalah sebagai berikut:

-Sultan IskandarSyah (1396-1414 M)

-Sultan Muhammad IskandarSyah (1414-1424 M) -Sultan MudzafatSyah (1424-1458 M)

-Sultan MansyurSyah (1458-1477 M) -Sultan AlaudinSyah (1477-1488 M) -Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)

Namun, sistem birokrasi dan feodalisme Sultan, pembesar, dan golongan bangsawan berakibat pada melemahnya Malaka dibidang politik dan pertahanan. Mereka

menjadi lupa akan pertahanan negara. Dengan demikian, ketika bangsa Portugis datang ke Malaka dan berambisi manaklukan kekuatan-kekuatan Islam, Malaka tidak memiliki persiapan untuk menghadapinya. Dengan mudah kesultanan Malaka dapat ditaklukan bangsa Portugis pada tahun 1511 M.

c.Kehidupan Ekonomi: Pada bidang ekonomi, Sultan dan Pejabat Tinggi

(13)

membangun dan memelihara pelabuhan. Berlakunya pajak bea-cukai yang

dikenakan pada setiap barang dan dibedakan atas asal barang. Kesultanan Malaka memiliki Undang-undang laut yang berisi pengaturan perdagangan dan pelayaran di kesultanan tersebut.

d.Kehidupan Sosial: Kehidupan sosial kesultanan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaanalam dan lingkungan wilayahnya. Agar komunikasi berjalan dengan lancar maka bahasa melayu digunakan di Kesultanan Malaka sebagai bahasa pengantar.

e.Kehidupan Budaya: Berkembangnya seni sastra melayu yang menceritakan tentang tokoh pahlawan kerajaan, seperti Hikayat Hang Tuah.

1.4 Kesultanan Aceh

a.Letak Kesultanan Aceh: terletak di daerah pulau Sumatera, tepatnya di bagian utara pulau Sumatera. b.Kehidupan Politik: Kejatuhan Malaka (1511 M) pada Portugis membuat Sultannya menyingkir ke Johordan mendirikan Kesultanan baru di sana. Para pembesar Aceh membangun daerahnya sebagai sebuah kesultanan yang bercorak Islam. Raja-raja/Sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Aceh adalah sebagaiberikut:

-Sultan Ali MughayatSyah (1514-1528 M) -Sultan Slahuddin (1528-1537 M)

-Sultan AlaudinRiayatSyah -Kahar (1537-1568 M)

(14)

6 Benda dan Bangunan indah Peninggalan Kesultanan

Aceh

Kesultanan aceh di ujung barat indonesia ini menjadi sangat kuat dan terkenal ketika dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, namun hanya beberapa peningalanya saja yang dapat kita jumpai sekarang ini, seperti yang berikut ini....

1. Taman Sari Gunongan

http://www.panoramio.com

Taman Sari Gunongan merupakan salah satu peninngalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tidak terselamatkan karena Belanda menyerbu Aceh. Gunongan dibangun pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda yamg memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Malaka. Putri boyongan dari Pahang yang sangat cantik parasnya dan halus budi bahasanya membuat Sultan Iskandar Muda jatuh cinta dan menjadikannya sebagai permaisuri. Demi cintannya yang sangat besar, Sultan Iskandar Muda bersedia memenuhi permintaan permaisurinya untuk membangun sebuah taman sari yang sangat indah, lengkap dengan Gunongan sebagai tempat untuk menghibur diri agar kerinduan sang permaisuri pada suasana pegunungan di tempat asalnya terpenuhi. (http://disbudpar.acehprov.go.id/)

(15)

http://hack87.tumblr.com

Mesjid Indrapuri adalah bangunan tua berbentuk segi empat sama sisi. Bentuknya khas, mirip candi, karena di masa silam bangunan tersebut bekas benteng sekaligus candi kerajaan hindu yang lebih dahulu berkuasa di Aceh. Diperkirakan pada tahun 1.300 Masehi, pengaruh Islam di Aceh mulai menyebar, dan perlahan penduduk sekitar sudah mengenal Islam, akhirnya bangunan yang dulunya candi berubah fungsi menjadi mesjid. Dan sejarah juga mengatakan bangunan bekas candi tersebut dirubah menjadi mesjid di masa Sultan Iskandar Muda berkuasa dari tahun 1607-1637 Masehi. (http://atjehlink.com/)

3. Benteng Indrapatra

http://iloveaceh.tumblr.com

(16)

Portugis. Sultan Iskandar Muda menugaskan Laksamana Malahayati seorang laksamana perempuan pertama di dunia untuk memimpin pasukan di wilayah basis pertahanan ini. Benteng ini merupakan benteng yang dibangun oleh kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu pertama di Aceh. Walaupun akhirnya Islam mendominasi di Aceh, tetapi Sultan dan Ratu yang memimpin Aceh tidak pernah menghancurkan jejak peninggalan nenek moyangnya. (http://travel.detik.com/)

4. Pinto Khop

http://visittoaceh.blogspot.com

Pinto Khop terletak di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturahman, Kota Banda Aceh. Pinto Khop merupakan sejarah Aceh tempo dulu. Pinto Khop di bangun pada masa pemerintahan sultan iskandar muda. Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara istana dan taman putroe phang.Pinto khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah.Pinto khop ini juga merupakan tempat beristirahat putri pahang setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari gunongan.Di sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri,di sana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri mandi bunga. (http:// acehindah.blogspot.com)

(17)

Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa teknisi dan pembuat senjata dari Turki ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam sendiri dari kuningan dimana meriam ini digunakan untuk mempertahankan acwh dari penjajah.

6. Hikayat Prang Sabi

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas dari sediaan patch ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan enhancer natrium lauril sulfat

Sebuah opsi untuk memperoleh barang atau jasa tambahan bagi pelanggan dapat menimbulkan kewajiban kinerja terpisah bagi perusahaan jika opsi tersebut dilaksanakan

Bapak atau Ibu Dosen serta para staf Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama dibangku perkuliahan..

Orang yang bertanya kepada Rasulullah dalam hadis S{ahi>h Muslim tersebut adalah ‘Imra>n bin al-H{us}ayn dan yang masuk neraka adalah ayahnya yang bernama

Apoptosis merupakan mekanisme untuk mengontrol proliferasi sel sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal dan juga akan mengakibatkan kematian sel jika

Simplisia biji jinten hitam bisa didapat dari berbagai belahan dunia termasuk dari India dan Indonesia, tetapi yang paling populer digunakan adalah jinten hitam yang berasal

Memberikan landasan pada pengelola media massa dalam hal ini bahwa informasi atau berita tidak hanya bisa dijabarkan melalui tulisan maupun siaran, namun dapat pula berupa

Berdasarkan analisis respon siswa t erhadap penggunaan LKS berbasis Pj BL dapat disim pulkan bahwa siswa sangat senang dalam m engikut i pem belaj aran dengan