• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUBERKULOSIS PARU TB PARU terbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUBERKULOSIS PARU TB PARU terbaru "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUBERKULOSIS PARU (TB PARU)

1. Definisi

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basilMycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012)

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)

Tuberculosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2009).

TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).

2. Etiologi

Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5– 4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.

(2)

3. Epidemiologi

Sekitar 75 % penderita TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15 – 50 Tahun ) . Diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan . Hal tersebut akan berdampak pada kehilngan pendapatan tahunan rumah tanggannya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB , maka akan kehilangan pendapatannya selama 15 tahun . Selain merugikan secara ekonomis, Tb juga memberikan dampak buruk lainya secara sosial seperti stigmabahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :

a. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara- negara yangsudah berkembang.

b. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparitas yang terlalu lebar, sehingga masyarakat yang mengalami masalah dengan kondisi sanitasi, papan , sandang, dan pangan yang buruk.

c. Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran, tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan per kapita yang masih rendah yang berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap TB.

d. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh :  Tidak adanya koitmen politik dan pendanaan

 Tidak memadainya organisasipelayanan TB ( kurang terakses olah masyarakat, penemuan kasus yang tidak berstandar, obat tidak terjamin penyedianya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelporan yang berstandar).

 Tidak memadainya tatalksana kasus

 Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.  Infrastruktur kesehatan yang buruk.

 Belum ada jaminan kesehatan yang bisa mencakup semua masyarakat luas secara merata.

e. Meningkatnya pertumbuhan penduduk

f. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisamempengaruhi tetap tingginya beban TB seperti gizi buruk ,merokok dan diabetes.

g. Dampak endemi HIV.

h. Pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (Multidrugs Resistens = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak bisa disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

(3)

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: 1. Tuberkulosis paru:

Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

2. Tuberkulosis ekstra paru:

Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan ( dari 28 dosis).˂

2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu: • Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).

• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

(4)

• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui. c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :

• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja

• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan

• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan

• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)

• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).

d. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV

1. Paisen Tb dengan HIV Positif( Pasien Ko-Infeksi TB/HIV) adalah pasien TB dengan :

 Hasil tespositif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART  Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB

2. Pasien Tb dengan HIV negatif adalah pasien TB dengan

 Hasil tes negativ sebelumnya

 Hasil tes negativ pada saat diagnosis TB

3. Pasien TB denganstatus HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saatdiagnosis TB ditetapkan.

5. Patofisiologi

(5)

sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi imflamasi. Fagosit ( neotrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik – tuberkolosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.

Masa jaringan baru, yang disebut granulomas yangh merupakan gumpalan hasil basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari masa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju di dalam bronchi. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah meyembuh, membentuk jaringan parut yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonioa lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan hanya supaya diikuti malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan (Corwin, 2009)

(6)

1. Demam 40- 41 derajat celcius serta ada batuk / batuk darah. 2. Sesak napas dan nyeri dada

3. Malaise, keringat malam

4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit. 6. Pada anak

a. Berkurangnya BB 2 bulan berturut- turuttanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.

b. Demam tanpa sebab jelas, terutamajika berlanjut sampai 2 minggu. c. Batuk kronik >3 minggu , dengan atau tanpa wheeze.

d. Riwayat kontak dengan pasien TB Paru dewasa.

e. Semua anak dengan reaksi cepat BCG ( reaksi lokal timbul < 7 hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan system scoring TB anak.

f. Anak dengan TB jika jumlah skor > 6 ( skor maksimal 13 ).

g. Pasien usia balita yang terdapat skor 5, di rujuk kerumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut.

7. Tatalaksana Medis

Tujuan Pengobatan TB adalah :

1. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup. 2. Mencegah kematian karena TB atau dampak buruk selanjutnya.

3. Mencegah terjadinya kekambuhan TB 4. Menurunkan penularan TB.

5. Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten Obat. Prinsip pengobatan TB

Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efesien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.

Pengeobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip sebagai berikut :

 Pengobatan yang tepat diberikan dalam paduan obat OAT yang tepat mengandung minimal empat macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

 Diberikan dalam dosis yang tepat.

 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.

 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

Tahapan Pengobatan TB :

Tahapan pengobatan TB harus meliputi pengobatan tahap awal dan pengobatan tahap lanjutan dengan maksud :

(7)

Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan tahap ini adalah dimaksudkan adalah untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimaisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistensi sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semuapasien baru, harus diberikan selama dua bulan . Pada umumnya pengobatan secara teratur serta tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama dua minggu.

b. Tahap Lanjutan

Pengobatan lanjutan merupakan tahap pengobatan yang sangat penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Kategori I

Penyakit TB yang tergolong dalam katagori I ini adalah : 1. TB Paru yang test sputum dengan hasil BTA (+)

2. TB Paru yang test sputum dengan hasil BTA (-) dan foto toraks (+) 3. TB ektra Paru berat

OAT yang di berikan pada kategori ini adalah : - 2HRZE/4H3R3

- 2HRZE/4HR - 2HRZE/6HE Kategori II

Penyakit Tb yang tergolong dalam kategori II adalah : 1. Pasien kambuh

2. Gagal terapi pengobatan 3. Kasus putus obat

OAT yang diberikan pada pasien kategori II ini adalah : - 2RHZES/RHZE/5H3R3

- 2HRZES/HRZE/5HRE Kategori III

Pasien yang tergolong dalam kategori III ini adalah :

1. TB Paru dengan pemeriksaan BTA (-) dengan lesi minimal

2. Pada ekstra paru ringan limfadenitis, osteomielitis tb, artritis tb, nepritis tb OAT yang diberikan pada pasien katagori III adlah :

- 2 RHZ/4RH - 2HRZ/4H3R3 - 2HRZ/6HE Kategori IV

(8)

Kasus kronik, OAT yang diberikan pada pasien ini adalah : RHZES / sesuai hasil uji resistensi (Minimal OAT yang sensitif ) + OBAT LINI 2 MINIMAL T/ 18 bulan. MDR TB (multidrug resistant TB ) , pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah : sesuai uji resistensi + OAT LINI 2 atau ( H ) seumur hidup.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru yaitu :

1. Laboratoriumdarah rutin : LED normal/ meningkat,limfositosis. 2. Pemeriksaan sputum BTA :

3. Tes PAP (Perosidase Anti Peroksidase )

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil TB.

4. Tes Mantoux

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik tehadap basil TB.

5. Tehnik PolymeraseChain Reaction

Eteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mokroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

6. Becton Dickinson Diagnostik Instrument Sistem (BDDIS)

Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh mikobakterium tuberkulosis.

7. MY CODOT

Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannah yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik,kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.

8. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB,Yaitu :

 Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah.

 Bayangan berwarna (patchy ) atau bercak (nodular)  Adanya kavitas, tunggal atau ganda.

 Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.  Adanya klasifikasi

(9)

DAFTAR PUSTAKA ( REFERENSI )

Nurarif H. Amin dkk .2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Mediaction. Djogjakarta. Kementerian Kesehatan RI .2014. Pedoman Nasional Pengendalian tuberkulosis. Kemenkes RI . Jakarta

M.Ardiansyah.2012.medikal bedah untuk mahasiswa. Diva press. Yogyakarta

(10)

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU MATRIKULASI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM ALIH JENJANG PERTEMUAN TANGGAL 5 JULI 2017

(11)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Referensi

Dokumen terkait

(1) Proses perencanaan supervisi berisi pembentukan jadwal supervisi dan instrumen penilaian supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan wakasek kurikulum, (2)

semua merasa berduka karena seorangGuru Besar Ilmu Sejarah yang begitu cerdas, cinta bangsa dan berbudi luhur meninggalkan kita u&#34;:tuk selama-lamanya, Na~un demikian kita

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu implementasi kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor

[r]

Air alam yang bersumber dari sungai, laut, maupun dari sumur yang mengandung kandungan bermacam-macam kotoran yang merupakan senyawa kimia yang dapat menimbulkan beberapa

Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pendidikan dimasa depan merupakan manajemen pendidikan yang dirancang atau disusun

Ke- limpahan ikan yang rendah di bagian tengah Su- ngai Cikawung dibuktikan dengan jumlah total hasil tangkapan yang rendah yaitu hanya 85 spe- simen, jauh lebih rendah

PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS (BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO). PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI