THE CORRELATION OF PARENTS DEMOCRATIC CARE PATTERN
AND LEVEL OF DEPRESSION AT STUDENTS IN STATE SENIOR HIGH
SCHOOL MEDIKA SAMARINDA
HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN
TINGKAT DEPRESI PADA SISWA-SISWI SMK MEDIKA SAMARINDA
DISUSUN OLEH
Annaas Budi Setyawan
NIM.11.11.3082.3.0356
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA SISWA-SISWI SMK
MEDIKA SAMARINDA
SKRIPSI
DISUSUN OLEH
Annaas Budi Setyawan
NIM.11.11.3082.3.0356
Diseminarkan dan diujikan
Pada tanggal, 28 Januari 2013
Penguji I
Ns. Maridi M. Dirdjo, M.Kep NBP.971013
Penguji II
Ns. Linda Dwi Novial Fitri,M.Kep.Sp.Jiwa
NIP.19731103 199505 2 004
Penguji III
Ns.Dwi Rahmah F, S.Kep
NBP. 971205
Mengetahui,
Ketua
Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
SCHOOL MEDIKA SAMARINDA
Annaas Budi Setyawan1, Linda Dwi Novial Fitri2, Dwi Rahma Fitriani3
ABSTRACT
Backgruond: Parent care pattern is the effort of parent in mothering, caring, enlarging and educating a child which able to influence the quality of child both biological, psychological or social. The parent care pattern to their child is divided three types that permissive, authoritarian and democratic care pattern. Depression interpreted as one of mental defective form of feeling realm (affective/mood disorder) indicated with sullenness, debility, no zest of life, feeling of unused, hopeless and others. Many factors influencing the happened of depression at adolescent that is genetic, biologic and also social factors like problem of parent marriage, problem with parent, interpersonal relation with parent and coeval friend, finance, physical disease, etc.
Objective:Target of this research is to describe the relationship between parent care pattern with level of depression at adolescent in State Senior High School Medika Samarinda year of 2012.
Method:The analytical descriptive research with cross sectional approach made bay using the questionnaire as research instrument. Independent variable in this research is parent care pattern and its dependent variable is depression at the adolescent. Research subject is student of SMK Medika Samarinda with amount of samples is 148 respondens. Statistical test used Chi Square to assess the relationship between parent care democratic pattern and level of depression at the adolescent.
Result:Result of this research indicates that most respondens have a parent which applied democratic care pattern while its depression level in category of light. Result of statistical analysis indicates that there is significant relationhip between parents care pattern and level of depression at adolescent in SMK Medika Samarinda
Keywords : Parent Care Pattern, Depression, Students
1. Nurse at RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
2. Head of Nursing Training and development section RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
4
HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN TINGKAT
DEPRESI PADA SISWA-SISWI SMK MEDIKA SAMARINDA
Annaas Budi Setyawan1, Linda Dwi Novial Fitri2, Dwi Rahma Fitriani3
INTISARI
Latar Belakang: Pola asuh orang tua adalah upaya orang tua dalam mengasuh, merawat, membesarkan dan mendidik seorang anak yang dapat mempengaruhi kualitas anak baik biologis, psikologis atau sosial. Jenis pola asuh orang tua pada anaknya dibagi menjadi tiga antara lain pola asuh permisif, pola asuh otoriter dan pola asuh demokratis. Depresi diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan yang tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada remaja antara lain faktor genetik, faktor biologis serta faktor-faktor sosial seperti masalah perkawinan orang tua, Masalah dengan orang tua, hubungan interpersonal dengan orang tua maupun teman sebaya, keuangan, penyakit fisik dan lain-lain.
Tujuan: penelitian ini adalah untuk mengagambarkan hubungan antara pola asuh demokratis orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK Medika Samarinda pada tahun 2012
Metode: Penelitian diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner. Variabel bebas dalam penelitian adalah Pola asuh demokratis orang tua dan variabel terikatnya adalah depresi pada remaja. Subyek penelitian adalah siswa-siswi SMK Medika Samarinda dengan sampel sebanyak 148 responden. Uji statistik dengan menggunakan Chi Square dengan alfa 5% untuk menilai hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai P value 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan keputusan penelitian hipotesa nol(Ho) ditolak. sebagian besar responden mempunyai orang tua yang menerapkan pola asuh secara demokratis. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK Medika SamarindaRekomendasi telah diberikan kepada sekolah untuk memberikan bimbingan konseling kepada siswa agar membantu siswa mengatasi masalah.
Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua, Depresi, siswa-siswi
1. Perawat Pelaksana RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
2. Kepala Bidang Keperawatan bagian Pelatihan Dan pengembangan RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
1. Pendahuluan
Keluarga adalah koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluarga akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya ini berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan anak. Adakalanya orang tua bersikap atau bertindak sebagai patokan, sebagai contoh agar ditiru dan apa yang ditiru akan meresap dalam dirinya. Dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku atau bagian dari kepribadiannya1.
Dari berbagai macam pola asuh yang banyak dikenal, pola asuh demokratis mempunyai dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan pola asuh otoriter ataupun permissif. Dengan pola asuh demokratis anak akan menjadi orang yang mau menerima kritik dari orang lain, mampu menghargai orang lain, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya3.
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstrak6.
Prevalensi depresi pada anak remaja di dunia sekitar 8-15 persen. Hasil metaanalisis dari berbagai negara di dunia diperoleh prevalensi rata-rata depresi pada remaja adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita dan pria adalah 14,1 : 8, Insiden anak prapubertas diperkirakan 1,5-2,5% dan menjadi 4--5% pada masa remaja. Dalton dan Forman melaporkan insiden gangguan depresi berat pada anak prapubertas 1,8%, remaja 3,5-5%, melaporkan 7% dari pasien umum anak adalah penderita depresi . Lebih dari separoh pasien psikiater anak dan remaja merupakan penderita depresi, Remaja perempuan secara konsisten memperlihatkan tingkat gangguan depresif dan masalah suasana yang hati yang lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki6.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI, gangguan mental emosional ringan seperti cemas dan depresi dialami sekitar 11,6 % populasi Indonesia (24.708.000 orang) yang usianya diatas 15 tahun. Sedangkan remaja usia 16-20 tahun yang mengalami gangguan mental berat seperti psikotis, skizoprenia dan depresi berat sebesar 0,46%. Sementara 80% pasien yang datang ke pelayanan kesehatan primer berlatar belakang gangguan psikiatri mulai dari yang ringan hingga berat7.
6
kesehatan. Sekolah ini mengalami peningkatan siswa dari tahun ke tahun dan sekarang total siswa-siswa di sekolah ini berjumlah 235 siswa.
Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15 Juli 2012 terhadap 10 orang siswa dan siswi kelas XI SMK Medika Samarinda yang diambil secara insidental, dapat diketahui bahwa 4 dari siswa 10 tersebut mengalami gejala depresi ringan seperti menarik diri dari teman-teman, tidak bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar dan merasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri. Dari informasi yang didapat dari guru bahwa 4 siswa tersebut sering mendapatkan nilai rendah ketika ulangan harian untuk beberapa mata pelajaran, mereka bercerita bahwa orang tua mereka tidak lagi memperdulikan mengenai sekolah mereka, oleh sebab itu mereka berlaku bebas karena merasa tidak ada lagi yang mengawasi. Sedangkan 6 siswa lainnya mengganggap bahwa orang tua mereka sudah cukup demokratis seperti diikutsertakan dalam membuat aturan rumah, di berikan kebebasan dalam menentukan pilihan dalam melanjutkan pendidikan oleh sebab itu mereka merasa nyaman di rumah karena mereka merasa dihargai oleh keluarga terdekat dimana hal tersebut bisa menjadi motivasi mereka untuk lebih giat dalam belajar.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, peneliti menarik untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan pola asuh Demokratis orang tua terhadap depresi khususnya siswa-siswi SMK Medika Samarinda.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMK Medika Samarinda yang berjumlah 235 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode stratified random sampling10 yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil sampel dari sebagian yang telah ditentukan dengan jumlah 148 siswa. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisa univariat (mean dan distribusi frekuensi) dan teknik analisa bivariat dengan uji chi square.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian tentang agama dan suku bangsa dari responden didapatkan bahwa responden adalah berasal dari suku yang beragam. Suku Jawa sebanyak 40 responden (27%), suku Kutai sebanyak 38 responden (25,6%), suku Banjar sebanyak 35 responden (23,6%), suku Bugis sebanyak 21 responden (14,3%) dan suku Dayak sebanyak 14 responden (9,5%). Sedangkan untuk agama sebagian besar responden beragama Islam yaitu sebanyak 140 responden (94,6%) sedangkan sisanya sebanyak 5 responden (3,4%) beragama Kristen dan 3 orang (2,0%) beragama Katolik. Cara orang tua dalam membesarkan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor budaya, agama, kebiasaan, kepercayaan dan kepribadian orang tua. Walaupun dalam penelitian ini faktor agama dan suku bangsa tidak menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pola asuh orang tua maupun tingkat depresi pada remaja3.
Dari penelitian ini juga didapatkan data bahwa orang tua responden sebagian besar berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil menjadi PNS yaitu sebanyak 54 responden (36,5%). Sedangkan yang lainnya berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 37 responden (25,0%), Petani sebanyak 22 responden (14,9%) dan responden yang mempunyai orang tua selain pilihan diatas sebanyak 35 responden (23,6%). Pekerjaan orang tua biasanya akan berefek pada penghasilan dalam keluarga remaja. Masalah ekonomi dan keuangan mempunyai pengaruh yang cukup besar dimana hal terebut berpengaruh terhadap kebutuhan remaja dan seringkali masalah ini merupakan faktor yang membuat seorang remaja jatuh ke dalam depresi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mempunyai orang tua yang menerapkan pola asuh sangat demokratis. Dari 148 responden didapatkan sebanyak 88 responden (59,5%) orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis dan orang tua dengan pola asuh tidak demokratis sebanyak 60 responden (40,5% ).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat depresi dinyatakan bahwa sebanyak 148 responden sebanyak 92 responden (62,2%) tidak depresi. Sedangkan responden dengan depresi sebanyak 56 responden (37,8%).
Oleh sebab itu, dalam metode demokratis ini komunikasi biasanya berlangsung timbal balik dan berlangsung hangat antara kedua belah pihak. Biasanya remaja dengan pola asuh ini akan mempunyai kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Orang tua membiasakan kepada remaja untuk selalu bermusyawarah tentang tindakan-tindakan yang harus diambil dan menerangkan alasan peraturan yang dibuatnya. Selain itu orang tua juga menjawab setiap pertanyaan yang timbul pada remaja, hukuman pada remaja dalam pola asuh ini hanya diperlukan jika terdapat bukti mereka melakukan pelanggaran secara sadar dan menolak melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua.
Hubungan antara Pola Asuh Demokratis Orang Tua dengan Tingkat Depresi Pada Siswa-Siswi SMK Medika Samarinda
OR
8
demokratis akan berpeluang beresiko 2,9 kali menyebabkan siswa-siswi terkena depresi.
Masa remaja ditandai dengan adanya masa pubertas dan bersamaan itu terjadi pula pertumbuhan fisik, tetapi juga sering disertai oleh gejolak dan permasalahan, baik masalah medis maupun psikososial. Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan sosial membuat orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbullah keluhan berupa stress, cemas dan depresi.
Pola asuhan demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dengan remaja. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui bersama. remaja diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginanya dan belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain. Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak. Dengan pola asuhan ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol terhadap prilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang baik karena orang tua selalu merangsang remaja untuk mampu berinisiatif.
Persahabatan yang hangat antara remaja dengan orang tua walaupun dapat disadari bahwa tidak ada orang tua yang menerapkan salah satu tipe pola asuh secara mutlak. Oleh sebab itu, adanya pola asuh demokratis yang diterapkan pada remaja diharapkan remaja akan memperoleh perasaan aman, terhindar dari kesepian, tidak ketakutan , tidak memendam tekanan batin yang berlarut-larut. Sehingga akan tercipta iklim persahabatan yang hangat antara anak dengan orang tuanya. Walaupun dapat disadari bahwa tidak ada orang tua yang menerapkan salah satu tipe pola asuh secara mutlak, tapi biasanya orang tua menerapkan salah satu pola asuh yang paling dominan terhadap anak-anaknya. Dengan demikian pola asuh orang tua memegang peranan yang cukup penting pada seorang anak dalam bersikap dan berperilaku dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta menghadapi stressor yang dapat timbul akibat ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menurunkan faktor resiko terjadinya depresi pada remaja.
4. Kesimpulan
Pola asuh pada orang tua sebagian besar adalah pola asuh demokratis. Dimana sebanyak 88 responden (40,5%) orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis dan orang tua dengan pola asuh tidak demokratis sebanyak 60 responden (59,5%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar orang tua sudah cukup baik dalam mengasuh, mendidik dan membimbing remaja sehingga remaja dapat memenuhi berbagai kebutuhan psikologisnya seperti perasaan aman, nyaman dan terhindar dari berbagai gangguan kejiwaan yang sering dialami oleh remaja yaitu depresiSebanyak 92 responden (62,2%) tidak depresi. Sedangkan responden dengan depresi sebanyak 56 responden (37,8%). Ada hubungan yang cukup signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja dengan α = 0.000 ( < 0,05 ).
5. Saran
a. Bagi remaja dan orang tua :
1) diharapkan remaja mampu mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dengan baik dan mampu bersikap serta berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dimasyarakat, banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh remaja dalam mengatasi permasalahan seperti mengikuti kelompok teman sebaya, mengikuti pengajian dan mengikuti bimbingan konseling
pendapat dan mengajak berdiskusi secara terbuka. Orang tua diharapkan juga dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi putra-putri mereka sehingga remaja dapat merasa nyaman ,aman dan penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.
a. Bagi petugas kesehatan
1. Bagi petugas kesehatan sebaiknya perlu meningkatkan peran keluarga dengan pemberian konseling bagi keluarga tentang pentingnya dukungan bagi remaja melalui penjelasan secara langsung maupun tidak langsung
2. Petugas kesehatan diharapkan bekerja sama dengan bagian terkait guna meningkatkan pelayanan konselling bagi keluarga dan remaja khususnya di pelayanan kesehatan dasar masyarakat.
b. Bagi SMK Medika
1) Diharapkan sekolah lebih menjalin komunikasi antara guru dan orang tua siswa untuk menghindari kesalahapahaman dalam berkomunikasi dan saling memberikan informasi mengenai keadaan siswa yang sebenarnya.
2) Diharapkan sekolah dapat memberikan pelayanan konseling dimana pelayanan ini nantinya akan sangat bermanfaat bagi siswa yang ingin menceritakan permasalahan yang di hadapainya.
c. Bagi peneliti selanjutnya
1. Hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan perawat yang berhubungan dengan kegiatan penelitian keperawatan.
2. Disarankan penelitian berikutnya melakukan penelitian dengan yang sejenis dengan metode multivariat dan sampel yang lebih besar lagi.
3) Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
a. Ghozali MH, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah b. Ibu Ns. Linda Dwi Novial Fitri, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa, Selaku Pembimbing I dan c. Ibu Ns. Dwi Rahmah F.S.Kep, Selaku pembimbing II yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini
d. Bapak Ns. Maridi M.Dirdjo, M.Kep, selaku penguji I, terima kasih atas masukannya. e. Rusni Masnina, S.Kp, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Samarinda;
f. Ns. Ramdhany Ismahmudi, S.Kep selaku Koordinator Mata Ajar Riset Keperawatan g. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
4) Daftar Pustaka
1) Gunarsa & Gunarsa. Psikologi praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta :BPK Gunung Mulia. 2004.
2) Hawari, Dadang. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI, 2007. 3) Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : widya Medika, 2004. 4) Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGT-III, Dep Kes M. New York : Prentice
Hall, 2002
5) Maramis, WF. Beberapa Pengertian Dasar Tentang Depresi. Surabaya : Anima,2006. 6) Mussen. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Alih Bahasa : F.X, Budiyanto dkk.
Jakarta : Penerbit Arcan, 2004
10
8) Notoatmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2002
9) Nursalam, Pariani S. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto, 2008
10) Prawirihardjo, S. Depresi dalam proporsi yang sebenarnya. Surakarta : FKUNS, 2001
11) Santrock, John W. Adolescence. Edisi 6. Alih bahasa : Dra. Shinto B. Adelar, M.Sc dan Sherly Saragih, S.Psi. Jakarta : Erlangga, 2000