• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN CAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) UNTUK PELAYANAN BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS TELING ATAS KECAMATAN WANEA KOTA MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN CAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) UNTUK PELAYANAN BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS TELING ATAS KECAMATAN WANEA KOTA MANADO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PELAKSANAAN CAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

UNTUK PELAYANAN BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS TELING ATAS

KECAMATAN WANEA KOTA MANADO

Jesica S. Masalamu*, Jane M. Pangemanan*, Sulaemana. Engkeng

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan bayi dan balita di Kota Manado Pada tahun 2013 adalah 71,3 % dan 75,9 % dan lebih khususnya di Puskesmas Teling Atas tahun 2013 adalah 63% dan 84% masih belum memenuhi standar yang ditentukan oleh Permenkes RI No 741 Tahun 2008 yaitu 90 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan capaian Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan bayi dan balita di Puskesmas Teling Atas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan pelayanan bayi dan balita di Puskesmas Teling atas masih belum optimal dikarenakan masih terdapat banyak program yang belum terlaksana secara optimal seperti : Pelatihan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang SDIDTK Anak dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK, Pelayanan kesehatan bayi yang sesuai standar di fasilitas kesehatan, Pembahasan audit kematian dan kesakitan bayi, Pelayanan kunjungan rumah bagi yang tidak datang kefasilitas kesehatan, Pemantauan pertumbuhan, Pemantauan perkembangan, Intervensi bila dijumpai gangguan pertumbuhan dan perkembangan, Penyediaan skrinning kit SDIDTK, Pelatihan bagi tenaga kesehatan.

Kata kunci :Standar Pelayanan Minimal, Pelayanan Bayi, Pelayanan Balita ABSTRACT

Minimum Service Standards (SPM) for infant and toddler care in the city of Manado in 2013 were 71.3% and 75.9%, and more particularly at the Primary Health Care (PHC) Teling Atas in 2013 were 63% and 84% still does not fulfill the standards set by the Indonesian Minister Regulation No.741of 2008 namely 90%.

The aims of this research to determinethe implementation of achievement of minimum service standards for infant and toddler care in PHC Teling Atas. This research is descriptive qualitative.

These results indicate that the Implementation of infant and toddler care in PHC Teling Atas still no toptimal because there area lot of program sare not implemented optimally such as: Stimulation Training Early Detection and Intervention SDIDTK Child Growth and Integrated Management of Childhood Illness(IMCI), Monitoring and SDIDT Kafter IMCI training, infant health care in health facilities according to standards, auditing discussion of infant mortality and morbidity, care home visits for those who do not come to the health facilities, monitoring of growth, progress monitoring, intervention if has been found an impaired growth and development, provision of screening of SDIDTKkits, training for personnel health.

(2)

2

PENDAHULUAN

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju

Indonesia Sehat, Puskesmas

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut menurut KMK No 128 Tahun 2004 dikelompokkan menjadi dua yakni:

1. Upaya Kesehatan Wajib, meliputi : Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular , Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan,

meliputi : Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya Kesehatan Jiwa , Upaya Kesehatan Mata, Upaya Kesehatan Usia Lanjut, Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.

Untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu setiap Puskesmas perlu mengembangkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Dengan kata lain, Standar Pelayanan Minimal merupakan suatu Standar Pelayanan Kesehatan yang wajib harus dipenuhi oleh suatu daerah didalamnya terdapat sarana kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit yang pelayanan kesehatannya harus memenuhi Standar Pelayanan Minimal

yang sudah ditentukan oleh Permenkes No 741 Tahun 2008.

Pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas yang harus di penuhi sesuai dengan SPM yang ditentukan oleh Permenkes No 741 Tahun 2008 adalah Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan Rujukan, Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB, Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pelayanan bayi dan balita merupakan salah satu indikator dalam Pelayanan Kesehatan Dasar yang harus memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan oleh Permenkes No 741 Tahun 2008.

Masalah kesehatan anak di Indonesia masih didominasi oleh tingginya angka kematian bayi dan balita serta prevalensi balita gizi kurang. Capaian Angka Kematian Bayi (AKB) 32/1000 di tahun 2012 masih tinggi dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24/1000 di tahun 2014 juga target MDGs sebesar 23/1.000 kelahiran hidup di tahun 2015. Capaian angka kematian bayi dan balita dikota Manado mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai 2013 yaitu : angka kematian bayi 9/7428 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 15/1000 kelahiran hidup pada tahun 2013 dan angka kematian balita juga mengalami peningkatan dari 4/40.747 pada tahun 2012 menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2013 . Oleh karena itu, telah ditetapkan indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010 – 2014 sekaligus disesuaikan dengan target pencapaian MDGs, yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 34/1000 menjadi 23/1000 Kelahiran Hidup dan menurunkan prevalensi kurang balita menjadi 15 % pada tahun 2015 (Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010). Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan bayi dan balita di Kota Manado adalah 71,3 % dan 75,9 % masih dibawah standar yang ditentukan oleh Permenkes RI No 741 Tahun 2008 yaitu 90%. Untuk mencapai hal tersebut, maka peningkatan mutu pelayanan bayi dan balita

(3)

3

melalui SPM di setiap Puskesmas sangat diperlukan.

Menurut Siriyei dan Wulandari (2013) dalam penelitian mereka tentang Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Puskesmas Mojo Kota Surabaya , Faktor input yang menjadi determinan rendahnya pencapaian yaitu faktor pelatihan dan faktor beban kerja dan faktor proses yang menjadi determinan rendahnya pencapaian adalah faktor proses perencanaan . Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Shadikin (2014) dalam penelitiannya tentang Implementasi Standar Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat, Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi serta pelayanan pengobatan/perawatan dalam pelaksanaannya sudah sangat bagus, hal tersebut dapat dilihat dari adanya kejelasan alur pelayanan, batasan waktu pada masing-masing loket, serta biaya pelayanan yang terjangkau, kemampuan petugas yang baik, namun sarana prasarana pelayanan seperti pelayanan kesehatan yang ada peralatan kesehatan masih minim dan kondisi luas ruang pelayanan kesehatan masih minim.Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Khozin (2010) tentang Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Gunung Kidul, kebijakan SPM diyakini dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Puskesmas Teling Atas merupakan salah satu Puskesmas di Kota Manado yang mengembangkan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di Puskesmas Teling Atas terdapat indikator-indikator yang masih belum memenuhi target yang ditentukan menurut Permenkes No 741 Tahun 2008, antara lainya adalah pelayanan bayi dan balita. Cakupan pelayanan bayi dan balita yang ada di Puskesmas Teling Atas adalah 63% dan 84% sedangakan SPM pelayanan bayi dan balita menurut Permenkes No 741 tahun 2008 adalah 90%. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan pertimbangan waktu penelitian yang akan diambil peneliti, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Analisis Pelaksanaan

Capaian Standar Pelayanan Minimal Untuk Pelayanan Bayi dan Balita di Puskesmas Teling Atas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

Deskriptif Kualitatif. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Teling Atas Kecamatan Wanea Kota Manado. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli tahun 2014. Informan dalam penelitian ada 5 orang yaitu : Penangnggung Jawab Program Pelayanan Bayi Dan Balita Di Dinkes Kota Manado, Kepala Puskesmas Teling Atas, Penanggung Jawab Program Pelayanan Bayi dan Balita di Puskesmas Teling Atas, Ibu yang Membawa Bayi dan Ibu yang Membawa Balita ke Puskesmas Teling Atas Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrument penelitian adalah peneliti sendiri selanjutnya dibantu dengan instrument tambahan berupa alat rekam, alat tulis menulis, kamera serta daftar pertanyaan

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. SPM UNTUK PELAYANAN BAYI

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen tentang peningkatan kompetensi klinis pelayanan bayi meliputi : Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dengan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi mengatakan bahwa pelatihan untuk MTBS dan SDIDTK terakhir dilaksanakan pada tahun 2012 dan seterusnya hanya dilakukan berupa pertemuan petugas untuk membahas kendala dari program yang dijalankan. Pernyataan kepala Puskesmas mengatakan kurang mengetahui tentang pelatihan SDIDTK dan MTBS apakah sudah dilaksanakan di Puskesmas karena Kepala Puskesmas baru ditempatkan di Puskesmas Teling Atas dan pemegang program menjawab bahwa sudah dilaksanakan seperti pelatihan gizi buruk serta dari ibu bayi mengatakan bahwa tidak ada peningkatan pelayanan yang diberikan hanya

(4)

begitu-4

begitu saja. Maka dapat dianalisis makna yaitu : peningkatan kompetensi klinis kesehatan bayi, Seperti Pelatihan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Menejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) belum dilaksanakan selama 2 tahun terakhir ini.

Hasil wawancara untuk mengetahui Apakah dilakukan pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK dari Dinas Kesehatan Kota Manado mengatakan sudah dilakukan dalam bentuk bimbingan teknis dan pertemuan petugas kesehatan, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab program mengiyakan kalau dilakukan pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK, ibu bayi menyatakan tidak tau mengenai pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK. Berdasarkan hal tersebut dapat dianalisis makna yaitu : pemantauan pasca pelatihan sudah dilaksanakan namun belum optimal.

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah bahwa pelayanan bayi sudah dilaksanakan sesuai standar di fasilitas kesehatan.Berdasarkan pernyataan dari Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi belum dilaksanakan secara optimal karena kurangnya sarana-prasarana dalam hal ini alat bantu prngukuran SDIDTK, Kepala Puskesmas, Penanggung jawab program, dan Ibu bayi mengatakan sudah dilaksanakan dalam bentuk pengukuran tinggi badan, berat badan, pemberian MP ASI, vitamin A, Imunisasi, penyuluhan, namun mengenai pelayanan SDIDTK dan MTBS dari Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab program, dan ibu bayi tidak menyebutkan hal tersebut, jadi dapat dianalisis makna: pelayanan kesehatan bayi belum dilaksanakan sesuai standar di Fasilitass Kesehatan.

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah telah dilakukan pelayanan rujukan di Puskesmas Teling Atas. Berdasarkan pernyataan informan mengatakan telah dilakukan pelayanan rujukan bagi bayi yang membutuhkan pelayanan lebih lanjut

Hasil wawancara utnuk mengetahui apakah dilakukan pembahasan audit kematiandankesakitan bayi. Menurut Kepala

Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab Program Pelayanan Bayi mengiyakan kalau telah dilakukan pembahasan audit kematian sedangkan audit kesakitan menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi belum namun kepala Puskesmas dan Penanggung jawab program mengatakan di Puskesmas sudah dilaksanakan tapi hanya seputar kasus-kasus tertentu seperti, DBD, campak, Tb dll , dan ibu bayi tidak tau mengenai pembahsan audit kematian dan kesakitan bayi. Dapat dianalisis makna yaitu : sudah dilaksanakan pembahasan audit kematian, sedangkan audit kesakitan hanya untuk kasus-kasus tertentu seperti DBD, campak, Tb, dll namun ada informan yang tidak tau mengenai hal tersebut

Hasil wawancara untuk

mengetahui Apakah dilakukan pelayanan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas kesehatan. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab Program Pelayanan Bayi dan Balita telah dilakukan kunjungan rumah bagi yang tidak datang dalam bentuk swiping. Sedangkan ibu bayi mengatakan tidak ada kunjungan rumah. Dapat dianalisis makna : telah dilaksanakan kunjungan rumah namun ibu bayi mengatakan tidak ada kunjungan rumah karena ibu bayi rajin membawa anaknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan.

Hasil wawancara dengan keempat informan menjelaskan bahwa terdapat berbagai kendala yang dihadapi dalam pelayanan bayi seperti sedikitnya jumlah petugas kesehatan yang terlatih dalam pelayanan MTBS, Jaminan Kesehatan, sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk dilaksanakan pelayanan.

B. SPM UNTUK PELAYANAN BALITA

Hasil wawancara utnuk mengetahui apakah telah dilaksanakan pendataan anak usia 12-59 bulan. Keempat informan mengatakan bahwa sudah dilakukan pendataan anak usia 12-59 bulan satu tahun satu kali.

(5)

5

Hasil wawancara utnuk mengetahui apakah dilakukan pemantauan pertumbuhan. Keempat informan mengatakan bahwa telah dilakukan pemantauan pertumbuhan anak usia 12-59 bulan melalui penimbangan dan pengukuran tinggi badan.

Hasil wawancara untuk mengetahui pelaksanaan pemantauan perkembangan minimal 6 bulan sekali, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi mengatakan bahwa telah dilaksanakan pemantauan perkembangan dengan menggunakan alat ukur Kartu Menuju Sehat (KMS) dan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kepala Puskesmas mengiyakan pemantauan perkembangan dilaksanakan bersamaan dengan pertumbuhan dan Penanggung Jawab Program menyatakan tidak dilaksanakan dan setelah ditanyakan kepada ibu balita bahwa pelayanan yang didapat sejauh ini hanya seputar penimbangan dan pengukuran tinggi badan belum ada mengenai penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Maka dapat dianalisis makna yaitu: di Puskesmas teling belum dilaksanakan pemantauan perkembangan.

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah telah dilakukan intervensi bila dijumpai gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada Balita, menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas, dan Penaggung Jawab Program mengatakan bahwa telah dilakukan intervensi bila dijumpai gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun ibu balita tidak tau mengenai hal tersebut dikarenakan balita belum pernah mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah dilakukan rujukan bila tidak ada perbaikan setelah dilakukan intervensi, dari Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas, dan Penaggung Jawab Program mengatakan bahwa telah dilakukan rujukan bagi balita yang tidak mengalami perbaikan setelah dilakukan intervensi Dan untuk ibu balita

yang mengatakan tidak tahu karena anakanya belum pernah sakit sampai dirujuk.

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah disediakan skrinning SDIDTK.dari Dinkes sudah memberikan format skrinning kepada puskesmas namun puskesmas belum semua menjalankan format tersebut, berdasarkan pengakuan dari pihak Puskesmas Teling Atas belum dilakukan skrinning SDIDTK dan berdasarkan pengakuan dari ibu yang mebawa balita ia belum tau-menahu tentang skrinning SDIDTK. Dapat dianalisis makna bahwa di Puskesmas Teling belum dilaksanakan skrinning SDIDTK

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah dilakukan pengadaan vitamin A, keempat informan mengatakan bahwa telah dilakukan pemberian vitamin A

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah dilakukan pengadaan formulir pendukung pencatatan pelaoporan, dari Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas, dan Penaggung Jawab Program mengatakan bahwa telah dilaksanakan pengadaan formulir pendukung pencatatan pelaporan sedangkan ibu balita tidak tau mengenai pengadaan formulir pendukung pencatatn pelaporan dapat dianalisis makna telah dilaksanakan formulir pencatatan pelaporan, ibu balita tidak tahu karena pencatatan pelaporan biasanya hanya dilaksanakan oleh petugas kesehatan

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah dilaksanakan monitoring dan evaluasi dari Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas, dan Penaggung Jawab Program mengatakan bahwa telah dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan balita, namun ibu balita tidak tau mengenai apakah dilaksanakan monitoring dan evaluasi atau tidak di Puskesmas Teling Atas. Dapat dianalisis makna telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi, ibu balita tidak tau karena dilaksanakan hanya untuk petugas kesehatan.

Hasil wawancara untuk mengetahui apakah dilaksanakan pelatihan bagi tenaga kesehatan, dari Kepala Seksi Kesehatan

(6)

6

Keluarga dan Perbaikan Gizi, Kepala Puskesmas, dan Penaggung Jawab Program mengatakan bahwatelah dilaksanakan pelatihan bagi petugas kesehatan namun ibu balita tidak tau mengenai pelaksanaan pelatihan bagi petugas kesehatan. Maka dapat dianalisis makna bahwa di Puskesmas Teling Atas telah dilaksanakan pelatihan namun belum disosialisasikan kepada ibu balita.

Hasil wawancara dengan informan untuk mengetahui kendala yang dialami dalam pelayanan balita, dari Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Perbaikan Gizi dan Penanggung Jawab Program Pelayanan Bayi dan Balita di Puskesmas Teling Atas mengatakan kendala yang dialami dalam pelayanan Balita sama halnya dengan Pelayanan Bayi, menurut Kepala Puskesmas kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pelayanan Balita bagi anak mereka, sedangkan menurut Ibu Balita tidak ada kendala yang ditemukan selama Ia membawa anaknya untuk mendapat pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan. Dapat dianalisis makna: kendala pelayanan Balita sama dengan kendala pelayanan Bayi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

A. SPM Untuk Pelayanan bayi :

1. Peningkatan kompetensi klinis (Pelatihan) kesehatan bayi, meliputi : Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang SDIDTK Anak, stimulasi perkembangan bayi dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) belum dilaksanakan selama 2 tahun terakhir ini.

2. Pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK berjalan tapi belum optimal

3. Pelayanan kesehatan bayi sesuai standar di fasilitas kesehatan sudah berjalan tapi belum optimal

4. Pelayanan rujukan yang sudah terlaksana

5. Pembahasan audit kematian dan kesakitan bayi sudah berjalan tapi masih belum optimal

6. Pelayanan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas

kesehatan sudah berjalan tapi belum optimal

B. SPM Untuk Pelayanan Balita

1.

Pendataan sasaran anak usia 12-59 bulan sudah berjalan secara optimal yaitu dengan mendata setiap anak yang datang berkunjung di Puskesmas dan setiap tahun petugas kesehatan turun disetiap desa binan untuk mengambil data

.

2. Pemantauan pertumbuhan anak usia 12-59 bulan minimal 8x dalam 1 tahun sudah berjalan tapi belum optimal dikarenakan sarana dan prasarana pendukung pelayanan masih kurang dan perilaku ibu yang tidak membawa anak mereka ke Fasilitas Kesehatan dikarenakan kesibukan, ekonomi keluarga dan sikap masa bodoh dari ibu.

3. Pemantauan perkembangan anak usia 12-59 bulan minimal tiap 6 bulan sekali masih belum ada.

4. Intervensi bila dijumpai gangguan pertumbuhan dan perkembangan sudah berjalan tapi masih belum optimal dikarenakan kurangnya SDM yang berkompten dan sarana dan prasarana yang menunjang.

5. Rujukan bila tidak ada perbaikan setelah dilakukan intervensi sudah terlaksana.

6. Penyediaan skrinning kit SDIDTK tidak ada di Puskesmas Teling Atas 7. pengadaan Vitamin A dosis tinggi

(200.000 iu) sesuai sasaran sudah dilaksanakan

8. Pengadaan formulir pendukung pencatatan pelaporan sudah dilaksanakan

9. Monitoring dan evaluasi sudah dilaksanakan

10. Pelatihan bagi tenaga kesehatan sudah berjalan tapi belum optimal karena masih sedikit tenaga kesehatan yang berkompeten dalam pelayanan bayi dan balita di Puskesmas Teling Atas.

(7)

7

Saran

1. Meningkatkan pelatihan tenaga kesehatan lebih khususnya pelatihan MTBS dan SDIDTK

2. Meningkatkan pemantauan pasca pelatihan MTBS dan SDIDTK 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan

bayi agar sesuai dengan standar yang ditentukan oleh KMK no 828 Tahun 2008

4. Meningkatkan pembahasan audit kematian dan kesakitan bayi

5. Meningkatkan kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke Fasilitas Kesehatan

6. Mengadakan pelayanan pemantauan perkembangan

7. Meningkatkan intervensi gangguan pertumbuhan dan perkembangan

8. Mengadakan penyediaan skrinning kit SDIDTK

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R dan Rismintari, Y, S. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogjakarta : Nuha Medika

Azwar, A. 2010.Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang : Binarupa Aksara

Direktorat kesehatan anak

khusus2010.Panduan pelayanan kesehatan Bayi baru lahir Berbasis perlindungan anak.Online (http://www.gizikia.depkes.go.id/wp content/uploads/downloads/2011/01/ panduan-yankes-bbl-berbasis-perlindungan-anak.pdf) diakses pada tanggal 23 Mei 2014.

Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-Medika. Ismawati, C. Pebriyanti, S. Proverawati, A.

2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika

Istinsaroh, B. Surtinah, N. Suharto, A. 2013.

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisassi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol. IV, Nomor 3, Hal 162-169. Nganjuk. diakses tanggal 3 Oktober 2014

Kemenkes RI No 128 Tahun 2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat

Kemenkes RI No 828 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Khozin, M. 2010. Evaluasi Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Studi Pemerintahan, Vol. I, Nomor 1, Hal 29-56. Yogyakarta. diakses tanggal 27 September 2014

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta

Permenkes No 741 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Kab/Kota

Prasetyawati, 2012.Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta :Muha Medika.

Puspadewi, Y, A dan Mawarni, A. 2013.

Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Pelayanan MTBS di Wilayah Puskesmas Kota Malang. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol. IV, Nomor 4, Hal 175-231. Ponorogo. diakses pada tanggal 3 Oktober 2014

Shadikin.2013. Implementasi Standar Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Brong Tongkok Kabupaten Kutai Barat.Jurnal Administrasi Negara, Vol. 2, Hal 40-52. diakses tgl 26 September 2014

Siagian, S. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Bumi Aksara

Siriyei, I dan Wulandari, R, D. 2013. Faktor Determinan Rendahnya Pencapaian Cakupan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Puskesmas Mojo Kota

Surabaya.Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, Vol. I, Nomor 3, Hal 244-251.Surabaya. diakses tanggal 25 September 2014

Subagyo dan Wisnu, N, T. 2010.Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Sesuai Usia oleh Orang Tua Balita. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol. I, Nomor 1, Hal 1-6. diakses pada tanggal 3 Oktober 2014 Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung : Alfabeta

Wandira, A, K dan Indawati, R. 2012.Faktor Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Sidoarjo.Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. I, Nomor 1, Hal 33-42.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

kerja keperawatan rumah sakit yang dirasa baik akan dapat meningkatkan kepuasan.. kerja dan kualitas kerja perawat

hukum tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria) sesuatu yang melekat. padanya dimasukkan dalam pengertian benda bukan tanah dan

Dari hasil pengujian lentur sampel balok tipe TP nilai kuat lentur balok semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur sampel balok. Dari hasil pengujian lentur sampel

Untuk di Indonesia, penelitian Darmadi (2011) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 Bank Syariah Mandiri dan Muamalat memiliki pelaporan tata kelola yang lebih baik dari

tyvinį kriterijų ar pasirinkimo principą, kaip jis buvo traktuojamas Vakarų klasikinėje ar post- modernistinėje estetikoje 6 • Skonį ir skanavimą aptarsiu kaip pakankamai

Tindak tutur ilokusi komisif yang berkaitan dengan “menjanjikan” dalam Drama Die Physiker Karya Friedrich Duerrenmatt itu bisa berupa kalimat berikut :..

Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah tersebut adalah pertama kompetensi kepribadian yang akan menjadi fokus pada makalah ini, kedua

untuk mencapai tujuan yaitu memenangkan pikiran.. mencapai tujuan dan berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi pada suatu persaingan guna mencapai tujuan. Strategi di