• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006 2007"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA

TAHUN AJARAN 2006 / 2007 Perpustakaan STAIN Salatiga

HHiiiiimnii

07TD1010845.01

S K R I P S I

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:

M USHBIHAH RODLIYATUN N IM : 111 03 037

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : wwvv. st a i n sal at i ua. ac. i d E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

D E K L A R A S I

Bism illahirrahm anirrahim

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 23 Juli 2007

Peneliti

Mushbihah Rodlivatun NIM. 111 03 037

(3)

Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga Telp. (0298) 323706,323444 kode pos 50712

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

Salatiga, 23 Juli 2007

Sdr.Mushbihah Rodliyatun

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga Di

Tempat. Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah saudari :

Judul : SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM

USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007

Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan.

Demikian harap menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Nama : Mushbihah Rodliyatun NIM : 11103037

Jurusan : Tarbiyah

Progdi : Pendidikan Agama Islam

Dra._________ ih, M. Pd NIP. 150268213

(4)

SALATIGA

Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

P E N G E S A H A N

Skripsi Saudari : M USHBIHAH RODLIYATUN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 037 yang berjudul SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISW A DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 11

September 2007 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

. . 11 September 2007 M Salatiga, ---29 Sya'banl428H

(5)

‘ Sesungguhnya Orang yang beramal dan berjuang tanpa didasari dengan ilmu, maka dia akan membuat lebih banyak kerusakan berbanding kebaikan “

(6)

Skripsi ini kupersembahkan:

• Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa dan kasih sayangnya. • Kakak-kakakku dan adikku yang kusayangi.

• Sahabat-sahabatku Mahasiswa Tarbiyah PAI B Angkatan 2003. • Special My friend beserta keluarga yang selalu setia menemani dan

(7)

Puji syukur kehadirat illahi robbi yang senantiasa memberi hidayah kepada manusia menuju kebaikan dan syukur terdalam penulis haturkan kehadirat-Nya, Salam untuk Rasul junjungan tercinta, petunjuk umat manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik material dan spiritual skripsi ini tidak akan selesai sesuai dengan yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tulus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag, Selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Nur Hasanah, M. Pd, selaku pembimbing yang dengan ikhlas, tekun dan sabar dalam membimbing penulis pada saat skripsi ini disusun.

3. Bapak dan ibu dosen yang banyak memberikan jasanya, mendidik penulis dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. Asroni, M. Ag, selaku kepala sekolah MTs Negeri Salatiga yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 5. Team perpustakaan STAIN Salatiga, terima kasih atas bantuan penyediaan

buku-buku kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.

6. Keluarga tercinta ( Bapak, Ibuku, Saudara-saudaraku ) yang telah berkorban baik secara material maupun spiritual.

7. Rekan-rekanku senasib seperjuangan khususnya PAI B angkatan 2003. 8. Teman-temanku di kost Osmana Dua A

9. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

(8)

Amin.

(9)

HALAMAN JUDUL... i

DEKLARASI... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar belakang masalah... 1

B. Penegasan Istilah... 4

C. Rumusan masalah... 8

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Hipotesis... 9

F. Metodologi Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan... 14

BAB II : LANDAS AN TEORI... 16

I. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA... 16

A. Pengertian Sikap Kemandirian Berpikir... 16

B. Pembentukan Sikap Kemandirian Berpikir... 23

C. Tahapan-tahapan terjadinya proses berpikir... 26

II. PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM... 29

A. Prestasi Belajar... 29

L Pengertian Prestasi Belajar... 29

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.. 30

3 Prinsip-prinsip Belajar... 34

4. Teori-teori Belajar... 36

(10)

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam . 43

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 45

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam... 46

III. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAL. 51 BAB III: HASIL PENELITIAN... 53

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga... 53

B. Data Tentang Sikap Kemandirian Berpikir Siswa dan Prestasi Belajar PAI di MTs Negeri Salatiga... 65

BAB IV : ANALISIS DATA... 72

A. Analisis Pendahuluan... 72

B. Analis Uji Hipotesis... 86

C. Analisis lanjut... 91

BAB V : PENUTUP... 93

A. Kesimpulan... 93

B. Saran... 94 DAFTAR PUSTAKA

(11)

TABEL I : DATA PERALATAN DAN INVENTARIS KANTOR. 60 TABEL II : DATA BUKU MTs NEGERI SALATIGA... 60 TABEL III* : DAFTAR GURU MTs NEGERI SALATIGA... 61 TABEL IV : KEADAAN MURID MTs NEGERI SALATIGA... 63

TABEL V : JAWABAN ANGKET SIKAP KEMANDIRIAN

BERPIKIR SISWA... 65 TABEL VI : PRESTASI BELAJAR PA I... 67 TABEL VII : DAFTAR NAMA RESPONDEN... 69 TABEL VIII : NILAI ANGKET SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR

SISWA... 73

TABEL IX : INTERVAL SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR

SISWA... 75

TABEL X : NILAI NOMINASI SIKAP KEMANDIRIAN

BERPIKIR SISWA... 76 TABEL XI : TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL X .. 79 TABEL XII : NILAI PRESTASI BELAJAR P A I... 80 TABEL XIII : INTERVAL PRESTASI BELAJAR PA I... 82 TABEL XIV : NILAI NOMINASI PRESTASI BELAJAR PA I... 83 TABEL XV : TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL Y .. 86

TABEL XVI : DATA SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR DAN

PRESTASI BELAJAR... 87 TABEL XVII : TABEL FREKUENSI YANG DIPEROLEH (Fo)... 89 TABEL XVIII : TABEL FREKUENSI YANG DIHARAPKAN (Fh).. 90

TABEL XIX : TABEL KERJA UNTUK MENGHITUNG CH1

(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, esensi tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia

yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya,

melainkan lebih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan

masyarakat itu sendiri. Perubahan-perubahan yang sering terjadi di sekeliling

kita, terutama yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi,

demikian pesatnya sehingga “bekal” pendidikan yang di terima orang tua

tidak akan memadai bagi anak-anaknya, sebab mereka harus menghadapi

dunia yang pada hakikatnya telah berbeda karakter apabila dibandingkan

dengan keadaan sebelumnya.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka di Indonesia sejak dahulu

telah bermunculan lembaga, baik formal maupun non formal. Diantaranya

dengan belajar yang giat dan mencurahkan daya pikir yang telah dikaruniakan

Allah SWT kepada manusia, melalui kemandirian belajar, misalnya diskusi,

belajar sendiri dan menemukan sendiri.

Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi sebagai khalifah fil

ardhi, yang diberi kelebihan dan kemuliaan dengan ilmu pengetahuan.

Melalui akal pikiran yang tidak diberikan Allah SWT kepada makhluk lain,

manusia dapat berpikir dan memperhatikan segala benda yang ada di alam ini

sehingga dapat digunakan dan diambil manfaatnya.1

1 Zakiah Daradjat, dkk., D asar Agama Islam, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999, him. 49

(13)

diberkati Allah SWT dengan adanya fitrah beragama seperti dalam firman

Allah S W T :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” . (Q. S. Ar-Rum :

30)2

Kemandirian berpikir akan bisa memenuhi tuntutan jam an yang

semakin maju dan pesat perkembangan serta pertumbuhannya, selain itu

seseorang tidak akan mudah terpengaruh oleh pendapat-pendapat orang lain

yang semakin lama bisa melemahkan pemikiran seseorang. Manusia yang

bebas dalam berpikir akan selalu dapat menikmati hidupnya dengan tenteram,

karena merasa telah mampu dalam menggunakan dan memanfaatkan akal

pikirannya yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT.

Demikian juga tentang prestasi belajar pendidikan Agama Islam,

adalah sebagai perwujudan dari usaha belajar yang merupakan masalah utama

dalam proses belajar mengajar. Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar

siswa berupa kompetensi sebagaimana tercantum dalam Kegiatan Belajar

Mengajar setiap mata pelajaran, dengan memperhatikan tiga ranah yaitu :

(14)

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

Misalnya : kognitif meliputi seluruh materi pembelajaran Al-qur’an,

keimanan, akhlak, ibadah, dan tarikh. Aspek afektif sangat dominan pada

materi pembelajaran akhlak. Aspek psikomotorik dan pengamatan sangat

dominan pada materi pembelajaran ibadah dan membaca Al-qur’an.3 Oleh

karena itu prestasi belajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang

memp engaruh i ny a.

Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga adalah suatu lembaga

pendidikan dan pengajaran lanjutan tingkat pertama dan menjadikan mata

pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya

30% di samping mata pelajaran umum. Pelaksanaan waktu belajar, Kurikulum

Nasional PAI diberikan dengan sungguh-sungguh dan mendalam sebagai

bekal untuk bisa terjun di dalam masyarakat sosial serta dapat meningkatkan

ilmu pengetahuan.

Dengan melihat siswa MTs Negeri Salatiga yang secara makro sudah

beragama dengan baik. Orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah agar

menjadi anak yang sholeh-sholehah dan tercapainya tujuan pendidikan. Di

sekolah siswa harus berpartisipasi dalam menciptakan situasi belajar yang

harmonis sehingga proses pembelajarannya dapat berjalan secara efektif dan

efisien, yaitu dengan cara kemandirian berpikir. Tapi kenyataannya siswa

masih ada yang manggantungkan materi pelajaran dari guru saja. Dalam

upaya mengefektifkan proses belajar mengajar guru harus meningkatkan

(15)

kesempatan belajar bagi siswa yang ditempuh dengan melibatkan siswa secara

aktif untuk belajar mandiri.

Karena terdorong oleh hal tersebut di atas, penulis akan mencoba

melakukan penelitian dengan judul “ SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR

SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH

NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007”

B. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah

pahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan

penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu :

1. Kemandirian Berpikir

Kemandirian berpikir sendiri terdiri dari dua kata, yaitu kata

kemandirian dan kata berpikir yang masing-masing mempunyai makna

tersendiri, yaitu :

a. Kemandirian

Kemandirian dalam skripsi ini secara pragmatis ialah mampu

berdiri sendiri,4 5 dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk memiliki

potensi, kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup di

tengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang keindividualannya.

Kemandirian dalam berpikir, yaitu kedewasaan dalam

berpikir.3 Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan

4 Badudu JS., Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57

(16)

masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap

dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar

adalah spontanitas yang didasari kemandirian,

b. Berpikir

Banyak pengertian yang dilontarkan oleh para ahli tentang

masalah berpikir, tetapi mereka tidaklah jauh berbeda dalam

memberikan batasan definisi, antara lain :

1) WJS Poerwodarminto, memberikan definisi bahwa “berpikir

adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan

sesuatu”.6

2) Departemen Agama RI, memberi definisi bahwa “berpikir

adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya7.

Dari dua pengertian tersebut di atas diketahui bahwa berpikir

adalah suatu proses yang dinamis pada diri seseorang dengan daya atau

kekuatan akal budinya dalam mempertimbangkan sesuatu hal atau

perkara.

Kemandirian berpikir dalam penelitian ini adalah merupakan

variabel bebas yang mempunyai indikator-indikator sebagai berikut :

a. Mempunyai rasa tanggung jawab

1. Berpikir sungguh-sungguh dalam mengeijakan tugas atau

pekerjaan rumah

2. Mempunyai sikap kedewasaan dalam berpikir

(17)

b. Mempunyai kemampuan berdiri sendiri

1. Dapat menemukan jawaban sendiri

2. Mampu untuk bekerja sendiri

3. Percaya dengan kemampuan sendiri

c. Dapat mengambil keputusan sendiri, tanpa bergantung pada orang

lain

d. Berani mengambil resiko dari apa yang dilakukan

2. Prestasi Belajar

Prestasi memiliki arti : hasil yang telah dicapai (dilakukan,

dikerjakan).8 Menurut Harold Spears, belajar adalah kegiatan yang

berproses sistematis, dan merupakan unsur yang sangat fundamental

dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.9 Dalam arti

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu

sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik

ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga

sendiri.

Begitu juga menurut WS. Winkel yang mengemukakan bahwa

“belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan

tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas”.10 11

8 WJS Poerwadarminto, op. cit; him. 362

9 Sardinian A. M., Interaksi dan M otivasi Belajar M engajar, PT. Raja Grafindo, Jakarta Persada, 2001, him. 26

10 Winkel, WS., P sikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1996, him. 53

(18)

Menurut Nana Sudjana “Prestasi belajar atau hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami

pengalaman belajar”.11

Selanjutnya menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata “Hasil

belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.12

Prestasi belajar yang diteliti adalah dengan melihat nilai raport

siswa. Adapun indikatornya sebagai berikut:

Daftar nilai bidang studi PAI dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan

dan penerapannya yang meliputi:

a. Nilai rata-rata test formatif

b. Nilai rata-rata tugas atau pekerjaan rumah

c. Nilai rata-rata baca tulis Al-Qur’an

d. Nilai ulangan umum bersama

3. Pendidikan Agama Islam

“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang berupa

bimbingan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama

islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan”.13

Akan tetapi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam di sini adalah

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang termasuk dalam kurikulum

Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga yang masuk dalam kesatuan dari

program pengajaran.

12 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan P sikologi Proses Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, him. 102

(19)

Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud judul penelitian ini adalah suatu penelitian terhadap

sikap berpikir yang bertanggung jawab dan berdiri sendiri dalam usaha

peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam bagi siswa MTs

Negeri Salatiga.

C. Rumusan Masalah

Dalam kaitannya dengan judul yang penulis kemukakan di atas maka

muncul permasalahan yang memerlukan pembahasan, permasalahan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap kemandirian berpikir siswa di Madrasah Tsanawiyah

Negeri Salatiga ?

2. Bagaimana prestasi belajar pendidikan Agama Islam di Madrasah

Tsanawiyah Negeri Salatiga ?

3. Adakah hubungan antara sikap kemandirian berpikir dengan peningkatan

prestasi belajar PAI siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis

memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sikap kemandirian berpikir siswa di Madrasah

(20)

2. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah

Tsanawiyah Negeri Salatiga.

3. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara sikap kemandirian

berpikir dengan prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri

Salatiga.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang

diajukan, sehingga masih harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu

penelitian.14 15 Jadi, hipotesis bukanlah suatu kesimpulan akhir, tetapi

kebenarannya masih harus dibuktikan melalui penelitian. Adapun hipotesis

yang penulis ajukan adalah : “Ada hubungan yang signifikan antara

kemandirian berpikir siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam

di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga”.

F. Metodologi Penelitian 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan dari

subyek penelitian”.13 Yang di maksud populasi di sini adalah para siswa

kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga. Yang berjumlah 254

siswa.

14 Ronny Kountur, M etode Penelitian, CV. Teruna Grafika, Jakarta, 2003, him. 93

(21)

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, sample adalah sebagian atau wakil

populasi yang diselidiki”.16 *

Teknik pengambilan sampel menurut Suharsini Arikunto adalah

apabila subyeknya kurang dari 100 , lebih baik diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya

besar (lebih dari 100 orang), dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % -

25 % atau lebih sesuai kemampuan.'7

Untuk menghemat waktu dan tenaga maka penulis menetapkan

besar sampel lebih kurang 20% dari besarnya subyek (populasi), karena

subyeknya berjumlah 254 siswa maka sampelnya adalah 20% x 254 siswa

yaitu berjumlah 50,8 dari jumlah tersebut penulis mengambil 50 siswa dari

kelas VITTA sebanyak 25 siswa dan kelas VIIIB sebanyak 25 siswa.

Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah

random sampling, yaitu pengambilan secara random atau tidak pandang

bulu dengan cara:

a. Mengambil populasi dari kelas VIILA 42 siswa dan sampel yang

diambil 25 siswa.

b. Mengambil populasi dari kelas VIIIB 44 siswa dan sampel yang

diambil 25 siswa.

Jadi jumlah populasi kelas VIIIA dan VIIIB berjumlah 86 siswa.

Sedangkan jumlah sampel dari kelas VIIIA berjumlah 25 siswa dan

VIIIB berjumlah 25 siswa. Jadi jumlah sampelnya 50 siswa.

(22)

Tabel

Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelas / Kelompok Populasi Sampel

1. VIIIA 42 25

2. VI1IB 44 25

Jumlah 86 50

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang

dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam suatu penelitian ilmiah banyak

cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini

penulis menggunakan beberapa metode, antara lain sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu metode atau cara pengumpulan

data dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat

konkrit seperti situasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, situasi

proses belajar mengajar, keadaan siswa, guru dan lain-lain.

b. Metode Interview

Yaitu metode yang mencoba mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap

muka.18 19

18 Sutrisno Hadi, M etodologi Research, Jilid I, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta. 1987, him. 137

(23)

Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum

dari sekolah. Melalui kepala sekolah, guru dan siswa Madrasah

Tsanawiyah Negeri Salatiga. Adapun pelaksanaannya dengan

interview bebas terpimpin, karena akan memberi kebebasan pada

pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan

memperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas. Pihak peneliti

dapat mengarahkan secara langsung pada pokok persoalan yang

sebenarnya.

c. Metode Angket

Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang mereka ketahui.20 21

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui hubungan

kemandirian berpikir siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajar

Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Salatiga.

d. Metode Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-

catatan mengenai data pribadi responden.2'

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang

terdapat di MTs Negeri Salatiga berupa jumlah siswa, jumlah guru,

keadaan siswa, keadaan gedung atau fasilitas lainnya.

20 Suharsimi Arikunto, Prosedtir Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bna Aksara, Jakarta, 1987, him. 124

(24)

4. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Pada tahap ini dilakukan perhitungan melalui

prosentase dan analisa tiap-tiap item. Untuk menganalisis ini penulis

menggunakan rum us:

Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut penulis

menggunakan rumus koefisien kontingensi. Adapun rumusnya sebagai

berikut :23

22 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 40

23 Sutisno ha& M etodologi Research, jilid IH, penerbit Andi, Yogyakarta, 2000, him. 304 F

P = X 100%

N Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel.22

KK

Keterangan :

KK = Koefisien kontingensi

X2 = Chi kuadrat

(25)

G. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah mengetahui isi dari skripsi ini, maka dalam

penyusun skripsi ini disusunlah sistematika sebagai berikut:

BABI : PENDAHULUAN

Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bagian ini menguraikan tentang sikap kemandirian

berpikir siswa hubungannya dengan prestasi belajar Pendidikan

Agama Islam, meliputi:

A. Masalah sikap kemandirian berpikir.

Masalah ini terdiri dari : pengertian sikap kemandirian

berpikir, pembentukan sikap kemandirian berpikir, dan

Tahapan-tahapan teijadinya proses berpikir.

B. Masalah Prestasi Belajar P^didikan Agama Islam.

1. Prestasi belajar, masalah ini terdiri dari : Pengertian

prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar, prinsip-prinsip belajar, teori-teori belajar,

dan tujuan belajar.

2. Pendidikan Agama Islam, masalah ini meliputi :

(26)

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, Tujuan, dan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam.

C. Sikap kemandirian berpikir siswa dalam usaha meningkatkan

prestasi belajar PAI.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini menguraikan tentang lokasi Madrasah

Tsanawiyah Negeri Salatiga, gambaran atau situasi umum MTs

yang meliputi : Sejarah berdirinya, letak geografis, sarana dan

prasarana, keadaan guru dan murid, struktur organiasi Madrasah

Tsanawiyah Negeri Salatiga, penyajian data tentang sikap

kemandirian berpikir dan data tentang hasil belajar.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab ini tiap-tiap aspek permasalahan dianalisa

berdasarkan pada data-data yang ada.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini meliputi : kesimpulan dari hasil penelitian

(27)

LAND ASAN TEORI

I. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA A. Pengertian Sikap Kemandirian Berpikir Siswa

1. Pengertian Sikap

Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan adanya sikap,

baik sikap positif maupun negatif. Sikap merupakan sesuatu yang

dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap

situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap-

sikap tertentu akan membawa seseorang cenderung untuk menerima atau

menolak sesuatu objek dengan berdasarkan pada penilaian terhadap objek

tersebut, apakah berguna bagi dirinya atau tidak. Apabila objek itu dinilai

tidak baik bagi dirinya maka ia akan bersikap negatif dan sebaiknya

apabila objek itu dinilai baik bagi dirinya maka ia akan bersifat positif.

Demikian pula penilaian individu terhadap masalah belajar. Karena

dengan belajar seseorang mendapatkan kebaikan atau keberuntungan,

maka ia akan selalu melaksanakan tugas belajar dengan baik.

Mengenai sikap, ada beberapa pendapat dari para ahli yang

memberikan batasan tentang pengertian sikap, antara lain :

1. Menurut Bimo Walgito

“Sikap yaitu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan

untuk bertindak, menyerta manusia dengan perasaan-perasaan tertentu

(28)

didalam menanggapi objek dan berbentuk atas dasar pengalaman-

pengalaman”.1

2. Menurut Way an Nurkancana, dkk

“Sikap yaitu suatu predisposisi atau kecenderungan untuk

melaksanakan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia

sekitarnya, baik berupa indvidu-individu maupun objek-objek

tertentu”.2 3

3. Menurut M. Husaini, dkk

“Sikap yaitu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu”/

4. Menurut Fishbein

“Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelejari untuk

merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan

variabel later yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi

perilaku. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku,

tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari

konsistensi perilaku yang dapat diamati”.4

Dari beberapa jenis devinisi yang telah dikemukakan oleh para

ahli diatas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa yang

dinamakan sikap adalah kecenderungan dari seseorang atau individu

1 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta, 1980, him. 52

2 Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, him. 259

3 M. Husaini, dkk, Himpunan Istilah Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1984, him. 115

4 Mohammad Ali, Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,

(29)

baik dari lahir maupun batin untuk merespon stimulus atau rangsangan

yang datang dari luar yaitu lingkungannya, terhadap hal-hal tertentu

dia juga akan merespon dengan cara tertentu pula. Sikap mengandung

tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan tingkah laku.

Sikap dapat membawa pengaruh penting atas diri seseorang, ia bisa

berlaku baik sebagai akibat atau hasil dari sikap yang baik juga. Sikap

bersifat pribadi dan dihubungkan dengan suara perasaa serta

pengalaman-pengalaman seseorang, menampakkan diri dalam caranya,

merasa seperti berfikir atau berbuat dalam segala situasi. Kaitannya

antara sikap dengan belajar siswa adalah sikap siswa di dalam

melaksanakan tugas sucinya yaitu belajar. Apakah sikap dari siswa itu

siap belajar atau tidak.

2. Pengertian Kemandirian Berpikir

Kemandirian berpikir terdiri dari dua kata, yaitu kata kemandirian

dan kata berpikir yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yaitu :

a. Kemandirian

Kemandirian adalah mampu berdiri sendiri, dalam arti bahwa

manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi kemauan, kreatif dan

ego serta kehendak yang dapat hidup ditengah-tengah secara sosial

dengan tidak hilang keindividualannya.^ 5

(30)

Kemandirian dalam berpikir, yaitu kedewasaan dalam

berpikir.6 Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan

masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap

dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar

adalah spontanitas yang didasari kemandirian.

Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses

perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh

perkembangannya dalam kurun waktu yang sedemikian lamanya telah

dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim, misalnya melihat

makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang yang

berpusat pada masyarakat. Pandangan ini juga dikenal dengan

pandangan konformistik. Dengan menggunakan sudut pandang ini,

Durkheim berpendapat bahwa kemandirian merupakan elemen esensial

ketiga dari moralitas yang bersumber pada kehidupan masyarakat.

Dulkheim berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan berkembang

karena dua factor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu:

1. Disiplin, yaitu ada aturan bertindak dan otoritas,

2. Komitmen terhadap kelompok.

Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa kemandirian merupakan suatu kekuatan internal

individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Individu yang

mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh

(31)

pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Dengan

demikian, dalam pandangan konformistik, pemahaman mendalam

tentang hukum moralitas menjadi faktor pendukung utama

kemandirian.

b. Berpikir

Pengertian berpikir telah banyak dikemukakan oleh para ahli,

tetapi tidak jauh berbeda dalam memberikan batasan definisi, antara

la in :

1. WJS. Poerwodarminto, memberikan definisi bahwa “Berpikir

adalah menggunakan akal, budi untuk mempertimbangkan

sesuatu”.7

2. Departemen Agama RI, memberikan definisi bahwa “Berpikir

adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang

membedakan manusia dengan makhluk lainnya.8

Dari dua pengertian diatas dapat digabungkan bahwa yang

dinamakan berpikir adalah suatu proses yang dinamis pada diri

seseorang dengan daya atau kekuatan akal budinya dalam

mempertimbangkan seseuatu hal atau perkara.

Dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar

mengajar sangat dipentingkan adanya pencurahan daya pikir, karena

dalam proses belajar mengajar sangat membutuhkan pencurahan akal

7 WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1996. him. 752

xDepartemen Agama RI, Psikologi Pendidikan; Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS,

(32)

pikir untuk memikirkan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam

proses belajar mengajar. Hanya dengan akal pikiranlah manusia akan

menjadi baik, dan dengan akal pikiran pulalah manusia menjadi tidak

baik. Hal ini dikarenakan adanya keinginan atau dorongan dari

masing-masing individu didalam memilih jalan hidupnya.

Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf pikir paling

tinggi dan paling sukar untuk mengetahui jenis latihan dan macam

tugas yang dapat mendorong siswa melakukan keija pikir sampai taraf

tertentu, menurut Ad Roijakers, pengajar perlu mengetahui macam-

macam taraf berpikir yang ada, antara lain :

1. Taraf Belaj ar Reseptif atau Menerima (Reception Learning)

Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk yang telah jadi,

pihak pendengar hanya tinggal menerima dan menyerap. Mereka

tidak perlu melakukan keija pikir untuk mengertikannya. Pengajar

tidak perlu merangsang terjadinya suatu proses dalam diri siswa.

2. T araf Komprehensi

Pengajar menyiapkan isi pelajaran, dan siswa harus

membuat gambaran tentangnya. Dalam bahasa Inggris taraf ini

disebut Concept Learning. Uraian isi pengertian yang diajarkan itu

(33)

3. Taraf Aplikasi

Pada taraf ini pengajar menuntut siswa melakukan sesuatu

berdasarkan pengertian yang telah diajarkan. Mereka harus dapat

merumuskannya sendiri, dan menyusun pandangan yang jelas.

4. Taraf Analisa dan Sintesa

Siswa dapat menerangkan kaitan-kaitan yang ada dalam hal

yang diajarkan (sintesa). Siswa juga harus dapat membuat

kombinasi unsur-unsurnya menjadi suatu kesatuan.

5. Taraf Evaluasi

Pada taraf ini siswa dipaksa berpikir sendiri secara kreatif

untuk mencari pemechan masalah. Hal terpenting dalam taraf ini

adalah timbulnya pengetahuan baru. Siswa harus dapat

menghasilkan kreasi baru.9

Orang yang berpikiran baik, ia akan cenderung untuk

berbuat kebaikan. Sedangkan orang yang berpikiran buruk karena

pikirannya telah terpengaruh dan terisi oleh sifat buruk. Bila kita

kembalikan pada fitrah manusia, bahwa manusia adalah makhluk

yang berpikir. Tanpa pikiran, manusia akan sama dengan binatang,

bahkan akan lebih hina lagi jik a tidak bisa menggunakan

pikirannya. Dengan akal pikiran itulah manusia bisa mengalami

kemajuan yang tidak terdapat pada makhluk-makhluk lain. Dengan

pikiran ini pula manusia bisa membangun kebudayaan dan

(34)

peradaban. Karena itu manusia sangat menggantungkan pada cara

berpikirnya.

Jadi orang yang selalu berpikir baik, ia akan selalu

bertanggungjawab atas segala diperbuatnya, artinya dia sudah

memiliki sikap kemandirian atau kedewasaan. Sikap merupakan

tujuan utama dari suatu proses pendidikan, baik dewasa jasmani

maupun dewasa rohani.

Sebagai kesimpulan bahwa yang dinamakan sudah dapat

berpikir secara dewasa apabila ia telah mempunyai ciri-ciri sebagai

b erik u t:

a. Mempunyai rasa tanggungjawab

b. Mampu berdiri sendiri

c. Dapat mengambil keputusan sendiri

d. Berani mengambil resiko

B. Pembentukan Sikap Kemandirian Berpikir

Seseorang akan menampakkan sikapnya dikarenakan adanya

pengaruh dari luar atau lingkungan. Manusia tidak dilahirkan dengan

kelengkapan sikap, akan tetapi sikap-sikap itu lahir dan berkembang

bersama dengan pengalaman yang diperolehnya. Jadi sikap bisa

berkembang sebagaimana terjadi pada pola tingkah laku yang bersifat

mental dan emosi lainnya, sebagai bentuk reaksi individu terhadap

(35)

Sikap kemandirian berpikir terbentuknya melalui bermacam-macam cara,

antara lain :

a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat melalui suatu

pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman

traumatik).

b. Melalui Imitasi

Peniruan dapat teijadi tanpa disengaja, dapat pula dengan

sengaja. Individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap

mode, disamping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan

untuk mengenal model yang hendak ditiru. Peniruan akan teijadi lebih

lancar bila dilakukan secara kolektif dari pada perorangan.

c. Melalui Sugesti

Seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu

alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh

yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa

dalam pandangannya.

d. Melalui Identifikas

Disini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi

tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya, meniru dalam

hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, identifikasi seperti

siswa dengan guru.10

(36)

Dari uraian diatas jelaslah, bahwa aspek afektif pada diri siswa

besar peranannya dalam pendidikan, oleh karena itu tidak dapat kita

abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan

lebih dari itu kita harus memanfaakan pengetahuan menganai

karakteriktik-karakteristik afaktif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

Adapun beberapa metode kognitif dipergunakan untuk mengubah

sikap kemandirian bepikir, antara lain :

1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan.

Caranya dengan memberi informasi baru mengenai objek sikap,

sehingga komponen kognitif menjadi luas.

2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Cara

ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti

untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak meraka

senangi itu.

3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku baru yang tidak

konsisten denga sikap-sikap yang sudah ada.11

Sikap memberikan kemungkinan yang besar untuk suksesnya

usaha seseorang sebagaimana gagalnya suatu kehidupan. Sikap merupakan

kondisi intern dalam subyek yang berperan terhadap tindakan yang

diambilnya, dan aspek yang paling penting adalah kerelaan untuk

bertindak.

(37)

Pembentukan sikap dan perasaan merupakan faktor non

intelektual, khususnya berpengaruh terhadap semangat belajar. Dengan

melalui perasaannya, siswa mengadakan penilaian yang agak spontan

terhadap pengalaman belajar di sekolah. Penilaian yang positif akan

tertangkap dalam perasaan senang yaitu rasa puas, gembira, simpati dan

sebagainya. Sedangkan penilaian yang negatif akan terungkap dalam

perasaan tidak senang yaitu rasa segan, benci, rasa takut dan sebagainya.

Penilaian yang agak spontan dan tanpa banyak refleksi, melalui perasaan

ini dapat diperkuat dengan menemukan alasan-alasan rasional yang

mendukung. Penilaian dan memainkan perasaan sebagai unsur atau aspek 11

kognitif dalam penbentukan suatu sikap.

C. Tahapan -tahapan terjadinya proses berpikir

Pada pokoknya, proses berpikir itu teijadi melalui tiga tahap, yaitu:

1. Membentuk pengertian dengan cara menganalisis ciri - ciri dari

sejumlah objek yang sejenis, membandingkan ciri - ciri yang sama,

lalu mengabstraksikan.

2. Membentuk pendapat, yaitu dengan menghubungkan antara dua

pengertian atau lebih yang sifatnya ada negative, affim atif atau

modalitas kemungkinan - kemungkinan.

3. Menarik kesimpulan atau membentuk keputusan. Ada tiga macam

bentuk keputusan yaitu: 12

(38)

a. Berpikir Induktif.

Suatu proses dalam berpikir berlangsung dari khusus

menuju kepada yang umum. Mencari dulu sifat atau ciri tertentu

dari sebuah fenomena kemudian ditarik kesimpulan bahwa sifat

dan ciri tersebut terdapat pada semua jenis fenomena tersebut.

b. Berpikir Deduktif.

Suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang

umum menuju kepada yang khusus.Bertolak dari suatu kesimpulan

yang bersifat umum kemudian mencoba menerapkan kepada

fenomena - fenomena khusus dan mengambil kesimpulan khusus

yang berlaku bagi fenomena tersebut.

c. Berpikir Analogi.

Suatu proses berpikir dengan cara membandingkan atau

mempersamakan fenomena - fenomena yang biasa atau pernah

teralami. Prinsipnya adalah bahwa kebenaran dan fenomena yang

dialami akan berlaku pula bagi fenomena yang akan dihadapi

dikemudian hari.13

Selain tiga tahapan tersebut, Wallas juga mengemukakan empat

tahapan proses berpikir kreatif, antara lain :

1. Persiapan ( Preparation ) adalah tahap peletakan dasar.

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan informasi, data - data, dan

bahan - bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu

mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. *

(39)

2. Inkubasi ( Incubation )adalah tahap diterimanya proses pemecahan

masalah dalam alam pra - sadar.

Tahap ini berlangsung dalam waktu tak menentu, bisa lama dan bisa

juga hanya sebentar. Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses

pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat lagi pada saat

berakhirnya tahap pengeraman dan munculnya masa berikutnya.

3. Iluminasi ( Illumination ) yaitu tahap munculnya aspirasi atau

gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah.

Dalam tahap ini muncul bentuk - bentuk cetusan spontan, ide atau

gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban

baru.

4. Verifikasi ( Verification ) adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi

terhadap gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokkan dengan

keadaan nyata atau kondisi kenyataan.14

Dari tahapan - tahapan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa

proses berpikir merupakan keaktifan jiw a manusia yang mengakibatkan

penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Jadi manusia berpikir untuk

menemukan pemahaman dan pengertian yang dikehendaki.

(40)

II. PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar memiliki arti : hasil yang telah dicapai

(dilakukan, dikerjakan). 13 Sedangkan pengertian belajar menurut para

ahli ad alah :

- Menurut WS. Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

ketrampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan tersebut

bersifat relatif konstan dan berbekas.15 16 %

- Menurut Harold Spears, Belajar adalah kegiatan yang berproses

sistematis, dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. 17 8

Sedangkan menurut Nana Sudjana, “Prestasi belajar atau hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajar”.

Berpijak dari pengertian diatas, seseorang dapat dikatakan

belajar apabila ia telah dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia

tidak dapat melakukannya. Jadi akibat dari belajar, seseorang dapat

menyusun, menganalisa, yang akhirnya dapat memecahkan masalah

yang dihadapi didalam hidupnya. Dengan demikian belajar merupakan

15 WJS. Poerwadarminto, Op. Cit., him 362

6WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta, 1996, him. 53

l7Sardiman A. M., Interaksi dan M otivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo, Jakarta Persada, 2001, him 26

(41)

suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri

atau perubahan diri melalui latihan-latihan dalam pengulangan dan

perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.19

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :

A. Faktor Eksogen (Luar)

1. Lingkungan (Environmental)

a. Lingkungan alami

b. Lingkungan sosial

2. Instrumental

a. Hard Ware (Perangkat keras)

b. Soft Ware (perangkat lunak)

B. Faktor Endogen (Dalam)

1. Fisiologis

a. Kondisi fisiologis umum

b. Kondisi panca indra

2. Psikologis

a. Minat

b. Kecerdasan

c. Bakat

d. Motivasi

e. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.20

Adapun penjelasan masing-masing faktor adalah sebagai b erik u t:

(42)

A. Faktor Eksogen

Yaitu faktor yang datangnya dari luar diri siswa atau anak.

Faktor ini ada yang berasal dari lingkungan dan ada yang

bersifat instrumental.

1. Lingkungan

a. Lingkungan alami, seperti keadaan suhu, kelembaban

udara, berpengaruh terhadap proses balajar dan hasil

belajar.

b. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan

representatifnya maupun yang berwujud lain, langsung

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

2. Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan.

Faktor ini terbagi m en jad i:

c. Faktor-faktor perangkat keras

Misalnya : Gedung, alat-alat bermain, meja, kursi

dan lainnya.

d. Faktor-faktor perangkat lunak

Misalnya : Kurikulum, program keija, pedoman

(43)

Faktor-faktor instrumental mempunyai pengaruh

terhadap kegiatan belajar dan hasilnya. Evaluasi terhadap

keberhasilan usaha belajar harus memperhatikan faktor-

faktor instrumental tersebut.

B. Faktor Endogen

Faktor ini dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Kondisi Fisiologis

Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh

terhadap belajar seseorang. Dandanan fisiologis siswa,

seperti : kelemahan atau kekuatan indera, kebutuhan akan

makanan, kegelisahan, kebutuhan akan gerak dan

'J1

penggunaan waktu sehari-hari.

2. Kondisi Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh, terdiri atas :

- Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu

kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata,

yaitu prestasi yang dimiliki.

- Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan.21 22

a. Minat

Anak yang berminat belajar akan tekun dan

berusaha keras mencapai keberhasilan dalam

belajar.

21 A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991, him 41

(44)

b. Intelegensi

Kecerdasan belajar peranannya dalam berhasil atau

tidak seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti

sesuatu program pendidikan.

c. Bakat

Bakat yang dimiliki sejak lahir merupakan faktor

yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil

belajar seseorang.

d. Motivasi

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi

siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai

b erik u t:

Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,

proses dan hasil belajar.

Menginformasikan tentang kekuatan usaha

belajar, yang dibandingkan dengan teman

sebaya.

Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilutrasi,

setelah siswa mengetahui bahwa dirinya belum

belajar secara serius, terbukti banyak

bersendau gurau misalnya, maka ia akan

mengubah perilaku belajarnya.

(45)

Menyadarkan tentang adanya perjalanan

belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya

adalah istirahat atau bermain) yang

berkesinambungan, individu dilatih untuk

menggunakan kekuatannya sedemikian rupa

sehingga dapat berhasil.

e. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor,

ketiga kemampuan ini mempunyai pengaruh

positif terhadap proses dalam mencapai

prestasi belajar.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang selalu aktif, dimana

terjadi hubungan yang dapat mempengaruhi secara dinamis antara

siswa dengan lingkungannya. Dengan interaksi tersebut anak akan

memperoleh hasil yang semakin baik apabila senantiasa

memperhatikan prinsip-prinsip dalam kegiatan belajar tanpa

mengesampingkan yang lainnya. Sehingga dalam prinsip-prinsip

tersebut siswa tahu dan sadar apa sebenarnya perbuatan belajar itu,

dengan demikan siswa senantiasa dihayati dan terhindar dari rasa

bosan dan jemu.

Adapun prinsip-prinsip belajar secara mendasar adalah

sebagai b erik u t:

(46)

a. Berdasarkan setiap siswa yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instrumental.

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi

yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instrumental.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar

dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap

menurut perkembangannya.

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksploitasi dan

discovery.

3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan

pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan

menimbulkan response yang diharapkan.

c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur atau penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah

(47)

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya,

d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat

belajar dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian, keterampilan, sikap itu mendalam pada siswa.24 25

Dari berbagai prinsip balajar tersebut terdapat beberapa

prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai

dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu

meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya

meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan

perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau

berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,

' j c

serta perbedaan individual.

4. Teori-Teori Belajar

Teori belajar adalah suatu hal yang sangat besar sekali

pengaruhnya dan memegang peranan yang sangat penting dalam

belajar. Maka untuk mendapatkan hasil yang baik tergantung juga

dalam menggunakan teori atau cara didalam proses belajar mengajar.

Menurut para ahli banyak sekali yang mengemukakan teori

belajar, namu secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian

y a itu :

36

(48)

a. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini, manusia dalam dirinya menpunyai

macam-macam daya yang berfungsi sendiri-sendiri, seperti daya

menanggapi, mengingat, dan berpikir. Manurut S. Nasution, bahwa

belajar menurut teori ini adalah “Melatih daya-daya atau potensi

yang ada pada diri manusia”.26

Dari pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa belajar menurut ilmu jiw a daya adalah dititik beratkan pada

latihan yang berulang-ulang dari yang paling mudah sampai pada

yang paling sukar, sehingga daya kemampuan yang ada pada anak

akan semakin baik.

Jadi untuk dapat memperoleh daya berpikir yang kuat pada

seseorang haruslah dilatih melalui kebiasaan sejak kecil.

b. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi

Ilmu Jiwa Assosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu

sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-

unsurnya. Dari aliran ini ada suatu teori yang sangat terkenal,

y a itu :

1. Teori Konektionisme

Menurut Thomadike, dasar dari belajar itu adalah

Assosiasi antara kesan panca indera {sense impresiori) dengan

impuls untuk bertindak {impuls taction). Assosiasi yang

demikian ini dinamakan “connecting”. Dengan kata lain,

(49)

belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan

respon, antara aksi dan reaksi.

Mengenai hubungan stimulus dan respon tersebut,

Thorndike mengemukakan beberapa prinsip atau hukum

diantaranya:

a. Law O f Effect

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat,

kalau disertai dengan perasaan senang atau puas, dan

sebaliknya. Karena itu adanya usaha membesarkan hati,

memuji dan kegiatan reinforcement sangat diperlukan

dalam kegiatan belajar.

b. Law O f Multiple Respone

Didalam stimulus problematis, kemungkinan besar

respon yang tepat itu tidak segera nampak, sehingga

individu yang belajar itu harus berulang kali mengadakan

percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat. Presedur

inilah yang dalam belajar lazim disebutnya dengan istilah

trial and error.

c. Law O f Exercise atau Law O f Use A n d Disuse

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat

kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika

jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu banyak

(50)

d. Law O f Assimilation atau Law O f Analogy

Seseorang itu dapat menyesuaikan diri atau

memberikan respon yang sesuai dengan situasi

sebelumnya.27

2. Teori Conditioning

Teori belajar ini disebut juga respont conditioning

mengimplikasikan pentingnya mengkondikan stimulus agar

teijadi respon. Dengan demikian pengontroan dan perlakuan

stimulus jauh lebih penting dari pada pengontrolan respon.

Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih

mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) dari pada motivas

internal.28

Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar menurut ilmu jiw a Assosiasi adalah belajar yang

bersifat problematika, yaitu seseorang dapat bereaksi secara

tepat dan cepat terhadap stimulus yang ada serta berdasarkan

pada kondisi-kondisi tertentu.

3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Menurut teori ini beranggapan bahwa keseluruhan itu

lebih baik dari pada bagian-bagian. Manusia adalah organisasi

yang aktif berusaha untuk mencapai tujuan, dan individu-

individu bertindak atas berbagai pengaruh dari dalam dan luar

individu. Sehubungan dengan teori ini dikatakan dalam

Sardinian, A.M, Interaksi dan M otivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, him. 23-36

(51)

aktivitas hanya perbuatan yakni learning by doing, akan tetapi

juga “reflektion” atau pemikiran renungan tentang apa yang

telah dilakukan itu.29

Jadi dari teori teori belajar tersebut dapat penulis

simpulkan bahwa teori ilmu jiw a daya dan asosiasi lebih tepat

diterapkan pada anak didik tingkat dasar dan menengah

pertama, sedangkan teori ilmu jiw a gestalt lebih tepat

diterapkan pada siswa Sekolah Menengah Atas dan Perguruan

Tinggi, karena teori ini menitikberatkan pada analisa masalah.

5. Tujuan Belajar

Suatu usaha tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti

apa-apa, sehingga setiap orang apabila mengerjakan sesuatu harus

mengetahui dengan jelas tentang tujuan yang hendak dicapai.

Demikian juga tentang masalah belajar, harus tahu benar apa tujuan

dari belajar itu, sebab belajar merupakan kegiatan mental yang tidak

dapat disaksikan dari luar. Seorang ahli pendidikan lebih

mengutamakan metode serta kondisi yang mempertinggi tujuan

belajar. Belajar diajukan pada (1) Pengumpulan pengetahuan, (2)

Penanaman konsep dan kecekatan, serta (3) Pembentukan sikap dan

perbuatan.30

Sedangkan tinjauan secara umum tentang tujuan belajar adalah

sebagai b erik u t:

29 S. Nasution , Op cit., him. 72

(52)

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

b. Pemahaman konsep dan keterampilan

c. Pembentukan sikap

Adapun menurut ketetapan M.P.R.S. No. XXVII / MPRS /

1996 tujuan pendidikan adalah :

1. Mempertinggi mental moral budi pekerti dan memperkuat

keyakinan beragama

2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan

'Y)

3. Membina perkembangan fisik yang kuat dan sehat

Berdasarkan pengertian diatas tujuan belajar yaitu untuk

memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu

sehingga dapat mengadakan pembaharuan tingkah laku yang kemudian

dapat terbentuk kepribadian yang mantap dan bertanggung) awab.

Dalam hal ini seorang siswa tidak oleh meninggalkan sistem belajar

karena merupakan suatu organisasi yng mengabungkan berbagai

komponen, yaitu tentang : orang-orang, bahan-bahan, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang kesemuanya saling berinteraksi

untuk mencapai suatu tujuan dalam belajar.

B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan agama Islam erat sekali hubungannya

dengan pengertian pendidikan pada umumnya. Menurut Ahmad D. 31 32

31 Sardinian A. M, Op c it, him 28-29

(53)

Marimba, memberikan pengertian tentang pendidikan secara umum

sebagai b erik u t:

Pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh si

pendidik kepada si terdidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.33

Pengertian diatas mengisyaratkan bahwa dalam pendidikan

terdapat beberapa unsur antara lain :

a. Adanya tuntunan, bimbingan, pertolongan, usaha atau kegiatan.

b. Ada pendidik.

c. Ada unsur didik atau siterdidik.

d. Ada tujuan yang hendak dicapai.

Unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan

yang lainnya, sebab tanpa ada salah satu diatas, maka pendidikan tidak

akan dapat berlangsung.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah “Bimbingan

jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam .34

Dari pengrtian tersebut menunjukkan bahwa adanya usaha-

usaha untuk membina dan mengarahkan anak didik agar nantinya

memiliki kepribadian yang utama yaitu taat berilmu pengetahuan

beramal shaleh serta bertanggungjawab atas segala perbuatannya.

33 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Ma’arif, Bandung, 1987, him. 19

(54)

2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia mempunyai

dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari

s e g i:

a. Dasar Yuridis atau Hukum

Dasar Yuridis atau hukum adalah Dasar-dasar pelaksanaan

Pendidikan Agama yang berasal dari peraturan perundang-

undangan. Yang secara langsung dapat dijadikan pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun

lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.35

Adapun dasar segi Yuridis Formal tersebut ada tiga macam

y a itu :

1. Dasar Idiil, yaitu dasar Negara Pancasila, dimana sila pertama

adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Dasar Struktural Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab

XI pada 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

a. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut

agama dan kepercayaannya itu.

3. Dasar Operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur

pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia

yaitu GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) dan UUSPN

(55)

(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) No. 2 tahun

1989.

b. Dasar Religius

Dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari

agama Islam yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

Menurut ajaran Islam melaksanakan pendidikan agama

adalah perintah dari Allah SWT dan merupakan ibadah kepada-

Nya.ayat yang menerangkan perintah tersebut antara lain adalah

sebagai b erik u t:

1. Dalam Surat At Tahrim ayat 6, berbunyi sebagai b erik u t:

ijtf A & ij

jai

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka”.

2. Selain dari ayat tersebut juga disebutkan dalam hadits riwayat

Bukhori, y a itu :

jUJt aljj)

A

j

I

°

j

T

j

JiC.

I'jit

Artinya : “Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walau

hanya sedikit”.

Ayat dan Hadits tersebut memberikan pengertian kepada

kita bahwa dalam ajaran Islam ada perintah untuk mendidik agama

baik kepada keluarganya maupun kepada orang lain dengan

(56)

c. Dasar Sosial Psikologi

Dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya

Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat

mereka meminta pertolongan. Itulah sebabnya bagi orang-orang

muslin diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat

mengarahkan fitrah mereka tersebut kearah yang benar, sehingga

meraka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran

Islam.36

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sadar dan bertujuan,

dan Allah SWT telah meletakkan asas-asasnya bagi seluruh manusia di

dalam syari’at. Dari pandangan Islam tentang alam ini tampaklah jelas,

bahwa tujuan asasi dari adanya manusia di dalam alam ini adalah

beribadah dan tunduk kepada Allah, serta menjadi khalifah dimuka

bumi untuk memakmurkannya dengan melaksanakan syari’at dan

menaati Allah.

Allah SWT telah menjelaskan tujuan didalam firman-Nya :

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan menusia melainkan

supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Q.S. 51 A d-D zariat:

56)

(57)

Jika ini tujuan hidup manusia, maka pendidikannyapun hams

mempunyai tujuan yang sama, yaitu : mengembangkan pikiran

manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaannya berdasarkan

Islam.

Dengan demikian, tujuan akhir Pendidikan Islam adalah

melestarikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia,

baik individu maupun masyarakat.37 38

Pendidikan agama islam di MTs bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengamalan peserta didik

tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau

pengalaman-pengalaman belajar yang diatur secara sistematis metodis

• # T O

yang diterima anak untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut pengertian ini segala pengalaman siswa yang dialami,

baik di dalam kelas maupun diluar kelas dalam lingkungan dan

tanggungjawab sekolah termasuk kurikulum.

37Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan M etode Pendidikan Islam,

CV. Diponegoro, Bandung, 1992, him. 162

Gambar

Gambar 1 Dp.nah frednrm MTs Negeri Salatiga
Tabel I.Data peralatan dan inventaris kantor
Tabel IIIDaftar Guru MTs Negeri Salatiga
Tabel IVKeadaan Murid di Mts Negeri Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip : pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis

Skenario pengujian pada simulasi pengendalian bahan baku produksi menggunakan metode monte carlo dan exponensial adalah skenario yang digunakan untuk menguji kelayakan pada

Kegiatan fisik Program P2KP atau PNPM Mandiri Perkotaan untuk perbaikan jalan mampu menyerap swadaya masyarakat sebesar 20,60% dari total dana kegiatan, untuk

Ada pun pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan

Beberapa orang mahasiswa dan ketua BEM yang terdiri dari beberapa jurusan di FKIK (diluar sepengetahuan BEM Kedokteran Unsoed) mendatangi gedung dekanat dengan surat

dimaksudkan agar kaum perempuan yang terjerumus ke dalam tindakan tersebut tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Salah satu program pemberdayaan perempuan yang

Rancangan sistem Minimum Atmega 8535 Sebuah sistem minimum diperlukan untuk membaca pesan yang dikirim dari telepon genggam ke modem Wavecom.. Sistem minimum

Melihat fenomena perilaku konsumtif pada remaja maka mendorong untuk dilakukannya penelitian tentang bagaimana cara mereduksi perilaku konsumtif pada remaja melalui teknik