DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA
TAHUN AJARAN 2006 / 2007 Perpustakaan STAIN Salatiga
HHiiiiimnii
07TD1010845.01
S K R I P S I
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
M USHBIHAH RODLIYATUN N IM : 111 03 037
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : wwvv. st a i n sal at i ua. ac. i d E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
D E K L A R A S I
Bism illahirrahm anirrahim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 23 Juli 2007
Peneliti
Mushbihah Rodlivatun NIM. 111 03 037
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga Telp. (0298) 323706,323444 kode pos 50712
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi
Salatiga, 23 Juli 2007
Sdr.Mushbihah Rodliyatun
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga Di
Tempat. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah saudari :
Judul : SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM
USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan.
Demikian harap menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Nama : Mushbihah Rodliyatun NIM : 11103037
Jurusan : Tarbiyah
Progdi : Pendidikan Agama Islam
Dra._________ ih, M. Pd NIP. 150268213
SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : M USHBIHAH RODLIYATUN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 03 037 yang berjudul SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISW A DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTs NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 11
September 2007 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
„ . . 11 September 2007 M Salatiga, ---29 Sya'banl428H
‘ Sesungguhnya Orang yang beramal dan berjuang tanpa didasari dengan ilmu, maka dia akan membuat lebih banyak kerusakan berbanding kebaikan “
Skripsi ini kupersembahkan:
• Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa dan kasih sayangnya. • Kakak-kakakku dan adikku yang kusayangi.
• Sahabat-sahabatku Mahasiswa Tarbiyah PAI B Angkatan 2003. • Special My friend beserta keluarga yang selalu setia menemani dan
Puji syukur kehadirat illahi robbi yang senantiasa memberi hidayah kepada manusia menuju kebaikan dan syukur terdalam penulis haturkan kehadirat-Nya, Salam untuk Rasul junjungan tercinta, petunjuk umat manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak baik material dan spiritual skripsi ini tidak akan selesai sesuai dengan yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tulus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag, Selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Nur Hasanah, M. Pd, selaku pembimbing yang dengan ikhlas, tekun dan sabar dalam membimbing penulis pada saat skripsi ini disusun.
3. Bapak dan ibu dosen yang banyak memberikan jasanya, mendidik penulis dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Asroni, M. Ag, selaku kepala sekolah MTs Negeri Salatiga yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 5. Team perpustakaan STAIN Salatiga, terima kasih atas bantuan penyediaan
buku-buku kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.
6. Keluarga tercinta ( Bapak, Ibuku, Saudara-saudaraku ) yang telah berkorban baik secara material maupun spiritual.
7. Rekan-rekanku senasib seperjuangan khususnya PAI B angkatan 2003. 8. Teman-temanku di kost Osmana Dua A
9. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Amin.
HALAMAN JUDUL... i
DEKLARASI... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... ix
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar belakang masalah... 1
B. Penegasan Istilah... 4
C. Rumusan masalah... 8
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Hipotesis... 9
F. Metodologi Penelitian... 9
G. Sistematika Penulisan... 14
BAB II : LANDAS AN TEORI... 16
I. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA... 16
A. Pengertian Sikap Kemandirian Berpikir... 16
B. Pembentukan Sikap Kemandirian Berpikir... 23
C. Tahapan-tahapan terjadinya proses berpikir... 26
II. PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM... 29
A. Prestasi Belajar... 29
L Pengertian Prestasi Belajar... 29
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.. 30
3 Prinsip-prinsip Belajar... 34
4. Teori-teori Belajar... 36
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam . 43
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam... 45
4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam... 46
III. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAL. 51 BAB III: HASIL PENELITIAN... 53
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga... 53
B. Data Tentang Sikap Kemandirian Berpikir Siswa dan Prestasi Belajar PAI di MTs Negeri Salatiga... 65
BAB IV : ANALISIS DATA... 72
A. Analisis Pendahuluan... 72
B. Analis Uji Hipotesis... 86
C. Analisis lanjut... 91
BAB V : PENUTUP... 93
A. Kesimpulan... 93
B. Saran... 94 DAFTAR PUSTAKA
TABEL I : DATA PERALATAN DAN INVENTARIS KANTOR. 60 TABEL II : DATA BUKU MTs NEGERI SALATIGA... 60 TABEL III* : DAFTAR GURU MTs NEGERI SALATIGA... 61 TABEL IV : KEADAAN MURID MTs NEGERI SALATIGA... 63
TABEL V : JAWABAN ANGKET SIKAP KEMANDIRIAN
BERPIKIR SISWA... 65 TABEL VI : PRESTASI BELAJAR PA I... 67 TABEL VII : DAFTAR NAMA RESPONDEN... 69 TABEL VIII : NILAI ANGKET SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR
SISWA... 73
TABEL IX : INTERVAL SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR
SISWA... 75
TABEL X : NILAI NOMINASI SIKAP KEMANDIRIAN
BERPIKIR SISWA... 76 TABEL XI : TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL X .. 79 TABEL XII : NILAI PRESTASI BELAJAR P A I... 80 TABEL XIII : INTERVAL PRESTASI BELAJAR PA I... 82 TABEL XIV : NILAI NOMINASI PRESTASI BELAJAR PA I... 83 TABEL XV : TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL Y .. 86
TABEL XVI : DATA SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR DAN
PRESTASI BELAJAR... 87 TABEL XVII : TABEL FREKUENSI YANG DIPEROLEH (Fo)... 89 TABEL XVIII : TABEL FREKUENSI YANG DIHARAPKAN (Fh).. 90
TABEL XIX : TABEL KERJA UNTUK MENGHITUNG CH1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum, esensi tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia
yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya,
melainkan lebih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan
masyarakat itu sendiri. Perubahan-perubahan yang sering terjadi di sekeliling
kita, terutama yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi,
demikian pesatnya sehingga “bekal” pendidikan yang di terima orang tua
tidak akan memadai bagi anak-anaknya, sebab mereka harus menghadapi
dunia yang pada hakikatnya telah berbeda karakter apabila dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka di Indonesia sejak dahulu
telah bermunculan lembaga, baik formal maupun non formal. Diantaranya
dengan belajar yang giat dan mencurahkan daya pikir yang telah dikaruniakan
Allah SWT kepada manusia, melalui kemandirian belajar, misalnya diskusi,
belajar sendiri dan menemukan sendiri.
Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi sebagai khalifah fil
ardhi, yang diberi kelebihan dan kemuliaan dengan ilmu pengetahuan.
Melalui akal pikiran yang tidak diberikan Allah SWT kepada makhluk lain,
manusia dapat berpikir dan memperhatikan segala benda yang ada di alam ini
sehingga dapat digunakan dan diambil manfaatnya.1
1 Zakiah Daradjat, dkk., D asar Agama Islam, Universitas Terbuka, Jakarta, 1999, him. 49
diberkati Allah SWT dengan adanya fitrah beragama seperti dalam firman
Allah S W T :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” . (Q. S. Ar-Rum :
30)2
Kemandirian berpikir akan bisa memenuhi tuntutan jam an yang
semakin maju dan pesat perkembangan serta pertumbuhannya, selain itu
seseorang tidak akan mudah terpengaruh oleh pendapat-pendapat orang lain
yang semakin lama bisa melemahkan pemikiran seseorang. Manusia yang
bebas dalam berpikir akan selalu dapat menikmati hidupnya dengan tenteram,
karena merasa telah mampu dalam menggunakan dan memanfaatkan akal
pikirannya yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT.
Demikian juga tentang prestasi belajar pendidikan Agama Islam,
adalah sebagai perwujudan dari usaha belajar yang merupakan masalah utama
dalam proses belajar mengajar. Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar
siswa berupa kompetensi sebagaimana tercantum dalam Kegiatan Belajar
Mengajar setiap mata pelajaran, dengan memperhatikan tiga ranah yaitu :
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Misalnya : kognitif meliputi seluruh materi pembelajaran Al-qur’an,
keimanan, akhlak, ibadah, dan tarikh. Aspek afektif sangat dominan pada
materi pembelajaran akhlak. Aspek psikomotorik dan pengamatan sangat
dominan pada materi pembelajaran ibadah dan membaca Al-qur’an.3 Oleh
karena itu prestasi belajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang
memp engaruh i ny a.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga adalah suatu lembaga
pendidikan dan pengajaran lanjutan tingkat pertama dan menjadikan mata
pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya
30% di samping mata pelajaran umum. Pelaksanaan waktu belajar, Kurikulum
Nasional PAI diberikan dengan sungguh-sungguh dan mendalam sebagai
bekal untuk bisa terjun di dalam masyarakat sosial serta dapat meningkatkan
ilmu pengetahuan.
Dengan melihat siswa MTs Negeri Salatiga yang secara makro sudah
beragama dengan baik. Orang tua menyekolahkan anaknya di Madrasah agar
menjadi anak yang sholeh-sholehah dan tercapainya tujuan pendidikan. Di
sekolah siswa harus berpartisipasi dalam menciptakan situasi belajar yang
harmonis sehingga proses pembelajarannya dapat berjalan secara efektif dan
efisien, yaitu dengan cara kemandirian berpikir. Tapi kenyataannya siswa
masih ada yang manggantungkan materi pelajaran dari guru saja. Dalam
upaya mengefektifkan proses belajar mengajar guru harus meningkatkan
kesempatan belajar bagi siswa yang ditempuh dengan melibatkan siswa secara
aktif untuk belajar mandiri.
Karena terdorong oleh hal tersebut di atas, penulis akan mencoba
melakukan penelitian dengan judul “ SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR
SISWA DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI SALATIGA TAHUN AJARAN 2006/2007”
B. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah
pahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan
penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu :
1. Kemandirian Berpikir
Kemandirian berpikir sendiri terdiri dari dua kata, yaitu kata
kemandirian dan kata berpikir yang masing-masing mempunyai makna
tersendiri, yaitu :
a. Kemandirian
Kemandirian dalam skripsi ini secara pragmatis ialah mampu
berdiri sendiri,4 5 dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk memiliki
potensi, kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup di
tengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang keindividualannya.
Kemandirian dalam berpikir, yaitu kedewasaan dalam
berpikir.3 Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan
4 Badudu JS., Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57
masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap
dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar
adalah spontanitas yang didasari kemandirian,
b. Berpikir
Banyak pengertian yang dilontarkan oleh para ahli tentang
masalah berpikir, tetapi mereka tidaklah jauh berbeda dalam
memberikan batasan definisi, antara lain :
1) WJS Poerwodarminto, memberikan definisi bahwa “berpikir
adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
sesuatu”.6
2) Departemen Agama RI, memberi definisi bahwa “berpikir
adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya7.
Dari dua pengertian tersebut di atas diketahui bahwa berpikir
adalah suatu proses yang dinamis pada diri seseorang dengan daya atau
kekuatan akal budinya dalam mempertimbangkan sesuatu hal atau
perkara.
Kemandirian berpikir dalam penelitian ini adalah merupakan
variabel bebas yang mempunyai indikator-indikator sebagai berikut :
a. Mempunyai rasa tanggung jawab
1. Berpikir sungguh-sungguh dalam mengeijakan tugas atau
pekerjaan rumah
2. Mempunyai sikap kedewasaan dalam berpikir
b. Mempunyai kemampuan berdiri sendiri
1. Dapat menemukan jawaban sendiri
2. Mampu untuk bekerja sendiri
3. Percaya dengan kemampuan sendiri
c. Dapat mengambil keputusan sendiri, tanpa bergantung pada orang
lain
d. Berani mengambil resiko dari apa yang dilakukan
2. Prestasi Belajar
Prestasi memiliki arti : hasil yang telah dicapai (dilakukan,
dikerjakan).8 Menurut Harold Spears, belajar adalah kegiatan yang
berproses sistematis, dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.9 Dalam arti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga
sendiri.
Begitu juga menurut WS. Winkel yang mengemukakan bahwa
“belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan
tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas”.10 11
8 WJS Poerwadarminto, op. cit; him. 362
9 Sardinian A. M., Interaksi dan M otivasi Belajar M engajar, PT. Raja Grafindo, Jakarta Persada, 2001, him. 26
10 Winkel, WS., P sikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1996, him. 53
Menurut Nana Sudjana “Prestasi belajar atau hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami
pengalaman belajar”.11
Selanjutnya menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata “Hasil
belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.12
Prestasi belajar yang diteliti adalah dengan melihat nilai raport
siswa. Adapun indikatornya sebagai berikut:
Daftar nilai bidang studi PAI dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan
dan penerapannya yang meliputi:
a. Nilai rata-rata test formatif
b. Nilai rata-rata tugas atau pekerjaan rumah
c. Nilai rata-rata baca tulis Al-Qur’an
d. Nilai ulangan umum bersama
3. Pendidikan Agama Islam
“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang berupa
bimbingan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan”.13
Akan tetapi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam di sini adalah
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang termasuk dalam kurikulum
Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga yang masuk dalam kesatuan dari
program pengajaran.
12 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan P sikologi Proses Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, him. 102
Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud judul penelitian ini adalah suatu penelitian terhadap
sikap berpikir yang bertanggung jawab dan berdiri sendiri dalam usaha
peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam bagi siswa MTs
Negeri Salatiga.
C. Rumusan Masalah
Dalam kaitannya dengan judul yang penulis kemukakan di atas maka
muncul permasalahan yang memerlukan pembahasan, permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sikap kemandirian berpikir siswa di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Salatiga ?
2. Bagaimana prestasi belajar pendidikan Agama Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Salatiga ?
3. Adakah hubungan antara sikap kemandirian berpikir dengan peningkatan
prestasi belajar PAI siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, maka penulis
memiliki tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sikap kemandirian berpikir siswa di Madrasah
2. Untuk mengetahui prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Salatiga.
3. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara sikap kemandirian
berpikir dengan prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Salatiga.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diajukan, sehingga masih harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu
penelitian.14 15 Jadi, hipotesis bukanlah suatu kesimpulan akhir, tetapi
kebenarannya masih harus dibuktikan melalui penelitian. Adapun hipotesis
yang penulis ajukan adalah : “Ada hubungan yang signifikan antara
kemandirian berpikir siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga”.
F. Metodologi Penelitian 1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah “keseluruhan dari
subyek penelitian”.13 Yang di maksud populasi di sini adalah para siswa
kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga. Yang berjumlah 254
siswa.
14 Ronny Kountur, M etode Penelitian, CV. Teruna Grafika, Jakarta, 2003, him. 93
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, sample adalah sebagian atau wakil
populasi yang diselidiki”.16 *
Teknik pengambilan sampel menurut Suharsini Arikunto adalah
apabila subyeknya kurang dari 100 , lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya
besar (lebih dari 100 orang), dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % -
25 % atau lebih sesuai kemampuan.'7
Untuk menghemat waktu dan tenaga maka penulis menetapkan
besar sampel lebih kurang 20% dari besarnya subyek (populasi), karena
subyeknya berjumlah 254 siswa maka sampelnya adalah 20% x 254 siswa
yaitu berjumlah 50,8 dari jumlah tersebut penulis mengambil 50 siswa dari
kelas VITTA sebanyak 25 siswa dan kelas VIIIB sebanyak 25 siswa.
Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah
random sampling, yaitu pengambilan secara random atau tidak pandang
bulu dengan cara:
a. Mengambil populasi dari kelas VIILA 42 siswa dan sampel yang
diambil 25 siswa.
b. Mengambil populasi dari kelas VIIIB 44 siswa dan sampel yang
diambil 25 siswa.
Jadi jumlah populasi kelas VIIIA dan VIIIB berjumlah 86 siswa.
Sedangkan jumlah sampel dari kelas VIIIA berjumlah 25 siswa dan
VIIIB berjumlah 25 siswa. Jadi jumlah sampelnya 50 siswa.
Tabel
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No Kelas / Kelompok Populasi Sampel
1. VIIIA 42 25
2. VI1IB 44 25
Jumlah 86 50
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam suatu penelitian ilmiah banyak
cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini
penulis menggunakan beberapa metode, antara lain sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu metode atau cara pengumpulan
data dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat
konkrit seperti situasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, situasi
proses belajar mengajar, keadaan siswa, guru dan lain-lain.
b. Metode Interview
Yaitu metode yang mencoba mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap
muka.18 19
18 Sutrisno Hadi, M etodologi Research, Jilid I, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta. 1987, him. 137
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum
dari sekolah. Melalui kepala sekolah, guru dan siswa Madrasah
Tsanawiyah Negeri Salatiga. Adapun pelaksanaannya dengan
interview bebas terpimpin, karena akan memberi kebebasan pada
pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan
memperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas. Pihak peneliti
dapat mengarahkan secara langsung pada pokok persoalan yang
sebenarnya.
c. Metode Angket
Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang mereka ketahui.20 21
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui hubungan
kemandirian berpikir siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajar
Pendidikan Agama Islam di MTs Negeri Salatiga.
d. Metode Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-
catatan mengenai data pribadi responden.2'
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang
terdapat di MTs Negeri Salatiga berupa jumlah siswa, jumlah guru,
keadaan siswa, keadaan gedung atau fasilitas lainnya.
20 Suharsimi Arikunto, Prosedtir Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bna Aksara, Jakarta, 1987, him. 124
4. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, selanjutnya adalah
menganalisis data tersebut. Pada tahap ini dilakukan perhitungan melalui
prosentase dan analisa tiap-tiap item. Untuk menganalisis ini penulis
menggunakan rum us:
Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut penulis
menggunakan rumus koefisien kontingensi. Adapun rumusnya sebagai
berikut :23
22 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, him. 40
23 Sutisno ha& M etodologi Research, jilid IH, penerbit Andi, Yogyakarta, 2000, him. 304 F
P = X 100%
N Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel.22
KK
Keterangan :
KK = Koefisien kontingensi
X2 = Chi kuadrat
G. Sistematika penulisan
Untuk mempermudah mengetahui isi dari skripsi ini, maka dalam
penyusun skripsi ini disusunlah sistematika sebagai berikut:
BABI : PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bagian ini menguraikan tentang sikap kemandirian
berpikir siswa hubungannya dengan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam, meliputi:
A. Masalah sikap kemandirian berpikir.
Masalah ini terdiri dari : pengertian sikap kemandirian
berpikir, pembentukan sikap kemandirian berpikir, dan
Tahapan-tahapan teijadinya proses berpikir.
B. Masalah Prestasi Belajar P^didikan Agama Islam.
1. Prestasi belajar, masalah ini terdiri dari : Pengertian
prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, prinsip-prinsip belajar, teori-teori belajar,
dan tujuan belajar.
2. Pendidikan Agama Islam, masalah ini meliputi :
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, Tujuan, dan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
C. Sikap kemandirian berpikir siswa dalam usaha meningkatkan
prestasi belajar PAI.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini menguraikan tentang lokasi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Salatiga, gambaran atau situasi umum MTs
yang meliputi : Sejarah berdirinya, letak geografis, sarana dan
prasarana, keadaan guru dan murid, struktur organiasi Madrasah
Tsanawiyah Negeri Salatiga, penyajian data tentang sikap
kemandirian berpikir dan data tentang hasil belajar.
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada bab ini tiap-tiap aspek permasalahan dianalisa
berdasarkan pada data-data yang ada.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini meliputi : kesimpulan dari hasil penelitian
LAND ASAN TEORI
I. SIKAP KEMANDIRIAN BERPIKIR SISWA A. Pengertian Sikap Kemandirian Berpikir Siswa
1. Pengertian Sikap
Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan adanya sikap,
baik sikap positif maupun negatif. Sikap merupakan sesuatu yang
dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap
situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap-
sikap tertentu akan membawa seseorang cenderung untuk menerima atau
menolak sesuatu objek dengan berdasarkan pada penilaian terhadap objek
tersebut, apakah berguna bagi dirinya atau tidak. Apabila objek itu dinilai
tidak baik bagi dirinya maka ia akan bersikap negatif dan sebaiknya
apabila objek itu dinilai baik bagi dirinya maka ia akan bersifat positif.
Demikian pula penilaian individu terhadap masalah belajar. Karena
dengan belajar seseorang mendapatkan kebaikan atau keberuntungan,
maka ia akan selalu melaksanakan tugas belajar dengan baik.
Mengenai sikap, ada beberapa pendapat dari para ahli yang
memberikan batasan tentang pengertian sikap, antara lain :
1. Menurut Bimo Walgito
“Sikap yaitu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan
untuk bertindak, menyerta manusia dengan perasaan-perasaan tertentu
didalam menanggapi objek dan berbentuk atas dasar pengalaman-
pengalaman”.1
2. Menurut Way an Nurkancana, dkk
“Sikap yaitu suatu predisposisi atau kecenderungan untuk
melaksanakan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa indvidu-individu maupun objek-objek
tertentu”.2 3
3. Menurut M. Husaini, dkk
“Sikap yaitu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu”/
4. Menurut Fishbein
“Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelejari untuk
merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupakan
variabel later yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi
perilaku. Sikap tidak identik dengan respon dalam bentuk perilaku,
tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari
konsistensi perilaku yang dapat diamati”.4
Dari beberapa jenis devinisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli diatas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa yang
dinamakan sikap adalah kecenderungan dari seseorang atau individu
1 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta, 1980, him. 52
2 Wayan Nurkancana, dkk, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, him. 259
3 M. Husaini, dkk, Himpunan Istilah Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1984, him. 115
4 Mohammad Ali, Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
baik dari lahir maupun batin untuk merespon stimulus atau rangsangan
yang datang dari luar yaitu lingkungannya, terhadap hal-hal tertentu
dia juga akan merespon dengan cara tertentu pula. Sikap mengandung
tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan tingkah laku.
Sikap dapat membawa pengaruh penting atas diri seseorang, ia bisa
berlaku baik sebagai akibat atau hasil dari sikap yang baik juga. Sikap
bersifat pribadi dan dihubungkan dengan suara perasaa serta
pengalaman-pengalaman seseorang, menampakkan diri dalam caranya,
merasa seperti berfikir atau berbuat dalam segala situasi. Kaitannya
antara sikap dengan belajar siswa adalah sikap siswa di dalam
melaksanakan tugas sucinya yaitu belajar. Apakah sikap dari siswa itu
siap belajar atau tidak.
2. Pengertian Kemandirian Berpikir
Kemandirian berpikir terdiri dari dua kata, yaitu kata kemandirian
dan kata berpikir yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yaitu :
a. Kemandirian
Kemandirian adalah mampu berdiri sendiri, dalam arti bahwa
manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi kemauan, kreatif dan
ego serta kehendak yang dapat hidup ditengah-tengah secara sosial
dengan tidak hilang keindividualannya.^ 5
Kemandirian dalam berpikir, yaitu kedewasaan dalam
berpikir.6 Berpikir secara mandiri dalam kehidupan budaya dan
masyarakat, dalam proses belajar dirintis melalui metode yang mantap
dalam swakarya (kegiatan sendiri). Swakarya sebagai prinsip belajar
adalah spontanitas yang didasari kemandirian.
Upaya mendefinisikan kemandirian dan proses
perkembangannya, ada berbagai sudut pandang yang sejauh
perkembangannya dalam kurun waktu yang sedemikian lamanya telah
dikembangkan oleh para ahli. Emil Durkheim, misalnya melihat
makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang yang
berpusat pada masyarakat. Pandangan ini juga dikenal dengan
pandangan konformistik. Dengan menggunakan sudut pandang ini,
Durkheim berpendapat bahwa kemandirian merupakan elemen esensial
ketiga dari moralitas yang bersumber pada kehidupan masyarakat.
Dulkheim berpendapat bahwa kemandirian tumbuh dan berkembang
karena dua factor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu:
1. Disiplin, yaitu ada aturan bertindak dan otoritas,
2. Komitmen terhadap kelompok.
Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa kemandirian merupakan suatu kekuatan internal
individu yang diperoleh melalui proses individuasi. Individu yang
mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh
pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Dengan
demikian, dalam pandangan konformistik, pemahaman mendalam
tentang hukum moralitas menjadi faktor pendukung utama
kemandirian.
b. Berpikir
Pengertian berpikir telah banyak dikemukakan oleh para ahli,
tetapi tidak jauh berbeda dalam memberikan batasan definisi, antara
la in :
1. WJS. Poerwodarminto, memberikan definisi bahwa “Berpikir
adalah menggunakan akal, budi untuk mempertimbangkan
sesuatu”.7
2. Departemen Agama RI, memberikan definisi bahwa “Berpikir
adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya.8
Dari dua pengertian diatas dapat digabungkan bahwa yang
dinamakan berpikir adalah suatu proses yang dinamis pada diri
seseorang dengan daya atau kekuatan akal budinya dalam
mempertimbangkan seseuatu hal atau perkara.
Dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar
mengajar sangat dipentingkan adanya pencurahan daya pikir, karena
dalam proses belajar mengajar sangat membutuhkan pencurahan akal
7 WJS. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1996. him. 752
xDepartemen Agama RI, Psikologi Pendidikan; Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS,
pikir untuk memikirkan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar. Hanya dengan akal pikiranlah manusia akan
menjadi baik, dan dengan akal pikiran pulalah manusia menjadi tidak
baik. Hal ini dikarenakan adanya keinginan atau dorongan dari
masing-masing individu didalam memilih jalan hidupnya.
Setiap pemecahan masalah memerlukan taraf pikir paling
tinggi dan paling sukar untuk mengetahui jenis latihan dan macam
tugas yang dapat mendorong siswa melakukan keija pikir sampai taraf
tertentu, menurut Ad Roijakers, pengajar perlu mengetahui macam-
macam taraf berpikir yang ada, antara lain :
1. Taraf Belaj ar Reseptif atau Menerima (Reception Learning)
Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk yang telah jadi,
pihak pendengar hanya tinggal menerima dan menyerap. Mereka
tidak perlu melakukan keija pikir untuk mengertikannya. Pengajar
tidak perlu merangsang terjadinya suatu proses dalam diri siswa.
2. T araf Komprehensi
Pengajar menyiapkan isi pelajaran, dan siswa harus
membuat gambaran tentangnya. Dalam bahasa Inggris taraf ini
disebut Concept Learning. Uraian isi pengertian yang diajarkan itu
3. Taraf Aplikasi
Pada taraf ini pengajar menuntut siswa melakukan sesuatu
berdasarkan pengertian yang telah diajarkan. Mereka harus dapat
merumuskannya sendiri, dan menyusun pandangan yang jelas.
4. Taraf Analisa dan Sintesa
Siswa dapat menerangkan kaitan-kaitan yang ada dalam hal
yang diajarkan (sintesa). Siswa juga harus dapat membuat
kombinasi unsur-unsurnya menjadi suatu kesatuan.
5. Taraf Evaluasi
Pada taraf ini siswa dipaksa berpikir sendiri secara kreatif
untuk mencari pemechan masalah. Hal terpenting dalam taraf ini
adalah timbulnya pengetahuan baru. Siswa harus dapat
menghasilkan kreasi baru.9
Orang yang berpikiran baik, ia akan cenderung untuk
berbuat kebaikan. Sedangkan orang yang berpikiran buruk karena
pikirannya telah terpengaruh dan terisi oleh sifat buruk. Bila kita
kembalikan pada fitrah manusia, bahwa manusia adalah makhluk
yang berpikir. Tanpa pikiran, manusia akan sama dengan binatang,
bahkan akan lebih hina lagi jik a tidak bisa menggunakan
pikirannya. Dengan akal pikiran itulah manusia bisa mengalami
kemajuan yang tidak terdapat pada makhluk-makhluk lain. Dengan
pikiran ini pula manusia bisa membangun kebudayaan dan
peradaban. Karena itu manusia sangat menggantungkan pada cara
berpikirnya.
Jadi orang yang selalu berpikir baik, ia akan selalu
bertanggungjawab atas segala diperbuatnya, artinya dia sudah
memiliki sikap kemandirian atau kedewasaan. Sikap merupakan
tujuan utama dari suatu proses pendidikan, baik dewasa jasmani
maupun dewasa rohani.
Sebagai kesimpulan bahwa yang dinamakan sudah dapat
berpikir secara dewasa apabila ia telah mempunyai ciri-ciri sebagai
b erik u t:
a. Mempunyai rasa tanggungjawab
b. Mampu berdiri sendiri
c. Dapat mengambil keputusan sendiri
d. Berani mengambil resiko
B. Pembentukan Sikap Kemandirian Berpikir
Seseorang akan menampakkan sikapnya dikarenakan adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan. Manusia tidak dilahirkan dengan
kelengkapan sikap, akan tetapi sikap-sikap itu lahir dan berkembang
bersama dengan pengalaman yang diperolehnya. Jadi sikap bisa
berkembang sebagaimana terjadi pada pola tingkah laku yang bersifat
mental dan emosi lainnya, sebagai bentuk reaksi individu terhadap
Sikap kemandirian berpikir terbentuknya melalui bermacam-macam cara,
antara lain :
a. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat melalui suatu
pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman
traumatik).
b. Melalui Imitasi
Peniruan dapat teijadi tanpa disengaja, dapat pula dengan
sengaja. Individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap
mode, disamping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan
untuk mengenal model yang hendak ditiru. Peniruan akan teijadi lebih
lancar bila dilakukan secara kolektif dari pada perorangan.
c. Melalui Sugesti
Seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu
alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh
yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa
dalam pandangannya.
d. Melalui Identifikas
Disini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi
tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya, meniru dalam
hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, identifikasi seperti
siswa dengan guru.10
Dari uraian diatas jelaslah, bahwa aspek afektif pada diri siswa
besar peranannya dalam pendidikan, oleh karena itu tidak dapat kita
abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat berguna dan
lebih dari itu kita harus memanfaakan pengetahuan menganai
karakteriktik-karakteristik afaktif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
Adapun beberapa metode kognitif dipergunakan untuk mengubah
sikap kemandirian bepikir, antara lain :
1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan.
Caranya dengan memberi informasi baru mengenai objek sikap,
sehingga komponen kognitif menjadi luas.
2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Cara
ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti
untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak meraka
senangi itu.
3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku baru yang tidak
konsisten denga sikap-sikap yang sudah ada.11
Sikap memberikan kemungkinan yang besar untuk suksesnya
usaha seseorang sebagaimana gagalnya suatu kehidupan. Sikap merupakan
kondisi intern dalam subyek yang berperan terhadap tindakan yang
diambilnya, dan aspek yang paling penting adalah kerelaan untuk
bertindak.
Pembentukan sikap dan perasaan merupakan faktor non
intelektual, khususnya berpengaruh terhadap semangat belajar. Dengan
melalui perasaannya, siswa mengadakan penilaian yang agak spontan
terhadap pengalaman belajar di sekolah. Penilaian yang positif akan
tertangkap dalam perasaan senang yaitu rasa puas, gembira, simpati dan
sebagainya. Sedangkan penilaian yang negatif akan terungkap dalam
perasaan tidak senang yaitu rasa segan, benci, rasa takut dan sebagainya.
Penilaian yang agak spontan dan tanpa banyak refleksi, melalui perasaan
ini dapat diperkuat dengan menemukan alasan-alasan rasional yang
mendukung. Penilaian dan memainkan perasaan sebagai unsur atau aspek 11
kognitif dalam penbentukan suatu sikap.
C. Tahapan -tahapan terjadinya proses berpikir
Pada pokoknya, proses berpikir itu teijadi melalui tiga tahap, yaitu:
1. Membentuk pengertian dengan cara menganalisis ciri - ciri dari
sejumlah objek yang sejenis, membandingkan ciri - ciri yang sama,
lalu mengabstraksikan.
2. Membentuk pendapat, yaitu dengan menghubungkan antara dua
pengertian atau lebih yang sifatnya ada negative, affim atif atau
modalitas kemungkinan - kemungkinan.
3. Menarik kesimpulan atau membentuk keputusan. Ada tiga macam
bentuk keputusan yaitu: 12
a. Berpikir Induktif.
Suatu proses dalam berpikir berlangsung dari khusus
menuju kepada yang umum. Mencari dulu sifat atau ciri tertentu
dari sebuah fenomena kemudian ditarik kesimpulan bahwa sifat
dan ciri tersebut terdapat pada semua jenis fenomena tersebut.
b. Berpikir Deduktif.
Suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang
umum menuju kepada yang khusus.Bertolak dari suatu kesimpulan
yang bersifat umum kemudian mencoba menerapkan kepada
fenomena - fenomena khusus dan mengambil kesimpulan khusus
yang berlaku bagi fenomena tersebut.
c. Berpikir Analogi.
Suatu proses berpikir dengan cara membandingkan atau
mempersamakan fenomena - fenomena yang biasa atau pernah
teralami. Prinsipnya adalah bahwa kebenaran dan fenomena yang
dialami akan berlaku pula bagi fenomena yang akan dihadapi
dikemudian hari.13
Selain tiga tahapan tersebut, Wallas juga mengemukakan empat
tahapan proses berpikir kreatif, antara lain :
1. Persiapan ( Preparation ) adalah tahap peletakan dasar.
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan informasi, data - data, dan
bahan - bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini, individu
mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. *
2. Inkubasi ( Incubation )adalah tahap diterimanya proses pemecahan
masalah dalam alam pra - sadar.
Tahap ini berlangsung dalam waktu tak menentu, bisa lama dan bisa
juga hanya sebentar. Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses
pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat lagi pada saat
berakhirnya tahap pengeraman dan munculnya masa berikutnya.
3. Iluminasi ( Illumination ) yaitu tahap munculnya aspirasi atau
gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah.
Dalam tahap ini muncul bentuk - bentuk cetusan spontan, ide atau
gagasan, pemecahan masalah, penyelesaian, cara kerja, dan jawaban
baru.
4. Verifikasi ( Verification ) adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi
terhadap gagasan secara kritis yang sudah mulai dicocokkan dengan
keadaan nyata atau kondisi kenyataan.14
Dari tahapan - tahapan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa
proses berpikir merupakan keaktifan jiw a manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Jadi manusia berpikir untuk
menemukan pemahaman dan pengertian yang dikehendaki.
II. PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar memiliki arti : hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan). 13 Sedangkan pengertian belajar menurut para
ahli ad alah :
- Menurut WS. Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai sikap, sehingga perubahan tersebut
bersifat relatif konstan dan berbekas.15 16 %
- Menurut Harold Spears, Belajar adalah kegiatan yang berproses
sistematis, dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. 17 8
Sedangkan menurut Nana Sudjana, “Prestasi belajar atau hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar”.
Berpijak dari pengertian diatas, seseorang dapat dikatakan
belajar apabila ia telah dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia
tidak dapat melakukannya. Jadi akibat dari belajar, seseorang dapat
menyusun, menganalisa, yang akhirnya dapat memecahkan masalah
yang dihadapi didalam hidupnya. Dengan demikian belajar merupakan
15 WJS. Poerwadarminto, Op. Cit., him 362
6WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta, 1996, him. 53
l7Sardiman A. M., Interaksi dan M otivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo, Jakarta Persada, 2001, him 26
suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri
atau perubahan diri melalui latihan-latihan dalam pengulangan dan
perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.19
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :
A. Faktor Eksogen (Luar)
1. Lingkungan (Environmental)
a. Lingkungan alami
b. Lingkungan sosial
2. Instrumental
a. Hard Ware (Perangkat keras)
b. Soft Ware (perangkat lunak)
B. Faktor Endogen (Dalam)
1. Fisiologis
a. Kondisi fisiologis umum
b. Kondisi panca indra
2. Psikologis
a. Minat
b. Kecerdasan
c. Bakat
d. Motivasi
e. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.20
Adapun penjelasan masing-masing faktor adalah sebagai b erik u t:
A. Faktor Eksogen
Yaitu faktor yang datangnya dari luar diri siswa atau anak.
Faktor ini ada yang berasal dari lingkungan dan ada yang
bersifat instrumental.
1. Lingkungan
a. Lingkungan alami, seperti keadaan suhu, kelembaban
udara, berpengaruh terhadap proses balajar dan hasil
belajar.
b. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan
representatifnya maupun yang berwujud lain, langsung
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
2. Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan.
Faktor ini terbagi m en jad i:
c. Faktor-faktor perangkat keras
Misalnya : Gedung, alat-alat bermain, meja, kursi
dan lainnya.
d. Faktor-faktor perangkat lunak
Misalnya : Kurikulum, program keija, pedoman
Faktor-faktor instrumental mempunyai pengaruh
terhadap kegiatan belajar dan hasilnya. Evaluasi terhadap
keberhasilan usaha belajar harus memperhatikan faktor-
faktor instrumental tersebut.
B. Faktor Endogen
Faktor ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kondisi Fisiologis
Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh
terhadap belajar seseorang. Dandanan fisiologis siswa,
seperti : kelemahan atau kekuatan indera, kebutuhan akan
makanan, kegelisahan, kebutuhan akan gerak dan
'J1
penggunaan waktu sehari-hari.
2. Kondisi Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh, terdiri atas :
- Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata,
yaitu prestasi yang dimiliki.
- Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan.21 22
a. Minat
Anak yang berminat belajar akan tekun dan
berusaha keras mencapai keberhasilan dalam
belajar.
21 A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991, him 41
b. Intelegensi
Kecerdasan belajar peranannya dalam berhasil atau
tidak seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti
sesuatu program pendidikan.
c. Bakat
Bakat yang dimiliki sejak lahir merupakan faktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil
belajar seseorang.
d. Motivasi
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi
siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai
b erik u t:
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,
proses dan hasil belajar.
Menginformasikan tentang kekuatan usaha
belajar, yang dibandingkan dengan teman
sebaya.
Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilutrasi,
setelah siswa mengetahui bahwa dirinya belum
belajar secara serius, terbukti banyak
bersendau gurau misalnya, maka ia akan
mengubah perilaku belajarnya.
Menyadarkan tentang adanya perjalanan
belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya
adalah istirahat atau bermain) yang
berkesinambungan, individu dilatih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa
sehingga dapat berhasil.
e. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor,
ketiga kemampuan ini mempunyai pengaruh
positif terhadap proses dalam mencapai
prestasi belajar.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang selalu aktif, dimana
terjadi hubungan yang dapat mempengaruhi secara dinamis antara
siswa dengan lingkungannya. Dengan interaksi tersebut anak akan
memperoleh hasil yang semakin baik apabila senantiasa
memperhatikan prinsip-prinsip dalam kegiatan belajar tanpa
mengesampingkan yang lainnya. Sehingga dalam prinsip-prinsip
tersebut siswa tahu dan sadar apa sebenarnya perbuatan belajar itu,
dengan demikan siswa senantiasa dihayati dan terhindar dari rasa
bosan dan jemu.
Adapun prinsip-prinsip belajar secara mendasar adalah
sebagai b erik u t:
a. Berdasarkan setiap siswa yang diperlukan untuk belajar
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instrumental.
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi
yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instrumental.
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar
dengan efektif.
4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
b. Sesuai hakikat belajar
1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap
menurut perkembangannya.
2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksploitasi dan
discovery.
3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan, stimulus yang diberikan
menimbulkan response yang diharapkan.
c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari
1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki
struktur atau penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah
2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya,
d. Syarat keberhasilan belajar
1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian, keterampilan, sikap itu mendalam pada siswa.24 25
Dari berbagai prinsip balajar tersebut terdapat beberapa
prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai
dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya
meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
' j c
serta perbedaan individual.
4. Teori-Teori Belajar
Teori belajar adalah suatu hal yang sangat besar sekali
pengaruhnya dan memegang peranan yang sangat penting dalam
belajar. Maka untuk mendapatkan hasil yang baik tergantung juga
dalam menggunakan teori atau cara didalam proses belajar mengajar.
Menurut para ahli banyak sekali yang mengemukakan teori
belajar, namu secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian
y a itu :
36
a. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini, manusia dalam dirinya menpunyai
macam-macam daya yang berfungsi sendiri-sendiri, seperti daya
menanggapi, mengingat, dan berpikir. Manurut S. Nasution, bahwa
belajar menurut teori ini adalah “Melatih daya-daya atau potensi
yang ada pada diri manusia”.26
Dari pengertian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa belajar menurut ilmu jiw a daya adalah dititik beratkan pada
latihan yang berulang-ulang dari yang paling mudah sampai pada
yang paling sukar, sehingga daya kemampuan yang ada pada anak
akan semakin baik.
Jadi untuk dapat memperoleh daya berpikir yang kuat pada
seseorang haruslah dilatih melalui kebiasaan sejak kecil.
b. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi
Ilmu Jiwa Assosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu
sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-
unsurnya. Dari aliran ini ada suatu teori yang sangat terkenal,
y a itu :
1. Teori Konektionisme
Menurut Thomadike, dasar dari belajar itu adalah
Assosiasi antara kesan panca indera {sense impresiori) dengan
impuls untuk bertindak {impuls taction). Assosiasi yang
demikian ini dinamakan “connecting”. Dengan kata lain,
belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon, antara aksi dan reaksi.
Mengenai hubungan stimulus dan respon tersebut,
Thorndike mengemukakan beberapa prinsip atau hukum
diantaranya:
a. Law O f Effect
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat,
kalau disertai dengan perasaan senang atau puas, dan
sebaliknya. Karena itu adanya usaha membesarkan hati,
memuji dan kegiatan reinforcement sangat diperlukan
dalam kegiatan belajar.
b. Law O f Multiple Respone
Didalam stimulus problematis, kemungkinan besar
respon yang tepat itu tidak segera nampak, sehingga
individu yang belajar itu harus berulang kali mengadakan
percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat. Presedur
inilah yang dalam belajar lazim disebutnya dengan istilah
trial and error.
c. Law O f Exercise atau Law O f Use A n d Disuse
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat
kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika
jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu banyak
d. Law O f Assimilation atau Law O f Analogy
Seseorang itu dapat menyesuaikan diri atau
memberikan respon yang sesuai dengan situasi
sebelumnya.27
2. Teori Conditioning
Teori belajar ini disebut juga respont conditioning
mengimplikasikan pentingnya mengkondikan stimulus agar
teijadi respon. Dengan demikian pengontroan dan perlakuan
stimulus jauh lebih penting dari pada pengontrolan respon.
Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih
mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) dari pada motivas
internal.28
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar menurut ilmu jiw a Assosiasi adalah belajar yang
bersifat problematika, yaitu seseorang dapat bereaksi secara
tepat dan cepat terhadap stimulus yang ada serta berdasarkan
pada kondisi-kondisi tertentu.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Menurut teori ini beranggapan bahwa keseluruhan itu
lebih baik dari pada bagian-bagian. Manusia adalah organisasi
yang aktif berusaha untuk mencapai tujuan, dan individu-
individu bertindak atas berbagai pengaruh dari dalam dan luar
individu. Sehubungan dengan teori ini dikatakan dalam
Sardinian, A.M, Interaksi dan M otivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, him. 23-36
aktivitas hanya perbuatan yakni learning by doing, akan tetapi
juga “reflektion” atau pemikiran renungan tentang apa yang
telah dilakukan itu.29
Jadi dari teori teori belajar tersebut dapat penulis
simpulkan bahwa teori ilmu jiw a daya dan asosiasi lebih tepat
diterapkan pada anak didik tingkat dasar dan menengah
pertama, sedangkan teori ilmu jiw a gestalt lebih tepat
diterapkan pada siswa Sekolah Menengah Atas dan Perguruan
Tinggi, karena teori ini menitikberatkan pada analisa masalah.
5. Tujuan Belajar
Suatu usaha tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti
apa-apa, sehingga setiap orang apabila mengerjakan sesuatu harus
mengetahui dengan jelas tentang tujuan yang hendak dicapai.
Demikian juga tentang masalah belajar, harus tahu benar apa tujuan
dari belajar itu, sebab belajar merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat disaksikan dari luar. Seorang ahli pendidikan lebih
mengutamakan metode serta kondisi yang mempertinggi tujuan
belajar. Belajar diajukan pada (1) Pengumpulan pengetahuan, (2)
Penanaman konsep dan kecekatan, serta (3) Pembentukan sikap dan
perbuatan.30
Sedangkan tinjauan secara umum tentang tujuan belajar adalah
sebagai b erik u t:
29 S. Nasution , Op cit., him. 72
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
b. Pemahaman konsep dan keterampilan
c. Pembentukan sikap
Adapun menurut ketetapan M.P.R.S. No. XXVII / MPRS /
1996 tujuan pendidikan adalah :
1. Mempertinggi mental moral budi pekerti dan memperkuat
keyakinan beragama
2. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
'Y)
3. Membina perkembangan fisik yang kuat dan sehat
Berdasarkan pengertian diatas tujuan belajar yaitu untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu
sehingga dapat mengadakan pembaharuan tingkah laku yang kemudian
dapat terbentuk kepribadian yang mantap dan bertanggung) awab.
Dalam hal ini seorang siswa tidak oleh meninggalkan sistem belajar
karena merupakan suatu organisasi yng mengabungkan berbagai
komponen, yaitu tentang : orang-orang, bahan-bahan, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang kesemuanya saling berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan dalam belajar.
B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan agama Islam erat sekali hubungannya
dengan pengertian pendidikan pada umumnya. Menurut Ahmad D. 31 32
31 Sardinian A. M, Op c it, him 28-29
Marimba, memberikan pengertian tentang pendidikan secara umum
sebagai b erik u t:
Pendidikan adalah bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh si
pendidik kepada si terdidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.33
Pengertian diatas mengisyaratkan bahwa dalam pendidikan
terdapat beberapa unsur antara lain :
a. Adanya tuntunan, bimbingan, pertolongan, usaha atau kegiatan.
b. Ada pendidik.
c. Ada unsur didik atau siterdidik.
d. Ada tujuan yang hendak dicapai.
Unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya, sebab tanpa ada salah satu diatas, maka pendidikan tidak
akan dapat berlangsung.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah “Bimbingan
jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam .34
Dari pengrtian tersebut menunjukkan bahwa adanya usaha-
usaha untuk membina dan mengarahkan anak didik agar nantinya
memiliki kepribadian yang utama yaitu taat berilmu pengetahuan
beramal shaleh serta bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
33 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Ma’arif, Bandung, 1987, him. 19
2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia mempunyai
dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari
s e g i:
a. Dasar Yuridis atau Hukum
Dasar Yuridis atau hukum adalah Dasar-dasar pelaksanaan
Pendidikan Agama yang berasal dari peraturan perundang-
undangan. Yang secara langsung dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun
lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.35
Adapun dasar segi Yuridis Formal tersebut ada tiga macam
y a itu :
1. Dasar Idiil, yaitu dasar Negara Pancasila, dimana sila pertama
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Dasar Struktural Konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab
XI pada 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
a. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu.
3. Dasar Operasional, yaitu dasar yang secara langsung mengatur
pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia
yaitu GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) dan UUSPN
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) No. 2 tahun
1989.
b. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari
agama Islam yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Menurut ajaran Islam melaksanakan pendidikan agama
adalah perintah dari Allah SWT dan merupakan ibadah kepada-
Nya.ayat yang menerangkan perintah tersebut antara lain adalah
sebagai b erik u t:
1. Dalam Surat At Tahrim ayat 6, berbunyi sebagai b erik u t:
ijtf A & ij
jai
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka”.
2. Selain dari ayat tersebut juga disebutkan dalam hadits riwayat
Bukhori, y a itu :
jUJt aljj)
A
j
I
°
j
T
j
JiC.
I'jit
Artinya : “Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walau
hanya sedikit”.
Ayat dan Hadits tersebut memberikan pengertian kepada
kita bahwa dalam ajaran Islam ada perintah untuk mendidik agama
baik kepada keluarganya maupun kepada orang lain dengan
c. Dasar Sosial Psikologi
Dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya
Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat
mereka meminta pertolongan. Itulah sebabnya bagi orang-orang
muslin diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat
mengarahkan fitrah mereka tersebut kearah yang benar, sehingga
meraka akan dapat mengabdi dan beribadah sesuai dengan ajaran
Islam.36
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sadar dan bertujuan,
dan Allah SWT telah meletakkan asas-asasnya bagi seluruh manusia di
dalam syari’at. Dari pandangan Islam tentang alam ini tampaklah jelas,
bahwa tujuan asasi dari adanya manusia di dalam alam ini adalah
beribadah dan tunduk kepada Allah, serta menjadi khalifah dimuka
bumi untuk memakmurkannya dengan melaksanakan syari’at dan
menaati Allah.
Allah SWT telah menjelaskan tujuan didalam firman-Nya :
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan menusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Q.S. 51 A d-D zariat:
56)
Jika ini tujuan hidup manusia, maka pendidikannyapun hams
mempunyai tujuan yang sama, yaitu : mengembangkan pikiran
manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaannya berdasarkan
Islam.
Dengan demikian, tujuan akhir Pendidikan Islam adalah
melestarikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia,
baik individu maupun masyarakat.37 38
Pendidikan agama islam di MTs bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengamalan peserta didik
tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau
pengalaman-pengalaman belajar yang diatur secara sistematis metodis
• # T O
yang diterima anak untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut pengertian ini segala pengalaman siswa yang dialami,
baik di dalam kelas maupun diluar kelas dalam lingkungan dan
tanggungjawab sekolah termasuk kurikulum.
37Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan M etode Pendidikan Islam,
CV. Diponegoro, Bandung, 1992, him. 162