• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI GUNA MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI GUNA MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI

GUNA MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK

Dyah Pravitasari

STAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung Email: dyah_pravitasari@yahoo.com

ABSTRACT

Proper management of a company always plans its activities, especially in increasing profits for its business. Furthermore, in estimating production prices, it should take into account the amount of production costs incurred. The methods used to calculate the production costs are of two kinds: full costing method and variable costing method. Full costing method includes all elements of costing into the costs of production, which consist of raw material costs, direct labor costs and factory overhead costs; both are variable and fixed cost behaviors. Variable costing method is profit planning and behavior method that does not take into account all elements of costing; it only calculates the production cost variable.

Kata kunci: Biaya Produksi, Harga Jual Produk, Metode Pembiayaan Penuh, Metode Pembiayaan Variabel

Pendahuluan

Setiap perusahaan mempunyai tujuan masing–masing, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pada umumnya tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan adalah memaksimalkan laba, meminimalkan biaya produksi dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Agar tujuan tersebut dapat dicapai diperlukan adanya suatu perencanaan yang matang serta perhitungan biaya produksi yang tepat. Perencanaan merupakan faktor yang penting dalam perusahaan, yang pada hakekatnya merupakan suatu bentuk aktifitas-aktifitas yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat memberikan pendekatan yang terarah dalam memecahkan masalah. Manajemen yang tepat diperlukan untuk merencanakan masa depan perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai. Misalnya adalah seorang manajer perusahaan ingin memutuskan apakah ia akan menerima atau menolak pesanan, manajemen memerlukan informasi mengenai biaya produksi produk yang dipesan untuk menetapkan tindakan–tindakan yang harus diambil dalam mendorong efisiensi produksi.

(2)

Biaya produksi atau disebut juga dengan biaya pabrikasi merupakan pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat diperkirakan dalam menghasilkan suatu barang. Besarnya biaya produksi itu merupakan besarnya pembebanan yang diperhitungkan atas pemakaian faktor–faktor produksi yang berupa bahan baku, tenaga kerja serta mesin dan peralatan, untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Komponen biaya produksi tersebut terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost). Biaya untuk mengkonversi (mengubah) merupakan bahan baku menjadi produk jadi. Besarnya biaya produksi akan mempengaruhi penetapan harga jual, dengan mempertimbangkan tingkat margin keuntungan tertentu.

Analisis semua biaya pabrikasi dan non pabrikasi harus diklasifikasikan menjadi biaya tetap atau biaya variabel. Biaya semivariabel harus dibagi ke dalam komponen tetap atau variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi. Biaya semivariabel, jenis biaya ini jumlahnya berubah-ubah tetapi perubahannya tidak sebanding dengan satuan kegiatan. Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan: full costing dan variabel costing.

Full costing digunakan untuk menentuan metode harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Penentuan harga pokok produksi tersebut tidak selalu dapat menghasilkan informasi akuntansi yang relevan dengan kebutuhan manajemen. perencanaan laba dan perilakunya itu akan timbul metode lain yang tidak memperhitungkan semua biaya produksi, hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Metode ini dikenal dengan istilah variable costing.

Berkaitan dengan kebijakan produksi dan penjualan produk yang diterapkan perusahaan, salah satu bidang akuntansi yang menyediakan informasi biaya adalah akuntansi biaya. Akuntansi biaya sebagai salah satu alat bantu yang digunakan manajer dalam penentuan harga pokok produksi, penetapan harga jual, perencanaan laba, pengambilan keputusan, pengendalian biaya produksi dan penilaian prestasi.

Cara pengendalian biaya produksi dalam perusahaan tergantung pada besar kecilnya ukuran perusahaan tersebut. Pada perusahaan kecil, perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan hanya dipegang oleh pimpinan, sedangkan pada perusahaan berkembang perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan tidak tergantung pada satu pimpinan melainkan pihak-pihak lain yang terikat. Pengukuran efisiensi dapat dikembangkan dengan biaya aktual dengan biaya standar yang telah ditetapkan yaitu gambaran tentang tingkat pembiayaan yang telah ditetapkan secara tertentu dapat memperkirakan berapa besar biaya yang diperlukan sejumlah produk tertentu.

(3)

Harga pokok produk sangat dipengaruhi oleh biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk menyelesaikan produk tersebut. Jika pekerjaan dilaksanakan atas dasar spesifikasi dari pelanggan, maka perhitungan biaya produksi dapat digunakan untuk menghitung laba atau rugi dari tiap produk, karena biaya dapat diketahui sepanjang proses produksi, maka biaya-biaya ini dapat dibandingkan dengan perhitungan produk yang akan dibuat.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan pembahasan ini adalah memberikan pemahaman yang benar tentang jenis dan klasifikasi biaya, dan memberikan gambaran tentang perhitungan biaya produksi dalam menentukan harga jual produk.

Sedangkan manfaat dari pembahasan ini adalah untuk: (a) mengaplikasikan teori-teori mengenai analisis biaya produksi dengan metode full costing dan variabel costing serta aplikasi teori-teori tersebut pada perusahaan. (b) Membantu manajemen perusahaan untuk mengambil kebijakan yang tepat atas analisis biaya produksi yang dilakukan dalam menentukan harga jual suatu produk yang dihasilkan demi tercapainya tujuan jangka pendek perusahaan. (c) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai analisis biaya produksi dalam penentuan harga jual produk.

Pembahasan Pengertian Biaya

Informasi biaya berguna bagi perusahaan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau tidak, juga dapat dipakai sebagai dasar untuk merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran. Informasi biaya memungkinkan perusahaan melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.1 Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa”.2 Biaya adalah suatu pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang, dimana suatu pengeluaran yang sudah terjadi atau kemungkinan akan terjadi yang digunakan untuk kegiatan proses produksi guna menambah atau menetapkan kegunaan suatu barang yang dihasilkan. Biaya digolongkan menurut: objek pengeluaran, fungsi pokok perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan jangka waktu manfaatnya”.3

Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Biaya dapat digolongkan menurut obyek pengeluaran, fungsi pokok perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, dan jangka waktu manfaatnya.

1

Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 5, (Yogyakarta: Aditya, 2010), h. 8. 2

Supriyono. RA., Akuntansi Biaya (Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok), (Yogyakarta: BPFE, 2011), h. 185.

3

(4)

Pertama, obyek pengeluaran. Obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

Kedua, fungsi pokok perusahaan. Perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: (a) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku; biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. (b) Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi; biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran. (c) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy.

Ketiga, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: (a) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang disebabkan karena adanya sesuatu yang dibiayai. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. (b) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi: (a) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (b) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. (c) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

Keempat, jangka waktu manfaatnya. Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu: (a) Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. (b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

Biaya penggolongannya berdasarkan pada: produk; volume produksi; departemen, proses, pusat biaya (cost center) atau subsidi lain, dan manufaktur; p. Periode akuntansi; dan suatu keputusan, tindakan.4

4

(5)

Harga Pokok Produksi

Pengertian Harga Pokok Produksi

Sebelum membicarakan pengertian harga pokok produksi, perlu dibedakan pengertian antara biaya produksi dengan harga pokok produksi, karena keduanya tidak sama. Biaya produksi adalah biaya biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Elemen-elemen biaya adalah sebagai berikut:5

Pertama, biaya bahan baku. Segala bagian dari sebuah produk yang siap dan dapat diidentifikasi merupakan bahan baku langsung. Secara teoritis, biaya bahan baku langsung harus memasukan seluruh biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa. Bagaimanapun, beberapa biaya bahan baku tidak secara jelas atau secara ekonomis dapat dilacak. Biaya seperti itu, diperlakukan dan diklasifikasikan sebagai biaya tidak langsung. Akan tetapi, biaya dari bahan perekat dan skrup tidak dengan mudah dapat dilacak maupun nilai moneter yang signifikan untuk biaya produksi tundra. Oleh karena itu, biaya ini dapat diklasifikasikan dan dibukukan sebagai bahan baku tidak langsung dan dimasukan sebagai bagian dari biaya overhead.

Kedua, biaya tenaga kerja. Tenaga kerja langsung berkenaan dengan usaha setiap individu yang melakukan produksi sebuah produk atau mengerjakan sebuah jasa. Tenaga kerja langsung dapat juga dianggap sebagai pekerjaan yang secara langsung menambah nilai produk akhir atau jasa. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari dari upah atau gaji yang dibayarkan untuk pegawai tenaga kerja langsung. Upah dan gaji tersebut harus dengan jelas dapat dilacak ke produk atau jasanya. Biaya tenaga kerja langsung harus memasukkan dasar kompensasi, bonus atas efisiensi produksi, dan saham pemberi kerja atas jaminan sosial dan pajak-pajak program kesehatan. Sebagai tambahan, jika sebuah operasi perusahaan secara relatif stabil, biaya tenaga kerja langsung harus memasukkan semua biaya asuransi yang telah dibayar oleh pemberi kerja, pembayaran hari-hari besar dan liburan, dan uang pensiun serta keuntungan-keuntungan pensiun lainnya.

Pada umumnya biaya tenaga kerja langsung meliputi: (a) Gaji pokok, yaitu upah yang harus dibayarkan kepada setiap buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau bulanan. (b) Upah lembur, yaitu upah tambahan yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang ditentukan. (c) Bonus, yaitu upah tambahan diberikan kepada pekerja yang menunjukkan prestasi melebihi batas yang ditentukan.

Ketiga, biaya overhead pabrik. Overhead merupakan berbagai faktor atau biaya produksi yang tidak langsung untuk memproduksi sebuah produk atau menyediakan sebuah jasa. Maka, biaya overhead tidak memasukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Dengan tenaga kerja langsung menjadi sebuah bagian yang semakin lebih kecil dari biaya produk, biaya overhead menjadi sebuah bagian yang lebih besar, dan biaya tersebut patut menerima perhatian yang lebih daripada perlakuannya di masa yang lalu. Adapun yang termasuk biaya tidak langsung ialah: (a) biaya bahan penolong; biaya bahan penolong bersifat sebagai bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil

5

Raiborn, Cecilya A, Akuntansi Biaya, Edisi 7, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2011), h. 50.

(6)

dibanding biaya produksi. (b) Biaya tenaga kerja tidak langsung; biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang menangani produksi secara tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan produk selesai. Biaya ini tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau jasa tertentu. (c) Biaya reparasi dan pemeliharaan; biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap digunakan dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas dan perlengkapan pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai. (d) Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap; biaya ini sering disebut juga penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan. (e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu; biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada akhir periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi mesin dan biaya lain-lain. (f) Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya.

Biaya overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya telepon. Secara umum biaya overhead dibedakan atas: (a) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume produksinya bervariasi. (b) Biaya overhead variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi.

Dari beberapa jenis dan sifat biaya overhead di atas akan menambah kesulitan dalam pengalokasian pembebanan biaya overhead yang sebenarnya adalah pada proses produksi. Harga pokok produksi yang tepat perlu ditetapkan suatu sistem pembebanan biaya overhead yang ditetapkan dimuka, sehingga kesulitan diatas bisa diatasi. Biaya overhead yang diterapkan dimuka dibebankan kepada proses produksi secara tepat dengan dihitung secara taksiran yang disebut dengan applied overhead.

Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir6. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi merupakan biaya produksi setelah memperhitungkan barang dalam proses atau barang setengah jadi. Jenis dari pokok meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Penetapan jumlah harga pokok produksi diawali dengan jumlah harga pokok produksi barang dalam proses pada awal periode. Jumlah ini kemudian ditambah dengan biaya bahan baku yang dimasukkan dalam produksi; biaya upah yang diperlukan untuk memproses bahan baku dan seluruh biaya lainnya utnuk jasa jasa dan fasilitas yang digunakan dalam produksi, termasuk supervise pabrik, upah tak langsung, pemakaian bahan pembantu pabrik, amortisasi paten, penerangan, pemanasan, pembangkit pabrik. Biaya biaya ini merupakan produk cost yang akan tetap melekat pada nilai persediaan sampai produk tersebut dijual. Pada saat dijual, nilai persediaan barang jadi akan ditransfer menjadi harga pokok penjualan.

6

Nurlela, Bustami Bastian, Akuntansi Biaya, Edisi pertama, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006), h. 60.

(7)

Metode Penilaian Harga Pokok Produksi

Metode penilaian harga pokok produksi memperhitungkan unsur-unsur biaya kebutuhan dalam harga pokok produksi.7 Unsur-unsur biaya dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan, yaitu: metode pembiayaan penuh, dan metode pembiayaan variabel.

Pertama, metode pembiayaan penuh (full costing). Metode pembiayaan penuh (full costing) atau sering pula disebut absorption costing atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun periodik kepada produk.

Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, overhead pabrik-biaya tetap, dan overhead pabrik biaya variable. Jadi harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut:

Biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap xxx Harga pokok produksi xxx

Metode full costing overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar periode yang telah ditentukan pada kapasitas normal atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (periode harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjadi.

Overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar periode yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut akan terjadi pembebanan biaya overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underaplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Jika pada suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap penghitungan laba-rugi sebelum produk dijual.

Metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang dijual bersangkutan dijual8. Jadi overhead pabrik yang terjadi baik yang berperilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual.

Kedua, metode pembiayaan variabel (variable costing). Metode pembiayaan variabel (variable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan biaya-biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Penentuan harga pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan harga pokok yang

7

Mulyadi, Akuntansi Biaya, h. 18. 8

(8)

hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk, biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode atau biaya waktu (period cost) yang langsung dibebankan kepada rugi-laba periode terjadinya dan tidak diberlakukan sebagai biaya produksi.9 Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead pabrik variabel. Jadi harga pokok produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variable xxx Harga pokok produksi xxx

Dalam metode variable costing overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai periode harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut.

Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang. Apabila diperhatikan, maka metode pembiayaan variabel ini mempunyai keuntungan bagi manajemen untuk membuat keputusan dan juga untuk pengendalian biaya. Misalnya, menentukan penerimaan pesanan khusus. Tetapi diluar kebutuhan manajemen tersebut, konsep ini masih diragukan, terutama dalam penilaian asset dan penentuan laba periodik.

Harga Jual

Pengertian Harga Jual

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Harga jual didefinisikan sebagai jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.10

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat kosumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan

9

Ibid., h. 282. 10

(9)

kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Sasaran Penetapan Harga Jual

Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui komponen-komponen penetapan harga. Beberapa perusahaan meningkatkan keuntungan dengan menetapkan harga rendah untuk menarik bisnis baru. Terdapat 4 (empat) kategori dasar atau sasaran penetapan harga, yaitu: 1) Profitabilitas, 2) volume, 3) tingkat kompetisi, dan 4) pretise.

Pertama, sasaran profitabilitas. Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Para pemasar mengerti bahwa laba diperoleh dari selisih pendapatan dan beban. Pendapatan merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah yang terjual. Berbagai teori ekonomi mendasari prinsip maksimalisasi keuntungan (profit maximization). Akan tetapi pada kenyataannya prinsip ini masih sulit diterapkan. Maka banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang lebih sederhana, yaitu Targer Return Goal, dimana perusahaan menetapkan harga dengan tingkat profitabilitas yang diinginkan sebagai pengembalian finansial atas penjualan ataupun investasi.

Kedua, sasaran volume. Pendekatan yang lain dalam strategi penetapan harga disebut maksimalisasi penjualan (sales maximization), para manajer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapkan harga yang akan menghasilkan volume penjualan tertinggi tanpa menyebabkan laba turun di bawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu prioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan daripada laba jangka pendek.

Ketiga, tingkat kompetisi. Sasaran penetapan harga ini hanyalah untuk menyamakan harga dengan pesaing. Jadi perusahaan berusaha untuk menghindari perang harga dengan tidak menekankan elemen harga dari bauran pemasaran dan memfokuskan usaha persaingannya pada variabel selain harga seperti menambah nilai, meningkatkan kualitas, mendidik konsumen, dan menciptakan hubungan.

Keempat, sasaran prestise. Pengaruh harga prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra suatu perusahaan dan produk-produknya.

Strategi Penentuan Harga Jual

Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan.

Pertama, penentuan harga berdasarkan biaya produksi. Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan estimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut. Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis, harga harus

(10)

cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

Kedua, penentuan harga berdasarkan suplai persediaan. Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.

Ketiga, penentuan harga berdasarkan harga pesaing. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yang terdiri dari: (a) penentuan harga penetrasi, perusahaan menentukan harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah. (b) Penentuan harga defensive, perusahaan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya preditori. (c) Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk lainnya.

Alternatif Strategi Penerapan Harga

Banyak strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Strategi penetapan harga terdiri dari: (1) Penetapan harga yang kompetitif. (2) Menentukan harga terobosan. (3) Menetapkan harga berdasarkan permintaan. (4) Kepemimpinan harga (5) Menjual barang berkualitas dengan harga yang rendah. (6) Kebijakan harga tinggi jangka pendek.

Pertama, penetapan harga yang kompetitif. Hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar seperti ini untuk enjual barangnya, perusahaan harus menetapkan harga pada tingkat yang bersamaan dengan barang yang sejenis yang dipasarkan.

Kedua, menentukan harga terobosan. Cara ini sering dipakai ketika meluncurkan barang baru, yang menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan dapat memaksimalkan volume penjualan.

Ketiga, menetapkan harga berdasarkan permintaan. Penentuan harga barang ini terutama dipraktekkan oleh perusahaan jasa seperti pengangkutan Kereta Api, Jasa Penerbangan, Restoran dan Bioskop. Perusahaan Kereta Api misalnya, menawarkan tiket murah untuk orang yang selalu bepergian bagi pelajar dan orang tuayang sudah pensiun.

Keempat, kepemimpinan harga. Penentuan harga seperti ini berlaku dalam pasar barang yang bersifat ologopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat perusahaan yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh daripada perusahaan lainnya.

Kelima, menjual barang berkualitas dengan harga yang rendah. Kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri manufaktur atau Hypermarket seperti Makro dan Carrefour. Strategi penentuan harga mereka lebih menekankan kepada

(11)

peningkatan volume barang yang terjual dan bukan memperoleh keuntungan yang tinggi.

Keenam, kebijakan harga tinggi jangka panjang. Kebijakan harga (Price Skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi yang bersifat sementara, yaitu pada waktu barang yang dihasilkan mulai dipasarkan. Pada periode itu, perusahaan belum menghadapi persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi supaya pengembalian modal dapat dipercepat.

Secara umum perusahaan dapat memilih dari tiga alternatif strategi penetapan harga: skimming, penetrasi, dan penetapan harga kompetitif. Strategi penetapan harga skimming, strategi ini sengaja menetapkan harga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga-harga produk pesaing. Strategi penetapan harga penetrasi, menetapkan suatu harga rendah sebagai senjata utama pemasaran. Penetapan harga penetrasi mengansumsikan bahwa menetapkan harga di bawah harga pasar akan menarik para pembeli dan menggeser sebuah merek pendatang. Sedangkan strategi penetapan harga kompetitif, organisasi-organisasi mencoba mengurangi tekanan persaingan harga dengan menyamakan harga dengan perusahaan lain dan mengkonsentrasikan usaha pemasaran mereka pada elemen produk, distribusi, dan unsur-unsur promosi.

Metode Penetapan Harga

Beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu: metode taksiran (judgemental method), metode berbasis pasar (market based pricing), dan metode berbasis biaya (cost-based pricing).

Pertama, metode taksiran (judgemental method). Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya menggunakan metode ini. Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini digunakan oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink.

Kedua, metode berbasis pasar (market based pricing), meliputi: (a) harga pasar saat Ini (current market price). Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya. (b) Harga pesaing (competitor price). Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa dan sebagainya. (c) Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current market price): penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal; dan faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan

(12)

ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling, suklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produk atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya. Dengan metode ini, perusahaan mengindentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan melakukan survey atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah mempertimbangkan factor internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase). Indeks 87 berarti 87/100.

Ketiga, metode berbasis biaya (cost-based pricing), yaitu: (a) biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up). Dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required Profit Margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan menghasilkan proyeksi harga. (b) Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cost plus mark-up).Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variable cost. Proyeksi harga diperoleh gengan menambahkan mark-up yang diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah daripada full cost.

Penutup

Berdasarkan pembahasan yang sebelumnya telah disajikan maka dapat diambil beberapa kesimpulan terkait dengan menetapkan harga jual produk melalui perhitungan biaya produksi. Langkah-langkah analisis data untuk penentuan harga pokok produksi yaitu meliputi: pertama, menghitung harga pokok produksi dengan metode full costing yang terdiri dari:

Biaya-biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap xxx

Harga pokok produksi xxx

Kedua, menghitung harga pokok produksi dengan metode Variabel costing yang terdiri dari:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx

Harga pokok produksi xxx

Ketiga, memisahkan biaya berdasarkan perilaku biaya. Langkah pertama untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan cara memisahkan biaya semi variabel kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Memisahkan biaya semi variabel tersebut menggunakan analisis regresi linier yaitu dengan metode kuadrat terkecil

(13)

(Least-Square method). Rumus yang dipergunakan a dan b tersebut adalah sebagai berikut:

Y = a + bx

Dimana:

Y = Jumlah biaya semi variabel a = Elemen total biaya tetap b = Elemen biaya variabel satuan x = Tingkat kegiatan

n = Jangka waktu periode

Keempat, mengalokasikan biaya semi variabel. Setelah biaya semi variabel dipisahkan dan diketahui jumlah biaya masing-masing yaitu besarnya biaya tetap dan variabel dengan metode kuadrat terkecil (Least-square method), maka langkah selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada adalah dengan mengalokasikan biaya semi variabel tersebut kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Setelah itu baru bisa dimasukkan kedalam perhitungan harga pokok produksi baik dengan metode full costing maupun variabel costing karena biaya yang berperilaku semi variabel sudah dipisahkan.

Kelima, menghitung harga pokok produksi dengan metode variabel costing. Keenam, menghitung laporan laba rugi dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing. Pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode full costing menitikberatkan pada penyajian elemen-elemen biaya sesuai hubungannya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan, yaitu fungsi produksi, pemasaran, dan fungsi administrasi umum. Penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan volume kegiatan. Metode ini biaya tetap disajikan dalam satu kelompok tersendiri yang harus ditutup dari kontribusi margin yang diperoleh perusahaan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Edison dan Hendri, “Pengaruh Penerapan Metode Akumulasi Harga Pokok Produksi Dalam Menetukan Harga Jual (Studi Kasus Pada Divisi Garment PT. Mitrasejati Muliaindustri)”, Jurnal Ilmiah Ranggagading. Vol 11 No 1 April 2011: 22-27, Bogor.

Halim, Abdul, Dasar-dasar Akuntans Biaya, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE, 1999. Lambajang, Amelia A.A., “Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan

Variabel Costing PT. Tropica Cocoprima”, Jurnal Emba, ISSN 2303-1174 Vol.1 No.3 Juni 2013, 673-683.

Lasena. Sitty Rahmi. 2013. Analisis Penentuah Harga Pokok Produksi Pada PT. Dimembe Nyiur Agripuro. Jurnal EMBA 585 Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 585-592. ISSN 2303-1174.

Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Yogyakarta: Aditya, 2010.

Raiborn, Cecilya A., Akuntansi Biaya, Edisi 7, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2011.

Supriyono. RA., Akuntansi Biaya (Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok), Yogyakarta: BPFE, 2011.

Sutrisno, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Ekonisia, 2001

Usry, Carter, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Jakarta: Salemba Empat 2002. IAI, Pedoman Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya perubahan tersebut, maka susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) akan berubah pula. Perubahan SOTK tersebut telah dituangkan ke dalam Peraturan Bupati

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan berbagai jenis auksin alami, persentase setek hidup bibit tanaman buah naga tertinggi pada perlakuan air kelapa dan

Pemodelan pasang surut laut tersebut disimulasikan selama 1 bulan yang menghasilkan komponen harmonik pasang surut laut dengan mencuplik pada lokasi 6 titik

 Nilai ITK provinsi Sulawesi Selatan pada Triwulan IV-2017 diperkirakan sebesar 101,44 yang artinya kondisi ekonomi konsumen triwulan depan dianggap tetap lebih baik dari

Hasil validasi dari ahli media diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis web perlu direvisi pada bagian gambar dengan menggunakan gambar yang lebih menarik dari

Integration (penggunaan harta hasil tindak pidana) adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke

kesukaan masing-masing yang ada pada daftar menu restoran tersebut. Pak Zulkarnaen memesan ikan bakar, udang goreng, dan jus alpukat. Istrinya memesan ikan asam manis, bakso, dan jus