SEMESTER II MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS I TAHUN AJARAN 2013 / 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Disusun Oleh
Theresia Yogi Wirastri
101134106
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
ANALISIS KUALITAS SOAL PILIHAN GANDA ULANGAN TENGAH SEMESTER II MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS I TAHUN
AJARAN 2013 / 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Disusun Oleh
Theresia Yogi Wirastri
101134106
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
ANALISIS KUALITAS SOAL PILIHAN GANDA ULANGAN TENGAH
SEMESTER II MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS I TAHUN
AJARAN 2013 / 2014
Oleh:
Theresia Yogi Wirastri
101134106
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd. Tanggal: 24 Juli 2014
Pemimbing II,
iii SKRIPSI
ANALISIS KUALITAS SOAL PILIHAN GANDA ULANGAN TENGAH SEMESTER II MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS I TAHUN
AJARAN 2013 / 2014
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Theresia Yogi Wirastri NIM : 101134106
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 11 Agustus 2014
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A
Sekretaris : Christiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd.
Anggota 1 : Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd.
Anggota 2 : Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D.
Anggota 3 : Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A
Yogyakarta, 11 Agustus 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia
Kedua orang tua saya Tarsisius Paulus Wardi
(alm) dan Francisca Tutik Murdiyati yang
selalu memberikan doa, semangat, kasih
sayang, dan dukungan baik moril maupun
materiil
Kedua kakak saya CM Puri Estiningtyas dan
FX Nurwidi Nugroho yang selalu
memberikan doa dan semangat
Sahabat dan teman-teman PGSD kelas E
Sahabat dan teman-teman PGSD maupun
diluar PGSD
v
Motto
Bagaimana aku tahu kemampuanku jika aku belum mencobanya?
(anonim)
Mintalah, maka akan diberikan padamu; carilah maka kamu akan
mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu
(Matius 7: 7)
Dari ibu kita belajar mengasihi, dari ayah kita belajar tanggungjawab,
dari teman kita belajar memahami, dari Tuhan Yesus kita belajar cinta
kasih yang tulus.
(anonim)
Jika kamu bertemu dengan orang yang bisa membuatmu tersenyum
ketika orang lain membuatmu menangis teruslah bersamanya, karena
itulah sahabat.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Agustus 2014
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Theresia Yogi Wirastri
Nomor Mahasiswa : 101134106
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS KUALITAS SOAL PILIHAN GANDA ULANGAN TENGAH SEMESTER II MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS I TAHUN
AJARAN 2013 / 2014
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 11 Agustus 2014
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran 2013/2014
Oleh:
Theresia Yogi Wirastri NIM : 101134106
Masyarakat berasumsi bahwa siswa yang cerdas/pandai adalah siswa yang memperoleh nilai tes tinggi. Masyarakat selama ini kurang memperkarakan kualitas tes tersebut. Melihat realita seperti itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas soal ulangan tengah semester II kelas 1 mata pelajaran matematika di salah satu sekolah X di Yogyakarta dilihat dari kaidah pembuatan soal pilihan ganda, syarat pembuatan soal pilihan ganda, validitas soal, indeks diskriminasi, dan kesukaran item
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif non experimental. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara informal dan studi pustaka. Populasi penelitian ini adalah semua Sekolah Dasar (SD) Kanisius di kota Yogyakarta (Kodya), sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD X di kota Yogyakarta (Kodya). Instrumen penelitian adalah tes dari Yayasan Kanisius yang diujikan di SDtanggal 17 maret 2014. Hasil pekerjaan siswa dalam bentuk dokumen menjadi data penelitian yang diambil pada tanggal 31 Maret 2014 di SD X di kota Yogyakarta (Kodya). Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan softwareTAP (Test Analysis Program) version 12. 9. 23 yang dipetakan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas soal ulangan tengah semester II kelas 1 mata pelajaran matematika cenderung belum baik, masalah-masalah yang ditemukan dalam soal tersebut adalah tidak menggunakan struktur kata dan kalimat yang baik; tidak terdapat kisi-kisi soal; soal banyak yang tidak valid dilihat dari kadar validitas dan validitas isi; tingkat kesukaran soal tidak seimbang proporsinya; daya pembeda soal rendah.
ix ABSTRACT
Quality Analysis of Mutiple Choice Question of Second Semester Mathematics Exam for First Graders Academic Year 2013/2014
By:
Theresia Yogi Wirastri NIM : 101134106
People assumed that briliant students are those who can earn high score in academic test. People tend to negleet the quality of the test. Looking at the fact that people tend to negleet the quality of the test, this research is done to analyze the quality of midterm test of the second semester on first grade mathematics exam at school X in Yogyakarta, seen from the rules and guidainees of making multiple choice questions, validity, reliability, discrimination index, and difficulty of items
This research is a descriptive quantitative non-experimental research. Techniques used in this study were informal interviews and literature. Population in this research was all Kanisius elementary school in Yogyakarta (Kodya) while the sample is first grade student at school X in Yogyakarta (Kodya). Research instrument was mathematics midterm test of the Kanisius school tested at March 17, 2014. Results of student’s work on March 31, 2014 at school X in Yogyakarta (Kodya) were taken as research data.. Data analysis techniques in this study used TAP software (Test Analysis Program) version 12. 9 23 mapped to the factors affecting the quality of question.
The results indicated that the quality of the midterm test of the second semester of grade 1 mathematics courses tend to be not good, the problems found in the question is the usage of incorrect sentence; there are many invalid questions seen in the levels of validity and content validity; unbalanced item difficulty proportion; and low discrimination index.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian serta menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Soal Pilihan Ganda Ulangan Tengah Semester II Mata Pelajaran Matematika Kelas I Tahun Ajaran
2013/2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa arahan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian skripsi;
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S. J., S. S., BST., M. A., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan kesempatan dan dukungan peneliti untuk melakukan penelitian;
3. Christiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd. selaku Wakil ketua program studi PGSD yang telah memberikan dukungan kepada sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar;
4. Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, tenaga, dan pikiran sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar;
5. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, tenaga, pikiran, dan kesabaran sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar;
xi
7. Keluarga peneliti tercinta, Tarsisius Paulus Wardi (alm), Francisca Tutik Murdiyati, CM Puri Estiningtyas, FX Nurwidi Nugroho, Yohanes Budi Setyawan, dan Patrick Kurnia N.P. yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada peneliti selama menyelesaikan skripsi ini;
8. Teman seperjuangan Yolanda Elzanuari Puspaningtyas yang senantiasa mendukung dan memberi semangat hingga selesainya skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Yosefine Anisa KP, Lucia Dian Rosita, Avi Yanti Ratna K, Patricia Risma Ananti, Fransisca Christy Rosana, dan Viannyta D.M. Terima kasih buat dukungan, ejekan dan semangat kalian sehingga skripsi ini bisa selesai.
10.Teman-teman PGSD’10 Kelas E atas kebersamaan dan keceriannya.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
dengan rendah hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca pada umumnya.
Peneliti,
xii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
xiii
3. Reliabilitas ... 14
4. Tes Hasil Belajar ... 15
5. Pilihan Ganda ... 17
6. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar ... 28
7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD ... 29
8. Ulangan Tengah Semester ... 31
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44
A. Hasil Penelitian ... 44
B. Pembahasan ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Keterbatasan Penelitian ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR REFERENSI ... 70
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Daya Pembeda... 25
Tabel 2.4 SK dan KD Kelas 1 yang Diajarkan di Semester 1 ... 29
Tabel 2.5 SK dan KD Kelas 1 yang Diajarkan di Semester 2 ... 30
Tabel 4.1 Analisis Masalah yang Ada Dalam Soal Pilihan Ganda Kelas 1 ... 45
Tabel 4.2 Total Nilai yang Didapatkan Siswa... 50
Tabel 4.4 Analisis Item Tes ... 53
Tabel 4.5 Item Difficulty ... 54
Tabel 4.6 Discrimination Indeks ... 56
Tabel 4.7 Kadar Validitas ... 58
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kurva Skewness ... 26
Gambar 2.3 Kurva Kurtosis ... 27
xvi
DAFTAR LAMPIRAN SKRIPSI
Lampiran 1. Examinee Analysis... 74
Lampiran 2. Item and Tes Analysis ... 76
Lampiran 3. Options Analysis ... 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I membahas mengenai latar belakang penelitian yang menjadi dasar
dalam melakukan penelitian. Selain itu dalam bab ini juga akan membahas
mengenai batasan masalah, rumusan masalah, serta tujuan dan manfaat dalam
melakukan penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkungan masyarakat khususnya di daerah Yogyakarta, sebagai
mahasiswa jurusan pendidikan guru Sekolah Dasar peneliti telah menemukan
beberapa pendapat atau anggapan mengenai pengertian siswa pintar. Peneliti
melakukan wawancara informal dengan seorang guru TK untuk mengetahui
pandangan guru TK tersebut mengenai definisi siswa pintar. Guru TK
mengatakan bahwa siswa yang pintar adalah siswa yang mendapatkan nilai yang
baik dan mendapatkan peringkat dan prestasi di sekolahnya. Peneliti juga
melakukan wawancara dengan seorang guru SD di sebuah sekolah swasta di
Yogyakarta. Menurut guru tersebut siswa yang pintar adalah siswa yang aktif
dalam kegiatan sekolah, kegiatan luar sekolah, dan siswa tersebut juga
mendapatkan peringkat juga nilai yang baik di kelas. Menurut peneliti pemikiran
masyarakat kita sudah tertanam bahwa anak yang pintar adalah anak yang
Pendapat lain mengenai definisi pintar didapatkan peneliti dari sebuah
artikel yang berjudul “Prestasi Belajar” yang ditulis oleh Rosyid (Kompas Siang:
1 Maret 2014). Artikel ini membahas mengenai apa yang dimaksud dengan
prestasi belajar siswa terutama di jenjang pendidikan dasar sembilan tahun, dan
bagaimana peran orangtua dan sekolah dalam membantu siswa mencapai prestasi
tersebut. Rosyid mengatakan siswa dikatakan berprestasi dinilai dari hasil akhir
yang dicapai dilihat dari nilai yang bagus dan mendapatkan berbagai penghargaan
dari lomba akademik.. Jika hasil yang dicapai siswa sesuai dengan harapan yang
sudah dibuat sebelumnya oleh instansi yang terkait, maka siswa tersebut
dikatakan berprestasi.
Peneliti membuat interpretasi yang semakin dikuatkan oleh artikel yang
berjudul “Peringkat, Nilai UN, dan IPK” yang ditulis oleh Gunawan
(www.bincangedukasi.com). Isi dari artikel yang ditulis oleh Gunawan
mempunyai kemiripan dengan artikel yang ditulis oleh Rosyid yaitu masyarakat
relatif menganggap angka atau nilai dalam pendidikan adalah sesuatu yang utama.
Semakin tinggi nilai yang didapatkan maka semakin bangga orangtua dan mereka
akan dianggap sebagai anak yang pintar. Siswa harus mengerjakan soal-soal yang
diberikan kepada mereka untuk mendapatkan angka atau nilai dalam suatu mata
pelajaran tentunya. Jawaban yang diteliti akan menunjukkan nilai yang akan
menjadi tolok ukur tingkat kepintaran siswa.
Peneliti berasumsi bahwa masyarakat berpendapat bahwa siswa yang pintar
sekolah. Rata-rata yang di setiap sekolah berbeda karena tergantung kemampuan
siswa dan sekolah dalam menentukan nilai batas minimal dalam setiap pelajaran.
Menurut peneliti pendapat yang menyatakan siswa yang mendapatkan nilai di atas
rata-rata melalui tes dan mendapatkan juara adalah anak pintar belum tentu benar.
Menurut Sudjana (2010: 35) tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan
(tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes
tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa. Tes yang diujikan kepada siswa belum tentu mempunyai kualitas
yang baik. Ciri-ciri tes yang baik menurut Basuki (2014: 22) adalah tes tersebut
sah atau valid, dapat dipercaya (reliable), objektif, dan praktis.
Soal tes yang valid berarti soal tersebut mengukur secara tepat sesuatu yang
diinginkan untuk diukur (Purwanto, 2009: 114). Tes tersebut benar-benar dapat
memberikan gambaran tentang apa yang diinginkan untuk diukur. Soal yang baik
adalah soal yang dapat dipercaya (reliable) artinya suatu tes dikatakan dapat
dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu konstan atau tetap (Basuki, 2014:
22). Soal yang baik adalah soal yang mempuyai objektivitas, artinya proses
pemberian nilai atau skor tes tersebut tidak ikut terpengaruh pada pendapat atau
pertimbangan dari pemeriksa. Tes tersebut tidak ada unsur-unsur subjektif dari
pemeriksa di dalam menentukan skor jawaban tes. dengan kata lain, jika hasil tes
24). Soal yang baik adalah soal yang memiliki praktikabilitas tinggi artinya tes
tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya (Basuki, 2014: 25).
Peneliti jarang menemukan indikasi bahwa masyarakat kurang menyadari
tes yang menghasilkan nilai bagi siswa mempunyai kriteria. Masyarakat
cenderung berpendapat bahwa siswa hanya menjawab soal tes dan mendapatkan
nilai yang bagus. Nilai yang bagus belum tentu mengindikasikan bahwa siswa
menguasai materi yang diujikan. Ketika soal yang diujikan ternyata tidak valid
maka soal tersebut tidak mengukur apa yang seharusnya diukur, yang berarti
siswa tidak mendapatkan pengetahuan materi yang seharusnya didapatkan. Selain
itu ada banyak faktor yang seperti subjektivitas oleh guru kepada siswa yang
membuat siswa tidak mendapatkan nilai yang seharusnya.
Melihat realita bahwa masyarakat umum relatif belum mengetahui mengenai
ciri-ciri soal tes yang baik dan anggapan meraka bahwa anak yang pintar adalah
yang mendapatkan nilai tinggi, maka peneliti bermaksud meneliti mengenai
analisis kualitas soal Ulangan Tengah Semester pada pelajaran pelajaran
matematika di salah satu Sekolah Dasar swasta di kota Yogyakarta. Peneliti
memilih soal matematika karena peneliti memiliki intepretasi matematika adalah
mata pelajaran yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit. Peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut termasuk
dalam sekolah yang memiliki akreditasi A dan sekolah tersebut akhir-akhir ini
sedang melakukan peningkatan mutu sekolah. Dan alasan mengapa peneliti
mengambil kelas 1 adalah karena siswa yang berada di kelas 1 masih baru dalam
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibuat untuk menganalisis butir soal Ulangan Tengah
Semester II pada mata pelajaran matematika kelas 1. Penelitian ini menganalisis
butir soal pilihan ganda kelas I di sebuah Sekolah Dasar swasta di kota
Yogyakarta. Karena keterbatasan waktu dan biaya peneliti menganalisis butir soal
pilihan ganda mencakup validitas soal, indeks diskriminasi, dan item kesukaran.
Dalam penelitian ini peneliti tidak meneliti reliabilitas soal karena reliabilitas soal
bersifat tentatif, yang artinya tes reliabilitas bergantung dari hasil validitas. Tes
reliabilitas akan dilakukan jika hasil tes sudah valid.
Penelitian ini menganalisis tentang soal pilihan ganda karena menurut
peneliti soal yang paling banyak digunakan dalam tes adalah soal pilihan ganda.
C. Rumusan Masalah
Apakah soal pilihan ganda ulangan tengah semester II mata pelajaran
matematika kelas 1 ditinjau dari analisis butir soal di salah satu sekolah X di
Yogyakarta sudah berkualitas?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk:
Menganalisis kualitas soal ulangan tengah semester II kelas 1 mata pelajaran
matematika di salah satu sekolah X di Yogyakarta dilihat dari kaidah pembuatan
soal pilihan ganda, syarat pembuatan soal pilihan ganda, validitas soal, indeks
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti belajar mengenai bagaimana cara menyusun soal yang baik
menurut standar penyusunan soal dan mengetahui bagaimana cara
menganalisa kualitas soal pilihan ganda.
2. Bagi Siswa Sekolah Dasar
Siswa bisa secara perlahan-lahan mengerjakan soal dengan kualitas soal
yang baik
3. Bagi Praktisi Pendidikan
Praktisi pendidikan secara perlahan-lahan bisa membuat soal yang
mempunyai kualitas yang baik.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini membuka wawasan bahwa nilai yang tinggi yang
didapatkan siswa belum tentu menunjukkan bahwa siswa tersebut pintar.
F. Definisi Operasional
1. Analisis kualitas soal adalah analisis yang dilakukan untuk melihat
karakteristik dari butir soal tersebut, yang meliputi struktur bahasa, validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan pola distribusi
jawaban sehingga nantinya bisa ditarik kesimpulan bagaimana kualitas dari
soal tersebut.
2. Kualitas soal yang baik adalah soal yang dibuat memenuhi kaidah dalam
tersebut menunjukkan bahwa soal valid dan reliabel, daya pembeda tinggi,
tingkat kesukaran soal merata, dan pengecoh dalam soal pilihan ganda
berfungsi.
3. Soal pilihan ganda adalah soal yang menyajikan pilihan jawaban pada setiap
soal dimana hanya ada satu jawaban benar pada soal tersebut, pilihan
jawaban soal yang salah dinamakan pengecoh soal.
4. Ulangan Tengah Semester adalah evaluasi yang dilakukan pada tengah
semester atau biasanya 6-7 minggu setelah KBM seperti biasa yang mana tes
ini bertujuan untuk mengukur progress belajar siswa selama 6-7 minggu
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II ini mengulas kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
Kajian teori berisi mengenai teori-teori yang membantu peneliti dalam melakukan
pembahasan. Penelitian yang relevan berisi tentang penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya yang mana penelitian tersebut mendukung dalam penelitian ini.
Kerangka berpikir adalah ide-ide atau konsep yang saling berhubungan yang mana
ide-ide atau konsep tersebut dirumuskan berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan.
A. Kajian Teori
Kajian teori berisi tentang kualitas soal yang baik, validitas, reliabilitas, tes soal
pilihan ganda, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar.
1. Kualitas Soal
Kualitas soal pilihan ganda dapat dilihat dari kesesuaian isi soal yang
bergantung pada kaidah pembuatan soal pilihan ganda dan analisis butir soal yang
terdiri atas validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda, tingkat kesukaran soal, dan
menunjukkan soal itu dibuat sesuai dengan kaidah pembuatan soal pilihan ganda
(Depdiknas, 2008: 15-16), soal tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur atau
valid, soal tersebut dapat dipercaya atau reliabel, soal tersebut berdasarkan kriteria
daya pembeda soal menunjukkan bahwa soal tersebut mampu membedakan antara
siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
rendah, soal tersebut berdasarkan tingkat kesulitan soal mempunyai bobot yang
seimbang antara soal yang mudah, soal yang sedang, dan soal yang sulit ( 25% soal
mudah, 50% soal sedang, dan 25% soal sulit), soal tersebut mempunyai homogenitas
pilihan jawaban yang baik dilihat dari berfungsi tidaknya distraktor pada soal pilihan
ganda (Kunandar, 2014: 201 ).
2. Validitas
a. Definisi Validitas
Menurut Azwar ( 2012: 40), validitas adalah sejauh mana ketepatan suatu tes
atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan
mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat
memberikan gambaran yang sesuai dengan tujuan pengukuran tersebut. Jadi
penelitian dianggap valid jika mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebagai contoh
tes yang menyuruh siswa membuat cerita tertulis akan valid jika tujuan dari tes
tersebut adalah mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam bercerita secara
b. Macam-Macam Validitas
Secara metodologis, validitas suatu test dapat dibedakan menjadi 4, yaitu
validasi isi, validasi konstruk, validasi konkuren, dan validasi prediksi.
1) Validitas isi
Menurut Suraprana (2009: 51) validitas isi sering juga disebut dengan validitas
kurikulum, yang artinya suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi
kurikulum yang hendak diukur. Salah satu cara untuk memperoleh validitas isi adalah
dengan melihat soal-soal yang membentuk tes tersebut. Jika keseluruhan soal terlihat
mengukur apa yang seharusnya tes tersebut digunakan, maka tidak diragukan lagi
bahwa validitas isi sudah terpenuhi.sebuah tes akan dikatakan memiliki isi apabila
mengukur sesuai dengan domain dan tujuan khusus tertentu yang sama dengan isi
pelajaran yang telah diberikan di dalam kelas. Sebagai contoh, soal matematika akan
valid jika soal tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan matematika, buka
kemampuan bahasa. Contohnya sebuah tes dirancang untuk mengukur kemampuan
dalam berhitung dalam pelajaran metematika, hal-hal yang harus diukur haruslah
berkaitan dengan pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
2) Validitas konstruk
Menurut Suraprana (2009: 53) validitas konstruk adalah suatu alat ukur yang
dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik di mana tes tersebut
dibuat. Dengan kata lain sebuah tes yang memiliki validitas konstruksi apabila
kompetensi, kompetensi dasar, ataupun indikator yang terdapat dalam kurikulum.
Contohnya dalam kompetensi dasar tertulis melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka, maka dilihat dari validitas kontruk soal akan valid jika dalam soal tersebut membahas mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan 2 angka.
3) Validitas Konkuren
Sukardi (2008: 34) menyatakan bahwa validitas konkuren adalah derajat dimana
skor dalam suatu test dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat. Tes dengan
validasi konkuren biasanya dilakukan atau diberikan dalam waktu yang sama atau
dengan kriteria valid yang sudah ada. Validitas konkuren ditentukan dengan
membangun analisis hubungan atau perbedaan. Metode hubungan pada umumnya
dilakukan dengan cara melibatkan antara skor-skor pada tes dengan skor tes yang
telah baku atau kriteria tes yang sudah ada. Cara-cara membuat tes dengan validitas
konkuren dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu, a) Administrasi tes yang
baru dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok, b) Catat tes baku yang ada
termasuk beberapa koefisien validitasnya jika ada, c) hubungkan atau korelasikan dua
tes skor tersebut. Hasil yang dicapai atau koefisien validitas yang muncul
menunjukkan derajat hubungan validitas tes yang baru. Jika koefisien tinggi, berarti
tes yang baru tersebut mempunyai validitas konkuren yang baik. Sebaliknya, tes yang
baru dikatakan mempunyai validitas konkuren jelek, apabila koefisien yang
4) Validitas prediksi
Validitas prediksi menunjukkan kepada hubungan antara tes skor yang
diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang.
Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas prediksi apabila tes tersebut mempunyai
kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang
(Suraprana, 2009:54).
Contoh dari validitas prediksi adalah seorang anak yang telah lulus Sekolah
Dasar kemudian mendaftar di salah satu SMP, anak tersebut mengikuti tes seleksi
masuk SMP tersebut dan mendapatkan nilai yang tinggi. Karena mendapatkan nilai
yang tinggi anak tersebut diterima di SMP tersebut dan diperkirakan anak tersebut
akan belajar dengan baik. Jika anak tersbut memang bisa belajar dengan baik maka
tes seleksi masuk SMP tersebut memiliki validitas prediksi yang bagus. Namun jika
anak tersebut tidak bisa belajar dengan baik maka tes seleksi masuk SMP tersebut
memiliki hasil validitas prediksi yang tidak baik.
. Untuk acuan seberapa tinggi dan seberapa rendah koefisien korelasi dalam
suatu tes adalah “Koefisien 0.5 mungkin dapat diterima, jika hanya ada satu-satunya
tes. Sebaliknya, koefisien 0.5 tidak diterima, jika ternyata ada tes prediksi lain yang
c. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Validitas
Nurgiantoro (2010; 163) mengatakan ada 10 faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya kadar validitas suatu alat tes yaitu:
1) Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak jelas menyebabkan siswa
kehilangan waktu untuk sekedar memahami petunjuk pengerjaan atau bahkan
tidak dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
2) Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang sulit. Penggunaan kosa kata
atau struktur kalimat yang sulit dapat menyebabkan siswa terjebak untuk
pemahaman terhadap pemahaman maksud dari sebuah pertanyaan bukan untuk
menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
3) Ambiguitas yang terdapat pada kalimat dalam soal. Ambiguitas yaitu adanya
kemungkinan soal tersebut mempunyai dua arti atau mempunyai makna ganda
yang menyebabkan menurunnya validitas sebuah tes.
4) Alokasi waktu yang tidak cukup. Sebaiknya sebuah tes disediakan waktu yang
cukup untuk mengerjakan seluruh butir tes yang ada. Kekurangan waktu dalam
menyelesaikan sebuah tes bisa jadi bukan karena siswa tidak mampu untuk
menyelesaikan tesnya tetapi karena keterbatasan kesempatan untuk
mengerjakannya.
5) Penekanan yang berlebihan terhadap aspek tertentu, sehingga terlalu mudah
ditebak kecenderungan dari jawaban soal akan menyebabkan menurunnya
6) Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk mengukur hasil belajar . Kualitas
yang tidak memadai misalnya tes dimaksudkan untuk megukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) jelas tidak cukup hanya
digunakan tes yang bersifat untuk mengungkap pengetahuan faktual saja.
7) Susunan tes yang jelek artinya soal yang ada di dalam test tidak diurutkan
berdasarkan tingkat kesukaran soal. Soal baik memiliki susunan soal mudah
sebanyak 30%, soal yang memiliki tingkat kesukaran soal sedang sebanyak
50%, dan soal yang mempunyai tingkat kesuukaran sulit sebanyak 20%.
8) Tes terlalu pendek mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan variasi soal yang
berbeda. Siswa hanya akan mengerjakan soal yang monoton.
9) Penyusunan butir tes yang tidak runtut dilihat dari SK, KD, dan indikator.
10) Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada soal pilihan ganda
jawabannya adalah A semua, atau B semua atau menunjukkan pola tertentu
misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan sebagainya.
3. Reliabilitas
a. Definisi Reliabilitas
Menurut Suraprana (2009: 49) reliabilitas berkaitan dengan sejauhmana tes
yang diberikan ajeg dari waktu ke waktu. Artinya reliabilitas berkaitan dengan
diujikan pada kesempatan yang berbeda kepada siswa dan hasil yang didapatkan
sama dengan kurang lebih sama atau mirip.
b. Hubungan Validitas Dengan Reliabilitas
Terdapat hubungan antara validitas dan reliabilitas dalam suatu alat tes. Suatu
tes yang reliabel adalah suatu tes yang hasil pengukurannya ajeg. Akan tetapi hasil
pengukuran yang ajeg dari suatu tes belum menjamin bahwa hasil pengukuran yang
demikian itu merupakan hasil mengukur apa yang ingin diukur dalam suatu tes.
Dengan kata lain hasil pengukuran dari suatu tes yang ajeg belum tentu valid (Azwar,
2012: 53). Reliabilitas memiliki sifat tentatif, yang artinya reliabilitas bergantung dari
hasil validitas. Dalam penelitian ini reliabilitas akan dilakukan bila hasil analisis butir
soal adalah valid.
4. Tes Hasil Belajar
a. Definisi tes hasil belajar
Menurut Arikunto (2009: 51) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan. Bisa diintepretasikan bahwa tes hasil belajar adalah
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar siswa
b. Tahapan Penyusunan Test Hasil Belajar
Menurut Silverius (1991: 12) langkah-langkah dalam menyusun tes adalah a)
menetapkan tujuan, b) analisis kurikulum, c) analisis buku pelajaran dan sumber
materi belajar, d) menyusun kisi-kisi, e) menulis indikator, f) menulis soal, g)
reproduksi tes terbatas, h) uji coba, i) analisis soal, j) revisi soal, k) menentukan soal
yang baik, l) merakit soal menjadi tes.
c. Penyusunan Kisi-Kisi
Menurut Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG DEPDIKNAS (2007; 6 )
kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapat dijadikan pedoman
untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Menurut Setiawan (2008:13) kisi-kisi
adalah suatu format atau matrik yang memuat kriteria tentang butir-butir soal yang
ditulis. Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan
soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes akan mudah menyusun perangkat
tes. Berbagai paket tes yang memiliki tingkat kesulitan, kedalaman materi, dan
cakupan materi sama (paralel) akan mudah dihasilkan hanya dengan satu kisi-kisi
yang baik. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) mewakili isi kurikulum yang akan diujikan;
2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami; dan
3) soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan empat
aspek sebagai berikut:
1) urgensi, secara teoretis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa;
2) relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau
memahami bidang lain;
3) kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman
materi dari yang sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang sama
maupun antar jenjang;dan
4) kontekstual, materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.
Suatu kisi-kisi untuk tes hasil belajar di sekolah harus memiliki
komponen-komponen seperti: 1) jenis sekolah/satuan pendidikan, 2) program/jurusan, 3) bidang
studi/mata pelajaran, 4) kurikulum yang diacu, 5) tujuan pembelajaran, 6) pokok
bahasan/sub pokok bahasan, 7) bahan kelas, 8) uraian materi, 9) ranah kognitif/aspek
tingkah laku, 10) indikator kompetensi, 11) bentuk soal, 12) tingkat kesukaran soal,
13) jumlah soal dan waktu yang diperlukan (Silverius, 1991:16). Pada penelitian ini
tidak ada kisi-kisi soal. Ketika peneliti mengambil instrumen penelitian, Kepala
Sekolah mengatakan bahwa untuk soal matematika tidak ada kisi-kisi karena pembuat
soal yang berasal dari sekolah lain memang tidak membuat kisi-kisi soal untuk mata
5. Pilihan Ganda
Pilihan ganda mencakup mengenai definisi pilihan ganda, kaidah penulisan soal
pilihan ganda, syarat penulisan soal pilihan ganda, kelebihan soal pilihan ganda, dan
kekurangan soal pilihan ganda.
a. Definisi Pilihan Ganda
Menururt Sukardi (2008: 125) item tes pilihan ganda adalah tes yang digunakan
untuk mengevaluasi aplikasi pengetahuan hasil belajar yang telah diberikan kepada
siswa selama satu semester. Item tes pilihan ganda juga dapat digunakan untuk
mengukur batasan atau definisi pengetahuan yang sudah jelas, sedangkan untuk
pengetahuan yang masih kurang jelas para guru dianjurkan untuk menggunakan item
menjodohkan.
Menurut BALITBANG DEPDIKNAS (2007: 13) soal pilihan ganda adalah
bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang
telah disediakan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan
jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban
benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun
daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak
menguasai materinya.
Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas
yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang
ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian nasional,
ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri. Hanya saja, untuk menyusun
soal pilihan ganda yang bermutu perlu waktu lama dan biaya cukup besar, disamping
itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi,
terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek kunci
jawaban. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh
(distractor).
Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan
kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa. Selain itu
soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi.
b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
Kaidah penulisan soal pilihan ganda dalam Depdiknas (2008: 15-16) sebagai
berikut.
1) Materi
Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi),
pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
(artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban). Selain itu menurut Wijaya
a) Soal harus sesuai dengan indikator yang merupakan penjabaran dari kompetensi
dasar yang terdapat dalam kurikulum.
b) Pilihan jawaban harus berfungsi, homogen, dan logis.
c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban benar.
2) Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,
kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak
menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan
penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang
sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan
saja.
c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan
yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang
mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan
keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang
akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
e) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya,
semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang
ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi.
f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di
atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya
pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu
karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan
itu menjadi tidak homogen.
g) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling
panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan
merupakan kunci jawaban.
h) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang
berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai
nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban
yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara
i) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila
soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang
terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
k) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3) Bahasa/budaya
Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a)
pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b)
pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan; (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca. Bahasa yang digunakan harus
komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti peserta didik. Pilihan
jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal. Menurut Wijaya (2010: 24) sebagai
jika soal akan digunakan untuk daerah atau secara nasional maka jangan
menggunakan bahasa yang hanya berlaku setempat.
Contoh soal yang berkaitan dengan kaidah-kaidah penulisan butir soal dengan
aturan yang berhubungan dengan materi, konstruksi, dan bahasa adalah:
Tentukan hasil dari: 30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = ?
a. 73
b. 18
c. 2
d. -73
Kunci jawaban : c
Penyelesaian:
30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 30 – 20 + (-8) = 30 – 28 = 2
Alternatif pengecoh:
Pengecoh pertama kemungkinan salah konsep prosedur operasi
30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 26 x 5 + 16 : (-2) = 130 + 16 : (-2) = -73
Pengecoh kedua kemungkinan salah prosedur dan sifat pembagian
30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 26 x 5 + 16 : (-2) = 130 + 16 : (-2) = 73
Pengecoh ketiga kemungkinan salah konsep pengurangan
30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 30 – 20 + 16 : (-2) = 30 – 20 + 16 : (-2) = 30 – 20 – 8 = 30 –
c. Syarat Tes Tertulis Pilihan Ganda
Menurut Kunandar (2014: 201 ) tes tertulis memiliki beberapa syarat yaitu:
1) Memiliki validitas yang tinggi, artinya mampu mengungkapkan aspek hasil
belajar tertentu secara tepat. Aspek hasil belajar berhubungan dengan tujuan
pembelajaran tersebut. Jika validitas tinggi berarti tes tersebut berhasil
mengukur apa yang ingin diukur.
2) Memiliki reliabilitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang
relatif tepat dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Tes
yang memiliki reliabilitas yang tinggi berarti tes itu memiliki keajegan atau
konsistensi, yang artinya bila tes tersebut diujikan pada siswa di lain
kesempatan maka hasil yang didapatkan adalah kurang lebih sama atau mirip.
3) Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai, artinya setiap butir soal
dalam tes itu dapat membedakan siswa yang belajar atau menguasai materi dan
peserta didik yang belum belajar atau belum menguasai materi. Dalam daya
pembeda, siswa yang siswa yang belajar atau menguasai materi dan peserta
didik yang belum belajar atau belum menguasai materi dapat dilihat
perbedaannya melalui nilai akhir yang didapatkan siswa. Discrimination indeks
atau daya pembeda ( D ) menurut Arikunto ( 2012 ; 226 ) adalah kemampuan
sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang bodoh ( berkemampuan rendah ). Indeks diskriminasi
kualitas testee, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.
Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto ( 2012: 232 ) adalah :
Tabel 2.1 Klasifikasi Daya Pembeda
D 0.00 – 0.20 Jelek ( poor )
D 0.21 – 0.40 Cukup ( satistifactory )
D 0.41 – 070 Baik ( good )
D 0.71 – 1.00 Baik sekali ( excellent )
Keterangan tabel:
Tabel 2.1 menunjukkan klasifikasi dari daya pembeda soal. Jika hasil dari perhitungan daya pembeda semakin mendekati 1 berarti daya pembeda soal semakin baik, sebaliknya jika semakin mendekati 0 daya pembeda soal tersebut semakin jelek.
4) Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% soal
mudah, 50% soal sedang, dan 20% soal sulit. Menurut Arikunto (2012 : 207)
tingkat kesukaran tes adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
sesuatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.0. Indeks
kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran
0.0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1.0
menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Klasifikasi indeks kesukaran
menurut Arikunto (2012 : 225) adalah soal dengan P 0.00 sampai 0.30 adalah
soal sukar, soal dengan P 0.31 sampai 0.70 adalah soal sedang, soal dengan P
0.71 sampai 1.00 adalah soal mudah. Tingkat kesukaran butir soal dapat
mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar
ditunjukkan dengan kurva yang menceng ke kanan, sedangkan tes yang mudah
(Tingkat Kesukaran≥ 0.80) distribusinya berbentuk negatif skewed yang
ditunjukkan dengan kurva yang menceng ke kiri (Suprananto, 2012:175).
Berikut adalah gambar kurva skeness.
Gambar 2.2 Kurva Skewness
Hasan (2009:125) menyatakan skewness (kemencengan atau kecondongan)
adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi.
Bentuk kurva skewness terdapat puncak keruncingan atau sering disebut dengan
kurtosis. Hasan (2009:137) menjelaskan bahwa keruncingan atau kurtosis
adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi yang biasanya diambil secara
relatif terhadap suatu distribusi normal. Berdasarkan keruncingannya, kurva
distribusi dibedakan menjadi 3 yaitu:
a) Leptokurtik yaitu distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi, yang memiliki
nilai lebih besar dari 3.
b) Platikurtik yaitu distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar, yang
c) Mesokurtik yaitu distribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan tidak
mendatar, yang memiliki nilai sama dengan 3.
Gambar 2.3 Kurva Kurtosis
5) Mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang
bagaimana cara pelaksanaannya, cara pengerjaannya dan cara mengkoreksinya.
d. Kelebihan soal pilihan ganda
Kelebihan soal pilihan ganda menurut Hamzah (2014: 36) adalah 1)
Pemeriksaan dan pemberian skor jauh lebih mudah dan cepat, 2) Hasil penilaian
bersifat obyektif karena tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, 3) Ruang
lingkup materi yang diujikan luas dan menyeluruh, 4) Jawaban yang benar sudah
tertentu dan pasti, 5) Pemeriksaan bisa diserahkan ke orang lain, 6) Analisis butir tes
e. Kelemahan soal pilihan ganda
Menurut Hamzah (2014: 37) kelemahan dari soal pilihan ganda antara lain: 1)
Proses pembuatan soal sukar dan lama, 2) Proses berpikir siswa untuk menemukan
jawaban tidak dapat diukur, 3) Ada faktor menebak dari siswa, 4) Lebih
mementingkan hasil akhir daripada proses pengerjaan soal, 5) Kurang bisa
menggambarkan daya pikir dan analisis siswa, 6) Biaya perbanyakan relatif lebih
mahal, 7) Siswa mudah melakukan kerja sama dengan temannya.
6. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Menurut Standar Isi (2006: 146), mata pelajaran matematika mempunyai tujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
7. Standar Kompetensi dan Kompentensi Dasar Matematika SD
Di dalam Standar Isi terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari
setiap mata pelajaran dan dari setiap kelas di Sekolah Dasar. Berikut ini adalah adalah
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari mata pelajaran matematika kelas 1
Sekolah Dasar. Peran Standar Isi dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah
soal yang dibuat memang diturunkan dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang ada di dalam Standard Isi.
Tabel 2.4 SK dan KD Kelas 1 yang Diajarkan di Semester I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Bilangan
1. Melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 20.
1.1Membilang banyak benda 1.1Mengurutkan banyak benda 1.2Melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 20 1.3Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20
2 Menggunakan pengukuran waktu dan
2.3Mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari (pendek, panjang) dan membandingkannya
2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu dan panjang
3 Mengenal beberapa bangun ruang 3.1Mengelompokkan berbagai bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut) 3.2Menentukan urutan benda-benda ruang yang sejenis menurut besarnya
Tabel 2.5 SK dan KD Kelas 1 yang Diajarkan di Semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Bilangan
4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah
4.1Membilang banyak benda 4.2Mengurutkan banyak benda 4.3Menentukan nilai tempat puluhan
dan satuan
pertukaran dan pengelompokan
4.6 Menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka
Geometri dan Pengukuran
5. Menggunakan pengukuran berat
5.1Membandingkan berat benda (ringan, berat)
5.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda
6. Mengenal bangun datar sederhana 6.1Mengenal segitiga, segi empat, dan lingkaran
6.2Mengelompokkan bangun datar menurut bentuknya
8. Ulangan Tengah Semester
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2007 mengenai Standar
Penilaian Pendidikan tertulis bahwa yang dimaksud dengan Ulangan Tengah
Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD
pada periode tersebut. Menurut Wardhani (2008: 18) Ulangan Tengah Semester
adalah suatu evaluasi kepada siswa yang dilakukan pendidik untuk mengetahui
prestasi belajar siswa stetelah menempuh pembelajaran sekitar 6-7 kali pertemuan
atau kalau dalam perhitungan bulan yakni setelah belajar selama hampir 2 bulan.
di tengah program pembelajaran untuk memantau atau memonitor kemajuan belajar
siswa demi memberikan umpan balik baik kepada siswa maupun kepada guru
(Hamzah, 2014: 60)
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain
yang mana penelitian tersebut mendukung dan memberi gambaran mengenai
penelitian ini. Ada 4 penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini.
Keempat penelitian tersebut adalah:
1. Winarty (2010) melakukan penelitian untuk meneliti validitas soal ujian
nasional bagian bahasa Indonesia. Penelitian ini selain menggunakan data ujian
nasional bahasa Indonesia juga menggunakan soal try out ujian nasional bahasa
Indonesia dari 2 sekolah, 1 kecamatan, 1 kabupaten, dan 1 provinsi. Hasil penelitian
ini adalah bahwa masih perlu banyak usaha untuk meningkatkan validitas UASBN
bahasa Indonesia. Salah satu alasan mengapa UASBN gagal dalam validitas atau soal
tidak valid adalah ketidakadaan deskripsi yang cukup yang menghubungkan antara
bahasa Indonesia dan pembelajaran bahasa Indonesia, yang mana hal tersebut sangat
penting untuk menggeneralisasikan silabus, RPP, dan aturan-aturan guru serta siswa
di dalam konteks pembelajaran, dan penilaian siswa. Penelitian ini relevan karena
2. Bagus (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas butir soal tes
ditinjau dari relevansi antara kisi-kisi, SK, KD, dan indikator mata pelajaran, validitas
isi tes, validitas butir soal, reliabilitas tes, taraf kesukaran butir soal, daya beda butir
soal, dan efektivitas pengecoh butir soal. Penelitian ini adalah penelitian ex-post
pacto dengan mengambil populasi seluruh hasil tes berupa lembar jawaban siswa
kelas VII dari lima sekolah SMP terpilih di Kabupaten Gianyar yang bisa mewakili
sekolah negeri dan swasta dari 45 SMP dilihat status sekolah yaitu RSBI, SSN,
Sekolah Potensial dan Sekolah Swasta. Sedangkan sampel yang digunakan adalah
sebesar 1000 sampel dipilih. Analisis yang dilakukan adalah analisis tes dan analisis
butir soal.
Hasil penelitian menunjukkan relevansi antara Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Indikator dengan butir soal dari 60 butir soal terdapat 56
(93%) butir soal relevan dan 4 butir soal (7%) tdak relevan dengan indikator soal.
Validitas isi yang diuji dengan Uji Gregory menunjukkan validitas yang sangat tinggi
(0,933). Bila ditinjau dari validitas butir didapatkan 53 butir soal (88%) dinyatakan
valid dan 7 butir soal (8%) dinyatakan tdak valid. Reabilitas tes didapatkan r11 =
0,860 dengan formula KR 20. Jika ditinjau dari taraf kesukarantes didapatkan 23%
butir soal kategori soal mudah, 62 % butir kategori soal sedang, dan 15 % butir
kategori soal sukar. Dilihat dari daya beda, 82 % memiliki daya beda yang dapat
5%. Dan jika ditinjau dari efektivitas pengecoh 85% memiliki pengecoh yang
berfungsi dengan baik dan 15% tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Berdasarkan temuan tersebut, dalam meningkatkan kualitas tes Ulangan Akhir
Semester IPS Terpadu untuk tingkat SMP hendaknya MGMP IPS Kabupaten Gianyar
lebih memperhatikan Relevansi SK, KD dan Indikator dengan butir soal, validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas pengecoh dari butir soal.
Penelitian ini relevan karena sama-sama meneliti mengenai kualitas butir soal
tes ditinjau dari relevansi antara kisi-kisi, SK, KD, dan indikator mata pelajaran,
validitas isi tes, validitas butir soal, reliabilitas tes, taraf kesukaran butir soal, daya
beda butir soal, dan efektivitas pengecoh butir soal.
3. Suminarsih (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas butir soal
mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa MI Negeri Jejeran, Bantul, Yogyakarta
ditinjau dari analisis: validitas, reliabilitas, daya pembeda, fungsi pengecoh, derajat
kesukaran, dan pencapaian kompetensi. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik, dengan mengambil latar MI Negeri Jejeran, Bantul, Yogyakarta.
Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis
data dengan program Microcat Model Iteman versi 3.00 dan Anates versi 4.0.5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal Ulangan Tengah Semester genap
mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 3 MI Negeri Jejeran Bantul Yogyakarta
valid, reliabilitas soal pilihan ganda sebesar 0,88 berarti reliabilitasnya tinggi,
sedangkan soal essay reliabilitasnya sebesar 0,81 berarti reliabilitasnya tinggi, derajat
kesukaran item butir tes pilihan ganda dan essay terlalu mudah, daya pembeda item
yang diterima sebanyak 27 butir, fungsi pengecohnya yaitu sebanyak 30 dari 50
pengecoh berfungsi dengan baik, soal tersebut belum mampu mengukur semua
kompetensi yang harus dicapai siswa pada semester genap, karena kisi-kisi
pembuatan soal dikerjakan setelah soal diujikan. Kualitas soalnya tergolong kurang
baik, karena yang memiliki kriteria validitas, reliabilitas, derajat kesukaran item, daya
pembeda item, dan fungsi pengecoh yang baik hanya berjumlah 12atau 29,27 %.
Penelitian ini relevan karena isi penelitian yang saling mendukung diantaranya
sama-sama menganalisis kualitas butir soal mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa
ditinjau dari analisis: validitas, reliabilitas, daya pembeda, fungsi pengecoh, derajat
kesukaran, dan pencapaian kompetensi.
4. Purnomo (2006) melakukan penelitian mengenai kemampuan guru dalam
merancang tes berbentuk pilihan ganda. Penelitian ini menggunakan 3 sekolah
sebagai sampel penelitian. Hasil penelitiannya adalah dari hasil uji validitas terhadap
soal pilihan ganda terlihat bahwa ternyata banyak sekali ditemukan butir-butir soal
yang tidak valid yang digunakan pada UAS. Kesimpulan yang ditarik oleh beliau
adalah erdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan
bahwa berdasarkan hasil analisis perangkat tes IPS yang diujikan pada UAS di tiga
tidak dapat dipakai karena tidak memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran soal dan daya beda soal.
Penelitian ini relevan karena sama-sama melakukan analisis terhadap kualitas soal
yang ditinjau dari analisis butir soal.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah ide-ide atau konsep yang saling berhubungan yang
mana ide-ide atau konsep tersebut dirumuskan berdasarkan kajian teori dan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Analisis butir soal dilakukan untuk mengukur
sejauh mana kualitas dari suatu soal. Hal-hal yang bisa dianalisis antara lain adalah
validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal, tingkat kesulitan soal, tingkat
homogenitas pilihan jawaban, dan kesesuaian antara kisi-kisi dengan soal. Dengan
melakukan analisis butir soal ini peneliti akan mengatahui sejauh mana kualitas soal
yang diberikan kepada siswa saat ini. Penelitian ini menggunakan soal Ujian Tengah
Semester 2 kelas 1 mata pelajaran matematika.
Melalui penelitian ini peneliti akan mengetahui apakah soal yang diujikan valid,
reliable, lalu apakah soal ini tingkat kesulitan pada setiap soal merata, apakah soal ini
bisa membedakan antar siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pintar. Dan
apakah soal yang dibuat sesuai dengan kisi-kisi soal.
Hasil penelitian ini nantinya akan berguna sebagai refleksi baik bagi peneliti
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda ulangan tengah
semester II mata pelajaran matematika kelas 1 ditinjau dari analisis butir soal di
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, variabel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan
teknik analisis data. Jenis penelitian adalah deskripsi mengenai kategori penelitian,
waktu dan tempat penelitian menunjukkan kapan penelitian ini dilangsungkan,
populasi dan sampel adalah subyek atau obyek yang berhubungan dengan data dalam
penelitian, variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, metode
pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data,
instrumen penelitian adalah data yang gunakan dalam penelitian, teknik analisis
adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengolah data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif deskriptif non experimental
(Johnson & Christensen, 2012: 366 ). Penelitian ini termasuk ke dalam kuantitatif non
experimental karena penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan analisis butir soal
soal.
Penelitian deskriptif adalah penelitian mendeskripsikan hal-hal yang saat ini
berlaku secara apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti. Hal ini dimaksudkan
keadaan-keadaan. Penelitian deskriptif berusaha memberikan dengan sistematis dan
cermat fakta-fakta aktual dan sifat populasi tertentu (Darmawan 2013: 38). Sistematis
maksudnya penelitian ini dilakukan secara terstruktur dari awal penelitian sampai
akhir penelitian.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan suatu obyek atau
kegiatan yang menjadi perhatian peneliti yang dapat berupa penelitian akhir atau
penelitian perantara, yaitu sebagai perantara bagi penelitian lanjut. Dalam
penerapannya di lapangan penelitian deskriptif banyak digunakan untuk kalangan
pendidik. ( Darmawan, 2013: 49).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena peneliti memberikan
gambaran mengenai kualitas suatu soal yang ada saat ini. Penelitian ini menggunakan
sumber data dokumentasi. Penelitian ini menggambarkan apa adanya kualitas dari
soal ujian ujian tengah semester II tahun 2014 yang diadakan di sekolah X di
Yogyakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil data penelitian pada tanggal 31 Maret 2014 di salah
satu SD X di daerah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada tanggal tersebut karena
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sukardi (2003:53), populasi pada prinsipnya adalah semua anggota
kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu
tempat, dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua Sekolah Dasar (SD)
Kanisius di kota Yogyakarta (Kodya).
Menurut Sukardi (2003: 54) sampel adalah sebagian dari populasi. Menurut Ali
(1985: 54) sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan
menggunakan teknik tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang dimaksud adalah
siswa kelas 1 SD X di kota Yogyakarta (Kodya). Peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampel acak berstrata. Sampel acak berstrata adalah sampel yang
diambil berdasarkan populasi yang dibagi menjadi beberapa kelompok dan sampel
diambil dari setiap kelompok tersebut (Sanders, 1990: 222). Dalam penelitian ini
strata yang dimaksudkan adalah populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu
Sekolah Dasar (SD) Kanisius yang berada di daerah kota Yogyakarta (Kodya) dan
Sekolah Dasar (SD) Kanisius yang berada di daerah pinggiran kota Yogyakarta
(Kodya). Lalu sampel diambil dari satu sekolah yang berada di daerah kota
Yogyakarta (Kodya) dan satu sekolah yang berada di daerah pinggiran kota
Yogyakarta (Kodya). Namun karena keterbatasan waktu peneliti hanya mengambil
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel dapat
dikategorikan ke dalam variabel diskrit atau variabel kategorikal dan variabel
bersambungan atau kontinu. dalam menentukan variabel penelitian, ada 3 jenis
hubungan antar variabel yaitu 1) hubungan simetris, 2) hubungan timbal balik, 3)
hubungan asimetris (Sugiono, 2009: 152). Dalam penelitian ini tidak menggunakan
variabel karena dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif deskriptif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Ada 2 teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu wawancara informal
dan studi dokumenter. Wawancara informal dilakukan dengan tujuan untuk
mengumpulkan beberapa pendapat yang nantinya dijadikan sebagai dasar dalam
penelitian ini. Wawancara adalah pertemuan 2 orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab dengan tujuan tertentu (Sugiyono, 2009;317).
Studi dokumenter adalah metode pengumpulan data pelengkap, untuk
memperoleh data-data yang menjunjang dalam penelitian (Tukiran, 2011: 51). Studi
dokumenter dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan soal, kunci jawaban,