• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PELAKSANAAN Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN PELAKSANAAN Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Peringatan

Hari

Kesetiakawanan

Sosial

Nasional

Tahun 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN

REPUBLIK INDONESIA

Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

dan

Kementerian Sosial RI

Pusat :

Direktorat K2KS

Gedung Kementerian Sosial RI Lantai 5

Daerah :

Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jambi Jl. M.T. Sugiono RT. 10 No.29 Telanaipura - Jambi

Alamat Sekretariat :

One

Day

One

Care

Seh

ari Berbag

i

Sa

tu

O

ra

n

g

Sa

tu

Se

Ba

r S

.O.S

(2)

KATA PENGANTAR Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Salam Kesetiakawanan Sosial

Dalam usaha untuk melakukan pengembangan nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial digunakan strategi pendekatan melalui peringatan hari besar, yaitu “Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional”, adapun implementasi aksi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan HKSN yang di laksanakan di tingkat pusat dan di tingkat daerah.

Buku ini dapat menjadi pedoman bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk turut berperan aktif dalam rangkaian kegiatan HKSN. Momentum peringatan ini menjadi wadah aktualisasi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial untuk merintis jalan kearah terciptanya interaksi sosial masyarakat dengan semangat peduli dan berbagi.

Rangkaian kegiatan HKSN tahun 2014 dan seterusnya, bertolak dari Piagam Makassar yang mengamanatkan tindak lanjut empat produk antara lain :

a. Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional, b. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial, c. Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial, d. Pos Komunikasi Sosial.

dan bingkai rangkaian kegiatan HKSN tahun 2014 ini adalah Sehari Berbagi-Satu Orang

Satu (Sebar-S.O.S).

Buku pedoman ini dipersembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia, dan para penyelenggara kesejahteraan sosial dalam usaha untuk pengembangan nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial, baik di Kabupaten, Kota dan Propinsi sesuai dengan kondisi setempat. Akhir kata, saya berharap, buku pedoman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi gerakan Kesetiakawanan Sosial di seluruh Indonesia.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2014 Direktur Kepahlawanan,

Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Drs. Andi Hanindito, M.Si.

(3)

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JL. SALEMBA RAYA 28 JAKARTA PUSAT 10430 TELEPON (021) 3100436 LAMAN : HTTP://www.kemsos.go.id PERATURAN DIREKTUR JENDERALPEMBERDAYAAN SOSIAL

DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN NOMOR : /DYS-PK.6/KPTS/07/2014

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TAHUN 2014

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Menimbang : a. bahwa kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial

Nasional (HKSN) tahun 2014 dilaksanakan secara Nasional di tingkat Pusat dan tingkat daerah, maka dalam pelaksanaannya diperlukan adanya suatu Pedoman Pelaksanaan sebagai landasan dan acuan serta petunjuk sekaligus rambu-rambu bagi semua unsur yang terlibat;

b. bahwa dalam melaksanakan kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tahun 2014 perlu adanya kesamaan pemahaman, persepsi, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan dengan benar, tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan tentang Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa Dan Tanda Kehormatan (GTK);

(4)

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JL. SALEMBA RAYA 28 JAKARTA PUSAT 10430 TELEPON (021) 3100436 LAMAN : HTTP://www.kemsos.go.id PERATURAN DIREKTUR JENDERALPEMBERDAYAAN SOSIAL

DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN NOMOR : /DYS-PK.6/KPTS/07/2014

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TAHUN 2014

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Menimbang : a. bahwa kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial

Nasional (HKSN) tahun 2014 dilaksanakan secara Nasional di tingkat Pusat dan tingkat daerah, maka dalam pelaksanaannya diperlukan adanya suatu Pedoman Pelaksanaan sebagai landasan dan acuan serta petunjuk sekaligus rambu-rambu bagi semua unsur yang terlibat;

b. bahwa dalam melaksanakan kegiatan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tahun 2014 perlu adanya kesamaan pemahaman, persepsi, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan dengan benar, tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan tentang Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa Dan Tanda Kehormatan (GTK);

4. Undang-Undang Nomor 5 PRPS Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan;

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang

Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2014;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

10. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

(5)

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

16. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

17. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2007 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan di Lingkungan Kementerian Sosial RI; 18. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI;

19. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 Tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN

SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TAHUN 2014.

Pasal 1

Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014 merupakan suatu acuan dan petunjuk sekaligus sebagai rambu-rambu bagi dinas sosial provinsi, kabupaten/kota dan para stake holder lainnya agar tercipta kesamaan persepsi dan pemahaman dalam melaksanakan rangkaian kegiatan Peringatan HKSN tahun 2014, dan kegiatan dapat terselenggara tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel.

Pasal 2

Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014, disusun dengan sistematika sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL

III. LANDASAN HUKUM

IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL

V. TUJUAN PERINGATAN HKSN

VI. TEMA HKSN

VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014

(6)

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

16. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

17. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2007 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan di Lingkungan Kementerian Sosial RI; 18. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI;

19. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 Tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN

SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL (HKSN) TAHUN 2014.

Pasal 1

Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014 merupakan suatu acuan dan petunjuk sekaligus sebagai rambu-rambu bagi dinas sosial provinsi, kabupaten/kota dan para stake holder lainnya agar tercipta kesamaan persepsi dan pemahaman dalam melaksanakan rangkaian kegiatan Peringatan HKSN tahun 2014, dan kegiatan dapat terselenggara tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel.

Pasal 2

Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014, disusun dengan sistematika sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL

III. LANDASAN HUKUM

IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL

V. TUJUAN PERINGATAN HKSN

VI. TEMA HKSN

VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014

VIII. KEPANITIAAN

IX. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB

X. PELAPORAN

XI. SUMBER DANA

XII. PENUTUP

Pasal 3

Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 4 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal, Juli 2014

DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

HARTONO LARAS

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN 1

II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL 2

III. LANDASAN HUKUM 5

IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL 6

V. TUJUAN PERINGATAN HKSN 6

VI. TEMA HKSN TAHUN 2014 6

VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014 7

VIII. KEPANITIAAN 9

IX. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB 10

X. PELAPORAN 10

XI SUMBER BIAYA 10

XII. PENUTUP 11

(8)

I. PENDAHULUAN

K

esetiakawanan Sosial adalah bagian dari nilai, sikap dan perilaku

pro-sosial yang berakar dalam konteks tata budaya nusantara dan masyarakat majemuk Indonesia berdasarkan Pancasila. Dilandasi pengertian, kesadaran dan tanggung jawab sosial seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam kerangka mengekspresikan kebudayaan Pancasila. Dalam konteks itu, nilai kesetiakawanan sosial sebagai dimensi modal sosial memiliki posisi strategis untuk menumbuh kembangkan semangat kebersamaan, saling percaya dan menerima, integrasi dan keterikatan sosial, yang dinyatakan melalui kerelaan proaktif, serta kepedulian untuk berkorban bersama masyarakat yang membutuhkan dalam kerangka mewujudkan Indonesia Sejahtera berbudaya Pancasila.

Indonesia sejahtera adalah cita-cita yang perlu segera diwujudkan dalam mengejawantahkan pembukaan UUD RI 1945 aline ke-IV yang menegaskan bahwa “Negara melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum serta ikut serta menciptakan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kondisi tersebut akan menjamin (1) setiap warga Negara Indonesia terlindungi dari berbagai goncangan dan resiko (2) setiap warga Negara berhak untuk memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya (3) setiap warga Negara Indonesia terbebas dari berbagai masalah kesejahteraan sosial (4) terbebasnya Indonesia dari kemiskinan, kebencanaan, keterasingan/ keterbelakangan, kecacatan dan ketunaan dan (5) kian kuatnya peran masyarakat dan Pemerintah sebagai mitra kesejajaran dalam penyelenggaraan pembangunan nasional pada umumnya dan kesejahteraan sosial pada khususnya. Bahwa untuk mempercepat tingkat pencapaian atas cita-cita yang perlu diwujudkan, maka kesetiakawanan sosial sangat efektif sebagai nilai dasar. Undang-undang nomor 11 tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 2 huruf (a) yang menegaskan bahwa kesetiakawanan menjadi asas dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Kesetiakawanan Sosial Nasional hakekatnya merefleksikan budaya dan kearifan nasional (nilai-nilai Pancasila) serta budaya dan kearifan (masyarakat majemuk Indonesia) yang berujung pada solidaritas kebangsaan dan integrasi nasional karena kesamaan nasib, kesamaan kebangsaan, kesamaan nusantara, kesamaan kultural, dan bahasa sebagai modal sosial kebangsaan yang menempatkan konsepsi ”kekamian” dan ”kekitaan” secara strategis menjadi iklim kondusif bagi proteksi dan pegembangan konsepsi “keakuan”. Pendekatan ini sangat berakar kuat pada kultur dan kearifan komunal masyarakat Indonesia, dimana setiap anggota atau individu mendapatkan tempatnya dan mengembangkan potensi dirinya. Gestur “tat twam asi” dalam arti aku adalah engkau dan engkau adalah aku, selalu menjadi tradisi dan piranti sosial dalam setiap penyelesaian berbagai masalah di lingkungan masyarakat.

Kultur yang mengakar kuat ini menjadi jati diri bangsa dan semangat yang mendasari setiap perilaku dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja dewasa ini semangat kesetiakawanan sosial yang menjadi jati diri bangsa mulai dilupakan dan kurang dirasakan keberadaanya di tengah-tengah masyarakat. Di bidang ekonomi, nilai kesetiakawanan sosial belum sepenuhnya menjadi kesadaran nasional, baik di level struktural, institusional, maupun personal.

(9)

Kesenjangan terjadi antar wilayah, antara pusat dan daerah, antar pulau, antar etnik, dan antar golongan. Selain itu, revolusi globalisme di berbagai negara ditengarai tengah menetrasi berbagai modal sosial lokal, ditandai dengan sejumlah gejala antara lain menguatnya semangat individualis yang berujung pada proses penggerusan semangat kebersamaan, mencuatnya identitas komunal dan kedaerahan, melemahnya semangat kebangsaan dan nasionalisme serta makin memudarnya modal sosial masyarakat yang dilandasi oleh saling percaya, komitmen bersama, kesepakatan bersama dan aturan main dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Bahkan dalam beberapa hal, terjadi kanibal sosial (social cannibalism), yaitu sifat saling menghancurkan, saling membunuh karakter dan berujung pada saling mematikan.Kesetiawakanan sosial nyaris terjadi pergulatan pemaknaan di tengah kehidupan masyarakat saat ini. Memudarnya perasaan empati dan peduli dan saling berbagi menjadi kepentingan individualis dan kolektif dari pada kepentingan sosial telah mendongkrak sistem perilaku sosial pro sosial dan altruistik bergeser kearah sistem perilaku prokolektif dan individualis di lingkungan masyarakat. Kohesi sosial makin bergeser menjadi kohesi kolektif berdasarkan kepentingan dan kesadaran kolektif. Makin jauhnya nilai keadilan, konflik suku, antar ras dan agama (SARA), kesenjangan ekonomi serta berbagai masalah sosial lainnya menunjukkan bahwa refleksi kesetiakawanan sosial kian menjadi isu nasional.

Konflik sosial juga terjadi hampir disemua wilayah. Dalam catatan Kementerian Dalam Negeri, jumlah konflik sosial pada tahun 2012 meningkat menjadi 89 kasus dari semula 77 kasus di tahun 2011. Menurut mantan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah (2006), ada tiga hal yang menggerus nilai kesetiakawanan sosial. Pertama, menguatnya semangat individualis karena globalisasi. Gelombang globalisasi dengan paradigma kebebasan langsung atau tidak berdampak pada lunturnya nilai-nilai kultural masyarakat. Kedua, menguatnya identitas komunal dan kedaerahan. Ketiga, lemahnya otoritas kepemimpinan. Hal ini terkait keteladanan para kepemimpinan yang kian memudar. Terkikisnya nilai kesetiakawanan menimbulkan ketidakpercayaan sosial, baik antara masyarakat dan pemerintah maupun antara masyarakat dan masyarakat, karena terpecah dalam aneka golongan.

Kesenjangan-kesenjangan tersebut telah mengikis rasa kesetiakawan yang ada dan mengurangi semangat nasionalisme pada diri masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut maka rasa nasionalisme harus dikembalikan pada diri masyarakat dengan mengingatkan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang menjadi jati diri bangsa. Kesetiakawanan sosial hakekatnya merupakan kehendak untuk bersatu dalam solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan keinginan menjadi pribadi anggota komunitas yang saling membangun persaudaraan sejati. Oleh karena itu, sebagai salah satu cara mengingatkan kembali bahwa kesetiakawanan sosial itu ada maka diselenggarakanlah peringatan hari kesetiakawanan sosial nasional yang selalu diperingati bersama setiap tanggal 20 Desember.

II. SEJARAH HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL

Perang mempertahankan kemerdekaan yang terjadi dari tahun 1945 hingga tahun 1948 mengakibatkan permasalah sosial semakin bertambah jumlahnya. Kementerian Sosial menyadari bahwa untuk menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial tersebut diperlukan dukungan menyeluruh dari unsur masyarakat. Oleh sebab itu, maka pada bulan Juli 1949 di kota Yogyakarta, Kementerian Sosial mengadakan Penyuluhan

(10)

Sosial bagi tokoh-tokoh masyarakat dan Kursus Bimbingan Sosial bagi Calon Sosiawan atau Pekerja Sosial, dengan harapan dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial yang sedang terjadi.

Para Sosiawan atau Pekerja Sosial telah bekerja dengan jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan serta kerelaan berkorban tanpa pamrih yang tumbuh di dalam masyarakat dapat diperkokoh, sehingga masyarakat dapat menanggulangi dan mengatasi permasalahan sosial yang timbul saat itu dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

Nilai kesetiakawanan sosial yang telah tumbuh didalam masyarakat perlu dilestarikan dan diperkokoh. Begitu juga dengan kinerja dan persatuan para sosiawan atau pekerja sosial perlu ditingkatkan. Untuk hal tersebut, Kementerian Sosial berinisiatif membuat Lambang Pekerjaan Sosial dan Kode Etik atau Sikap Sosiawan. Lambang Pekerjaan Sosial dan Kode Etik Sosiawan diciptakan pada tanggal 20 Desember 1949, tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan peristiwa bersejarah bersatunya seluruh lapisan masyarakat untuk mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan negara, yaitu pada tanggal 20 Desember 1948, sehari setelah tentara kolonial Belanda menyerbu dan menduduki ibukota negara Yogyakarta. Maka tanggal

tersebut oleh Kementerian Sosial dijadikan sebagai HARI SOSIAL.

Hari Sosial atau Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) diperingati pada tanggal 20 Desember setiap tahun sebagai rasa syukur dan hormat atas keberhasilan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menghadapi ancaman bangsa lain yang ingin menjajah kembali bangsa kita.

Peringatan Hari Sosial atau Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) tersebut merupakan upaya untuk mengenang, menghayati dan melakukan aksi dengan semangat persatuan, kesatuan, kegotong-royongan dan kekeluargaan rakyat Indonesia bahu membahu mengatasi permasalahan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa atas pendudukan kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia oleh tentara Belanda pada tahun 1948.

Adapun sejarah lahirnya Hari Sosial yang pada akhirnya berubah menjadi Hari Kebhaktian Sosial, dan berganti lagi menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah sebagai berikut :

1. HARI SOSIAL ke I atau pertama kali diperingati pada tanggal 20 Desember 1958

dicetuskan oleh Menteri Sosial Bapak H. Moeljadi Djojomartono.

2. Pada Peringatan yang ke XIX tanggal 20 Desember 1976, oleh Menteri Sosial Bapak HMS. Mintardja, SH. Nama HARI SOSIAL diubah menjadi HARI KEBAKTIAN SOSIAL.

3. Pada Peringatan yang ke XXVI tanggal 20 Desember 1983, oleh Menteri Sosial

Ibu Nani Soedarsono, SH. nama HARI KEBAKTIAN SOSIAL diubah lagi menjadi

HARI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL.

4. Pada Peringatan yang ke LVI Tanggal 20 Desember 2013 di lapangan Karebosi

Makassar dihasilkan PIAGAM MAKASSAR dengan 4 produk yaitu :

a. Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional b. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial c. Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial

(11)

d. Pos Komunikasi Sosial

Keempat produk ini untuk selanjutnya menjadi garis kebijakan Nasional sebagai penggerak implementasi Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) di seluruh Indonesia.

Jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih yang tumbuh di dalam masyarakat tersebut harus dikembangkan, direvitalisasi, didayagunakan dalam kehidupan berbangsa.

Pada saat ini bangsa Indonesia masih berhadapan dengan berbagai masalah kesejahteraan sosial yang meliputi kemiskinan, keterlantaran, ketunaan, keterpencilan dan kebencanaan yang jumlahnya tidak kecil. Sementara pemerintah memiliki kemampuan terbatas, sehingga diperlukan peran serta masyarakat.

Kesetiakawanan sosial masa kini adalah instrumen menuju kesejahteraan masyarakat melalui gerakan peduli dan berbagi oleh, dari dan untuk masyarakat baik sendiri-sendiri maupun secara bersamaan berdasarkan nilai kemanusiaan, kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan yang dilakukan secara terencana, terarah dan dan berkelanjutan menuju terwujudnya Indonesia Sejahtera (INDOTERA).

Peringatan HKSN diharapkan dapat menjadi “alat pengungkit” untuk menggerakkan kembali nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang ada dimasyarakat, yang dilaksanakan ditingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota dengan berdasarkan pada tiga prinsip, yaitu :

1. Prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat yang berarti bahwa kegiatan Peringatan HKSN memerlukan peran aktif seluruh unsur masyarakat, antara lain TNI dan Polri, organisasi sosial/ lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, pemuka masyarakat dan agama, relawan sosial dan masyarakat secara umum yang didayagunakan untuk kepentingan masyarakat.

2. Prinsip Tri Daya, yaitu bahwa penyelenggaraan HKSN diharapkan dapat memberdayakan manusia, usaha, dan lingkungan sosial sebagai satu kesatuan. 3. Prinsip berkelanjutan, bahwa kegitan-kegiatan dalam rangka Kesetiakawanan

Sosial Nasional hendaknya dilaksanakan secara terus menerus sepanjang tahun (No Day Without Solidarity) dengan berdasarkan pada kedua prinsip tersebut di atas.

Peringatan Hari Kesetiakawanan sosial Nasional saat ini dilaksanakan dalam bentuk Bulan Bhakti Kesetikawanan Sosial yang dimaksudkan sebagai upaya mengarahkan percepatan gerakan Indonesia Peduli menuju terwujudnya Indonesia baru, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran dan tanggungjawab sosial masyarakat untuk mengkristalisasikan kesetiakawanan sosial serta meningkatkan jumlah masyarakat peduli dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Peringatan HKSN diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan sosial yang ada, dengan mengacu pada parameter kesejahteraan :

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar setiap warga negara Indonesia (sandang,

pangan, papan, pendidikan dan kesehatan).

2. Terlindungi hak sipil setiap warga negara (hak memperoleh KTP, Akte

(12)

3. Terlindunginya setiap warga negara dari berbagai resiko yang bertautan dengan siklus hidup, ketidakpastian ekonomi, resiko kerusakan lingkungan dan resiko sosial maupun politik (kecacatan, konflik, bencana, pengangguran).

4. Terdapatnya kemudahan memperoleh berbagai akses pelayanan dasar

(pendidikan, kesehatan, ekonomi/keuangan, politik dll).

5. Terpenuhinya jaminan keberlangsungan hidup bagi setiap warga negara

(asuransi, jaring pengamanan sosial, bantuan sosial dan lain-lain). III. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa Dan Tanda Kehormatan (GTK);

4. Undang-Undang Nomor 5 PRPS Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/ Tunjangan kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan;

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2014;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

10. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan Keuangan Daerah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan;

(13)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Tugas Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Kabupaten/Kota;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);

16. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

17. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2007 tentang Pembentukan Tim Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pengawasan di Lingkungan Kementerian Sosial RI;

18. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI;

19. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 Tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional Tahun 2014;

IV. PENGERTIAN KESETIAKAWANAN SOSIAL

Kesetiakawanan Sosial adalah nilai, sikap dan perilaku sosial yang mengatur hubungan sosial antara warga satu dengan lainnya dengan menumbuhkan sikap dan tindakan saling peduli dan berbagi yang dilandasi oleh altruistik, kerelaan, kesetiaan, kebersamaan, toleransi, dan kesetaraan guna meningkatkan harkat, martabat dan harga diri setiap warga negara Indonesia.

Filosofi Kesetiakawanan Sosial adalah kepekaan rasa ingin menjadi bagian atau terlibat dari suatu keadaan sehingga muncul keinginan untuk menolong secara sukarela/ tanpa pamrih apapun.

Esensi dari Peringatan HKSN adalah untuk menggugah perasaan, empati

terhadap kesulitan orang lain secara bersama-sama melalui aksi nyata (togetherness

for willingness / menggugah kesadaran bersama untuk kebaikan semua).

V. TUJUAN PERINGATAN HKSN

1. Menjadi gerak dasar untuk memudahkan dan memperlancar penyelenggaraan Gerakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara terkoordinasi, sinergis, terencana, terarah dan berkelanjutan.

2. Terwujudnya tata kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilandasi oleh kesetiakawanan sosial

3. Terciptanya kondisi sosial yang menjamin kesetiakawanan sosial mampu menjadi pilar dasar dalam mewujudkan Indonesia sejahtera.

VI. TEMA HKSN

(14)

Bersatu dimaksudkan agar segenap komponen bangsa dapat bekerjasama, saling membantu, peduli dan dapat menyelesaikan permasalahan "sosial" secara bersama-sama.

Sesama ini berarti kita memandang masyarakat Indonesia secara keseluruhan adalah sama, menciptakan keadilan sosial tanpa prasangka, tanpa diskriminasi, tidak membeda-bedakan dalam membantu. Tema ini merupakan wujud dari kesetiakawanan sosial itu sendiri sebagai kehendak/ cita-cita dan tindakan.

VII. RANGKAIAN KEGIATAN HKSN 2014

1. Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional

Kegiatan Seminar Kesetiakawanan Sosial dimaksudkan untuk, media sosialisasi kegiatan dan mewadahi masukan dan saran dari segenap komponen masyarakat tentang implementasi Rencana Aksi Nasional Kesetiakawanan Sosial Tahun 2014 yang lebih membumi dan dapat diterima oleh masyarakat luas.

2. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial

Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terarah, terencana, dan berkelanjutan dari oleh dan untuk masyarakat guna memperkokoh, memelihara, meningkatkan, serta mengembangkan kesetiakawanan sosial.

Kegiatan-kegiatan ini dicerminkan dalam event Sehari Berbagi - Satu

Orang Satu (SEBAR-S.O.S.) / One Day One Care, kegiatan ini dimaksudkan

untuk membangun ingatan kolektif dan kesadaran tentang makna peduli dan berbagi sebagai nilai yang harus diperkuat untuk menjaga kelangsungan berbangsa dan bernegara sepanjang masa. Sehari menjadi framing waktu sebagai titik tolak untuk hari-hari berikutnya membiasakan aktifitas bernilai baik yaitu berbagi, dengan munculnya kesadaran, empati yang berasal dari individu "Satu Orang Satu ...." kemudian terakumulasi dan menjadi usaha kolektif sehingga

permasalahan sosial yang kompleks menjadi ringan dan sederhana untuk

ditangani secara bersama. Kegiatan-kegiatan SEBAR-S.O.S. / One Day One Care ini antara lain dapat berupa :

a. Donor Darah

b. Ziarah wisata ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama kalibata dan Taman makam Pahlawana di wilayah setempat.

c. Pengobatan Gratis

d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat

e. Rehabilitasi Sosial Kawasan Kumuh

f. Bantuan Sosial untuk ODK/Orang Dengan Kecacatan, (tangan palsu, kaki

palsu, alat bantu dengar, kursi roda, tongkat Kruk dll.)

g. Bantuan sosial untuk Lansia dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

PMKS lainnya

h. Gerakan Kali Bersih

i. Senam Sehat

j. Jalan Sehat

k. Pertandingan Persahabatan

l. Lomba Cipta Lagu bertema Kesetiakawanan Sosial

m. Lomba Menyanyi bertema Kesetiakwanan Sosial

n. Lomba Theatrikal bertema Kesetiakawanan Sosial

(15)

p. Lomba Desain Poster bertema Kesetiakawanan Sosial

q. Nikah Massal

r. Sunatan Massal

s. Cerdas Cermat bertema Kesetiakawanan Sosial

t. Penyuluhan Re-sosialisasi Panti Sosial

u. Training Masalah Remaja

v. Ajang Seni Budaya Lokal

w. Penghargaan Tokoh Inspiratif Daerah

x. Sesuai kreatifitas dan kebutuhan daerah.

3. Pengusulan Penghargaan bagi warga negara yang berjasa besar dibidang

kemanusiaan, khususnya dibidang usaha kesejahteraan sosial, antara lain :

a. Satyalancana Kebaktian Sosial adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Presiden sebagai penghargaan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang telah berjasa dalam lapangan perikemanusiaan pada umumnya atau dalam suatu bidang perikemanusiaan pada khususnya. b. Piagam Kesetiakawanan Sosial adalah penghargaan yang diberikan oleh

Menteri Sosial sebagai bentuk pengakuan kepada Warga Negara Indonesia atau seseorang yang telah berjasa dalam bidang usaha kesejahteraan sosial.

4. Pembangungan Karakter Bangsa (Nation Character Buliding)

Merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan berkesinambungan untuk menanamkan Karakter Kebangsaan pada generasi muda, dengan melakukan internalisasi nilai-nilai Kepahlawanan (esensi: Pengorbanan), Keperintisan (esensi : militansi) dan Kesetiakawanan sosial (esensi : Kepekaan/Sense of).

5. Pembentukan Satgas Kesetiakawanan Sosial

Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial (Satga-KS) adalah tenaga inti penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial urusan kebangsaan di desa/ kelurahan, Satgas-KS juga merupakan representasi perwujudan individu pejuang, sebagai pejuang kemanusiaan masa kini, dalam usaha untuk mengangkat kaum marjinal melalui pendekatan rekayasa sosial, mereka diharapkan dapat menjadi aktor perubahan menuju Indonesia yang berkarakter dan menjadi lebih baik.

6. Pos Komunikasi Sosial

Kegiatan pembentukan Pos Komunikasi Sosial sebagai tempat/ wadah komunikasi, informasi, edukasi, persuasi dan motivasi perhimpunan Satuan Tenaga Kesetiakawanan Sosial (Satgas KS) dalam rangka menggerakkan dan mengarahkan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial, pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) dan internalisasi kesetiakawanan sosial di lingkungan masyarakat setempat.

7. Kampanye Sosial (Social Campaign)

a. Pegelaran Seni Budaya Rakyat sebagai media integrasi dan penyuluhan sosial

b. Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan

8. Acara Puncak HKSN Pusat

Acara Puncak Peringatan HKSN 2014 dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2014 di Kota Jambi, Provinsi Jambi yang merupakan puncak acara dari berbagai

(16)

rangkaian kegiatan peringatan HKSN yang telah dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk Upacara Peringatan diikuti kegiatan - kegiatan lainnya yang dihadiri oleh para pejabat pemerintah, TNI, dan Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi sosial / lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, relawan sosial maupun warga masyarakat lainnya.

Susunan Acara Puncak HKSN sebagai berikut :

a. Laporan Ketua Panitia Pusat HKSN

b. Sambutan-sambutan

c. Penyerahan Penghargaan (Satyalancana Kebhaktian Sosial, Piagam Kesetiakawanan Sosial, Satyalancana Karya Satya, Satyalancana Perintis Kemerdekaan dan sebagainya)

d. Penyerahan bantuan - bantuan

e. Amanat Presiden RI

f. Atraksi seni budaya

g. Peninjauan lokasi Karya Bhakti Sosial

9. Acara Puncak HKSN Daerah

Acara Puncak Peringatan HKSN 2014 dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2014 di Provinsi yang merupakan puncak acara dari berbagai rangkaian kegiatan peringatan HKSN yang telah dilaksanakan sebelumnya. Kegiatan ini diselenggarakan dalam bentuk Upacara Peringatan diikuti kegiatan-kegiatan lainnya yang dihadiri oleh para pejabat pemerintah, TNI, dan Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi sosial/ lembaga swadaya masyarakat, unsur generasi muda, lembaga pendidikan, dunia usaha, media massa, relawan sosial maupun warga masyarakat lainnya.

Acara Puncak HKSN di Daerah dengan susunan acara sebagai berikut:

a. Laporan Ketua Panitia HKSN Daerah

b. Sambutan-sambutan

c. Penyerahan Penghargaan (Gubernur Bupati, Walikota).

d. Penyerahan bantuan - bantuan

e. Amanat Gubernur/ Kepala daerah

f. Atraksi seni budaya

g. Peninjauan lokasi Karya Bhakti Sosial

VIII. KEPANITIAAN.

1. Panitia Pusat HKSN

Kepanitiaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Pusat Tahun 2014 dibentuk melalui Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 80/HUK/2014 tanggal 16 Juli 2014 tentang Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.

2. Panitia HKSN Daerah

Kepanitiaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di Daerah, di bentuk di daerah dengan melibatkan unsur masyarakat secara luas, melalui Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah di Provinsi setempat di seluruh Indonesia.

3. Panitia HKSN Kota/ Kabupaten

(17)

di daerah dengan melibatkan unsur masyarakat secara luas, melalui Surat Keputusan Bupati/ Walikota Kepala Daerah di Kota/ Kabupaten setempat di seluruh Indonesia.

IX. TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB A. Tingkat Pusat

Menteri Sosial bertugas dan bertanggung jawab :

1. Menyusun dan merumuskan kebijakan Nasional dan pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Tahun 2014.

2. Menyelenggarakan Peringatan HKSN di tingkat Nasional.

3. Melaksanakan Sosialisasi penyelenggaraan HKSN di tiap Provinsi.

4. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan HKSN secara Nasional.

B. Pada Tingkat Provinsi

Gubernur bertugas dan bertanggung jawab :

1. Menyusun dan merumuskan kebijakan daerah/provinsi untuk penyelenggaraan HKSN di tingkat Provinsi.

2. Menyelenggarakan Peringatan HKSN Tahun 2014 di Tingkat Provinsi.

3. Melaksanakan koordinasi untuk Penyelenggaraan Peringatan HKSN tahun 2014 dengan Pusat dan Kabupaten/Kota.

4. Memantau, mengevaluasi dan melaporkan penyelenggaraan HKSN Tahun 2014 di tingkat Provinsi.

C. Pada Tingkat Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota bertugas dan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di tingkat Kabupaten/Kota. X. PELAPORAN

A. Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota melaporkan hasil Penyelenggaraan Peringatan HKSN Tahun 2014 kepada Gubernur/Provinsi.

B. Provinsi

Gubernur melaporkan hasil Penyelenggaraan Peringatan HKSN Tahun 2014 kepada Menteri Sosial/Pusat.

C. Pusat

Menteri Sosial melaporkan hasil Penyelenggaraan Peringatan HKSN Tahun 2014 kepada Presiden RI.

XI. SUMBER DANA

Seluruh rangkaian kegiatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) sebaiknya tidak bertumpu pada dana APBN dan APBD saja, tetapi harus dimaknai sebagai bentuk

(18)

sinergi kegiatan antara masyarakat, Dunia Usaha dan Pemerintah sebagai satu kesatuan dalam bingkai Kesetiakawanan Sosial.

XII. PENUTUP

1. Penyelenggaraan Peringatah HKSN Tahun 2014 menjadi Gerakan masyarakat yang melibatkan 3 tungku utama yaitu : Pemerintah/Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat, oleh sebab itu kegiatan ini menempatkan masyarakat/ Dunia Usaha sebagai pelaku utama, sedangkan Pemerintah/ Pemerintah Daerah adalah sebagai fasilitator.

2. Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan ini akan ditentukan lebih lanjut.

3. Pedoman pelaksanaan ini digunakan sebagai panduan umum Penyelenggaraan HKSN 2014 baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

(19)
(20)

1. Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional a. Pendahuluan

Kesetiakawanan Sosial merupakan nilai (Value), sikap (Attitude) dan perilakusosial (Social Behavior) yang sangat diperlukan penguatan dan internalisasinya pada saat ini ditengah munculnya sejumlah gejala sosial yang bertumpu pada tribalisme (ikatan yang berbasis kesukuan), uncivilized(menurunnya nilai-nilai keberadaban), social canibaliism (saling memangsa/menghancurkan), hedonism (gaya hidup mewah/berlebihan, mengutamakan nilai-nilai materi) dan berbagai persoalan lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Gejala sosial semacam ini sudah sangat mengancam tatanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesetiakawanan sosial adalah salah satu nilai yang secara ideologis dan filosofis bersumber dari kearifan lokal dan perlu dipelihara, diperkuat serta dikembangkan dalam instrument sistem perilaku setiap warga negara Indonesia, karena didalamnya mengandung nilai, sikap dan perilaku yang memperkuat kedudukan individu sebagai mahkluk sosial dengan jargon “homo homini socious”.

Dengan demikian, maka merekonstruksi ideologi kesejahteraan sosial berwawasan kesetiakawanan sosial dimaknai sebagai upaya stratejik untuk mengukur dan mengkalkulasi penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara terukur, akuntabel dan transparan, yang kemudian berujung kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial (Social Capital), yang mampu menjamin aktualitas setiap warga negara Indonesia sebagai mahluk sosial. Ideologi kesejahteraan sosial yang dianut memberikan peluang, ruang dan kesempatan kepada masyarakat seluas-luasnya sebagai lintas pelaku dalam menggerakkan internalisasi kesetiakawanan sosial secara utuh dan menyeluruh.

Kebijakan nasional tentang kesetiakawanan sosial perlu direkonstruksi dengan membuat Desain Sistem Nasional Kesetiakawanan Sosial sebagai solusi yang harus disiapkan secara khusus dalam satu dekade mendatang.

Berdasarkan fakta dan sejumlah persoalan sebagaimana dikemukakan diatas, maka perlu dilaksanakan Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional yang diharapkan mampu menghasilkan beberapa kesepakatan untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial.

b. Maksud dan Tujuan

Kegiatan Seminar Kesetiakawanan Sosial dimaksudkan sebagai media sosialisasi kegiatan dan mewadahi masukan dan saran dari segenap komponen masyarakat tentang implementasi Rencana Aksi Nasional Kesetiakawanan Sosial Tahun 2014 yang lebih membumi dan dapat diterima oleh masyarakat luas.

Adapun tujuan kegiatan antara lain :

1) Sebagai media Kritisi atas Desain Induk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Melalui Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial Tahun 2015-2025 sebagai Pola baru implementasi Nilai Kesetiakawanan Sosial dalam memperkuat bentuk aksi dan melibatkan partisipan yang lebih besar,

2) Sosialisasi dan Internalisasi nilai-nilai kesetiakawanan sosial pada peserta seminar, 3) Membukukan rekomendasi dan hasil pemikiran peserta seminar sebagai bentuk partisipasi masyarakat untuk ditempatkan dalam base data khasanah Implementasi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial di Indonesia.

(21)

c. Pelaksanaan

• Waktu dan Tempat

Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional akan dilaksanakan selama 1 (satu) hari, selama kurun waktu tahun 2014.

Pelaksanaan Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional dapat bertempat di lokasi yang memenuhi standar kenyamanan untuk menghadirkan peserta dalam jumlah tertentu dan berdikusi dengan baik.

• Narasumber

Narasumber dapat berjumlah 3 orang dengan satu orang moderator, narasumber dapat terdiri dari latar belakang : 1) Akademisi, 2) Praktisi, 3) Pemerintahan yang terkait.

• Peserta Seminar

Jumlah peserta menyesuaikan dengan kemampuan daerah dan atau bersifat terbuka untuk umum, dapat terdiri dari unsur : Akademisi, Organisasi Masyarakat, Praktisi, Budayawan, Relawan, Politisi, TNI/POLRI, Birokrat, Dunia Usaha, Organisasi Sosial, Organisasi Kepemudaan, Kelompok Profesional dan lainnya.

• Metode Pelaksanaan (Rundown Acara)

Kegiatan menggunakan metode Seminar, Seminar Kesetiakawanan Sosial merupakan pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah dibawah suatu pimpinan seorang ahli atau pakar Kesetiakawanan Sosial . Seminar ini melibatkan adanya sumber informasi dan penerima informasi. Adapun komponen yang terlibat dalam seminar itu adalah : Panitia Penyelenggara, Pemandu Acara (Moderator), Pemakalah, Pembanding, Penambat (Notulen), dan Pengamat.

Sebagai contoh rundown acara dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

No Waktu Uraian Kegiatan Narasumber /

Pem-bicara Moderator Ket

1 08.30 - 09.00 Pembukaan :

1. Menyanyikan lagu Kebangsaan

2. Laporan penyelenggaraan

kegiatan oleh Ketua Tim Panitia Peny-elenggara

3. Arahan Pimpinan Lembaga,

sekligus membuka acara secara resmi

Dirigen ... ...

MC

2 09.00 - 09.10 Cofeebreak

3 09.10 – 11.45 Contoh Paparan materi tentang : 1. Desain Induk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Melalui Penana-man Nilai Kesetiakawanan Sosial Tahun 2015-2024

2. Kesetiakawanan Sosial ditinjau dari aspek sosial politik

3. Kesetiakawanan Sosial ditinjau dari perspektif sejarah lahir dan per-tumbuhan pembangunan di Indonesia

1. ... (Pemakalah) 2. ... (Pembanding) 3. ... (Pengamat/ Pen-anggap) Pemandu Acara ...

(22)

4 11.45 - 12.30 Diskusi Seluruh Peserta Pemandu Acara

5 12.30 - 13.00 Hasil rekomendasi dan penutupan Pemandu Acara Penambat

(Notulen) 6 13.00 - ... Selesai

• Sarana dan Perlengkapan Kebutuhan

Persiapan kelengkapan seminar antara lain dapat disediakan : Akomodasi, Protokoler, Publikasi, Dokumentasi, Konsumsi, Administrasi, undangan, makalah/ materi seminar, biodata narasumber, Absensi Peserta, Transportasi, Penyediaan tempat (gedung, audio, infocus, laptop, White board, meja kursi, tata ruang, sound system, pencahayaan, spanduk, back drop, umbul-umbul, dsb sesuai kebutuhan untuk mendukung kelancaran kegiatan).

d. Hasil yang diharapkan dan pelaporan

Hasil yang diharapkan dari terlaksanakan Seminar Kesetiakawanan Sosial Nasional ini adalah :

1) Desain induk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Melalui Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial sebagai Pola baru 2015-2024 mencerminkan Partisipasi masyarakat.

2) Peserta seminar memahami Desain induk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Melalui Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial.

3) Tersedianya base data khasanah Implementasi nilai-nilai Kesetiakawanan Sosial di Indonesia.

(23)

BULAN BAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL

SEBAR S.O.S (SATU ORANG SATU) / ONE DAY ONE CARE

SATGAS KESETIAKAWANAN SOSIAL

POS KOMUNIKASI SOSIAL

KAMPANYE SOSIAL (SOCIAL CAMPAIGN)

ACARA PUNCAK HKSN TK NASIONAL

(24)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesetiakawanan Sosial adalah bagian dari nilai, sikap dan perilaku pro sosial yang berakar dalam konteks tata budaya nusantara dan masyarakat majemuk Indonesia berdasarkan Pancasila. Nilai dasar ini mengandung spektrum kesantunan serta kepedulian sosial yang mendasar dan kontekstual. Dilandasi pengertian, kesadaran dan tanggung jawab sosial seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara dalam kerangka mengekspresikan kebudayaan Pancasila, Dalam konteks itu, nilai kesetiakawanan sosial sebagai dimensi modal sosial memiliki posisi strategis untuk menumbuh kembangkan semangat kebersamaan, saling percaya dan menerima, integrasi dan keikatan sosial, yang dinyatakan melalui kerelaan proaktif, serta ke pedulian untuk berkorban bersama bersama warga masyarakat yang membutuhkan dalam kerangka mewujudkan Indonesia Sejahtera berbudaya Pancasila. Artinya, kesetiakawanan sosial hakekatnya suatu kemauan untuk bersatu dalam solidaritas sosial, kesamaan nasib, dan keinginan menjadi makluk sosial yang saling peduli dan berbagi dalam membangun persaudaraan sejati, persaudaraan masyarakat majemuk Indonesia berbudaya Pancasila. Kepentingan pribadi diletakkan dalam kerangka kesadaran atas kewajiban sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Seiring dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di era reformasi dan globalisasi ini maka peradaban kesetiakawanan sosialpun tengah mengalami pergeseran mendasar dan paradigmatik. Nilai-nilai kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial strategis budaya Pancasila, kini mengalami proses destruksi sistematis dan kian kritis selang beberapa dekade terakhir, di era reformasi, otonomi daerah dan globalisasi dewasa ini. Kondisi faktual tersebut nampak antara lain berbentuk: a) kesetiakawanan sosial, yang sering menampakan wajah secara terbatas di ruang politik, namun dengan semangat membela kepentingan masing-masing golongan. b) menguatnya kesetiakawanan sosial berwajah kedaerahan yang mewujud dalam komunalisme dan tribalisme. c) di bidang ekonomi, nilai kesetiakawanan sosial belum sepenuhnya menjadi kesadaran nasional, baik di level struktural, institusional, maupun personal. Menguatnya kesenjangan ekonomi dan sosial merupakan indikator melemahnya kesetiakawanan sosial, yang kemudian menjadi alir deras munculnya berbagai masalah kesejahteraan sosial. d) selain itu revolusi globalisme ditengarai tengah menetrasi berbagai modal sosial lokal, ditandai dengan sejumlah gejala antara lain menguatnya semangat individualis, kian memudarnya semangat kebersamaan, mencuatnya identitas komunal dan kedaerahan, melemahnya semangat kebangsaan dan nasionalisme serta makin memudarnya modal sosial masyarakat yang dilandasi oleh saling percaya, komitmen bersama, kesepakatan bersama dan aturan main dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Bahkan dalam beberapa hal, terjadi kanibal sosial (social cannibalism), yaitu sifat saling menghancurkan, saling membunuh karakter dan berujung pada saling mematikan.

Destruksi kesetiawakanan sosial, nyaris melahirkan pergulatan pemaknaan di tengah kehiduan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini. Memudarnya perasaan empati, kepedulian sosial dan saling berbagi sebagai ekspresi kesetiakawanan sosial menjadi kepentingan individualis dan kelompok secara eksklusif dengan

(25)

memarginalkan kepentingan sosial, telah mendongkrak sistem perilaku sosial pro-sosial dan altruistik bergeser kearah sistem perilaku prokelompok eksklusif dan individualis di lingkungan masyarakat. Kohesi sosial makin bergeser menjadi kohesi kelompok berdasarkan kepentingan dan kesadaran kelompok. Makin jauhnya nilai keadilan sosial, maraknya konflik berbasis suku, ras dan agama (SARA), kesenjangan ekonomi serta berbagai masalah sosial lainnya menunjukkan bahwa refleksi terhadap landasan kesetiakawanan sosial berbudaya Pancasila, kian menjadi isu nasional yang sangat serius, mendasar, kontekstual dan strategis.

Pada sisi lain, kesenjangan sosial yang makin terstruktur dan membudaya, nampak secara jelas, jika dilihat dari angka jumlah penduduk miskin yang terus meningkat. Hal mana, baik sebagai konsekuensi belum nampaknya penurunan signifikan angka penduduk miskin selama ini, maupun meningkatnya angka penduduk miskin sebagai dampak berbagai eskalasi dan frekuensi bencana alam dan sosial di berbagai daerah dewasa ini. Kesenjangan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, antar daerah perkotaan dan daerah pedesaan serta tertinggal, karena ketimpangan penguasaan asset serta akses pengelolaan sumber alam dan ekonomi dalam berbagai bentuk, makin menjadikan jurang kesenjangan sosial ekonomi, kian kentara terang benderang, baik secara vertikal, maupun horisontal.

Oleh sebab itu, sangatlah beralasan dan dapatlah dimengerti secara strategis-konstitusional, betapa pentingnya kehadiran Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang telah meletakkan kedudukan dan fungsi konsepsi dan nilai Kesetiakawanan Sosial sebagai kerangka dasar dan mandat konstitusional dalam pengelolaan kesejahteraan sosial di Indonesia. Nilai strategis-konstitusional Kesetiakawanan Sosial dalam konstruk budaya Pancasila itu, akan terus digali, dikembangkan dan didayagunakan berbasis pada kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat majemuk Indonesia dalam mewujudkan cita-cita luhur Indonesia merdeka yang adil dan sejahtera. Sebagai mandat strategis-konstitusional kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial perlu terus direvitalisasi dan direlevansikan sesuai dengan kondisi aktual masyarakat, bangsa dan bangsa serta diimplementasikan dalam wujud nyata melalui dinamika kehidupan masyarakat, bangsa dan negara di tengah panggilan era reformasi, otonomi daerah dan globalisasi dengan segala konsekuensinya.

Belajar dari sejumlah fakta kondisi keprihatinan sosial sebagaimana diuraikan di atas, maka mewujudkan kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial masyarakat, bangsa dan negara melalui suatu gerakan nasional, menjadi keharusan, baik sebagai mandat strategis-konstitusional maupun mandat budaya dan kearifan lokal seluruh masyarakat, bangsa, negara majemuk nusantara, tanpa kecuali. Dalam konsteks dwi-mandat konstitusional dan kultural strategis itulah, sudah sepantasnya, seluruh masyarakat, bangsa dan negara Indonesia memiliki “grand national solidarity”, berupa agenda nasional untuk mewujudkan solidaritas kesetiakawanan sosial nasional menuju Indonesia Sejahtera, sebagai kerangka acuan dalam rangka penyusunan “grand national reality”. Grand national solidarity adalah suatu upaya sengaja, terpola, sistematis, dan berkelanjutan dalam rangka pembudayaan semangat solidaritas dan kesetiakawanan sosial nasional membangun bangsa, yang didasarkan atas spirit, visi, tekad, dan komitmen yang diajarkan dan diwariskan founding father’s negara Indonesia merdeka. Sedangkan grand national reality, berkaitan dengan upaya bersama mengimplementasi Grand National Solidarity ke konteks masa kini dinamika reformasi. otonomi daerah

(26)

dan globalisasi dengan segala dampak destruktifnya terhadap kesetiakawanan dan kesejahteraan social nasional, sehingga pilihan strategi implementasi seharusnya sensitif dan responsif terhadap dinamika kebutuhan kontekstual dan kontemporer masa kini.

Pengkondisian manajemen perubahan akan ditempuhmelalui tahapan-tahapan strategis : a). proteksi dan konsolidasi sosial, b). pemberdayaan sosial sistemik, dan c). budaya pembangunan kesetiakawanan dan kesejahteraan social berkelanjutan, sebagai iklim kondusif transformasi secara struktural, fungsional dan kultural yang dilakukan secara terencana, terpola, sistematis, terarah, dan berkelanjutan melalui Gerakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional.Suatu gerakan transformasi nasional kesetiakawanan dan kesejahteraan sosial mencakup wilayah pusat, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan dan desa/ kelurahan secara holistik dan integratif, dengan mengoptimalkan peran seluruh pilar modal sosial masyarakat, bangsa dan negara: jajaran Pemerintah/ Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha,TNI dan Polri, berbagai elemen masyarakat, dan sebagainya.

Bahwa untuk mewujudkan makna kesetiakawanan sosial sebagai modal sosial nasional

strategis dalam rangka mewujudkan, menegakkan dan memajukan kesejahteraan sosial, harmonisasi dan keadilan sosial nasional sebagaimana yang diharapkan, maka perlu disusun secara sistematis dalam bentuk Pedoman Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Nasional sebagai acuan kerja nasional. Pedoman ini dimaksimalkan sebagai tuntunan, pegangan, acuan dan arahan bagi semua pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional. Artinya, bermanfaat dalam memudahkan dan memperlancar penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Rencana Aksi Nasional Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dimaksudkan sebagai tuntunan, panduan dan acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan seluruh elemen masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pembinaan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial.

2. Tujuan

Tujuan Penyusunan Pedoman ini adalah :

a. Menjadi gerak dasar untuk memudahkan dan memperlancar penyelenggaraan Gerakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara terkoordinasi, sinergis, terencana, terarah dan berkelanjutan.

b. Terwujudnya tata kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilandasi oleh kesetiakawanan sosial

c. Terciptanya kondisi sosial yang menjamin kesetiakawanan sosial mampu menjadi pilar dasar dalam mewujudkan Indonesia sejahtera.

C. Pengguna

Pengguna Pedoman ini adalah :

1. Instansi/ Badan/ Lembaga/ Organisasi/ yayasan dan pemangku kepentingan lainnya di Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan hingga Desa/ kelurahan

(27)

2. Dunia Usaha 3. perguruan Tinggi

4. Pelaku dan Pemerhati penyelenggaraan kesejahteraan sosial terkait. 5. Pemangku kepentingan lainnya

D. Pengertian

1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

2. Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah nilai, pandangan dan sifat yang mengatur hubungan sosial antara warga satu dengan lainnya dengan menumbuhkan sikap dan tindakan saling peduli dan berbagi yang dilandasi oleh kerelaan, kesetiaan, kebersamaan, toleransi, dan tidak diskriminasi guna mewujudkan harkat, martabat dan harga diri setiap warga negara Indonesia.

3. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terarah, terencana dan berkelanjutan dari, oleh dan untuk masyarakat guna memperkokoh, memelihara, meningkatkan serta mengembangkan kesetiakawanan sosial.

4. Komite Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah Kepengurusan Nasional yang bertugas untuk mempersiapkan, melaksanakan dan mengendalikan penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara nasional.

5. Satuan Tugas Kesetiakawanan Sosial yang kemudian disebut sebagai Satgas Kesetiakawanan Sosial adalah warga masyarakat yang karena kepeduliannya diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Kepala Desa/ Lurah untuk menggerakkan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di desa/ kelurahan atau di wilayah sederajat.

6. Pos Komunikasi Sosial adalah tempat yang digunakan sebagai wadah dan atau sarana pertukaran informasi, komunikasi dan edukasi dalam pembudayaan kesetiakawanan sosial berkedudukan di desa/ kelurahan.

7. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan sosial.

8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

(28)

BAB II

PENYELENGGARAAN

GERAKAN BULAN BHAKTI KESETIAKAWANAN SOSIAL NASIONAL A. Hakekat

1. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial pada hakekatnya berperan sebagai gerak dasar untuk menumbuhkan, memperkuat, memelihara, meningkatkan dan mengembangkan kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan saling menghormati, saling menghargai dan saling peduli tanpa membedakan garis keturunan, agama, warna kulit dan golongan.

2. Gerak dasar yang dimaksudkan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat secara terarah, terencana dan berkelanjutan dengan tujuan agar tercipta keiklasan kemauan, kesadaran dan kemampuan untuk peduli, saling berbagi dan toleransi antar warga menuju terwujudnya Indonesia sejahtera

B. Sasaran

Kelompok sasaran Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial terdiri dari sasaran populasi dan kewilayahan

1. Sasaran populasi Bulan Bhakti Kesetiakawanan sosial yang dimaksudkan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial dan atau pengguna pelayanan, potensi dan sumber kesejahteraan sosial, Pemangku kepentingan dan sasaran lainnya yang ditetapkan oleh Menteri, Gubernur dan atau Bupati/ Walikota Kepala Daerah setempat.

2. Sasaran kewilayahan yang dimaksudkan adalah seluruh wilayah Republik Indonesia, dengan prioritas utama sejumlah wilayah rawan masalah kesejahteraan sosial, gugus pulau/ pulau-pulau kecil, pulau terdepan, perbatasan antar negara dan daerah, daerah pesisir, daerah tertinggal, daerah pedalaman/ terpencil, daerah konsentrasi masalah kesejahteraan sosial, daerah rawan konflik dan daerah rawan sosial lainnya, sekurang-kurangnya :

a. Wilayah tersebut benar-benar rawan baik sosial, ekonomi, politik dan budaya b. Wilayah konsentrasi masalah kesejahteraan sosial

c. Memiliki potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang dapat dikembangkan. d. Memiliki dampak positif bagi wilayah lainnya.

C. Nilai Dasar

Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan berdasarkan nilai dasar keswadayaan, kemandirian, inisiatif lokal, partisipasi, efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, profesional, sinergis, terkoordinasi, terencana dan berkelanjutan.

D. Waktu dan Lokasi 1. Waktu

a. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan selama 1 (satu) tahun penuh mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

(29)

b. Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ditetapkan setiap tanggal 20 Desember.

2. Lokasi

a. Penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Republik Indonesia, dengan prioritas daerah sesuai kriteria yang telah ditentukan dengan Keputusan pejabat yang berwenang.

b. Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang dengan surat keputusan.

c. Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional dilaksanakan di wilayah yang telah ditetapkan dari tahun sebelumnya melalui serah terima pataka KSN dari tuan rumah kepada Gubernur terpilih. Sedangkan lokasi acara puncak di daerah ditetapkan oleh Gubernur/ Walikota/ Bupati setempat sesuai dengan tingkat kewenangannya.

E. Strategi

Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial diselenggarakan dengan menjunjung tinggi peran dan partisipasi seluruh masyarakat baik secara individual, kelompok, keluarga, organisasi/ badan/ Lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dan masyarakat, dunia usaha maupun kelompok warga lainnya. Oleh sebab itu, Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial diselenggarakan bersama-sama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Untuk mewujudkan hal demikian, maka strategi Bulan Bhakti ditempuh melalui :

1. Promosi dan kampanye sosial

2. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

3. Penguatan kelembagaan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat 4. Optimalisasi peran media

5. Optimalisasi pendayagunaan gugus tugas 6. Aksi Sosial secara serentak

7. Optimalisasi peran masyarakat dan mitra sosial

8. Optimalisasi peran pemangku kepentingan melalui koordinasi, sinkronisasi dan integrasi kebijakan, program dan kegiatan

9. Optimalisasi peran keluarga F. Pendekatan

Sejumlah pendekatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah :

1. Pendekatan kewilayahan, artinya penyelenggaraan Bulan Bhakti dengan memperkuat sistem aksi sosial berdasarkan konsentrasi wilayah tertentu. Pendekatan ini digunakan untuk memperkuat pusat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan di wilayah tertentu Konsentrasi wilayah didasarkan pada hasil identifikasi

2. Pendekatan keterpaduan, artinya penyelenggaraan Bulan Bhakti haruslah melibatkan berbagai unsur masyarakat, dunia usaha, TNI,POLRI, tokoh masyarakat, kelompok, organisasi, Instansi Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah mulai dari tingkat desa/ kelurahan, kecamatan, Kabupaten/ Kota, Provinsi hingga nasional secara terkoordinasi dan terintegrasi.

(30)

mengandung berbagai aksi sosial lintas program dan atau lintas aksi tanpa dibatasi oleh kepentingan sektoral.

G. Kegiatan

1. Lingkup Nasional

Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial adalah serangkaian kegiatan Bulan bakti Kesetiakawanan Sosial yang diselenggarakan dalam lingkup nasional meliputi agenda :

a. Harmonisasi kebijakan nasional untuk kesetiakawanan sosial nasional

b. Persemaian budaya kesetiakawanan sosial secara nasional melalui sosialisasi, diseminasi, lokakarya/ workshop, seminar, diskusi publik, pendidikan, pelatihan, penataran, pemantapan dan atau sarasehan kesetiakawanan sosial c. Kerjasama regional, nasional dan internasional untuk mewujudkan

kemanusiaan universal dan hak asasi manusia

d. Penyelenggaraan Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

e. Pendidikan Masyarakat termasuk organisasi dan kader pembangunan secara nasional

f. Operasi Kemanusiaan secara regional, nasional dan internasional, antara lain santunan/ bantuan sosial, pengobatan massal, sunatan massal, pasar murah, donor darah dan lain-lain

g. Pemberian penghargaan kepada desa / kelurahan peduli dan tokoh yang berjasa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial berskala nasional

h. Safari Bhakti Kesetiakawanan Sosial.

i. Rehabilitasi sosial/ bedah kampung terhadap daerah kumuh/ tertinggal/ pedalaman dan atau perbatasan antar negara.

j. Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan

k. Pengembangan keswadayaan masyarakat berbasis kearifan lokal seperti gugur gunung, lumbung kesetiakawanan sosial untuk pangan dan ketahanan sosial, gerakan seribuan dan sebagainya.

l. Bulan dana kesetiakawanan sosial secara nasional. m. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.

2. Lingkup Provinsi, Kabupaten/ Kota dan Kecamatan

Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di wilayah Provinsi, Kabupaten/ Kota dan kecamatan adalah serangkaian kegiatan Bulan bakti Kesetiakawanan Sosial yang diselenggarakan dalam lingkup Provinsi, Kabupaten/ Kota dan kecamatan meliputi :

a. Harmonisasi kebijakan Daerah untuk pembudayaan kesetiakawanan sosial b. Persemaian budaya kesetiakawanan sosial melalui sosialisasi, diseminasi,

lokakarya/ workshop, seminar, diskusi publik, pendidikan, pelatihan, penataran, pemantapan dan atau sarasehan kesetiakawanan sosial

c. Kerjasama daerah untuk mewujudkan kemanusiaan universal dan hak asasi manusia

d. Penyelenggaraan Acara Puncak Hari Kesetiakawanan Sosial di Provinsi, Kabupaten, Kota dan Kecamatan

e. Pendidikan Masyarakat termasuk organisasi dan kader pembangunan di daerah

f. Operasi Kemanusiaan secara antara lain santunan/ bantuan sosial, pengobatan massal, sunatan massal, pasar murah, dan lain-lain

(31)

berjasa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial berskala daerah h. Safari Bakti Kesetiakawanan Sosial nasional di daerah

i. Rehabilitasi sosial/ bedah kampung terhadap daerah kumuh/ tertinggal/ pedalaman dan atau perbatasan antar negara, antara lain rumah tidak layak huni, kali bersih, penataan lingkungan sosial, pelestarian lingkungan hidup, bakti sosial, gerakan penghijauan dan lain-lain.

j. Kampanye sosial melalui media cetak, elektronik dan peragaan

k. Pengembangan keswadayaan masyarakat berbasis kearifan local seperti gugur gunung, lumbung kesetiakawanan sosialm untuk pangan dan ketahanan sosial, gerakan seribuan dan sebagainya.

l. Bulan dana kesetiakawanan sosial sdecara nasional. m. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan.

3. Lingkup Desa/ Kelurahan

Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial di desa/ kelurahan adalah serangkaian kegiatan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial yang diselenggarakan di desa/ kelurahan atau wilayah sederajat yang meliputi :

a. Aksi Sosial berbasis kearifan lokal, seperti gotong royong, kerja bakti, aksi sosial, lumbung kesetiakawanan sosial, gugur gunung, desa bersih, kali bersih, perbaikan kampung, perbaikan rumah tidak layak huni, jimpitan beras; bulan dana kesetiakawanan sosial, gerakan masyarakat peduli bencana, Posko bencana dan lain-lain.

b. Operasi kemanusiaan seperti sunatan massal, operasi bibir sumbing, pengobatan gratis, bantuan beras miskin, santunan kematian, santunan sosial dan sebagainya.

c. Kampanye sosial dan penyuluhan sosial seperti sarasehan, pemasangan spanduk/ baliho, iklan layanan masyarakat dan sebagainya.

d. Pendidikan Bela Negara

e. Rehabilitasi sosial daerah kumuh/ Bedah kampung/ Perbaikan kampung/ Program kali bersih, pelestarian lingkungan hidup, penghijauan, keamanan dan sebagainya

f. Memperkokoh kerukunan hidup beragama dan kemasyarakatan.

g. Memelihara sikap toleransi tanpa membedakan latar belakang suku, agama, keturunan dan golongan dan sebagainya.

h. Gerakan asuransi dan dana sosial masyarakat i. Penguatan relawan sosial

j. Kegiatan lainnya sesuai kebutuhan. H. Mekanisme Penyelenggaraan

1. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial Nasional dilaksanakan secara mandiri dan terintegrasi berdasarkan kemandirian.

2. Bulan Bakti kesetiakawanan Sosial nasional mandiri dilakukan oleh perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi/ lembaga/ badan, Instansi atau masyarakat yang karena peduli dan tanggungjawabnya melaksanakan sejumlah aksi sosial baik secara insidentil maupun berkelanjutan.

3. Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial diintegrasi dilakukan secara bersama-sama, terorganisir, terpadu, terkoordinasi dan sinergis yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi/ lembaga/ badan, Instansi atau masyarakat yang karena peduli dan tanggungjawabnya melaksanakan aksi sosial baik secara

(32)

insidentil maupun berkelanjutan.

4. Setiap daerah dapat melaksanakan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial secara otonom sesuai kebutuhan dan kemampuannya dengan tetap memperhatikan pedoman ini.

I. Langkah-langkah

Sejumlah langkah yang perlu ditempuh meliputi : 1. Penjajagan

Yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi tahap awal tentang kriteria lokasi, masalah, kebutuhan dan sumber-sumber yang dapat didayagunakan. Tujuannya adalah teridentifikasikannya masalah, kebutuhan dan sumber serta ketepatan lokasi bulan bakti. Sasarannya adalah wilayah yang dinilai memenuhi kriteria sebagai prioritas. Kegiatan ini meliputi pemetaan sosial, menemukenali masalah, menemukenali kebutuhan, menemukenali akar masalah, analisis masalah dan kebutuhan, menemukenali potensi dan sumber kesejahteraan sosial serta verifikasi Identifikasi dilakukan berdasarkan pendekatan partisipatif. 2. Studi Kelayakan.

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi obyektif tentang sasaran bulan bakti. Kegiatan ini meliputi penelitian tindakan, asessment dengan tehnik perencanaan partisipatif dan seminar hasil studi kelayakan.

3. Menyusun Perencanaan Yang meliputi :

a. Penyusunan Kerangka acuan b. Penetapan tujuan

c. Penyusunan rencana kerja ; d. Koordinasi

e. Penyusunan kegiatan dan anggaran ; f. Menetapkan Tim Kerja (working group) 4. Pelaksanaan

Sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial dilaksanakan secara mandiri, dan atau terintegrasi. Pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial direncanakan, dikerjakan, dan dikendalikan oleh sebuah Komite yang ditetapkan oleh Pejabat berwenang. Kegiatan ini meliputi pengorganisasian, pengkoordinasian dan kegiatan aksi. Pelaksanaan Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial harus melibatkan semua pihak yang mempunyai kepedulian dan tanggung jawab sosial.

5. Pengendalian.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memantau, mengevaluasi dan penyusunan laporan. Pengendalian dilakukan dalam bentuk supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang mulai dari Kabupaten/ Kota, Provinsi sampai di tingkat pusat.

Referensi

Dokumen terkait

FIRASGO JAYA SANTIKA RANTAH JAYA KONSTRUKSI, CV PERUM BUKIT SEJAHTERA BLOK AP-3 RT.. BERKAT INTI ABADI

Lead Auditor menyiapkan Laporan Audit Tahap 1 ─ FR 9.3.5.a untuk Hotel Bintang atau FR 9.3.5.b untuk Hotel Non Bintang yang mencakup Catatan Auditor, Laporan

M.Hum yang bersedia menjadi penguji skripsi penulis dan memberikan saran-. saran yang membuat skripsi ini menjadi lebih

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas dan perbedaan hasil penelitian dari berbagai peneliti, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Terdapat berbagai kompetensi/ kemampuan yang dapat dikembangkan oleh siswa saat mempelajari matematika, salah satunya kemampuan berpikir kritis. Untuk mengembangkan kemampuan

Unit crusher sendiri memiliki risiko bahaya terhadap dampak kesehatan akibat paparan debu batubara yang berasal dari proses pemecahan dan pengangkutan batubara yang

Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KUALITAS LAYANAN CALL SERVICE UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DALAM MEMBANGUN BRAND IMAGE

Penulisan ini bersifat deskriptif analitis karena menjelaskan permasalahan dan penyelesaian perselisihan wanprestasi dalam perjanjian pemborongan pekerjaan bangunan/jasa dalam