• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005

TENTANG

PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

a. Bahwa penggunaan garam beriodium yang tepat dan sesuai Persyaratan merupakan salah satu upaya untuk pencegahan dan penanggulang gangguan terhadap kesehatan manusia sebagai akibat kekurangan iodium;

b. Bahwa dalam rangka meningkatkan produksi dan pendistribusian garam beriodium sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beriodium sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan garam beriodium yang semakin meningkat, perlu diatur kembali ketentuan pengolahan dan pengemasan garam beriodium berdasarkan Standar Nasional Indonesia dengan mencabut surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995 tentang persyaratan Teknis Pengolahan, Pengemasan, dan Pelabelan Garam Beriodium;

c. Bahwa untuk itu perlu di keluarkan Peraturan Manteri Perindustrian; Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tantang Metrologi Legal (lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3193);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan

Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3330); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional (Lembaran Negara

Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020);

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beriodium;

7. Keputusan presiden Republik Indonesia Nomor 187/M tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8/M Tahun 2005;

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia;

(2)

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005;

10. Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/2/1995 tentang pengesahan serta Penerapan Standar Nasional Indonesia dan Penggunaan Tanda SNI secara wajib terhadap 10 (sepuluh) macam Produksi Industri;

11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 753/MPP/Kep/11/2002 tentang Standarisasi dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia;

12. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

13. Keputusan Sekretaris Dewan/Ketua Pelaksana Harian Dewan Standarisasi Nasional Nomor 1405/IV-2.06/HK/1/1995 tentang Persetujuan Pengangkatan 112 Standar Nasional Indonesia (SNI);

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PENGOLAHAN,

PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Garam Beriodium adalah garam konsumsi yang komponen utamanya natrium Khlorida (NACL) dan mengandung senyawa iodium melalui proses iodisasi serta memenuhi SNI Nomor 01-3556-2000 dan/atau revisinya.

2. Pengolahan Garam beriodium adalah proses pencucian dan iodisasi, yang menghasilkan garam beriodium, yang memenuhi SNI Nomor 01-3556-2000 dan/atau revisinya.

3. Pengemasan garam beriodium adalah cara melindungi garam beriodium yang diperdagangkan agar tetap terjamin mutu dan berat isinya dengan menggunakan bahan dan teknologi kemasan yang memenuhi persyaratan.

4. Pelabelan garam beriodium adalah pemberian tanda SNI, nama perusahaan dan tanda-tanda lain yang dipersyaratkan pada kemasan garam beriodium yang diperdagangkan.

5. Sentra produksi garam adalah wilayah penghasil garam melalui proses penguapan. Pasal 2

(1) Garam yang dapat diiodisasi wajib memenuhi persyaratan kualitas garam bahan baku sesuai SNI 01-4435-2000 dan atau revisinya.

(2) Garam yang belum memenuhi syarat sebagai garam bahan baku untuk diiodisasi sesuai SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditingkatkan kualitasnya melalui proses pencucian sesuai persyaratan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(3)

(1) Proses Pencucian garam sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) dapat dilakukan di sentra produksi atau di luar sentra produksi.

(2) Proses pencucian yang di lakukan di luar sentra produksi hanya dapat di lakukan oleh perusahaan garam yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. mempunyai izin pencucian garam; dan

b. mempunyai peralatan pencucian garam yang terpasang.

(3) Garam yang telah dicuci di sentra produksi dan memenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dan akan di pasarkan keluar sentara produksi harus disertai surat keterangan dari pemerintah daerah Kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang perindustrian tempat asal garam, yang menyatakan bahwa garam telah memenuhi persyaratan pencucian

(4) Garam yang belum dicuci di sentra produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan akan dipasarkan keluar sentra produksi harus di sertai surat keterangan permintaan garam dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang perindustrian tempat tujuan pemasaran garam.

Pasal 4

(1) Proses iodisasi garam yang dilakukan di sentra atau di luar sentra produksi wajib memenuhi persyaratan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

(2) Proses iodisasi garam, pengemasan dan pelabelan garam beriodium yang dilakukan di sentra atau di luar sentra produksi garam wajib dilakukan secara terpadu.

Pasal 5

Dengan ditetapkan Peraturan Menteri ini, Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995 tentang Persyaratan Teknis, Pengolahan, Pengemasan dan Pelabelan Garam Beriodium dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 29 November 2005

MENTERI PERINDUSTRIAN ANDUNG A. NITIMIHARDJA

(4)

LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTRI PERINDUSTRIAN NOMOR : 42/M-IND/PER/11/2005

TANGGAL : 29 November 2005

PERSYARATAN TEKNIS PENCUCIAN GARAM 1. KETENTUAN PROSES PENCUCIAN

Pencucian garam adalah proses pemurnian garam secara mekanis untuk mengurangi ion Ca+2 , Mg+2 , SO4-2 dan kotoran lainnya termasuk logan berat . Garam untuk konsumsi harus memenuhi persyaratan pada :

ƒ Surat Keputusan Mentri Perindustrian no. 29/M/SK/2/1995 Tanggal 16 februari 1995 Tentang Pengesahan Serta Penerapan SNI dan Penggunaan Tanda SNI Secara Wajib Terhadap 10 Macam Produk Industri;

ƒ Garam bahan baku sesuai SNI 01-4435-2000

Syarat Mutu Garam Bahan Baku Untuk Industri Garam Beriodium

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. 5.1 5.2 5.3 6. Keadaan : - Bau - Rasa - Warna

Natrium Klorida (NaCI) Air (H2O)

Bagian yang tidak larut didalam air Cemaran logam :

Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (HG)

Cemaran Arsen (AS)

- - - % (b/b) Adbk % (b/b) % (b/b) Adbk Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Normal Asin Putih normal Min. 94,7 Maks. 7 Maks. 0,5 Maks. 10,0 Maks. 10,0 Maks. 0,1 Maks. 0,1 Keterangan :b/b = bobot/bobot

Adbk = atas dasar bahan kering

Proses pencucian dilakukan secara kontinu agar diperoleh kualitas garam yang konsisten sesuai persyaratan SNI .

(5)

LAMPIRAN II PERATURAN MENTRI PERINDUSTRIAN R.I NOMOR : 42/M-IND/PER/11/2005

TANGGAL : 29 November 2005

PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN GARAM BERIODIUM 1. KETENTUAN PROSES IODISASI

Proses iodisasi adalah fortifikasi iodium pada garam untuk keperluan konsumsi manusia dalam rangka pelaksanaan . Keputusan Presiden no. 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beriodium . Fortifikasi iodium dilakukan melalui penambahan senyawa kalium liodat atau KLO3 kedalam garam bahan baku yang telah dicuci , secara kontinu dan homogen sehingga memenuhi persyaratan SNI 01-3556-2000

Syarat Mutu Garam Konsumsi Beriodium

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 4.1 4.2 4.3 5.

Kadar air (H2O)

Kadar NaCL (natrium klorida ) dihitung dari jumlah klorida (CL)

Lodium dihitung sebagai kalium lodat ( KLO3) Cemaran Logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (Hg) Arsen (As) % (b/b) % (b/b) adbk Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Maks. 7 Min. 94,7 Min. 30 Maks. 10 Maks. 10 Maks. 0,1 Maks. 0,1

Keterangan : b/b = bobot/ bobot

Adbk = atas dasar bahan kering

2. KETENTUAN PERALATAN PROSES IODISASI

Peralatan iodisasi yang digunakan pada prinsipnya secara kontinu untuk menjamin homogenitas kandungan iodium dalam garam yaitu :

ƒ Sistem penetesan (drip feeding system) pada belt conveyor atau screw conveyor , atau

ƒ Sistem penyemprotan (spray mixing system), atau

ƒ Sistem penyemprotan garam yang telah dikeringkan ( dry mixing system)

MENTRI PERINDUSTRIAN RI ADUNG A. NITIMIHARDJA

(6)

LAMPIRAN III PERATURAN MENTRI PERINDUSTRIAN R.I NOMOR : 42/M-IND/PER/11/2005

TANGGAL : 29 November 2005

PERSYARATAN PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM 1. KETENTUAN PENGEMASAN

Garam yang akan dipasarkan , wajib dikemas dalam wadah yang ditutup rapat sehingga aman selama pengangkutan dan penyimpanan . Untuk menjamin ketetapan berat isi bersih garam, maka pengisian dan penimbangan dilakukan secara optimis. Sedangkan penutupan kemasan dapat dilakukan secara mekanis atau manual.

2. KETENTUAN BERAT

Berat bersih isi garam kosumsi yang diperdagangkan adalah 50 kg , 25 kg , 5 kg , 1 kg , 500 g , 250 g dan 100 g.

3. KETENTUAN BAHAN PENGEMASAN

ƒ Bahan kemasan untuk isi bersih 50 kg dan 25 kg adalh karung plastik jenis poly-propylene (PP) yang bagian dalamnya dilapisi dengan kantong plastik warna dasar putih .

ƒ Bahan kemasan untuk isi bersih 5 kg ,1 kg , 500 g , 250 g dan 100 g adalah plastik poly-propylene (PP) atau poly-ethylene (PE) dengan ketebalan minimum 0,5 mm

4. KETENTUAN PELABELAN

Pada kemasan garam kosumsi harus ditulis dengan jelas keterangan berupa :

ƒ Tulisan “ Garam Beryodium “ ;

ƒ Kandungan kalium lobat (KIO3) minimal 30 ppm.

ƒ Berat bersih ;

ƒ Tanda / logo SNI

ƒ Nomor Pendaftaran dari Badan POM ;

ƒ Komposisi Isi Garam Konsumsi

ƒ Merek Dagang

ƒ Nama dan alamat Perusahaan

Pada kemasan garam bahan baku harus ditulis dengan jelas keterangan berupa :

ƒ Tulisan “ Garam Bahan Baku “ ;

ƒ Berat Bersih

ƒ Nama dan alamat perusahaan

Untuk garam bahan baku yang belum dicuci tambahkan keterangan berupa tulisan “ Garam Bahan Baku Belum Dicuci “ .

5. KETENTUAN PERALATAN PROSES PENCUCIAN

Peralatan yang dapat digunakan pada proses pencucian garam adalah :

ƒ Bak- bak pencucian termasuk bak pencampuran ( pengadukan ) atau mixing chamber ;

ƒ Alat pengaduk

(7)

ƒ Ban berjalan atau belt conveyor ;

ƒ Screw conveyor

ƒ Gabungan / kombinasi a,b,c,d dan e. 6. KETENTUAN AIR PENCUCI

Air pencuci merupakan air larutan jenuh garam (brine) yang bersih dengan persyaratan :

ƒ Konsentrasi 20 – 25 oBe

ƒ Kandungan Magnesium (Mg) tidak melampui 10 ppm.

ƒ Logam berat Timbal (Pb) dan Tenaga (Cu) tidak melampui 10 ppm. 7. KETENTUAN PROSES PENGERINGAN

Proses pengeringan wajib dilakukan terhadap garam yang telah dicuci agar kandungan air tidak melampui 7% (b/b). Peralatan yang dapat digunakan pada proses pengeringan adalah:

ƒ Alat pengering putar (centrifuge);

ƒ Alat pengering temperatur tinggi (dryer).

MENTRI PERINDUSTRIAN RI ADUNG A. NITIMIHARDJA

LAMPIRAN IV CONTOH SURAT KETERANGAN PEMASOKAN GARAM KOP SURAT

SURAT KETERANGAN PEMASOKAN GARAM Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :……….

Jabatan : ………..

Dengan ini menerangkan bahwa garam yang akan dikirim/dipasarkan oleh: Nama Perusahaan/Koperasi/ Kelompok Petani/Perorangan*) : ……….. Alamat : ………. Volume : ……… (ton) Ke penerima garam Nama Perusahaan/Koperasi/ Perorangan*) : ………

(8)

Alamat : ……….. Merupakan garam yang telah dicuci di sentra produksi garam dan memenuhi persyaratan teknis.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

(Nama tempat), tanggal bulan tahun Pejabat Pemda Ttd Cap (………) Tembusan: 1. ……….. 2. ……… *) Pilihan

LAMPIRAN V CONTOH SURAT PERMINTAAN GARAM YANG BELUM DICUCI

KOP SURAT Nomor :

Lamp. : (Nama tempat), tanggal bulan tahun Perihal : Permintaan Garam Kepada Yth:

(Pejabat Daerah Asal Garam/Sentra Produksi)

di-

………. Saya yangbertanda tangan dibawah ini:

Nama :……….

Jabatan : ………..

Dengan ini menerangkan adanya permintaan garam yang berasal dari sentra produksi di …………., yang selanjutnya akan dicuci oleh:

Nama (Perusahaan/Koperasi/Perorangan*) : ……….

(9)

Volume (Ton) :. ………. Demikian surat permintaan garam ini dibuat, atas perhatian dan kerjasamanya dimsapiakan terima kasih. Pejabat Pemda Ttd Cap (………) Tembusan: 3. ……….. 4. ……… *) Pilihan

Referensi

Dokumen terkait

penggunaan rasio profitabilitas dapat memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan dan menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (laba) yang

Peningkatan nilai variabel kelincahan dan daya ledak otot tungkai baik pada kelompok kontrol maupun dari kedua kelompok perlakuan, dengan peningkatan kedua nilai

Ditinjau dari bentuk daging sapi yang biasa dikonsumsi keluarga baik ibu rumah tangga di wilayah pusat kota maupun wilayah pinggiran kota, seluruh responden

Apabila permasalahnya itu menyangkut gagasan rasa pikirannya sendiri (intrapersonal) caranya yaitu bagaimana nyawang karep pada gagasan rasa pikiran sendiri yang tidak

a) Integrated Development Environtment (IDE) arduino merupakan multi pl3atform, yang dapat dijalankan di berbagai sistem operasi, seperti Windows dan linux. IDE adalah

Tujuan perancangan ini adalah mendesain eksterior mobil Suzuki Grand Vitara dengan kesan maskulin yang sesuai dengan keinginan konsumen pada styling mobil Suzuki

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara bersama-sama inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan rupiah

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata kadar protein hati itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah makasar berbeda sangat nyata lebih tinggi (P<0,01)