i
SKRIPSI
KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN
YANG TIDAK DISAHKAN OLEH PEGAWAI
PENCATAT PERKAWINAN
I MADE SURYA KARTIKA NIM. 1103005207
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
▸ Baca selengkapnya: surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta npwp
(2)ii
KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN YANG TIDAK DISAHKAN OLEH
PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN
Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Udayana
I Made Surya Kartika
NIM : 1103005207
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2016
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 Maret 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
iv
SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 3 JUNI 2016
Panitia Penguji Skripsi
Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor: 1056/UN14.1.11.1/PP.05.02/2016
Tanggal 13 April 2016
Ketua : Ida Bagus Putra Atmadja, SH.,MH. Sekretaris : I Nyoman Darmadha, SH.,MH.
Anggota : 1. Dr. I Ketut Westra, SH.,MH.
2. A.A.Sagung Wiratni Darmadi, SH.,MH. 3. I Ketut Markeling, SH.,MH.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat-Nyalah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Judul yang dipilih dalam penulisan skripsi ini adalah “Kekuatan Hukum Perjanjian Perkawinan yang Tidak Disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan”.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui tulisan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana;
2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH. Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana;
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH. Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana;
4. Bapak I Wayan Suardana, SH,. MH., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana;
5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH., Ketua Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana.
6. Bapak Ida Bagus Putra Atmadja, SH., MH., Dosen Pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu untuk dorongan, semangat, bimbingan dan saran hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak I Nyoman Darmadha, SH.,MH., Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu A.A Sagung Wiratni Darmadi, SH., MH., Pembing Akademik, yang telah membimbing dan menuntun penulis sejak awal kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
vi
9. Bapak dan Ibu Dosen pengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dalam perkuliahan, sehingga dapat menjadi bekal dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak dan Ibu staf dan karyawan di Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang telah membantu dalam proses administrasi.
11. Bapak dan Ibu tercinta, serta saudara tercinta yang dengan sabar selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Bapak I Gede Raka Sukarta, SH., Notaris di Kabupaten Badung, Ibu Ni Luh Lely Sriadi SI.SOS., MSI., Kepala Seksi Pengawasan dan Penyuluhan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Denpasar dan seluruh Nara Sumber yang telah membantu memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini. 13. Teman – teman: Yoga, Arik, Agus, Tole, Ricky, Gandi, Ananta, Sukarno,
Yogik, dan seluruh teman-teman angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas Udayana, yang telah banyak membantu penulis baik semasa mengikuti perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah mendukung proses pembuatan skripsi ini.
Sebagai akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada kita semua. Dalam penulisan skripsi ini tentu ada kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah kepustakaan di bidang hukum serta berguna bagi masyarakat.
Denpasar, 28 Maret 2016 Penulis.
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANTIA PENGUJI SEKRIPSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... xi
ABSTRAK ... xii
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 6
1.4 Orisinalitas Penelitian ... 7 1.5 Tujuan Penelitian ... 8 1.5.1 Tujuan umum ... 8 1.5.2 Tujuan khusus ... 8 1.6 Manfaat Penelitian ... 9 1.6.1 Manfaat teoritis ... 9 1.6.2 Manfaat praktis ... 9 1.7 Landasan Teoritis ... 9
viii
1.7.2 Asas lex specialist derogat legi generali . ... 11
1.7.3 Asas konsensualisme ... 13
1.7.4 Asas kebebasan berkontrak . ... 13
1.8 Metode Penelitian ... 14
1.8.1 Jenis penelitian ... 14
1.8.2 Jenis pendekatan ... 15
1.8.3 Sumber bahan hukum ... 15
1.8.4 Data penunjang . ... 16
1.8.5 Teknik pengumpulan bahan hukum ... 17
1.8.6 Teknik analisis bahan hukum ... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN, PERJANJIAN PERKAWINAN DAN PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN 2.1 Perkawinan . ... 19
2.1.1 Pengertian perkawinan . ... 19
2.1.2 Asas-asas dan prinsip-prinsip perkawinan . ... 21
2.1.3 Syarat sahnya perkawinan ... 23
2.2 Perjanjian perkawinan ... 25
2.2.1 Pengertian perjanjian perkawinan ... 25
2.2.2 Tujuan perjanjian perkawinan ... 26
2.2.3 Bentuk-bentuk perjanjian perkawinan ... 28
ix
BAB III KEKUATAN MENGIKAT PERJANJIAN PERKAWINAN TANPA ADANYA PENGESAHAN OLEH PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN
3.1 Syarat Sahnya Perjanjian pada Umumnya . ... 33 3.2 Syarat Sahnya Perjanjian Perkawinan ... 38 3.3 Keabsahan Perjanjian Pekawinan tanpa Adanya
Pengesahan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan ... 49 3.4 Keterikatan Pihak-Pihak Terkait
Perjanjian Perkawinan yang Tidak Disahkan oleh
Pegawai Pencatat Perkawinan ... 57
BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN PERKAWINAN TANPA PENGESAHAN OLEH PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN TERHADAP HARTA KEKAYAAN SUAMI-ISTERI
4.1 Kedudukan Hukum Harta Benda Bersama
Suami-Isteri ... 62 4.2 Ketiadaan Pemisahan Harta Benda Bersama dalam
x BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 80 5.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Penulisan hukum/ Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/ Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/ atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini penyusun buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.
Denpasar, 28 Maret 2016
I Made Surya Kartika 1103005207
xii ABSTRAK
KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN PERKAWINAN YANG TIDAK DISAHKAN OLEH PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN
Pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan “Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan”. Frasa “batas-batas-batas-batas hukum agama dan kesusilaan” tersebut tidak jelas artinya dalam artian bahwa sejauh mana ruang lingkup atas batasan-batasan tersebut tidak diberikan penjelasan yang definitif. Berangkat dari persoalan diatas akan melahirkan persoalan baru dimana perjanjian perkawinan yang bagaimana yang dapat dikatakan melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusilaan, kemudian, apabila telah sesuai dengan batasan-batasan tersebut namun perjanjian perkawinan yang bersangkutan tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, bagaimanakah kekuatan hukumnya. Permasalahan: bagaimana kekuatan mengikat perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan?; dan bagaimanakah akibat hukum atas perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan terhadap harta kekayaan suami-isteri?. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan memahami kekuatan mengikat perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan dan akibat hukum atas perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan terhadap harta kekayaan suami-isteri.
Penelitian ini termasuk penelitain hukum normatif yaitu penelitian hukum berdasarkan bahan kepustakaan.
Kekuatan mengikat perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan adalah tidak mengikat bagi para pihak (suami-isteri) maupun bagi pihak ketiga karena tidak terpenuhinya syarat formalitas yaitu pengesahan oleh pegawai pencatat perkawinan. Akibat hukum atas perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan terhadap harta kekayaan suami-isteri adalah tidak terjadi pemisahan harta kekayaan suami-isteri yang diperoleh selama perkawinan berlangsung, jadi harta yang diperoleh sejak dan selama perkawinan berlangsung menjadi harta bersama. Saran: pemerintah hendaknya melakukan revisi terhadap Pasal 29 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan para pihak yang membuat perjanjian perkawinan (suami-isteri) hendaknya melanjutkan peroses dengan mendaftarkan perjanjian perkawinannya kepada pegawai pencatat perkawinan.
Kata kunci: Kekuatan hukum, Perjanjian perkawinan, Pegawai Pencatat Perkawinan.
xiii ABSTRACT
STRENGTH OF MARRIAGE LEGAL AGREEMENT NOT AUTHORIZED BY THE REGISTRAR EMPLOYEES OF MARRIAGE
Article 29 paragraph 2 of Law No. 1 of 1974 on Marriage states "The agreement can not be passed when violating the limits of the law, religion and morality". The phrase "the limits of the law and decency" is not clear meaning in the sense that the extent of the scope of the restrictions are not given a definitive explanation. Departing from the above issues will give birth to new problems where the marriage covenant that is how that can be said to violate the boundaries of the law, religion and morality, then, if it complies with those limits, but the marriage covenant are concerned is not authorized by the employee registrar of marriage, how strength law. Problem: how the binding force of the marriage covenant which is not authorized by the marriage registrar employee ?; and how the legal consequences of the marriage covenant that is not authorized by the marriage registrar employees of wealth of a married ?. This study aimed to know and understand the power of a covenant marriage that is not authorized by the marriage registrar clerks and legal consequences of the marriage covenant that is not authorized by the marriage registrar employees of wealth husband and wife.
This research belongs to notmative law research which is a law research based on literature source.
The binding force of the marriage covenant that is not authorized by the marriage registrar employee is not binding for the parties (husband and wife) as well as for third parties for non-fulfillment of the formal requirements, namely the ratification by the employees of the marriage registrar. Legal consequences of the marriage covenant that is not authorized by the marriage registrar employees of wealth husband and wife is no separation of the assets acquired spouses during the marriage took place, so the treasures acquired since and during the marriage lasted into joint property. Suggestions: government should revise the Article 29 of Law No. 1 of 1974 concerning marriage and the parties that made the marriage covenant (husband and wife) should continue peroses by registering the marriage covenant marriage registrar to employees.