• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA

MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN

BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

Edi Rismawan, S.Pd. 1009555

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

==================================================================

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN

MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA

MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI

KABUPATEN BANDUNG

Oleh Edi Rismawan

S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Edi Rismawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd. NIP. 197005241994022001

Pembimbing II

Dr. Hj. Cicih Sutarsih, M.Pd. NIP. 197009291998022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ...i

PERNYATAAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Rumusan Masalah ...10

D. Tujuan Penelitian ...10

E. Manfaat Penelitian ...11

F. Struktur Organisasi Tesis ...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...14

A. Kinerja Mengajar Guru ...14

1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru...14

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mengajar Guru ...16

3. Indikator Kinerja Mengajar Guru ...18

B. Supervisi Kepala Sekolah ...21

1. Konsep Supervisi Pendidikan ...21

2. Supervisi Klinis ...29

3. Prilaku Etik Supervisor Pendidikan ...33

C. Motivasi Berprestasi Guru ...35

1. Pengertian Motivasi ...35

2. Jenis-Jenis Motivasi ...37

(5)

4. Teori-Teori Motivasi ...40

5. Pengertian dan Karakteristik Motivasi Berprestasi Guru ...46

D. Kerangka Pemikiran ...49

E. Hipotesis Penelitian ...53

BAB III METODE PENELITIAN ...54

A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian ...54

B. Desain Penelitian ...56

C. Metode Penelitian ...57

D. Definisi Operasional ...57

E. Instrumen Penelitian ...59

F. Proses Pengembangan Instrumen ...60

G. Teknik Pengumpulan Data ...65

H. Analisis Data ...67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...71

A. Hasil Penelitian ...71

1. Gambaran Variabel Penelitian ...71

2. Analisa Model Pengukuran ...79

3. Analisa Model Struktural ...85

4. Pengujian Hipotesis ...89

B. Pembahasan ...91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...107

A. Kesimpulan ...107

B. Saran ...108

DAFTAR PUSTAKA ...109

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Ciri-Ciri Supervisor Otokratis dan Supervisor Demokratis ...34

3.2 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Supervisi Kepala Sekolah ...62

3.3 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Motivasi Berprestasi Guru ...63

3.4 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Kinerja Mengajar Guru ...63

3.5 Interpretasi Nilai r ...65

3.6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen X, Y1, dan Y2 ...65

4.7 Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ...71

4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif Supervisi Kepala Sekolah ...72

4.9 Uji Statistik Deskriptif Motivasi Berprestasi Guru ...74

4.10 Hasil Uji Statistik Deskriptif Kinerja Mengajar Guru ...77

4.11 Pengukuran CFA Supervisi Kepala Sekolah ...81

4.12 Pengukuran CFA Motivasi Berprestasi Guru ...83

4.13 Pengukuran CFA Kinerja Mengajar Guru ...85

4.14 Goodness of Fit Indeks Model Struktural ...87

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Produktivitas ...17

2.2 Fungsi Supervisi Pendidikan ...23

2.3 Komponen-Komponen Dasar Motivasi ...39

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ...52

3.5 Desain Penelitian ...56

3.6 Tahapan Analisis Menggunakan CB-SEM ...68

4.7 Rata-Rata Indikator Variabel Supervisi Kepala Sekolah ...73

4.8 Rata-Rata Indikator Variabel Motivasi Berprestasi Guru ...75

4.9 Rata-Rata Indikator Variabel Kinerja Mengajar Guru ...78

4.10 Nilai Estimated Standardized-CFA Supervisi Kepala Sekolah ...80

4.11 Nilai T-Value-CFA Supervisi Kepala Sekolah ...81

4.12 Nilai Estimated Standardized-CFA Motivasi Berprestasi Guru ...82

4.13 Nilai T-Value-CFA Motivasi Berprestasi Guru ...82

4.14 Nilai Estimated Standardized-CFA Kinerja Mengajar Guru ...84

4.15 Nilai T-Value-CFA Kinerja Mengajar Guru ...84

4.16 Estimasi Full Model Struktural ...86

4.17 T-Value Full Model Struktural ...86

4.18 Estimasi Parameter Model Struktural-Model Path Diagram ...88

(8)

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN

BANDUNG

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih belum optimalnya kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Hal tersebut berdasarkan data tahunan dari supervisi yang dilakukan pengawas TK dan SD di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang menyebutkan bahwa perlu ada peningkatan lebih terhadap kinerja guru, baik dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian bagi peserta didik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) gambaran Supervisi Kepala Sekolah (2) gambaran Motivasi Berprestasi Guru; (3) gambaran Kinerja Mengajar Guru;(4) pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Guru, (5) pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru, (6) pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru, (7) Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru.

Subjek penelitian adalah 200 guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Teknik analisis data menggunakan SEM (structural equation model) dengan menggunakan program SIMPLIS (SIMPLE LISREL). Data pada penelitian ini diolah melalui dua cara, yaitu: (1) analisis model pengukuran (analisis faktor) dan (2) analisis model struktural.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Supervisi Kepala Sekolah berada pada kategori baik, (2) Motivasi Berprestasi Guru berada pada kategori baik, (3) Kinerja Mengajar Guru berada pada kategori baik,(4) Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi Berprestasi Guru (Y1), (5) Motivasi

Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2),

(6) Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2), (7) Supervisi Kepala Sekolah (X) dan Motivasi Berprestasi Guru (Y1)

secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2).

(9)

PRINCIPAL EFFECT OF SUPERVISION

ACHIEVEMENT MOTIVATION AND PERFORMANCE OF TEACHERS TEACHING TEACHERS IN DISTRICT KERTASARI

BANDUNG

ABSTRACT

This research is motivated by the performance is still not optimal teaching elementary school teacher in the Environment Department of Education and Culture Kertasari District of Bandung Regency. It is based on annual data from regulatory supervision conducted in kindergartens and primary schools in the Environment Department of Education and Culture Kertasari districts of Bandung Regency stating that there needs to be improvement over the performance of teachers, both in the planning of learning, teaching practices, and assessment for learners.

The purpose of this study was to determine (1) description of the Principal Supervision (2) description of the Achievement Motivation of Teachers; (3) description of Teachers' Teaching Performance, (4) the effect of the Principal Supervision of the Teacher Achievement Motivation, (5) the effect of Achievement Motivation on the Performance of Teachers Teaching Teachers, (6) the effect of the Principal Supervision of the Teacher's Teaching Performance, (7) effect of Supervising Principal and Achievement Motivation of Teachers to Teaching Performance of Teachers.

Subjects were 200 elementary school teachers in the State Education Department of Environmental Kertasari District of Bandung Regency. Analysis using SEM (structural equation model) with the SIMPLIS program (SIMPLE LISREL). The data in this study is processed in two ways, namely: (1) analysis of the measurement model (factor analysis) and (2) the analysis of structural models. The results showed that (1) Supervising Principal are in the good category, (2) Achievement Motivation of Teachers are in the good category, (3) Teaching Performance of Teachers are in the good category, (4) Supervising Principal (X) positive effect on Achievement Motivation Teacher (Y1), (5) Teacher

Achievement Motivation (Y1) positive effect on the Performance of Teaching Teachers (Y2), (6) Supervising Principal (X) positive effect on the Performance of

Teaching Teachers (Y2), (7) Supervising Principal (X) and Achievement

Motivation Teacher (Y1) is jointly positive effect on the Performance of Teaching

Teachers (Y2).

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan kunci untuk meningkatkan sumber daya manusia

Indonesia yang unggul. Oleh karena itu, profesi guru menjadi sangat menentukan

sebagai ujung tombak pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang

berkualitas dan unggul. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan unggul, pemerintah sebagai regulator mempunyai kewajiban

untuk mencetak para guru yang berkualitas dan unggul pula.

Arah kebijakan pemerintah untuk mendorong terwujudnya hal tersebut

salah satunya berupa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Dalam Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya

pada Pasal 7 Ayat 1 menjelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip:

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

(11)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mengamanatkan bahwa

syarat menjadi seorang guru harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan

minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan yang

sesuai dengan bidang garapannya juga diperoleh dari program studi yang

terakreditasi. Sedangkan Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari

empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya Pasal 5 Ayat 1 menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan yang relevan dengan fungsi

sekolah/madrasah. Kemudian pasal 6 menyebutkan kewajiban guru dalam

melaksanakan tugas adalah:

a. merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/ bimbingan, serta melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan;

b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai agama dan etika; dan

e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Ciri utama dari berhasilnya membentuk guru yang berkualitas dan unggul

dengan kata lain profesional di bidangnya adalah terwujudnya pendidikan yang

bermutu. Operasionalnya dapat kita lihat pada Business Core sistem pendidikan

(12)

kinerja mengajar guru di sekolah akan sangat menentukan terhadap terwujudnya

pendidikan nasional yang bermutu.

Namun sampai saat ini, Kinerja Mengajar Guru di Indonesia masih belum

mencapai pada taraf yang memuaskan walaupun berbagai program telah

pemerintah gulirkan. Hal ini dapat dilihat dari keterangan Kepala Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu

Pendidikan (BPSDMP dan PMP) Kemdiknas Syawal Gultom (Burhani, 2011)

yang mengatakan bahwa:

Program sertifikasi sudah dimulai sejak 2005 dan selama ini guru yang lolos proses sertifikasi melalui penilaian portofolio mendapat tunjangan satu kali gaji pokok, namun kenyataannya sertifikasi tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar. Ia juga mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), pasca program pemberian sertifikasi guru melalui penilaian portofolio sejak tahun 2005 lalu tidak memberi dampak besar terhadap perubahan kultur di sekolah menjadi lebih baik, kinerja guru dalam mengajar di kelas, dan peningkatan kemampuan siswa.

Begitu pula koreksi yang yang disampaikan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono ketika menghadiri hari ulang tahun Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI) yang ke-66 di Sentul International Convention Center, Babakan

Madang, Kab. Bogor. Beliau mengatakan “masih banyak keluhan dan masukan dari berbagai pihak tentang kinerja guru yang masih belum banyak berubah” (Astuti, 2011).

Sementara itu, data Bappenas (Muslim, 2013) menyebutkan bahwa hasil

survey yang dilakukan oleh UNESCO untuk kualitas kinerja guru di Indonesia

berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa

kinerja mengajar guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang

dicita-citakan. Dengan kata lain, sebagian guru di Negara kita belum optimal

melaksanakan kinerja mengajarnya sesuai dengan yang diharapkan.

Keadaan seperti ini juga terjadi di Lingkungan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, yaitu

(13)

dari pengawas TK dan SD menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru masih

harus lebih ditingkatkan lagi, baik dari perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian terhadap peserta didik. Walaupun

demikian, masih banyak guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang

kinerja mengajarnya patut diapresiasi.

Kegiatan belajar mengajar yang bermutu tentunya merupakan hal yang

diharapkan oleh semua pihak, dan hal ini ditentukan oleh kinerja profesional guru,

sebagaimana dikemukakan oleh Satori (2011: 8) yang mengatakan bahwa “mutu kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh kinerja profesional guru (yang dapat dikaji dari aspek kompetensi, komitmen, motivasi, kreativitas)”.

Suharsaputra (2010: 176) menjelaskan bahwa “pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”. Sedangkan Rasto (2006: 22) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.

Dengan Demikian, maka dapat kita simpulkan bahwa kinerja mengajar

guru merupakan hasil kerja dari seorang guru dalam menjalankan tugas dan

fungsinya yang diungkapkan melalui kemampuan, baik berupa pengetahuan,

sikap, maupun keterampilan dalam hal mengajar.

Dalam praktik di lapangan, seorang guru yang memiliki kinerja mengajar

yang baik haruslah mempersiapkan kemampuannya dalam mengajar. Menurut Sa‟ud (2011: 50) seorang guru dalam proses belajar mengajar, minimal harus memiliki empat kemampuan, yakni (1) kemampuan merencanakan proses belajar

mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar,

(3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran.

Vroom (Amstrong, 2009: 32) mengemukakan bahwa:

(14)

effects of ability and motivation on performance are not additive but multiplicative. People need both ability and motivation to perform well, and if either ability or motivation is zero there will be no effective performance.

Sedangkan Fauza (2010) menjelaskan bahwa:

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah”.

Dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar

guru di sekolah adalah supervisi dan motivasi. Menurut Engkoswara dan Komariah (2011: 229) “supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan

perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berkualitas”. Sedangkan pengertian motivasi menurut Luthan (2011) menjelaskan bahwa:

Motivation is a process that starts with physiological and psychological deficiency or need that activates a behavior or a drive that is aimed at goal or incentive.Thus, the key to understanding the process of motivation lies in the meaning of, and relationship among, need, drives, and incentives.

Kepala sekolah sebagai pimpinan langsung di sekolah, tentunya sangat

mengetahui situasi dan kondisi sekolah yang sebenarnya. Selain itu, kepala

sekolah juga mengetahui kekurangan dan kelebihan para guru. Oleh karena itu,

kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk melakukan supervisi terhadap para

guru yang berada di sekolahnya tanpa terkecuali.

Supervisi Kepala Sekolah sangatlah penting untuk memperbaiki dan

meningkatkan Kinerja Mengajar Guru. Seorang kepala sekolah harus benar-benar

memahami dan melaksanakan fungsi supervisi dengan benar dan tepat di sekolah

yang dia pimpin. Adapun fungsi supervisi pendidikan sendiri menurut

Engkoswara dan Komariah (2011: 229-230) adalah:

(15)

dulu masalah apa yang dihadapi personil, mengumpulkan data untuk mendapat informasi yang valid tentang suatu permasalahan yang bersangkut paut dengan masalah itu, pengolahan data, penarikan kesimpulan, sebagai bahan untuk mengambil keputusan tentang suatu permasalahan.

2) fungsi penilaian (evaluation); kesimpulan hasil penelitian dijadikan bahan evaluasi apakah objek penelitian tersebut memiliki kekuatan, kelemahan, dan menemukan solusi yang tepat untuk memutuskan suatu masalah.

3) fungsi Perbaikan (improvement); apabila hasil penelitian menunjukkan terdapat kekurangan-kekurangan yang harus segera ditangani, maka supervisor melakukan langkah-langkah strategis dan operasional sebagai upaya melakukan perbaikan-perbaikan.

4) fungsi pengembangan (development); dua kondisi yang dihadapi supervisor adalah kekurangan-kekurangan dan prestasi yang dimiliki personil. Kekurangannya dilakukan perbaikan dan prestasi yang ditunjukan guru perlu mendapat pengakuan dan pengembangan.

Selain faktor eksternal seperti supervisi kepala sekolah, faktor internal

yang ada pada diri seorang guru seperti adanya motivasi berprestasi sangat

menentukan terhadap peningkatan Kinerja Mengajar Guru. Konsep Motivasi

Berprestasi merupakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh David

McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini menjelaskan tiga jenis kebutuhan

manusia, yaitu: kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan

untuk kekuasaan (need for power), dan kebutuhan untuk afiliasi (need for

affiliation).

McClelland (Gibson et al, 2000: 136) menjelaskan bahwa „when a need is strong in a person, its effect is to motivate her to use behavior leading to its

satisfaction. For example, a worker with a high n Ach would set challenging goal,

work hard to achieve the goals, and use skills and abilities to achieve them’.

Apabila penjelasan McClelland tersebut dikaitkan dengan sosok seorang guru,

maka karakteristik seseorang guru yang mempunyai motivasi berprestasi di

antaranya adalah (1) senang dengan pekerjaan yang menantang untuk

menciptakan pembelajaran yang efektif, (2) bekerja keras untuk meningkatkan

pembelajaran yang bermakna, dan (3) senantiasa meningkatkan keterampilan juga

(16)

Paparan di atas tentunya menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam

kaitannya dengan kinerja mengajar guru di lapangan yang selama ini menjadi

perhatian berbagai pihak, yang dalam kenyataannya belum berbanding lurus

dengan apa yang diharapkan. Faktor Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi

Berprestasi Guru merupakan dua faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam

lagi, kaitannya dengan kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam judul tesis ini, yaitu “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Sebagai core business pendidikan, kegiatan belajar mengajar sudah

sepatutnya menjadi perhatian penuh berbagai pihak. Karena melalui kegiatan

inilah kurikulum yang telah dibuat sedemikian rupa akan bisa dimaknai dan

dipahami dengan baik oleh para peserta didik. oleh karena itu, pendidik atau guru

mempunyai peranan yang sangat menentukan dan menjadi ujung tombak untuk

dapat menterjemahkan kurikulum yang telah dibuat tadi dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Dengan demikian, kinerja mengajar guru merupakan salah satu

faktor penentu kualitas pendidikan yang dapat mencetak peserta didik yang

berkualitas.

Menurut Suharsaputra (2010: 176) “pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu”. Sedangkan Rasto (2006: 22) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.

Untuk membentuk dan menciptakan guru yang mempunyai kinerja

mengajar yang baik tentunya tidaklah semudah membalikan telapak tangan.

Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja mengajar guru. Vroom

(17)

suggested that performance is a function of ability and motivation as depicted in the formula: Performance = ƒ (ability × motivation). The effects of ability and motivation on performance are not additive but multiplicative. People need both ability and motivation to perform well, and if either ability or motivation is zero there will be no effective performance.

Sedangkan Fauza (2010) menjelaskan bahwa:

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah”.

Sejalan dengan pendapat di atas, khususnya di wilayah Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

yang menjadi tempat penelitian penulis. Setelah melakukan observasi

pendahuluan diperoleh data bahwa semua siswa SD baik negeri maupun swasta

100 % lulus ujian nasional setiap tahunnya. Namun menurut pengawas SD, hal ini

belum dapat dijadikan tolok ukur baiknya kinerja mengajar guru SD Negeri di

wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan

Kertasari Kabupaten Bandung. Karena berdasarkan hasil supervisi yang telah

dilakukan pengawas terhadap para guru setiap tahunnya, banyak guru yang

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran seadanya, kurang menguasai materi

pembelajaran, kurang optimal dalam mengelola pembelajaran di kelas, dan kurang

optimal dalam melaksanakan penilaian terhadap peserta didik.

Beberapa faktor penyebab kurang otimalnya kinerja mengajar guru SD

Negeri di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD

Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berdasarkan wawancara dengan para

praktisi pendidikan di wilayah ini adalah:

1. Kurangnya motivasi dari dalam diri pendidik atau guru untuk dapat

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang ada. Hal ini mungkin

terjadi karena situasi dan kondisi sekolah yang kurang mendukung. Oleh

karena itu, stimulus berupa dorongan, apresiasi, dan dukungan dari berbagai

pihak sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi dari para guru, sehingga

(18)

2. Kurang optimalnya peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi

terhadap para guru. Hal ini disebabkan oleh pemahaman kepala sekolah yang

kurang tentang konsep dasar, prinsip, fungsi, dan teknik supervisi. Padahal

apabila itu dapat dipahami kemudian dilaksanakan dengan baik, maka dapat

dijadikan alat untuk memotivasi para guru, sehingga tentunya hal ini dapat

meningkatkan kinerja mengajar mereka;

3. Akses informasi yang kurang, sehingga apabila ada informasi dari Dinas

Pendidikan Kabupaten Bandung kadang suka terlambat dibanding dengan

kecamatan yang lainnya. Kurangnya akses informasi sedikit banyak akan

berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru;

4. Banyak SD Negeri yang berada di daerah terpencil. Dalam arti, tempat di mana

SD tersebut berada sangat jauh dari jalan raya, karena harus melewati hutan,

bukit, dan sungai. Untuk sampai ke sekolah, maka seorang guru harus

menempuh waktu yang cukup lama, sehingga sering terlambat masuk kelas.

Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar;

5. Ada beberapa SD Negeri yang kekurangan guru. Oleh karena itu, sekolah

tersebut sering menerapkan pembelajaran kelas rangkap. Konsentrasi guru

terpecah dalam mengajar di kelas yang dia pegang karena harus mengajar di

kelas lainnya. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap proses pemelajaran;

6. Banyak guru yang mutasi ke luar kecamatan kertasari, dengan pertimbangan

jarak dari tempat dia berdomisili sangat jauh. Apabila hal ini terus terjadi,

maka sekolah akan terus kekurangn guru dan tentunya hal ini akan

berpengaruh terhadap kinerja mengajar di sekolahnya masing-masing.

Namun demikian, masih banyak kepala sekolah yang berusaha

melaksanakan supervisi di sekolahnya dengan baik, juga masih banyak guru SD

negeri yang mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk terus

berprestasi walaupun berada di tengah-tengah situasi dan kondisi yang kurang

(19)

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana gambaran Supervisi Kepala Sekolah SD Negeri di Lingkungan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

2. Bagaimana gambaran Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di Lingkungan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

3. Bagaimana gambaran Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

4. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi

Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan

Kertasari Kabupaten Bandung?;

5. Bagaimana pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar

Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan

Kertasari Kabupaten Bandung?;

6. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar

Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan

Kertasari Kabupaten Bandung?;

7. Bagaimana pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru

terhadap Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?

D. Tujuan Penelitians

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitan ini adalah untuk

mengetahui:

1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah SD Negeri di Lingkungan Dinas

(20)

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?;

4. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Guru SD

Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung?;

5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru SD

Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung?;

6. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SD

Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung?;

7. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap

Kinerja Mengajar Guru SD Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun

praktis. Adapun manfaat tersebut yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memperkaya khasanah keilmuan terhadap ilmu administrasi pendidikan,

terutama kajian tentang pengembangan sumber daya manusia. Apabila suatu

bangsa memiliki sumber daya manusia yang unggul, maka bangsa tersebut akan

maju dan dapat bersaing di kancah global dengan bangsa-bangsa lainnya. Kunci

untuk bisa menciptakan sumber daya manusia yang unggul adalah melalui

pendidikan. Guru adalah ujung tombak pendidikan. Tanpa guru yang memiliki

kinerja yang baik, mustahil pendidikan akan bisa membentuk sumber daya

manusia yang unggul. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan menjadi salah

satu upaya yang mempunyai manfaat berharga bagi ilmu administrasi pendidikan

dalam menciptakan sumber daya guru yang unggul, yang memiliki kinerja

(21)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis bagi pihak terkait seperti guru, kepala sekolah, pengawas

dan pengambil kebijakan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai

bahan evaluasi juga masukan terhadap kondisi nyata di lapangan, kaitannya

dengan pengaruh supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap

kinerja mengajar guru.

Kepala sekolah melalui dukungan pengawas dan dinas pendidikan

setempat harus senantiasa melaksanakan supervisi dengan baik sehingga para

guru akan termotivasi untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan

baik, mulai dari perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil belajar siswa.

F. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi tesis pada penelitian ini sesuai dengan

petunjuk pedoman penulisan karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia

tahun 2012 adalah sebagai berikut:

1. BAB I merupakan pendahuluan, berisi uraian tentang pendahuluan dan

merupakan bagian awal dari tesis. Pendahuluan berisi atau terdiri dari: (1) latar

belakang penelitian; (2) identifikasi masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan

penelitian; dan (5) manfaat penelitian.

2. BAB II terdiri dari (1) kajian pustaka, (2) kerangka pemikiran, dan (3)

hipotesis penelitian.

3. BAB III merupakan metode penelitian. Yang terdiri dari: (1) lokasi dan

populasi/sampel penelitian; (2) desain penelitian; (3) metode penelitian; (4)

definisi operasional; (5) instrumen penelitian; (6) proses pengembangan

Instrumen antara lain: pengujian validitas dan reliabilitas; teknik pengumpulan

(22)

4. BAB IV terdiri dari (1) hasil penelitian dan (2) pembahasan. Dalam bab ini

terdiri dari dua hal utama, yakni: pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan

penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

5. BAB V terdiri dari (1) kesimpulan dan (2) Saran. Pada bab ini menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi

(23)
(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian

ini adalah tempat peneliti bertugas, sehingga sedikit banyak peneliti mengetahui

keadaan sebenarnya baik dari kondisi geografis, iklim dan budaya sekolah, juga

berbagai macam kekurangan dan kelebihan para praktisi pendidikan yang bertugas

di wilayah tempat penelitian ini.

2. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Menurut Nawawi (Taniredja dan Mustafidah, 2011:33) „populasi adalah

keseluruhan subjek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan,

gejala-gejala, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai sumber‟. Sedangkan

menurut arikunto (Taniredja dan Mustafidah, 2011:33) „populasi merupakan

keseluruhan subjek penelitian‟.

Populasi dalam penelitian ini adalah para guru SD Negeri yang berstatus

sebagai Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Jumlah populasi

dalam penelitian ini sebanyak 250 orang.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

(25)

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili) (Sugiyono, 2011:118).

Jumlah populasi yang cukup besar, wilayah kertasari yang cukup jauh dari

tempat tinggal peneliti, juga letak geografisnya yang merupakan daerah

pegunungan, sehingga letak dari satu SD ke SD yang lain sangat jauh dan

membutuhkan waktu yang cukup lama, maka peneliti menggunakan sampel dari

populasi tersebut.

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik

sampel acak (random sampling). Menurut Darmadi (2011: 47) “pemilihan sampel

random adalah proses pemilihan sedemikian rupa sehingga semua orang dalam

populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai

sampel. Cara ini adalah cara yang terbaik untuk memilih sampel yang

representatif”.

Mengenai jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, Arikunto

(Husdarta, 2007: 126) menjelaskan bahwa

untuk sekedar ancer-ancer maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil kira-kira 10-20% atau 20-50% atau lebih besar tergantung sebagai berikut: (1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana; (2) sempit dan luasnya penelitian (wilayah penelitian); (3) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Sedangkan Nasution (Husdarta, 2007: 126) mengemukakan bahwa „tidak

ada ketentuan atau aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan

untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia‟. Senada dengan pendapat

tersebut, Hisyam (2009) mengemukakan bahwa:

(26)

Dengan mempertimbangkan berbagai hal, baik itu keadaan geografis

tempat penelitian, iklim dan budaya sekolah, juga aspek waktu, tenaga dan biaya

yang akan dikeluarkan. Maka peneliti menentukan jumlah sampel sebanyak 200

responden. Sampel dalam penelitian ini adalah para guru SD Negeri yang berada

di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari

Kabupaten Bandung dengan kriteria (1) sudah memiliki pengalaman mengajar

minimal lima tahun, (2) mempunyai kualifikasi pendidikan minimal sarjana, (3)

lulus sertifikasi guru

B. Desain Penelitian

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna keperluan pengujian

hipotesis, menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol

variabel yang berpengaruh dalam penelitian juga mengantisipasi berbagai

kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penelitian, maka peneliti membuat

desain penelitian. Berikut adalah desain penelitian:

Gambar 3.5 Desain Penelitian

PERMASALAHAN DI LAPANGAN

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH Melaksanakan penelitian Melaksanakan Penilaian Melaksanakan Perbaikan Melaksanakan Pengembangan

MOTIVASI BERPRESTASI GURU Menyukai Tantangan Bekerja Keras

Menggunakan Keterampilan untuk mencapai tujuan

KINERJA MENGAJAR GURU Merencanakan Pembelajaran Melaksanakan Pembelajaran Menilai Pembelajaran Menguasai Bahan Ajar

(27)

C. Metode Penelitian

“Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011:3).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Pemilihan metode ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti yaitu mengungkap pengaruh supervisi kepala sekolah dan

motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru di SD Negeri.

Menurut West (Darmadi, 2011: 145) „dengan metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis,

mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas

universal‟. Selanjutnya Darmadi (2011:145) mengemukakan bahwa “penelitian

deskriptif juga merupakan penelitian, di mana pengumpulan data untuk mengetes

pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian

sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai

dengan apa adanya”.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang akan diuji, yaitu: (1)

variabel Supervisi Kepala Sekolah (X), (2) variabel Motivasi Berprestasi Guru

(Y1), dan (3) variabel Kinerja Mengajar Guru (Y2). Dalam persamaan model

struktural (structural equation modeling) atau disingkat SEM, ketiga variabel ini

disebut dengan variabel laten, yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara

langsung. Sedangkan indikator dari ketiga variabel (laten) ini disebut dengan

variabel manifes, yaitu variabel yang dapat diukur atau diobservasi langsung

untuk mengukur variabel laten.

1. Supervisi Kepala Sekolah (X). Wiles (Danim dan Khairil, 2010:152-153) menjelaskan bahwa „Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation’. Engkoswara dan Komariah (2011: 229) menjelaskan bahwa Supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh

orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga dapat memberikan

(28)

dengan baik dan berkualitas. Sedangkan Dasrizal (2009: 10) menjelaskan

bahwa “Supervisi adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru

dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor (pengawas

sekolah, kepala sekolah, dan Pembina lainnya) guna meningkatkan mutu

proses dan hasil belajar mengajar”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka supervisi kepala sekolah

dalam penelitian ini adalah suatu bentuk layanan, bimbingan, bantuan, dan

pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengembangankan,

memperbaiki, dan peningkatan kualitas mengajar guru.

2. Motivasi Berprestasi Guru (Y1). Raharjo (2008: 874-875) menjelaskan bahwa

“motivasi berprestasi adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk berbuat

lebih baik dari sebelumnya, dengan indikasi: (1) ingin menyelesaikan tugas

dengan baik, (2) keinginan untuk berhasil, (3) keinginan untuk unggul, dan (4)

adanya usaha untuk bekerja keras”. Alhadza (2003:24) mengemukakan bahwa:

Motivasi berprestasi adalah keinginan yang kuat untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan yang ditandai dengan upaya aktualisasi diri, kepedulian pada keunggulan dan pelaksanaan tugas yang optimal berdasarkan perhitungan rasional. Indikator dari aktualisasi diri adalah dedikasi, bertanggung jawab, independensi, percaya diri, dan kepuasan pribadi.

Sedangkan Widyastono (2006: 60-61) menjelaskan bahwa:

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang, sehingga ia selalu berusaha dan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Indikatornya terdiri atas standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, standar keunggulan orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka motivasi berprestasi guru

dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu kebutuhan kuat pada diri seorang

guru, yang memotivasinya untuk sukses dan berprestasi yang tercermin dalam

(29)

3. Kinerja Mengajar Guru (Y2). Ainsworth et al (2002) menjelaskan bahwa

Basically, it (performance) means an outcome-a result…’. Sedangkan

Suharsaputra (2010: 176) menjelaskan bahwa “pada hakikatnya kinerja guru

adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan

kriteria tertentu”. Sedangkan Rasto (2006: 22) dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam

mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang

dimilikinya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan”.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka kinerja mengajar guru

dalam penelitian ini adalah penampilan kerja seorang guru dalam pembelajaran

sebagai realisasi dari kompetensi yang dimilikinya untuk memperoleh hasil hasil

belajar peserta didik yang optimal.

E. Instrumen Penelitian

Sebagai upaya dalam menggambarkan variabel yang diteliti juga

pembuktian terhadap hipotesis penelitian, maka peneliti melakukan pengumpulan

data. Sebagaimana dikemukakan Arikunto (Taniredja dan Mustafidah, 2011: 41)

yang menyebutkan bahwa

Data mempunyai kedudukan yang paling tinggi dalam penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan

data….

Untuk mengumpulkan data, maka dibutuhkan alat pengumpul data atau

instrumen penelitian. Menurut Darmadi (2011: 85) “instrumen adalah alat untuk

mengukurkan informasi atau melakukan pengukuran”. Menurut Sugiyono

(2011:305) “instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman

wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Begitu juga Suwarno (Husdarta,

2009:130) menyebutkan bahwa „pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian

deskriptif dapat dilakukan melalui teknik: (1) sumber dokumen; (2) observasi; (3)

(30)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket (kuesioner) sebagai alat

pengumpul data untuk memperoleh informasi tentang pengaruh kompetensi

profesional guru, supervisi kepala sekolah, dan motivasi berprestasi guru terhadap

kinerja mengajar guru.

Alasan peneliti menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dalam

penelitian ini karena memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana dikemukakan

oleh Darmadi (2011:260-261) bahwa:

Beberapa keunggulan tersebut di antaranya dapat dilihat seperti berikut: (1) dapat mengungkapkan pendapat atau tanggapan seseorang baik secara individual maupun kelompok terhadap permasalahan; (2) dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu yang relatif singkat; (3) tetap terjaganya objektivitas responden dari pengaruh luar terhadap suatu permasalahan yang diteliti; (4) tetap terjaga kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan pendapat pribadi; (5) karena diformat dalam bentuk surat, maka biaya lebih murah; (6) penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang telah diberikan peneliti; (7) dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktu cepat.

Menurut Darmadi (2011: 261) “dalam penelitian pendidikan, konstruksi

atau bentuk item kuesioner dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kuesioner

dengan item pertanyaan secara terbuka dan item pertanyaan secara tertutup”.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket (kuesioner) dengan item

pertanyaan secara tertutup. Pada angket ini, peneliti telah memberikan beberapa

alternatif jawaban yang ada pada kolom yang disediakan, sementara itu responden

tinggal memilih dari jawaban yang ada yang paling mendekati pilihan responden.

Sebelum angket ini dibuat, terlebih dahulu peneliti menyusun kisi-kisi instrumen

penelitian (terlampir).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam proses pengembangan instrumen penelitian, maka peneliti

melakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai upaya untuk memperoleh data

yang valid dan reliabel sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

(31)

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011: 173).

Dengan instrumen yang valid, diharapkan mendapatkan hasil penelitian

yang valid pula. Walaupun pada praktik penelitian di lapangan tentunya masih

akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi objek yang diteliti dan

kemampuan orang yang menggunakan instrumen yang telah disediakan.

Sudjana (Taniredja dan Mustafidah, 2011: 134), menjelaskan bahwa

validitas dapat dibedakan antara (a) validitas isi; (b) validitas bangun pengertian; (c) validitas ramalan; dan (d) validitas kesamaan. Dua validitas pertama, yaitu validitas isi dan validitas bangun pengertian dapat dibuat melalui upaya penyusunan tes tanpa harus dilakukan pengujian statistika. Sedangkan untuk validitas kesamaan dan validitas ramalan dilakukan pengujian statistika melalui uji korelasi.

Taniredja dan Mustafidah (2011: 134) menyebutkan bahwa “ada dua jenis

korelasi yang biasa digunakan, yakni korelasi momen produk (product moment)

atau metode Pearson yang diberi notasi “

r

xy” dan korelasi tata jenjang (rank

correlation) atau metode Spearmen yang diberi notasi “rho”.

Untuk menguji validitas instrumen pada penelitian ini digunakan korelasi

momen produk (product moment) atau metode Pearson dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan:

= koefisien korelasi antara x dan y

N = jumlah subjek

∑ = jumlah perkalian antara skor x dan skor y x = jumlah total skor x

(32)

Sebelum dilakukan uji validitas instrumen pada seluruh responden, maka

perlu dilakukan uji validitas instrumen pendahuluan (uji coba). Adapun responden

yang dijadikan sampel pada uji validitas instrumen pendahuluan berjumlah 30

guru SD Negeri yang berstatus PNS yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung dengan kriteria (1)

sudah memiliki pengalaman mengajar minimal lima tahun, (2) mempunyai

kualifikasi pendidikan minimal sarjana, (3) lulus sertifikasi guru. Untuk melihat

valid tidaknya instrumen, maka koefisien korelasi product moment (

r

xy

)

dari

semua item atau butir soal kemudian dibandingkan dengan harga

r

tabel untuk

mengetahui validitas masing-masing item. Menurut Uno dan Koni (2012: 164)

menyebutkan bahwa “jika

r

xy

> r

tabel maka item bersangkutan dinyatakan valid,

sebaliknya jika

r

xy

r

tabel item bersangkutan dinyatakan tidak valid”. Dengan

taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) yaitu: (n-2) = (30-2) = 28, maka

diketahui

r

tabel sebesar 0,361. Dengan demikian, jika

r

xy

> r

tabel (0,374), maka

item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

a. Tabel hasil penghitungan uji validitas untuk instrumen Supervisi Kepala

Sekolah (X)

Tabel 3.2 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Supervisi Kepala Sekolah (X)

Nomor Soal rxy

Person r tabel Keterangan

(33)

16 0,542 0,374 Valid

17 0,803 0,374 Valid

18 0,598 0,374 Valid

19 0,782 0,374 Valid

b. Tabel hasil penghitungan uji validitas untuk instrumen Motivasi Berprestasi

Guru (Y1)

Tabel 3.3 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Motivasi Berprestasi Guru (Y1)

Nomor Soal rxy

Person r tabel Keterangan

1 0,818 0,374 Valid

c. Tabel hasil penghitungan uji validitas untuk instrumen Kinerja Mengajar Guru (Y2)

Tabel 3.4 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen Kinerja Mengajar Guru (Y2)

Nomor Soal rxy

Person r tabel Keterangan

(34)

18 0,765 0,374 Valid cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Merujuk pada penjelasan di atas, maka inti dari reliabilitas adalah

keandalan dan konsistensi dari suatu instrumen yang mampu mengungkap data

yang bisa dipercaya.

Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (non

parametrik), maka untuk menguji reliabilitas instrumen tersebut peneliti

menggunakan rumus Alpha:

(35)

∑ = jumlah varians butir = varians total

X = skor total

Harga

r

11 di atas kemudian dikonsultasikan menggunakan interpretasi

terhadap koefisien korelasi yang diperoleh atau nilai

r

.

Menurut Hadi (Arikunto,

2010: 319) menjelaskan bahwa interpretasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tak berkorelasi)

Tabel 3.6

Hasil Penghitungan Uji Reliabilitas Instrumen X, Y1 dan Y2

Variabel r11 Interpretasi Keterangan

(36)

menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Mencermati penjelasan di atas, maka kualitas data hasil penelitian

tergantung dua hal yaitu (1) instrumen penelitian dan (2) cara pengumpulan data.

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengumpulkan data, sedangkan cara

pengumpulan data sering disebut dengan teknik pengumpulan data sebagaimana

Sugiono tulis dalam bukunya “Metode Penelitian Pendidikan” tepatnya pada bab

7 yang membahas tentang Teknik Pengumpulan Data.

Berbeda dengan Sugiyono, salah seorang pakar penelitian yaitu Arikunto,

menyebut cara pengumpulan data dengan istilah metode. Arikunto memandang

bahwa banyak orang yang keliru dalam memahami istilah instrumen dan metode.

Arikunto (2010: 192) menjelaskan bahwa:

Banyak di antara orang yang belum paham benar akan penelitian, mengacaukan dua pengertian ini. Hal yang sering salah diperbuat oleh

mahasiswa yang menyusun skripsi atau tesis adalah menyebutkan “metode pengumpulan data adalah pedoman wawancara”. Jelas ini salah. Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode.

Selanjutnya Arikunto menjelaskan bahwa untuk beberapa metode,

kebetulan istilah bagi instrumennya memang sama dengan nama metodenya:

1. Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal tes;

2. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner; 3. Instrumen untuk metode observasi adalah check-list;

4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau dapat juga check-list.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik angket atau kuesioner

sebagai cara untuk mengumpulkan data. Alasan peneliti menggunakan teknik

angket atau kuesioner adalah karena teknik ini memiliki beberapa keuntungan,

sebagaimana disebutkan oleh Arikunto (2010: 195) keuntungan kuesioner yaitu:

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti;

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden;

(37)

d. Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab;

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

H. Analisis Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah

mengolah atau menganalisisnya. Hal ini dilakukan untuk untuk menjawab

rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian

ini. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa dengan seksama dan

memastikan jumlah instrumen yang dikumpulkan dari responden telah

terkumpul semuanya. Kemudian dicek pula kelengkapan lembaran instrumen

barangkali ada yang terlepas atau sobek;

2. Mengecek isian data, yaitu memeriksa dengan seksama seluruh item dalam

instrumen sudah diisi seluruhnya oleh responden. Apabila ada item instrumen

yang belum terisi, maka instrumen tersebut harus diisi ulang oleh responden

yang baru, hal ini dilakukan karena di dalam instrumen tidak dicantumkan

nama responden atau identitas dari responden itu sendiri;

3. Memberikan skor (scoring) terhadap item instrumen yang sudah diisi oleh

responden. Dalam hal ini scoring dengan menggunakan skala penilaian tipe

pengukuran Likert;

4. Mengolah data dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan yang ada.

Untuk menguji pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi

Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Negeri yang berada di

wilayah UPTD TK dan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kertasari

Kabupaten Bandung, digunakan SEM (structural equation model) dengan

menggunakan program SIMPLIS (SIMPLE LISREL) yang dikembangkan oleh

Joreskog dan Sorbom. Adapun program LISREL yang digunakan untuk

(38)

Dengan program LISREL 8.70, data pada penelitian ini diolah melalui dua

cara, yaitu: (1) analisis model pengukuran (analisis faktor), yang bertujuan untuk

memilih variabel-variabel terukur yang dapat dijadikan indikator-indikator yang

baik dari setiap variabel laten penelitian, dan (2) analisis model struktural, yaitu

kesesuaian antara model teoritik dengan data dan kebermaknaan dari setiap

koefisien hubungan kausal. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa model teoritis

yang diajukan peneliti tidak sesuai dengan data penelitian, maka dapat diajukan

model lain yang dianggap lebih tepat.

Menurut Bollen dan Long (Latan, 2012:42) terdapat lima proses yang

harus dilalui dalam analisis CB-SEM, dimana setiap tahapan akan berpengaruh

terhadap tahapan selanjutnya, yaitu (1) spesifikasi model, (2) identifikasi model,

(3) estimasi model, (4) evaluasi model, dan (5) respesifikasi model seperti tampak

pada gambar 3.2 di bawah ini:

Gambar 3. 6 Tahapan Analisis Menggunakan CB-SEM

Diadopsi dari Bollen dan Long (Latan, 2012:42)

a. Spesifikasi Model

Spesifikasi Model

Identifikasi Model

Estimasi Model

Respesifikasi Model Evaluasi Model

Step 1

Step 2

Step 3

Step 5

(39)

Spesifikasi model merupakan langkah awal dalam analisis SEM. Pada

tahap ini peneliti harus mendefinisikan secara konseptual konstruk yang diteliti

dan menentukan dimensionalitasnya. Selanjutnya arah kausalitas antar konstruk

yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan harus ditentukan dengan jelas,

dan yang paling penting adalah mempunyai landasan teori yang kuat. Teori yang

tidak mendukung model persamaan struktural yang dibangun, akan memberikan

hasil yang tidak bermakna atau bias, karena tujuan dari CB-SEM adalah untuk

mengkonfirmasi teori atau menguji teori, bukan untuk memprediksi atau

mengembangkan teori.

b. Identifikasi Model

Dalam SEM persoalan identifikasi model penting untuk mengetahui

apakah model yang dibangun dengan data empiris yang dikumpulkan itu memiliki

nilai yang unik ataukah tidak, sehingga model tersebut dapat diestimasi. Jika

model tidak memiliki nilai yang unik, maka model tersebut tidak dapat

diidentifikasi (unidentified). Penyebabnya ialah informasi yang terdapat pada data

empiris tidak cukup untuk menghasilkan solusi yang unik dalam menghitung

parameter estimasi model. Program LISREL dapat memberikan beberapa solusi

untuk masalah ini.

c. Estimasi Model

Model penelitian yang sudah memenuhi sspesifikasi dan identifikasi

model, selanjutnya dapat dilakukan estimasi model. Sebelum melakukan estimasi

model, penting bagi seorang peneliti untuk menentukan metode estimasi apa yang

akan digunakan dan mempertimbangkan berapa besar jumlah sampel yang

dibutuhkan, karena hal tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap interpretasi

hasil analisis. Dalam CB-SEM terdapat setidaknya tiga pilihan metode estimasi

yang sering digunakan oleh peneliti, yaitu Maximum Likelihood (ML),

Generalized Least Squares (GLS), dan Asymptotically Distribution Free (ADF).

d. Evaluasi Model

Evaluasi model bertujusn untuk mengevaluasi model secara keseluruhan,

(40)

CB-SEM dapat dilakukan dengan menilai hasil pengukuran model (measurement

model) yaitu melalui analisis faktor konfirmatori atau confirmatory factor analysis

(CFA) dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten, kemudian

dilanjutkan dengan evaluasi model structural (structural model) secara

keseluruhan dengan menilai kelayakan model melalui kriteria goodness of fit.

e. Respesifikasi Model

Setelah melakukan penilaian goodness of fit dan didapatkan model yang

diuji ternyata tidak fit, maka perlu dilakukan respesifikasi model. Perlu

diperhatikan bahwa respesifikasi model harus didukung teori karena tujuan dari

CB-SEM untuk mengkonfirmasi teori. Respesifikasi model tidak dianjurkan

hanya untuk mendapatkan model yang fit. Jika model telah direspesifikasi, maka

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari hasil penelitian ini, maka

kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada

pada kategori baik;

2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada

pada kategori baik;

3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung berada

pada kategori baik;

4. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh diperoleh kesimpulan

bahwa Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Motivasi Berprestasi

Guru;

5. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh diperoleh kesimpulan

bahwa Motivasi Berprestasi Guru berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar

Guru;

6. Berdasarkan hasil analisis model struktural diperoleh kesimpulan bahwa

Supervisi Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru;

7. Berdasarkan hasil estimasi model path diagram diperoleh kesimpulan bahwa

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru secara bersama

(42)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil temuan dan pembahasan penelitian di

atas, terdapat beberapa kelemahan dari indikator variabel penelitian yang mesti

diperbaiki dan ditingkatkan. Maka beberapa saran bagi pihak-pihak terkait adalah

sebagai berikut:

1. Dalam memulai kegiatan supervisi, hendaknya kepala sekolah memulai dengan

pendekatan yang baik, bisa berkomunikasi dengan para guru tentang berbagai

permasalahan yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar. Para guru

dalam kegiatan supervisi hendaknya dilibatkan sebagai rekan dan sahabat bagi

kepala sekolah. Melalui pendekatan yang bersifat kekeluargaan tersebut,

tentunya para guru akan merasa aman dan nyaman.

2. Dalam hal pelaksanaan supervisi, kepala sekolah hendaknya melaksanakannya

dengan rutin dan berkesinambungan. Sehingga melalui kegiatan supervisi,

berbagai permasalahan yang dihadapi para guru dalam kegiatan belajar

mengajar dapat diatasi dengan baik;

3. Dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, para guru hendaknya menjadikan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan. Kegiatan

awal, inti, dan akhir hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya;

4. Dalam hal penilaian pembelajaran, para guru hendaknya menyiapkan teknik

dan instrumen penilaian yang tepat. Penilaian hendaknya mengacu pada

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, M. (2009). Amstrong Hand Book of Performance Management.India: Replika Press Pvt Ltd.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, K. D. (2011). Tiga Koreksi SBY Bagi Para Guru. [online].Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com/node/167513 [30 November 2011].

Arnita. (2009). “Peranan Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas

Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SD Negeri 04 Kampung Manggis”. Jurnal

Guru. 6, (2), 155-162.

Bahar, M. (2011). “Analisis Mutu Kinerja Guru”. Jurnal Administrasi

Pendidikan.22, (2), 145-162.

Burhani, R. (2011). Kemendiknas Laksanakan Penilaian Kinerja Guru Tahun Depan.[online].Tersedia:http://www.antaranews.com/berita/276796/[23Septem ber 2011].

Darma, I. K (2007). “Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme terhadap

Prestasi Belajar Matematika Terapan pada Mahasiswa Politeknik Negeri Bali

Ditinjau dari Motivasi Berprestasi”. Teknodik.22,109-129.

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Dasrizal. (2009). “Pentingnya Supervisi Pendidikan sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru”. Jurnal Guru.6, (1), 9-19.

Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fattah, N. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Fauza, S. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru. Tersedia: http://sabrinafauza.wordpress.com. [5 April 2010].

Gambar

Gambar
Gambar 3.5 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen  Supervisi Kepala Sekolah (X)
Tabel 3.3 Hasil Penghitungan Uji Validitas Instrumen  Motivasi Berprestasi Guru (Y)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh market timing ability , stock selection skill, expense ratio dan tingkat risiko terhadap kinerja reksa dana saham di

Program Bimbingan Pribadi – Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu. Bagaimanakah

Antrian yang terlalu panjang mengakibatkan nasabah meninggalkan antrian, dalam teori antrian hal ini disebut dengan istilah balking Dengan menggunakan data jumlah kedatangan

dan simbolik materi hidrolisis garam dalam courseware multimedia yang

dan Bob telah memiliki sebuah kunci yang sama tanpa diketahui pihak lain. Salah satu algoritma yang dikembangkan sesuai kriptografi asimetris adalah algoritma

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN MENELITI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) BIOLOGI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Multimedia yang digunakan adalah Flash 5.0 yang merupakan salah satu software multimedia keluaran Macromedia yang dapat menggabungkan suara, animasi grafik, dan video, sehingga

2.Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan metode bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak TK kelompok B di TK Al-Huda Kecamatan Cangkuang Kabupaten