• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA DI SMP

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

oleh

Rianti Dwi Yuniartika NIM. 0700105

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR  KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP 

 

 

 

 

 

 

Oleh 

Rianti Dwi Yuniartika 

 

 

 

 

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana  Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 

 

 

© Rianti Dwi Yuniartika2014 

Universitas Pendidikan Indonesia 

Agustus 2014 

 

Hak Cipta dilindungi undang‐undang. 

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,  

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis. 

 

 

(3)

RIANTI DWI YUNIARTIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Ida Kaniawati, M.Si 196807031992032001

Pembimbing II

Agus Fany Chandra Wijaya, M.Pd 198108122005011003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si 196807031992032001  

(4)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA

DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

Dilatarbelakangi oleh hasil belajar kognitif yang belum mencapai standar ketercapaian dan hasil observasi yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang belum melatih siswa untuk berpikir kreatif dan mandiri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk untuk meningkatkan hasil belajar kognitif fisika dalam pembelajaran fisika di SMP. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Pengambilan data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan tes berupa soal pilihan ganda dengan empat opsi jawaban untuk mengukur ranah kognitif serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis data tes kognitif dilakukan dengan menghitung gain normalissi dari perbandingan pretes dan postes serta perhitungan per ranah kognitif antara C1, C2 dan C3. Analisis data hasil observasi keterlaksanaan model PBM dilakukan dengan menghitung persentase tahapan pembelajaran yang terlaksana, lalu diinterpretasikan ke dalam kategori Keterlaksanaan Model Pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk ranah kognitif sebesar 0,40 termasuk kategori sedang, dengan rincian nilai gain yang dinormalisasi untuk aspek C1sebesar 0,45, aspek C2 sebesar 0,35, aspek C3 sebesar 0,37. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa SMP.

(5)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

ABSTRACT

PROBLEM-BASED LEARNING MODEL APPLICATION FOR IMPROVING COGNITIVE LEARNING OUTCOMES LEARNING IN

PHYSICS PHYSICS IN SMP

Motivated by cognitive learning outcomes that have not reached the standard of achievement and observations indicate that the learning process is not to train students to think creatively and independently, this study aims to determine the application of the model to Problem Based Learning to improve learning outcomes in the cognitive learning physics physics in junior . The method used in this study is a quasi experimental research design with one group pretest-posttest design. Collecting data on research carried out by using the test in the form of multiple choice questions with four answer options to measure cognitive and learning feasibility observation sheet.

Data analysis was performed by calculating the cognitive tests normalissi gain from pretest and posttest comparisons and calculations per cognitive domain between C1, C2 and C3. Analysis of data from observational feasibility PBM models is done by calculating the percentage of the learning phase has been completed, then interpreted into the category successful implementation learning model. The results showed an average value for the normalized gain of 0.40 cognitive domains including the medium category, with details of the value of the gain is normalized to 0.45 C1aspect, the aspect of 0.35 C2, C3 aspect of 0.37. Therefore, it can be concluded that the application of the model of Problem Based Learning can improve cognitive learning outcomes junior high school students.

(6)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA

LEMBAR PENGESAHAN

HALAMAN PERYATAAN

UCAPAN TERIMA KASIH

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Batasan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Variabel Penelitian ... 6

G.Definisi Operasional ... 6

BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP A.Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 7

1. Pengertian Pembelajran Berbasis Masalah ... 7

2. Hasil Belajar ... 12

B. Kerangka Pemikiran ... 22

C.Hipotesis Penelitian ... 23

(7)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

B.Desain Penelitian ... 24

C.Populasi dan Sampel ………. ... 25

D.Prosedur Penelitian ………... ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Pengolahan Data ... 27

1. Pengolahan Hasil Belajar ... 27

2. Pengolahan Lembar Observasi ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pelaksanaan Penelitian ………. 34

B.Keterlaksanaan Model Pembelajaran ……… 35

C.Hasil Temuan Penelitian ... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ………... 46

B.Saran ………... 46

DAFTAR PUSTAKA ……….. 47

LAMPIRAN A. KISI-KISI SOAL ... 48

B. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN... 60

C. UJI INSTRUMEN ... 85

D. PENGOLAHAN DATA ... 91

E. FOTO KEGIATAN ... 95

(8)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran sains yang dikembangkan di sekolah saat ini pada umumnya lebih

cenderung kepada proses mengajarkan suatu mater ajar saja tanpa memperhatikan

bagianbagian lain dari proses keilmuan. Padahal sains khusunya dalam pembelajaran IPA

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Carin & Evans (1990)

menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau

metode, sikap, dan teknologi. IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di

dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang sudah

diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA merupakan suatu

proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA

dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka, dan jujur. IPA sebagai teknologi

mengandung pengertian bahwa IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA

mengandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seharusnya siswa

dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman siswa terhadap IPA menjadi

utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya.

Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis

dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil

observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan

bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan

(9)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi

penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran,

dan penarikan kesimpulan;

3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari - hari.

Fisika sendiri merupakan bagian dari lingkup pelajaran IPA pada hakikatnya adalah

kumpulan pengetahuan, cara berpikir dan penyelidikan serta keterampilan. Fisika

dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya

harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien

yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan praktik,

siswa melakukan olah pikir dan juga olah tangan.

Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi

yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir

(perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan

merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi

perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan

dievaluasi pada diri mahasiswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan

Hasil studi literatur dan wawancaran non formal dengan salah satu guru kelas SMP

Negeri di kota Bandung menunjukkan bahwa hasil belajar siswa umumnya sekiar 75% di

bawah standar minimal ketuntasan belajar. Maka untuk mencapai ketuntasan belajar,

kebanyakan dari mereka diperoleh lewat remedial berulang. Selama ini, guru biasanya

melakukan proses mengajar dengan metode ceramah tanpa adanya proses praktikum

berkelompok. Proses pembelajaran fisika yang masih berpusat pada guru dan lebih

menekankan pada proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa tidak menempatkan

siswa sebagai pengkonstruksi pengetahuan. Proses pembelajaran seperti ini biasanya kurang

memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir siswa. Hal ini berdampak pada rendahnya

motivasi siswa untuk belajar sebelum materi ajar diberlakukan, sehingga potensi penguasaan

konsep, kemampuan berpikir, kecakapan, dan sikap ilmiah siswa menjadi tidak berkembang.

Salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat membantu dan memfasilitasi

(10)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3

berbagai kecakapan dan keterampilan berpikir adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Dalam PBM, siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka

dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi

dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997,

dalam Karim et al., 2007).

Selain itu, terdapat hal yang hendaknya diperhatikan pula dalam pelaksanaan proses

pembelajaran di kelas, yaitu interaksi siswa di kelas. Hal ini menjadi penting karena pada

tingkatan pendidikan tertentu, misalnya SMP/MTs, fisika dirasa penting diajarkan tersendiri

sebagai bekal ilmu kepada peserta didik, menumbuhkan kemampuan berpikir memecahkan

masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengelolaan interaksi di kelas dengan

baik dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang kebutuhan fitah emosional dan psikologisnya

terpenuhi. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik harus mampu menghasilkan manusia

yang seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional

Quotient) dan SQ ( Spiritual Quotient ) yang optimal.. Berdasarkan berbagai penelitian, IQ

hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%. Pemahaman atas

dinamika kelompok akan mengantarkan kita bagaimana suatu kelompok yang dinamis dapat

terbangun yang mana setiap anggota dalam kelompok tersebut merasakan kepuasan

berinteraksi sesuai peran yang seharusnya ditempati. Kaitannya dengan pendidikan, bahwa

jika masing-masing siswa dalam kelompok belajarnya dan dalam pembelajaran klasikal di

kelas dapat merasakan kepuasan berinteraksi selama proses pembelajaran dalam perannya

sebagai siswa yang belajar, yang membangun pengetahuannya dengan difasilitasi pendidik,

maka diharapkan siswa akan memiliki kepekaan sosial dalam berinteraksi dan motivasi

belajar yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengajukan penelitian mengenai

bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil

belajar kognitif siwa.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

(11)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa dalam pembelajaran fisika di SMP?

Berdasarkan rumusan masalah secara umum di atas, maka permasalahan penelitian di

atas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar pada setiap aspek kognitif siswa setelah

diterapkan model pembelajaran berbasis masalah?

2. Bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis masalah?

C. BATASAN MASALAH

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan

batasan masalah dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, hanya dibatasi pada upaya

meningkatkan hasil belajar kognitif siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan

model pembelajaran berbasis masalah yang mencakup tiga aspek kognitif yakni aspek

pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Peningkatan hasil belajar kognitif

yang dimaksud ditinjau berdasarkan pada hasil pretest dan posttest.

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh penerapan

model pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam

pembelajaran fisika di SMP.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi kemajuan prestasi belajar siswa

secara umum, maupun sebagai bentuk pilihan strategi mengajar guru dalam pembelajaran

(12)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar fisika pada siswa dalam

ranah kognitif siswa.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model

pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar

siswa sebagai upaya lebih mencerdaskan bangsa.

3. Bagi peneliti

Memberikan wawasan baru bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam

penyusunan atau pengembangan teori pendidikan bagi pelaksanaan pendidikan, dan

memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

sains.

F. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah.

2. Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa.

G. DEFINISI OPERASIONAL

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) didefinisikan sebagai suatu model

yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai

pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) meliputi 5 tahap pembelajaran

(Nurhayati Abbas, 2000), yaitu tahap orientasi siswa pada masalah,

mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau

kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk mengetahui bagaimana tercapainya

(13)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

pembelajaran pada saat model pembelajaran ini diterapkan, yaitu dengan

menggunakan lembar observasi guru dan siswa.

2. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami

proses pembelajaran. Hasil belajar menurut Benyamin Bloom et.al (Sagala, 2008)

diklasifikasikan ke dalam tiga domain (aspek) yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan

aspek psikomotor. Untuk hasil belajar siswa pada ranah kognitf didefinisikan

sebagaimana tercakup dalam taksonomi Bloom yang meliputi C1 (hapalan), C2

(pemahaman), C3 ( penerapan). Adanya peningkatan hasil belajar ini diukur dengan

menggunakan selisih dari pretest dan posttest. Tes yang diberikan berbentuk tes

(14)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri di kota

Bandung dengan subjek penelitiannya adalah 35 orang siswa pada salah satu kelas VIII yang

ada di sekolah tersebut.

B. DESAIN PENELITIAN

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda penelitian eksperimen

semu (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek

dengan varibel-variabel tertentu. Design penelitian yang digunakan adalah one group pretest

posttest design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja

yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau kelompok

kontrol. Skema one group pretest posttest design ditunjukkan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Desain penelitian one group pretest posttest design Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Keterangan :

T1 : Pre test

T2 : Post test

(15)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

21

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah total semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun

pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan

objek yang dibatasi oleh suatu kriteria atau pembatasan tertentu, sedangkan sampel adalah

sebagian dari populasi (Nana Sudjana, 1975 : 5). Dengan kata lain, sampel itu harus

representatif dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula dalam

sampel yang diambil.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pada sebuah kelas VIII di salah

satu SMP di Bandung. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas

dari keseluruhan populasi yang dipilih secara random (acak).

D. PROSEDUR PENELITIAN

Berdasarkan model penelitian one group pretestt posttest design maka prosedur

penelitian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :

1) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat dan inovatif mengenai

bentuk pembelajaran yang hendak diterapkan.

2) Telaah kurikulum, dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak

dicapai agar model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan

dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan

dalam kurikulum.

3) Observasi awal, dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas yang akan dikenakan

perlakuan model pembelajaran berbasis masalah dengan memperhatikan pola

berpikir kritis.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Skenario Pembelajaran sesuai

dengan model pembelajaran yang diujikan. Kemudian menyediakan alat percobaan,

membuat lembar observasi, membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), dan mendesign

(16)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

22 5) Membuat instrumen penelitian.

6) Melakukan bimbingan ke dosen pembimbing dan uji judgement

7) Melakukan uji coba instrumen sebagai tolok ukur kemudahan dari soal.

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

1) Melakukan uji coba instrumen berupa pretest

2) Kelas eksperimen tersebut dikenakan perlakuan (treatment), yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan memperhatikan dinamika

kelompok untuk tiga kali pertemuan.

3) Melakukan posttest

4) Membandingkan antara hasil pretest dan posttest untuk menentukan besar perbedaan

yang timbul. Jika sekiranya perbedaan itu ada, maka perbedaan itu tidak lain

disebabkan oleh pengaruh dari perlakuan (treatment) yang diberikan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data dihimpun berdasarkan hasil observasi dan tes formatif atau tes hasil belajar.

a. Observasi

Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi terhadap keterlaksanaan

model pembelajaran berbasis masalah kepada siswa berupa hasil ranah kognitif.

b. Tes Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dapat diketahui dari nilai tesnya. Oleh karena itu,

sebelum melakukan tes hasil belajar, terlebih dahulu harus dibuat instrumen penelitian.

Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa pada saat pretest dan posttest. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa beberapa butir pilihan ganda dengan soal yang

menguji pemahaman siswa ditinjau berdasarkan taksonomi Bloom dengan aspek hafalan

(recall) yang dinyatakan sebagai C1, aspek pemahaman (comprehension) yang dinyatakan

(17)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

23

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah

sebagai berikut :

1) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi pokok cahaya.

2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

3) Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.

4) Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.

5) Setelah instrumen yang diujicobakan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat

digunakan untuk melakukan pretest dan posttest.

F. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka diadakan ujicoba instrumen, tujuannya

untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen sehingga ketika instrumen itu diberikan

pada kelas eksperimen, instrumen tersebut telah valid dan reliabel. Ujicoba instrumen ini

dilakukan pada kelas yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas eksperimen

yang akan diberi treatment, karena untuk mengukur sesuatu diperlukan alat ukur yang baik,

dengan kata lain alat ukur yang digunakan harus memiliki validitas dan reliabilitas yang

tinggi.

a) Pengolahan tes hasil belajar

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum

pembelajaran dan setelah pembelajaran. Soal tersebut sebelum digunakan untuk penelitian,

terlebih dahulu dilakukan analisis hasil tes yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda

dan tingkat kesukaran.

Teknik analisis instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes dalam

pengambilan data. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas, daya

pembeda, dan tingkat kesukaran tes.

1. Validitas

(18)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

24

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud. Uji validitas tes

yang digunakan adalah uji validitas konstruksi (construct validity). Validitas dalam

kesesuaian soal dengan indikator dilakukan penelaahan (judgement) oleh dosen penelaah

instrumen tes terhadap butir-butir soal yang sebelumnya dipertimbangkan oleh dosen

pembimbing. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris digunakan uji statistik, yakni

teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu :

 

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

(Arikunto, 2009, hlm. 72)

Nilai koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan tabel nilai r

product moment (Arikunto, 2009, hlm. 75). Jika harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut

dinyatakan valid. Selain itu juga digunakan interpretasi berdasarkan kategori sesuai tabel

(Arikunto, 2009, hlm. 75)

Tabel 3.2

Klasifikasi Validitas Butir Soal Instrumen Tes

Nilai rxy Kriteria

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,80 Tinggi

(19)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25 2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang

memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama

(relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh

orang yang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh

oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang

reliable.

Analisis reliabilitas soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha (cronbach a). Adapun rumus yang digunakan:

: reliabilitas yang dicari

∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total

(Arikunto, 2009, hlm. 109)

Tolak ukur yang menginterpretasikan derajat reliabilitas alat ukur dapat menggunakan

tolak ukur (Arikunto, 2009) yaitu:

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Tes

Interval Kategori

0,90  r11  1,00 sangat tinggi

0,20-0,40 Rendah

(20)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26

0,70  r11  0,90 Tinggi

0,40  r11  0,70 Cukup

0,20  r11  0,40 Rendah

r11  0,20 sangat rendah

3. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik ialah soal yang berada di tingkat pertengahan kesukaran (tidak terlalu

mudah dan tidak terlalu sukar). Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar

dan mudahnya suatu soal diukur dari seberapa banyaknya siswa yang menjawab soal

tersebut. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf

kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu

sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P

adalah:

dengan,

P : indeks tingkat kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2009, hlm. 208)

Klasifikasi indeks kesukaran menurut Arikunto (2009, hlm. 210)

Tabel 3.4

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes

Tingkat Kesukaran Kategori

0,00 – 0,3 sukar

0,30 – 0,70 sedang

0,70 – 1,00 mudah

(21)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa

yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2009, hlm.

211). Sehingga soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang

berkemampuan tinggi saja. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi/ daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0, 00 sampai 1, 00.

Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:

dengan,

P : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

: banyaknya peserta kelompok atas

: banyaknya peserta kelompok bawah

: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

(Arikunto, 2009, hlm. 213)

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2009, hlm. 218)

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,41 – 0,70 Baik (good)

0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)

D = 0 Berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda

D = 1 Berarti bahwa soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi

D = - (negatif) Berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi

(22)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

28

Proses penskoran ini dilakukan baik pada pretestt maupun pada posttest,

kemudian dari masing-masing data skor pretestt dan posttest tersebut dihitung

rata-ratanya.

 Menghitung gain skor

Gain skor adalah selisih antara skor posttest dan skor pretestt untuk menentukan

gain suatu tes, dapat digunakan rumus:

(Hake, 1998)

 Gain ternormalisasi

Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang ternormalisasi akan

digunakan persamaan (Hake, 1998) sebagai berikut:

(% % )

Nilai <g> yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel di bawah

ini.

(23)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

29

Observasi dilakukan oleh tiga orang observer yang mana akan mengamati kegiatan

siswa dan guru dengan ketentuan yang terlampir. Dari hasil observasi itu, akan

dipersentasikan dalam bentuk tabel keterlaksanaan. Tabel keterlaksanaan akan disajikan di

dalam bab pembahasan. Sebagai rujukan, lembar observer akan dilampirkan pada lampiran.

Data observasi ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan

Pengembangan Model Pembelajaran Fisika. Pengolahan data yang dilakukan dengan cara

mencari presentase keterlaksanaan model pembelajaran yang digunakan. Adapun

langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format

observasi keterlaksanaan model pembelajaran

2) Melakukan perhitungan presentase keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan rumus berikut:

% Keterlaksanaan Model =

X 100 %

3) Hasilnya kemudian dikonsultasikan ke dalam kategori keterlaksanaan model

pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori Keterlaksanaan Model Pembelajaran Presentase Keterlaksanaan (%) Interpretasi

0,0 – 24,5 Sangat kurang

25,0 – 37,5 Kurang

37,6 – 62,5 Sedang

62,6 – 87,5 Baik

87,6 – 100 Sangat Baik

Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan dan

kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat melakukan

pembelajaran lebih baik dari pertemuan sebelumnya.

(24)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

30

Uji instrumen dilakukan di sekolah yang sama namun di kelas IX dengan alasan

kelas IX sudah mengalami materi ajar dan pembelajaran mengenai cahaya dan

cermin. Dari uji instrumen yang dilakukan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.8 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Kognitif

No.

Soal

Ranah

Kognitif

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Kategori

Reliabilitas Soal

Ket. Nilai Kategori Nilai Kategori

(25)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 41

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini serta pembahasan dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan hasil belajar kognitif siswa setelah dilakukan pembelajaran perkembangan

berbasis masalah. Dalam proses pemhamannya didapatkan hasil gain ternormalisasi dari

perbandingan hasil nilai pretest dan posttest secara keseluruhan.

Hal ini diinterpretasikan oleh hasil penelitian yng memang terdapat peningkatan hasil

pretest seluruh siswa dengan hasil posttestnya dengan kenaikan sebesar gain 0,4 atau bisa

disebutkan dengan kenaikan 40% (kategori sedang). Sedangkan untuk peningkatan hasi ranah

kognitif dlihat dari per butir soal yang dipreserntasikan dengan ketercapaian gain

ternormalisasi pretest-posttest sebesar 45%, untuk C2 sebesar 35% dan untuk C3 sebesar

37%, yang dari ketiganya dikelompokkan menjadi kategori sedang.

B. SARAN

Dari segala kekurangan yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, maka ada

saran untuk penelitian lebih lanjut yakni diperlukan penguatan pada tahapan PBM ketiga

yakni penyelidikan individu maupun kelompok, karena hal itu menunjang pada pemahaman

(26)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xii

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Penerbit rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Clark, D. (2000). Learning Domain or Bloom’s Taxonomy. [Online]. Tersedia: http://www.skagitwatershed.org/~donclark/hrd/bloom.html. [11 Oktober 2009].

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Duch,J.Barbara.2001.The Power Of Problem Based Learning.Virginia:Sterling.

Joyce, Weil. (1980). Model Of Teaching. Needham Height, Massachustetts : Alyn abd bachon.

http://sigitsetiyadhi.wordpress.com/2010/05/28/apa-sich-ipa-itu/

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Nuh, U. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana pada

FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Rosda.

(27)

Rianti Dwi Yuniartika, 2014

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Di Smp

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xiii

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS

Wulan, Ana Ratna. (2013). Taksonomi Bloom Revisi. (Online). Tersedia di: http://www.slideshare.net/imdswambha/taksonomi-bloom-revisi-new [ 20 Maret 2014]

Wulandari, R. (2008). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Gambar

Tabel 3.1 Desain penelitian one group pretest posttest design
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal Instrumen Tes
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Instrumen Tes
Tabel 3.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

bahwa keberadaan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjar Nomor 5 Tahun 1989 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat

a) Pada ayam tidak terjadi proses pengunyahan dalam mulut karena ayam tidak mempunyai gigi, tetapi di dalam ventrikulus terjadi fungsi yang mirip dengan gigi yaitu

Secara umum dapat diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi melalui1. media kardus terbukti secara signifikan dapat meningkatkan

The study presents a scheme for discriminating dead standing trees from living ones in forest areas based on a 3D single tree detection method from full-waveform LiDAR data.

Skripsi : Kemampuan Anak dalam Menari dengan Menggunakan Metode Meniru, SAS, dan Demonstrasi serta Eksperimen di TK Islam

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Tunggal Sekunder Pelana (Ngang Shan) Sudut 45° Gevel V terbalik Pelana – perisai (Hsieh Shan) Sudut 45° Majemuk Primer Segi delapan (Tsuan Tien) Sudut 45°. Tidak

Private Sub cmd_close_Click() Unload MeH.