45
Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil responden
Karakter responden berdasarkan demografi ditunjukkan di dalam profil responden. Profil responden ini mencakup jenis kelamin, usia, dan pekerjaan.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
Pria 57 57%
Wanita 43 43%
TOTAL 100 100%
Hasil menunjukkan bahwa pria lebih unggul daripada wanita. Bisa dilihat prosentase pria (57%) lebih besar 14% dibanding wanita (43%). Jumlah responden tidak sama sebab teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Tabel 4.2 Usia Responden
Bedasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pengguna provider XL sebesar didominasi oleh responden dengan range usia antara 18-30 tahun (53%).
Usia Frekuensi Prosentase (%)
≤17 tahun 10 10%
18-30 tahun 53 53%
31-45 tahun 16 16%
46-60 tahun 20 20%
>60 tahun 1 1%
TOTAL 100 100%
46
Universitas Kristen Petra
Hal tersebut dapat sekilas menjelaskan bahwa pengguna XL kebanyakan dari kalangan usia tersebut.
Tabel 4.3 Pekerjaan Responden
Tabel 4.3 menunjukkan mayoritas dari responden yang menggunakan provider XL adalah dari kalangan pelajar dan mahasiswa dengan jumlah 47 responden dari 100 orang (47%). Lalu disusul dari golongan responden yang mempunyai pekerjaan sebagai wirausaha (24%) dan yang ketiga terbanyak adalah dari responden yang mempunyai pekerjaan sebagai karyawan swasta (18%). Lalu responden yang menempati urutan jumlah paling sedikit adalah responden dari golongan yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai frekuensi 9 dengan prosentase hanya 9%. Angka-angka di atas juga dapat sekilas menunjukkan bahwa provider XL digunakan oleh mayoritas konsumen yang mempunyai pekerjaan sebagai pelajar dan termasuk mahasiswa, kemudian yang berikutnya disusul oleh golongan responden yang mempunyai pekerjaan sebagai wirausaha.
4.2 Analisa Deskriptif
Pada sub bab ini akan dijelaskan secara deskriptif dari jawaban responden yang mencakup dimensi dari Brand Attachment (Emotion, Passion, Relevance), Brand Commitment (Affective, Continuance), Brand Image (Mystery, Intimacy,
Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)
Pelajar/mahasiswa 47 47%
Pegawai negeri 0 0%
Wirausaha 24 24%
Karyawan swasta 18 18%
Ibu rumah tangga 9 9%
TOTAL 100 100%
47
Universitas Kristen Petra
Sensuality), dan Brand Loyalty (Behavioral, Attitudinal). Cara untuk mendeskripsikan data adalah dengan analisa Top Two Boxes (setuju dan sangat setuju)dan Bottom Two Boxes (tidak setuju dan sangat tidak setuju).
Tabel 4.4 Analisa Deskripti Dimensi Emotion
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S S S
X1.1.1
XL adalah provider yang terkesan modern dan mengikuti permintaan
konsumen
3 9 5 33 50 4,090 4,180 1,071 83
X1.1.2 Paket combo XL dapat dikatakan
simpel dan mudah bagi saya 0 14 4 42 40 3,870 4,080 0,997 82 X1.1.3
Saya menggunakan XL karena merupakan provider terbesar seasia
tenggara
5 7 3 56 29 3,680 3,970 1,024 85
Pada tabel ini, nilai bottom pada X1.1.1 adalah 12 dan nilai top adalah 83;
dan dapat sekilas ditunjukkan secara umum bahwa kesan merek yang ada pada XL Axiata sudah baik di mata pelanggan. XL memang sampai sekarang ini membuktikan bahwa kesan merek yang diusungnya adalah positif dan belum terdengar hal yang negatif. Kemudian pada X1.1.2 mempunyai nilai bottom 14 dan nilai top 82. Pada X1.1.2 secara umum menunjukkan bahwa responden setuju bahwa paket combo dari XL adalah baik. Lalu pada pertanyaan X1.1.3 secara umum menggambarkan bahwa responden setuju jika XL adalah provider terbesar seasia tenggara dengan ditunjukkan dengan nilai bottom 12 dengan nilai top 85.
Tabel 4.5 Analisa Deskriptif Dimensi Passion
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S S S
X1.2.1 Tarif telepon sesama XL lebih
terjangkau dan menguntungkan 2 13 3 38 44 4,090 1,078 15 82
X1.2.2 Saya antusias mencoba beralih ke
jaringan 4G LTE XL 4 18 5 33 40 3,870 1,230 22 73
X1.2.3 Saya tidak merasa rugi dalam
menggunakan kartu perdana XL 4 17 8 49 22 3,680 1,112 21 71
48
Universitas Kristen Petra
Tabel ini menunjukkan bottom dari X1.2.1 adalah 15 dengan top 82.
Secara umum bisa dikatakan bahwa kebanyakan responden setuju jika tariff telepon ke sesame XL adalah terjangkau dan menguntungkan. Untuk X1.2.2 mempunyai bottom 22 dan nilai top 73 di mana secara umum dapat ditunjukkan bahwa kebanyakan dari responden setuju jika mereka antusias untuk mencoba jaringan 4G LTE, apalagi saat ini generasi ke-4 dari inovasi teknologi kecepatan sebuah jaringan ini sedang menjadi paling baru dan tercepat untuk sebuah kebutuhan internet, didukung dengan smartphone yang memang mendukung jaringan 4G LTE. XL sendiri menjadi provider pertama di Indonesia yang mendukung jaringan ini. Kemudian untuk X1.2.3 dengan bottom 21 dan nilai top 71 yang menunjukkan sekilas bahwa responden kebanyakan setuju bahwa tidak merasa rugi selama menggunakan kartu perdana XL.
Tabel 4.6 Analisa Deskriptif Dimensi Relevance
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S SS
X1.3.1 Layanan customer service dari XL dapat sesuai
dengan harapan saya. 6 10 2 40 42 4,020 1,175 16 82
Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada pertanyaan X1.3.1 secara umum responden mempunyai pendapat setuju bahwa layanan dari customer service XL sesuai yang diharapkan, dengan nilai bottom 16 dan nilai top 82. Layanan adalah salah satu penentu apakah konsumen akan puas terhadap sebuah jasa atau tidak.
XL kebetulan mempunyai bagian dari produk berbentuk barang dan produk berbentuk jasa. Produk berbentuk jasa ini seperti customer service untuk mendukung XL tetap mempertahankan kualitasnya dengan melayani konsumen dari berbagai macam keluhan atau masalah dan menerima masukan dari konsumen.
49
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.7 Analisa Deskriptif Dimensi Affective
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S SS
Y1.1.1 XL mempertahankan basic service yang baik
seperti suara jernih dan harga terjangkau 5 17 9 48 21 3,630 1,137 22 69
Data berikut menggambarkan pertanyaan Y1.1.1 mempunyai mayoritas responden yang secara umum setuju jika XL mempertahankan basic service-nya.
Memang sampai sekarang terbukti XL selalu mempunyai suara yang jernih saat melakukan panggilan dan juga banyak orang mengenal XL adalah kartu perdana yang mempunyai banyak tarif terjangkau. Pertanyaan Y1.1.1 mempunyai bottom senilai22dan nilai top 69.
Tabel 4.8Analisa Deskriptif Dimensi Continuance
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S SS
Y1.2.1
Saya menggunakan XL karena lebih terjangkau untuk telepon ke sesama XL dan adanya gratis
telepon ke semua operator
3 10 7 66 14 3,780 0,912 13 80
Tabel 4.8 berikut ini dapat dilihat dari pertanyaan Y1.2.1 mempunyai nilai bottom 13 dan nilai top 80. Secara general, responden kebanyakan setuju jika XL mempunyai tarif telepon terjangkau ke seama XL dan adanya bonus gratis telepon ke semua operator selama 20 menit setelah pemakaian Rp 3000 ke operator apa saja. XL Axiata memang selalu menyediakan layanan yang baik terhadap kebutuhan konsumen dengan tidak terlalu meninggikan tarifnya.
50
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.9 Analisa Deskriptif Dimensi Behavioral
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S SS
Z1.1.1 Saya selalu membeli dan menggunakan kartu
perdana XL 5 10 5 58 22 3,820 1,043 15 80
Data dari tabel berikut ini menunjukkan jika pertanyaan Z1.1.1 mempunyai nilai bottom 15 dan nilai top 80. Juga secara umum dapat dikatakan bahwa responden kebanyakan setuju jika mereka selalu membeli dan menggunakan kartu perdana XL.
Tabel 4.10 Analisa Deskriptif Dimensi Attitudinal
Variabel Indikator Jawaban
Mean S td.
DEV Bottom Top STS TS N S SS
Z1.2.1
Saya akan merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli dan menggunakan kartu perdana
XL
0 11 4 55 30 4,040 0,882 11 85
Tabel 4.10, dijelaskan bahwa pada pertanyaan Z1.2.1 mempunyai nilai bottom 11 dan nilai top 85. Selain itu pada tabel di atas secara umum menjelaskan bahwa responden setuju untuk merekomendasikan kepada orang lain untuk membeli dan menggunakan kartu perdana XL.
4.3 Uji Reliabilitas
4.3.1 Indicator Reliability
Sebuah awalan jika akan melakukan pemeriksaan terhadap indikator- indikator yang digunakan untuk mengolah data dapat dikatakan reliable yaitu dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah dengan menggunakan indicator reliability. Indicator reliability digunakan untuk menguji konsistensi indikator pada outer model. Nilai indicator reliability diperoleh dari hasil pangkat dua dari outer loading setiap indikator yang digunakan. Hulland (1999) menyatakan bahwa
51
Universitas Kristen Petra
nilai indicator reliability diatas 0.70 termasuk dalam kategori “baik”, 0.40 sampai 0.70 dianggap “cukup”, dan dibawah 0.40 dikatakan “tidak layak”. Berikut ini adalah nilai outer loading yang telah diolah menjadi indicator reliability.
Tabel 4.11 Indicator Reliability Latent Variable Indicator Loadings Indicator
Reliability Kesimpulan
Brand Attachment
X1.1.1 0,783 0,613089 Cukup
X1.1.2 0,757 0,573049 Cukup
X1.1.3 0,79 0,6241 Cukup
X1.2.1 0,805 0,648025 Cukup
X1.2.2 0,824 0,678976 Cukup
X1.2.3 0,801 0,641601 Cukup
X1.3.1 0,795 0,632025 Cukup
Brand Commitment Y1.1.1 0,851 0,724201 Baik
Y1.2.1 0,901 0,811801 Baik
Brand Loyalty Z1.1.1 0,915 0,837225 Baik
Z1.2.1 0,848 0,719104 Baik
Variabel brand attachment yang terdiri dari tujuh indikator memiliki tingkat reliabilitas yang cukup. Secara keseluruhan semua indikator dapat dengan layak untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
Variabel brand commitment secara keseluruhan memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Maka dapat dikatakan bahwa semua indikator dapat dengan layak untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
Variabel brand loyalty secara keseluruhan memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Sehingga semua indikator dapat dikatakan dengan layak untk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
52
Universitas Kristen Petra
4.3.2 Internal Consistency Reliability
Pada tahap kedua pengukuran reliabilitas, dilakukan pengukuran internal consistency reliability untuk mengukur seberapa konsisten indikator tiap-tiap variabel yang ada. Hasil penelitian Bagozzi & Yi (1988) menyarankan penggunaan Composite Reliability untuk mengukur internal consistency reliability sebagai pengganti Cronbach’s Alpha pada penelitian modern. Nilai composite reliability harus lebih dari 0,6 agar sebuah variabel dapat dikatakan reliable.
Tabel 4.12 Internal Consistency Reliability
Variabel Composite Reliability Keterangan
Brand Attachment 0,923 Reliable
Brand Commitment 0,869 Reliable
Brand Loyalty 0,875 Reliable
Pada tabel 4.12, dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel memiliki nilai composite reliability diatas 0,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel memiliki level internal consistency reliability yang tinggi.
4.4 Uji Validitas
4.4.1 Convergent Validity
Jika akan memeriksa nilai convergent validity, diperlukan evaluasi Average Variance Extracted (AVE) pada setiap variabel laten. Nilai AVE harus
>0,5sehingga dapat dipastikan bahwa tiap variabel memiliki nilaiconvergent validity yang layak digunakan.
Tabel 4.13 Convergent Validity
Variabel AVE Keterangan
Brand Attachment 0,630 Valid
53
Universitas Kristen Petra
Brand Commitment 0,768 Valid
Brand Loyalty 0,778 Valid
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa keseluruhan variabel yang digunakan pada penelitian ini memiliki convergent validity yang layak. Dengan memastikan convergent validity, maka dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan validitas tahap selanjutnya.
4.4.2 Discriminant Validity
Berdasarkan Fornell dan Larcker (1981) menyarankan bahwa akar pangkat dua nilai AVE setiap latent variable harus lebih besar dari nilai korelasi terhadap variabel lainnya untuk memastikan discriminant validity.
Tabel 4.14 Tabel Akar Pangkat DuaAVE
Brand Attachment Brand Commitment Brand Loyalty Brand Attachment 0,794
Brand Commitment 0,784 0,876
Brand Loyalty 0,786 0,812 0,882
Data dari tabel 4.4.2 menunjukkan sebuah hasil yang tercetak tebal di mana itu adalah maksud dari akar pangkat dua yang diperoleh dari setiap laten variabel pada hasil AVE yang sebelumnya. Dapat dilihat pada variabel brand attachment diperoleh hasil (0,794) yang lebih besar dari korelasi lainnya yaitu brand commitment (0,784), dan brand loyalty (0,786). Maka dapat dikatakan variabel brand attachment adalah valid.
Variabel brand commitment juga mempunyai akar pangkat dua dari nilai AVE yang lebih besar (0,876) dari korelasi lainnya yaitu brand attachment (0,784), brand loyalty (0,786), sehingga variabel brand commitment dapat dikatakan valid.
54
Universitas Kristen Petra
Variabel brand loyalty juga mempunyai akar pangkat dua dari nilai AVE yang lebih besar (0,882) dari korelasi lainnya yaitu brand attachment (0,786), brand commitment (0,812). Sehingga dapat dikatakan variabel brand loyalty adalah valid.
4.5 Analisa Path Coefficient
Evaluasi path coefficientdifungsikan untuk menunjukkan kekuatan pengaruh dari variabel independen kepada variabel dependen. Sedangkan coefficient determination difungsikan untuk mengukur seberapa banyak variabel endogen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Didalam marketing research, nilai R2 diatas 0,75 keatas dikategorikan substansial, 0,50 – 0,75 artinya sedang, dan 0,25 – 0,50 artinya lemah.
Gambar 4.5.1Path Coefficient dan Coefficient of Determination
55
Universitas Kristen Petra
Analisa path coefficient ini menunjukkan bahwa brand commitment merupakan variabel intervening di mana memperkuat hubungan brand attachment dan brand loyalty. Pada konsep di atas, akan ada penjelasan tentang seberapa besar atau seberapa kuat hubungan antar variabel dengan melihat pada angka path coefficient yang sudah tertera pada tiap-tiap bagian hubungan antar variabel.
Gambar 4.5.1 dapat dijelaskan bahwa nilai path coefficient terbesar adalah ada pada pengaruh brand attachment terhadap brand commitment dengan terbilang 0,784. Hubungan menuju brand loyalty terkuat juga didapat ketika brand attachment melewati brand commitment menju brand loyalty.
Pada hubungan brand attachment terhadap brand loyalty jika secara langsung memiliki path coefficient terbilang 0,390 dan ketika melewati brand commitment yaitu menjadi brand attachment – brand commitment – brand loyalty terjadi hubungan yang lebih kuat pada path coefficient yang terbilang 0,397 (0,784 x 0,506), maka dapat membuktikan pengaruh dari brand commitment sebagai variabel intervening dapat memperkuat hubungan tersebut..
Selain itu dapat dilihat dari semua path coefficient pada tiap variabel adalah positif. Artinya jika semakin besar nilai path coefficient pada satu variabel independen, maka semakin besar pula pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen tersebut.
Kemudian dengan menggunakan perhitungan nilai path of determination(R2) yang ada pada variabel brand commitment dan brand loyalty, membuktikan bahwa variabel brand commitment dipengaruhi oleh brand attachment dengan nilai varian terbilang 0,614. Jadi, sebanyak 38,8% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Untuk variabel brand loyalty mempunyai nilai varian terbilang 0,717 yang artinya 28,3% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.
56
Universitas Kristen Petra
4.6 T – Statistics dan Uji Hipotesis
Nilai T-statistics diperoleh dari prosedur bootstrapping, dimana nilai ini digunakan untuk menarik kesimpulan pada uji hipotesis. Nilai T-statistics dengan level signifikansi 5% menjelaskan bahwa inner model akan signifikan jika nilai T- statistics lebih besar dari 1,96.
Tabel 4.15 T – Statistics
Original Sample
(O)
Sample Mean
(M)
Standard Deviation (STDEV)
T Statistics (|O/STDEV|) Brand Attachment →
Brand Commitment 0,784 0,785 0,052 15,149
Brand Attachment →
Brand Loyalty 0,390 0,404 0,075 5,193
Brand Commitment →
Brand Loyalty 0,506 0,490 0,078 6,461
Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa nilai original sample (O) adalah nilai path coefficient yang menunjukkan kekuatan dari pengaruh variabel laten ke variabel laten yang lain. Untuk nilai sample mean (M) menunjukkan nilai tengah dari path coefficient. Sedangkan untuk standar deviation (STDEV) menunjukkan nilai simpang pada nilai mean, dan untuk nilai T Statistics adalah nilai yang digunakan untuk menghitung pada uji hipotesis.
T-statistics pada pengaruh brand attachment terhadap brand commitment menunjukkan angka 15,149, artinya experience quality berpengaruh signifikan terhadap brand commitment. T-statistics pada pengaruh brand attachment terhadap brand loyalty menunjukkan angka 5,193, artinya brand attachment berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty. T-statistics pada pengaruh brand commitment terhadap brand loyalty menunjukkan 6,461, artinya brand
57
Universitas Kristen Petra
commitment berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty. Jadi dapat disimpulkan hasil uji hipotesis pada bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 4.16 Kesimpulan Uji Hipotesis
Hipotesis Keterangan T-statistics
H1
Terdapat pengaruh signifikan dari Brand Attachment
terhadap Brand Commitment 15,149
H2 Terdapat pengaruh signifikan dari BrandAttachment terhadap
Brand Loyalty 5,193
H3 Terdapat pengaruh signifikan dari Brand Commitment
terhadap Brand Loyalty 6,461
4.7 Pembahasan
4.7.1 Brand Attachment terhadap Brand Commitment
Penelitian ini menunjukkan sebuah hasil bahwa brand attachment memiliki pengaruh signifikan terhadap brand commitment dengan T – Statistics yang menjadi terbesar dari milik lainnya dengan terbilang 15,149 dan lebih besar dari 1,96 yang merupakan angka batasan untuk inner model dapat dikatakan signifikan. Begitu pula dengan path coefficient dari brand attachment terhadap brand commitment terbilang 0,784 dan dengan kata lain brand attachment mempengaruhi brand commitment. Kuatnya pengaruh ini terjadi mungkin karena konsumen yang merasakan tidak rugi untuk memakai XL dengan kata lain pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan kartu perdana XL memang memberikan manfaat bagi mereka sehingga timbul keterikatan merek dari konsumen.Kemudian dari sini dapat juga dikatakan bahwa brand attachmentakan besar pengaruhnya jika melalui brand commitment terlebih dahulu untuk menuju brand loyalty. Peran dari brand commitment di sini adalah sebagai penguat bagian hubungan tidak langsung antara brand attachment dengan brand loyalty dan menjadi variabel intervening pada kasus kedua hubungan variabel tersebut.
Konsumen XL berarti mempunyai pengaruh yang besar dari brand commitment untuk memunculkan sebuah loyalitas terhadap sebuah merek, dibanding ketika konsumen yang sudah mempunyai ikatan dengan merek XL yang meskipun
58
Universitas Kristen Petra
langsung dapat mempengaruhi munculnya sebuah loyalitas. Hal ini dikarenakan sebuah komitmen adalah awalan dari pembentukan loyalitas, komitmen yang kuat dan muncul dari konsumen akan memberikan pengaruh penting kepada sebuah loyalitas. Ini sesuai dengan Schlenker, Helm dan Tedeschi (1973) di dalam Bouhlel, Olfa et al (2011),mengemukakan bahwa di beberapa lingkungan konsumsi, konsumen membentuk ikatan kuat dengan merek yang mungkin memprediksi komitmen mereka, dan kesediaan mereka untuk berkorban untuk mempertahankan hubungan. Juga terdapat bukti bahwa indikator X1.2.2 menjadi yang terkuat dan dapat memberikan peran untuk mempengaruhi variabel brand commitment. Adanya antusias untuk mencoba jaringan 4G LTE dari XL adalah suatu fitur yang ingin konsumen coba sehingga mereka ada keinginan untuk tetap berkomitmen menggunakan kartu perdana XL.
4.7.2 Brand Attachment terhadap Brand Loyalty
Pada penelitian ini menunjukkan sebuah hasil bahwa brand attachment mempunyai pengaruh terhadap brand loyalty dengan T – Statistics terbilang 5,193 dan lebih besar dari 1,96. Maka dengan kata lain inner model dapat dikatakan signifikan, begitu pula dengan pengaruh dari brand attachment yang signifikan terhadap brand loyalty dibuktikan juga dari hasil path coefficient yang terbilang 0,397 setelah melalui variabel intervening brand commitment. Dapat dikatakan dari sini bahwa ternyata brand attachment memang dapat mempengaruhi pembentukan brand loyalty dengan pengaruh langsung, namun dengan path coefficient yang lebih kecil daripada hubungan yang melewati variabel intervening yaitu brand commitment. Berarti konsumen XL dalam penelitian ini memang juga ada pengaruh langsung yang dapat menimbulkan pembentukan brand loyalty dari brand attachment secara langsung. Keterikatan yang kuat kepada merek XL oleh konsumen dapat membawa loyalitas kepada merek. Sesuai dengan pernyataan
"Loyalitas pelanggan adalah perilaku konsumen berulang kali ditafsirkan dalam preferensi kognitif dan/atau emosional dalam mendukung nilai penawaran bermerek" disebut juga sebagai brand attachment Shimp(2010) di dalam Niros, Meletios I., Pollalis, Yannis A. Ini mungkin terjadi karena XL berdasarkan studi lapangan menunjukkan bahwa konsumen XL juga dapat loyal ketika cukup
59
Universitas Kristen Petra
dengan adanya keterikatan antara mereka dengan merek XL. Mungkin juga disebabkan konsumen merasa senang karena dengan adanya paket combo dari XL menunjang mereka dalam pemakaian internet dan telepon serta pemakian pesan teks. Merujuk pada pertanyaan X1.2.2 yang menjadi indikator yang mempunyai outer loadingpaling kuat berarti dapat memberikan peran dalam suatu variabel independen untuk mempengaruhi variabel dependennya. Sama seperti pengaruh terhadap brand commitment namun di sini adalah pengaruh langsung terhadap sebuah loyalitas merek dari brand attachment.
4.7.3 Brand Commitment terahadap Brand Loyalty
Pada penelitian ini menunjukkan sebuah hasil bahwa brand commitment mempunyai pengaruh terhadap brand loyalty dengan T – Statistics terbilang 6,461 yaitu lebih besar dari 1,96. Maka dengan kata lain inner model dapat dikatakan signifikan, begitu pula dengan pengaruh yang signifikan dari brand commitment terhadap brand loyalty dibuktikan juga dari hasil path coefficient yang terbilang 0,506. Dapat dikatakan dari sini bahwa konsumen merasakan adanya komitmen merek terhadap XL yang dapat menimbulkan sebuah loyalitas, sebab komitmen merek adalah prediktor dari loyalitas merek. Kemudian dari indikator dimensi continuance Y1.2.1 dengan pertanyaan: Saya menggunakan XL karena lebih terjangkau untuk telepon ke sesama XL dan adanya gratis telepon ke semua operator, ternyata juga mempengaruhi loyalitas merek dan sesuai dengan pernyataan: Potensi kerugian akan sesuatu yang berharga untuk konsumen adalah fitur kunci dari continuance commitmentFullerton(2003), (2005) di dalam Lombart, Didier Louis Cindy (2010).Continuance commitment berasal dari kurangnya pilihan alternatif yang ditawarkan kepada konsumen dan biaya berubah. Ketika konsumen berkomitmen dengan caraperhitungan, mereka akan meneruskan relasinya karena sulit bagi mereka untuk keluar relasi atau karena mereka melihat sedikitnya pilihan alternatif di luar hubungan yang ada. Oleh karena adanya strategi XL untuk membuat konsumen loyal yaitu dengan bermain harga yang terjangkau dan adanya penawaran telepon gratis ke semua operator.
Khusus pembahasan pada brand commitment, pertanyaan dari X2.2.1 dimensi
60
Universitas Kristen Petra
continuance tidak dibahas sebab pertanyaan dari indikator tersebut sebenarnya lebih mengarah kepada dimensi affective.