• Tidak ada hasil yang ditemukan

CATATAN RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "CATATAN RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

CATATAN RAPAT

PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke

Jenis Rapat Deng an Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Rapat

Had i r

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

1986 - 1987

II

29

Rapat Panitia Kerja Panitia Khusus ke-11 Staf Menteri Kehakiman

Tettutup

. Senin, 24 Nopember 1986 09.00 s/d 10.40 WIB

Ruang Rapat Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

DR. A. A. Baramuli, S.H.

Drs. Noer Fata

Pembahasan secara teknis Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara antara Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah.

1. PANITIA KERJA:

21 dari 32 orang Anggota 2. PEMERINTAH :

Staf Menteri Kehakiman.

(2)

I. ANGGOTA PANITIA KERJA

1. Dr. A.A. Baramuli, S.H.

2. Damciwar, S.H.

3. Soelaksono, S .. H.

4. Dudy Singadilaga, S.H., MPA 5. H.M. Munasir

6. Imam Sukarsono, S.H.

7. M. Said Wijayaatmadja, S.H.

8. M.S. Situmorang 9. A.S.S. Tambunan, S.H.

10. Prof. Soehardjo Sastrosoehardjo, S.H.

11. Soeboeh Reksojoedo, S.H.

12. Muljadi Djajanegara, S.H.

13. Drs. Aloysius Aloy 14. lbnu Saleh

15. A. Latief, S.H.

16. Ir. A. Moestahid Astari 17. Soetomo HR. S.H.

18. Suparman Adiwidjaja, S.H.

19. H. Adnan Kohar S 20. Drs. Ruhani Abdul Hakim 21. Abdul Hay Jayamenggala

II. PEMERINTAH :

1. Indroharto, S.H.

2. Djoko Soegianto, S.H.

3. Roeskamdi, S.H.

4. Anton Soedjadi, S.H.

5. Paulus Effendi L, S.H.

6. Mariana Sutadi, S.H.

7. Ny. Fatimah, S.H.

8. Setiawan, S.H.

9. Zulfikar, S.H.

10. Etty R. Murad, S.H.

11. Dewi Maryun, S.H.

12. Wicipto Setiadi, S.H.

13. A. Sudjadi.

Staf Menteri Kehakiman Staf

"

"

"

"

"

"

Penghubung Departemen Kehakiman

KETUA RAPAT (DR. A. A. BARAMULI, S.H.):

Dengan mengucapkan Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera dan tetap Merdeka Rapat Panitia Kerja hari ini dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum.

(3)

Sesuai dengan Rapat Panitia Kerja pada waktu yang lalu, maka pada hari ini ~ari FPP akan melaporkan hasil dari pada Tim Lobby yang mencakup masalah da'ri Pasal 85 dan masalah-masalah lainnya sebelum Pasal 85 · yang belum diselesaikan sampai basil yang dicapai pada hari Sabtu 22-11-1986. Dengan demikian sebagaimana diketahui yang membimbing Tim lobby adalah Saudara Wakil Ketua/Saudara Dudy Singadilaga dan telah menyampaikan secara ringkas kepada Pimpinan bahwa telah dicapai kemajuan-kemajuan yang dicapai sesuai dengan harapan kita sekalian.

Oleh karena itu Pimpinan mengusulkan agar supaya nantinya Tim lobby dapat bekerja lebih lanjut lagi, karena menghadapi pasal-pasal atau masalah;.masalah yang lebih berat atau cukup berat sampai Pasal 140 dan diusulkan supaya Pimpinan diteruskan oleh Saudara Dudy. Pasal 141 itu sisakan untuk Ketua, karena akan dibicarakan dengan Menteri Kehakiman sendiri. Karenanya kami usulkan rapat lengkap Panitia Kerja ini bukan hari Rabu lagi tetapi hari Kamis tanggal 27 - 11 - 1986, jadi ada waktu 3 hari (Senin, Selasa dan Rabu) lagi kira-kira bisa dicapai itu, karena ada masalah yang berat. Kamis pukul 09 .00 kita bertemu lagi di sini dan kalau belum selesai kita lanjutkan hari Jum'at satu hari lagi, kalau tidak selesai apa boleh buat masih ada satu hari lagi Sabtu sekaligus kami mengharapkan laporan daripada Panitia Kerja kepada Panitia Khusus dipersiapkan.

Menurut jadwal masa kerja sampai tanggal 29-11-1986 dari Panitia Kerja dan Kemudian Rapat Tim Perumus dan _Tim Kecil diteruskan pada tanggal 1-12- 1986. Kemudian tanggal 10-12-1986 pengecekan draft Peratun sampai dengan tanggal 12-12-1986. Tanggal 13-12-1986 Laporan Panja kepada Panitia Khusus dimajukan. Akan kami bicarakan dengan para W akil Ketua yang akan membuat laporan ini. Melihat jadwal ini maka masih cukup waktu yang dipergunakan, tapi salah satu W akil Ketua, kami harap menyusun basil Rapat Panitia Kerja ini.

Seperti yang ditempuh pada masa yang Ialu demikian. Kemudian untuk Tim Perumus dari Sekretariat telah menyiapkan sampai Pasal 84 dan akan disatukan dengan yang dari Pemerintah dan dicek bersama. Yang selesai adalah sampai Pasal 84 dan setelah dicek lagi diharapkan hari ini atau besok diserahkan kepada Ketua Tim Perumus /Saudara Damciwar, nanti Pimpinan Panitia Khusus yang menyerahkan kepada Tim Perumus untuk diteliti lebih Ianjut. Kalau perlu Tim Perumus sudah mulai malam hari untuk membicarakan yang telah diselesaikan sampai dengan Pasal 84 agar tidak terlalu capek atau mendesak waktunya.

Kira-kira demikian, jadi konkritnya laporan dari Saudara Wakil Ketua untuk Tim Pojok/lobby adalah hari Kamis pukul 09.00 diharapkan sudah sampai Pasal 140. Ada dua pasal yang hilang Pasal 138 dan 139, jadi tidak seberapalagi yang tertinggal

±

16 masalah dari 25 masalah. Mudah-mudahan hari Kamis sudah bisa diselesaikan dan mengadakan Rapat Panitia Kerja lagi pukul 09.00. Ada usul sebelum dimajukan Laporan dari FPP? Silakan Pak Hardjo. ·

FKP (PROF. SOEHARDJO SASTROSOEHARDJO, S.H.):

FKP hanya mengingatkan bahwa masih ada satu pasal yang hams disiapkan

(4)

o:eh Pemerintah mengenai titel-titel di dalam Rancangan Undang-undang yang lama belum ada jangan dilupak.an.

KETUA RAPA T :

Ini sebagai suatu catatan untuk Pemerintah dan Tim Perumus jangan lupa juga.

Saya kira masih ada sistem yang dipergunak.an Tim Perumus ke Panitia Kerja kemudian ke Panitia Khusus lalu Panitia Khusus bersama pemerintah akan meneliti tidak ak.an mengadak.an perubahan hanya meneliti, menyempumakan kalau-kalau ada yang kelupaan barulah diserahkan ke Sekretariat untuk diajukan kepada Pimpinan DPR dan diajukan ke Sidang Paripuma tanggal 19-12-1986.

Masih ada sebelum FPP menyampaikan laporannya? Kalau demikian disetujui Rapat lengkap hari Kamis pukul 09.00 tanggal 27-11-1986, diharapkan Saudara Wak.il Ketua/Dudy Singadilaga dengan Wakil-wak.il Fraksi menyelesaikan sampai masalah yang terdapat di Pasal 140.

Giliran untuk melapor nanti ialah Saudara Wak.il Ketua dibantu oleh FABRI.

karena yang pertama dan sekarang yang menutup bersama Wakil Ketua menyusun laporannya.

Silak.an FPP.

FPP (H. ADNAN KOHAR S.) :

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakauh.

Hari ini giliran FPP menyampaikan laporan tentang basil kerja yang dicapai oleh Tim Lobby yangbersidang selama 2 hari (Hari Jum'at dan Sabtu) tanggal 21 - 22 Nopember 1986.

Menurut catatan saya selama 2 hari lobby Tim pojok membicarak.an masalah- masalah mengenai :

I. Penjelasan Pasal 55 ayat (3) yang disiapkan FABRI dan Pemerintah.

2. Penjelasan Pasal 54 ayat (3) yang disiapkan Pemerintah.

3. Penjelasan Pasal 59 yang disiapkan Pemerintah.

4. Penjelasan Pasal 63 yang disiapkan Pemerintah.

5. Penjelasan Pasal 83 yang disiapkan juga oleh Pemerintah.

6. Ayat baru Pasal 84, semula dalam Rancangan Undang-undang hanya satu ayat, disiapkan oleh FPDI bersama Pemerintah.

7. Pasal 67 ayat (2) dan (3).

8. Pasal 85.

9. Pasal 86 ayat (2).

10. Pasal 92 ayat (1 ).

11. Pasal 95 ayat ( 4) 12. Pasal 97 ayat (9).

13. Pasal 100 ayat (1).

14. Pasal 100 ayat (2).

(5)

Dari sekian ban yak masalah yang dibahas dalam Tim Lobby. ada sebagian besar yang selesai secara tuntas dan ada satu-dua hal yang berlum diselesaikan.

Hasil-hasil Tim Lobby sesuai dengan urutan pasal-pasal, maka kami mulai rumusan Pasal 54 ayat (3), Penjelasan (yang disiapkan oleh Pemerintah) :

"Apabila tempat kedudukan tergugat berada di luar daerah hukum pengadilan tempat kediaman penggugat, gugatan dapat disampaikan pada pengadilan Tata Usaha Negara tempat kediaman penggugat untuk diteruskan kepada pengadilan yang bersangkutan. Tanda diterimanya gugatan oleh Panitera pengadilan tersebut dianggap sebagai tanda diajukannya gugatan kepada pengadilan yang berwenang. Panitera pengadilan tersebut betkewajiban memberikan petunjuk-petunjuk secukupnya kepada penggugat mengenai gugatan penggugat tersebut. Setelah gugatan tersebut :

a. ditandatangani oleh penggugat atau kuasanya atau dibubuhi cap jempoJ penggugat yang tidak pandai baca tulis. '

b. dibayar uang muka biaya perkara, maka Panitera yang bersangkutan : a) mencatat gugatan tersebut dalam daftar perkara khusus untuk itu.

b) memberikan tanda bukti pembayaran uang muka biaya perkara yang mencantumkan nomor register perkara yang bersangkutan.

c) meneruskan gugat tersebut kepada pengadilan yang bersangkutan.

Cara pengaduan gugatan tersebut di atas tidak mengurangi kopetensi relatif dari pengadilan yang berwenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut"

Demikian penjelasan Pasal 54 ayat (3) yang disiapkan Pemerintah dan yang prinsipil sudah disetujui oleh Tim Lobby

KETUA RAPAT :

Ada hat yang diajukan atau koreksi. Dari FABRI silakan.

FADRI (IMAM SUKARSONO, S.H.) : Catatan yang tidak jadi Tim Perumus, yaitu :

l. "Panitera pengadilan tersebut berkewajiban memberikan petunjuk-petunjuk secukupnya kepada penggugat mengenai gugatan penggugat tersebut". Barang tentu ini tidak " .. . ... . .. ... . ... ... .. setelah gugatan ... ", kalimat ini tidak jalan. Maka menurut catatannya "Panitera memberikan petunjuk-petunjuk secukupnya kepada penggugat mengenai gugatan penggugat tersebut setelah gugatan itu :

a. . ... dan seterusnya.

b. . ... dan seterusnya".

(6)

Ini tidak titik lalu "S" nya besar, tentu setelah kata "tersebut" koma dan "s"

nya kecil. Sekedar buat Tim Perumus saja.

2. Saya rasa ini salah ketik "Cara, pengaduan gugatan ... dan seterusnya", sebetulnya "Cara pengajuan ... dan seterusnya".

Hanya itu Saudara Ketua pengamatan saya untuk Timus.

KETUA RAPAT:

Memang betul demikian "pengajuan" dan yang tadi juga "koma" begitu Saudara Kohar?

(Pak. Kohar: Ya)

Apa masih ada yang Jain? Saudara Tambunan silakan.

FKP (A.S.S. TAMBUNAN, S.H.) : Khususnya mengenai Pasal 100, oh belum.

KETUA RAPAT:

Hanya Pasal 54 ayat (3) yang tadi dibicarakan, silakan Pemerintah.

PEMERINTAH (STAF MENTERI KEHAKIMAN/INDROHARTO, S.H.):

Tidak ada.

KETUA RAPAT:

Kalau tidak ada, Pasal 54 ayat (3) saya nyatakan "penjelasannya" yang dibacakan Saudara Kohar dinyatakan diterima, begitu ?

(RAP AT SETUJU) Silakan Pak Kohar.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Selanjutnya mengenai penjelasan Pasal 55 ayat (3) yang disiapkan oJeh FABRI dan Pemerintah dan prinsipnya sudah disetujui oJeh Tim Lobby seperti berikut : Batang Tubuh Pasal 55 :

"Gugatan hanya dapat diajukan dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak saat diterima atau diumumkannya keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara".

Penjelasan :

"Bagi pihak yang namanya tersebut dalam keputusan Tata Usaha Negara yang digugat, maka tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari itu dihitung sejak hari diterirnanya keputusan Tata Usaha Negara yang digugat.

Dalam hal yang hendak digugat itu merupakan keputusan menuru ketentuan :

(7)

a. Pasal 3 ayat (2), maka tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari itu dihitung setelah lewatnya tenggang waktu yang ditentukan dalam peraturan dasarnya

yang

dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan yang bersangkutan.

b. Pasal 3 ayat (3), maka tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari itu dihitung setelah lewatnya batas waktu 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan yang bersangkutan.

Dalam hal peraturan dasarnya menentukan bahwa suatu keputusan itu harus diumumkan, maka tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari dihitung sejak hari pengumuman tersebut".

Demikian penjelasan Pasal 55.

KETUA RAPAT:

Ini usul dari FABRI yang panjang lebar ini, tidak ada masalah Pak Imam?

Sudah setuju semuanya? Pemerintah? Dengan demikian apa yang dibacakan Saudara Adnan Kohar dinyatakan diterima

(RAPAT SETUJU) Silakan.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Penjelasan Pasal 39 yang juga disiapkan oleh Pemerintah dan prinsipnya sudah disetujui oleh Tim Lobby.

Penjelasan Pasal 59 ayat ( l) :

"Yang dimaksud dengan uang muka biaya perkara ialah biaya yang dibayar lebih dahulu sebagai uang panjar oteh pihak penggugat terhadap perkiraan biaya yang diperlukan dalam proses berpkerkara antara lain biaya kepaniteraan, biaya materai, biaya saksi, biaya ahli, biaya alih bahasa, biaya pemeriksaan di lain tempat daripada ruangan sidang, dan biaya lain yang diperlukan bagi pemutusan sengketa atas perintah Hakim. Uang muka biaya perkara tersebut akan diperhitungkan kembali kalau perkaranya sudah selesai.

Dalam hal penggugat sebagai pihak yang kalah dalam perkara temyata masih ada kelebihan uang muka, maka uang tersebut akan dikembalikan kepada penggugat. Tetapi kalau ternyata uang muka biaya perkara tersebut tidak mencukupi, yang bersangkutan wajib membayar kekurangannya.

Sebaliknya dalam hal penggugat sebagai pihak yang menang dalam perkara, uang muka biaya perkara dikembalikan seluruhnya kepada penggugat.

Bahwa uang muka biaya perkara yang harus dipikul (dibebankan) kepada penggugat tersebut di atas hendaknya ditetapkan serendah mungkin sehingga dapat dipikul oleh penggugat yang bersangkutan selaku pencari keadilan tanpa mengorbankan ketelitian untuk mencari kebenaran dan keadilan.

(8)

Ketentuan tentang pembayaran uang muka biaya perkara dalam pasal ini berlaku juga dalam hal gugatan yang diajukan dalam atau menurut Pasal 54 ayat (3)".

KETUA RAPAT :

Semuanya sudah jelas?

Dari F ABRI

Silakan.

FABRI (IMAM SUKARSONO, S.H.) :

"Bahwa uang muka biaya perkara yang harus dipikul ... ", kata bahwa ini tidak perlu (sekedar catatan). Langsung " ... penggugat. Uang muka ... . dan seterusnya". Kata "bahwa" hilang, ini sekedar catatan untuk Timus saja.

KETUA RAPAT:

Jadi untuk catatan Tim Perumus "Bahwa" dan "U". Masih ada? Kalau tidak ada apa yang dilaporkan oleh FPP dinyatakan diterima oleh kita sekalian.

(RAPAT SETUJU) Silakan diteruskan.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Penjelasan Pasal 63 ayat (3) yang juga disiapkan oleh Pemerintah :

"Karena tenggang waktu tersebut pada ayat (2) a, itu tidak bersifat memaksa, maka Hakim tentunya $an berlaku bijaksana dengan tidak akan begitu saja menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima kalau penggugat baru sekali diberi kesempatan waktu untuk memperbaiki gugatannya".

KETUA RAPAT:

Apa ada usul perubahan atau diterima (sempuma) ? (RAPAT SETUJU) Silakan Pak Adnan.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

PenjeJasan PasaJ 83 yang disiapkan oleh Pemerintah (agak panjang ada 2 halaman) :

"Pasal ini mengatur tentang kemungkinan bagi seorang atau badan hukut perdata yang berada di luar pihak-pihak yang sedang berperkara untuk iku serta atau diikutsertakan dalam proses pemeriksaan perkara yang sedan berjalan. Masuknya pihak ketiga tersebut dalam suatu proses pemeriksaa yang sedang berjalan dapat terjadi dalam bentuk :

(9)

1. Pihak ketiga itu dengan kemauan sendiri ingin mempertahankan/membela hak dan kepentingannya agar ia jangan sampai dirugikan oleh putusan pengadilan dalam sengketa yang sedang berjalan. Untuk itu ia harus mengajukan permohonan dengan mengemukakan alasan-alasan serta apa yang ia tuntut agar diputuskan oleh pengadilan. Pemutusan pengadilan atas permohonan tersebut dibuat dalam berita acara sidang. Kalau permohonannya itu dikabulkan ia lalu akan berkedudukan sebagai pihak yang mandiri dalam proses itu dan dinamakan sebagai penggugat intervensi. Kalau permohonannya itu tidak dikabulkan, maka karena putusan sela pengadilan demikian itu tidak dapat dimohonkan banding, maka sudah tentu ia masih dapat mengajukan gugatan barn di luar proses yang sedang berjalan

itu

asal ia masih dapat menunjukkan bahwa ia berkepentingan untuk mengajukan gugatan demikian itu dan gugatannya itu memenuhi syarat.

Conteh : A menggugat agar Keputusan Dirjen Agraria yang berisi pencabutan sertifikat tanah atas namanya dinyatakan batal. Pencabutan tersebut dilakukan karena cara perolehan sertifikat tersebut tidak melalui prosedur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B yangmengetahui gugatan A tersebut merasa berkepentingan untuk mempertahankan atau membela haknya karena ia merasa pula yang paling berhak atas tanah tersebut, karena ia merasa sebagai pewaris tunggal dari peninggal w3!is yang semula memiliki tanah tersebut.

2. Ada kalanya masuknya pihak ketiga dalam proses yang sedang berjalan itu karena permintaan salah satu pihak (penggugat) atau tergugat. Di sini pihak yang memohon agar pihak ketiga itu diikutsertakan dalam proses itu bermaksud agar pihak ketiga itu selama proses tersebut bergabung dengan dirinya untuk dapat memperkuat posisi hukumnya dalam sengketa tersebut.

Contoh:

a. Yang memperoleh tanah sertifikat itu dengan jalan membeli dari C mengajukan pennohonan agar C ditarik dalam proses itu agar bergabung dengan penggugat untuk memperkuat posisi gugatannya. Kedudukan C dalam proses itu menjadi penggugat 11/intervensi.

Masih contoh :

Dalam contoh di atas kalau pencabutan senifikat A tersebut berdasar laporan : dan kemudian C yang diberi sertifikat atas namanya maka C dapat ditarik :ergugat untuk bergabung dengan dirinya sebagai tergugat II/intervensi.

~omor 3:

~ Masuknya pihak ketiga ke dalam proses yang sedang berjalan dapat terjadi

\ s prakarsa

dari

putusan Hakim yang memeriksa perkara itu.

(10)

Contoh:

A menggugat Kotapraja

agar

IMB atas nama B dibatalkan. Putusan atas gugatan tersebut jelas akan menyangkut kepentingan/hak dari B walaupun ia sebagai

pihak

ketiga yang berada di luar proses

itu

dan kalau

B

tidak diikut sertakan dalam proses tersebut untuk mempertahankan haknya akan dapat merugikan dirinya, Sekalipun B sendiri tidak memasuki proses itu atas inisiatifnya sendiri, maka dalam hal demikian Hakim yang memeriksa perkara itu atas prakarsa sendiri wajib menetapkan agar B ditarik sebagai pihak dalam proses tersebut, B yang tidak ingin IMBnya dibatalkan tentunya

akan

menggabungkan pada tergugat.

Demikianlah penjelasan Pasal 83 yang disiapkan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT :

Saudara-saudara, ada tambahan? Silakan dari

FKP.

FKP (PROF. SOEHARDJO SASTROSOEHARDJO, S.H.) : INTERUPSI

lstilah kotapraja agar disesuaikan dengan Undang-undang, yaitu Kotamadya).

KETUA RAPAT:

Demikian catatan dari

FK.P.

Dari

FABRI

tidak ada lagi? Dari

FKP

sekaJi lagi, silakan.

FKP (A.S.S. TAMBUNAN, S.H.):

Butir 3 tadi masuknya pihak ketiga ke dalam proses

yang

sedang berjalan dapat terjadi atas prakarsa dari putusan Hakim, apakah bukan atas prakarsa Hakim?.

Belum ada keputusan kok !

KETUA RAPAT:

Silakan Pak Kohar, atas prakarsa Hakim atau atas prakarsa putusan Hakim?

FPP (H. AD NAN KOHAR S) :

Atas prakarsa dari putusan Hakim, tetapi yang berhak menjawab saya kira itu Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Silakan kalau begitu

Pak

Indra.

PEMERINTAH {STAF MENTER! KEHAKIMANllNDROHARTO, S.H.):

Setuju apa yang dikatakan FPP.

KETUA RAPAT :

Jadi diterima apa yang dikatakan "dari Hakim" dua "putusan" dihiJangkan begitu Saudara-saudara? Kalau demikian dinyatakan diterima Japoran dari FPP

(RAPAT SETUJTJ) Silakan Pak Kohar.

(11)

FPP (ff. ADNAJ'I KOHAR S) :

Kemudian ada penjelasan Pasal 83 ayat (3 ), yang juga disiapkan oleh Pemerintah.

KETUA RAPAT:

lni penjelasan ayat berapa, 1 dan 2?.

FPP (H. ADNAN KOHAR, S) :

Menurut naskah ini tidak ada, hanya penjelasan Pasal 83.

KETUA RAPAT :

Jadi baiknya disebut penjelasan ayat (l) dan (2), apakah begitu Pemerintah, yang dibacakan oleh Saudara Kohar tadi?.

PEMERINTAH (STAF MENTERI KEHAKIMAN/INDROHARTO, S.H.):

Ayat ( 1) saja dan ayat (2) cukup jelas.

KETUA RAPAT :

Jadi hanya penjelasan ayat (1), lalu ayat (2) dari Pasal 83 Cukup Jelas.

Sekarang dipersilakan ayat 3) dari Pasal 83. Dan yang tadi diterima.

FPP {H. ADNAN KOHAR S.) : .

Penjelasan PasaJ 83 ayat (3) : Agar pemeriksaan dan pemutusan gugatan pokok itu dapat berjalan terus, maka pennohonan banding terhadap putusan sela tersebut pada ayat ( 1 ) harus diajukan bersama-sama dengan pennohonan banding terhadap putusan Hakim.

Demikian penjelasan Pasal 83 ayat (3).

KETUA RAPAT :

Saudara-saudara, ada pertanyaan? Saya dengar itu jelas sekali. Kalau demikian diterima?

(RAPAT SETUJU)

Silakan meneruskan Pak Adnan Kohar.

FPP (ff. ADNAN KOHAR S) :

Kemudian ayat baru Pasal 84.

Ini

tadi lobby menyerahkan masalah ini FPDI dan Pemerintah. Saya tadi bertanya kepada Pak Soetomo katanya belum selesai,

1sehingga bagaimana kesimpulannya belum dapat saya Iaporkan pada kesemp;i'.<ln ini, kecuali kalau Pemerintah atau

FPDI

sudah siap dengan hasilnya.

(12)

KETUA RAPAT:

Masih dikonsultasikan, jadi kita tunda untuk dibicarakan di Tim Lobby untuk hari ini dan besok. Jadi kita lewati ayat baru dari Pasal 84. Silakan Pak Adnan.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Menyusul sekarang ayat (2) dan ayat (3) Pasal 62 yang dahulu direnungkan oleh Tim Lobby ini. Keputusan Tim Lobby diserahkan kepada Pemerintah dan Pemerintah memang sudah menyampaikan rumusannya. Ayat (2) dan ayat (3) yang direnungkan ini akhirnya menjadi 6 ayat.

Jadi saya baca saja naskah yang baru saja diserahkan kepada kita semuanya pagi ini.

Pasal 62, semula direnungkan oleh Tim Lobby. Hasil renungannya sudah selesai, sekarang kami laporkan :

Pasal 62 semula pasal ini terdiri dari 3 ayat. Setelah dibahas dan dirurnuskan kembali menjadi 6 ayat.

Bunyinya sebagai berikut :

Ayat (1) a. sesuai dengan Rancangan Undang-undang, b. sesuai dengan Rancangan Undang-undang

c. gugatan tersebut didasarkan kepada alasan-alasan yang layak.

d. dan e sesuai dengan Rancangan Undang-undang.

Ini sebetulnya sudah tidak menjadi masalah.

Yang baru menjadi masalah dan sekarang menjadi titik sentraJ laporan kami ialah ayat (2) dan ayat (3) Rancangan Undang-undang yang kemudian jumlahnya menjadi 6 tadi.

Saya baca:

Ayat (2) a. Penetapan tersebut pada ayat (I) diucapkan dalam rapat pennusyawaratan pada saat sebelum hari persidangan ditentukan dengan sebelumnya memanggil kedua pihak untuk mendengarkannya.

b. Pemanggi1an kedua pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan atas perintah Ketua Pengadilan.

Ayat (3) a. Terhadap penetapan tersebut ayat (1) dapat diajukan perlawana kepada Pengadilan dalam tenggang waktu 14 hari setelah diucapkan b. Perlawanan tersebut diajukan sesuai ketentuan Pasal 56.

Ayat (4) Perlawanan tersebut pada ayat (3) diperiksa dan diputus oleh Pengadil·

dengan acara singkat

Ayat (5) Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan. mak penetapan tersebut ayar (1) gugur demi hukum dan gugatan pokok aka diperiksa. diputus dan diselesaikan menurut acara biasa.

(13)

Ayat (6) Terhadap putusan perlawanan tidak dapat digunalcan upaya hukum.

Penjelasan ayat (1) sampai dengan ayat (6) cukup jelas.

KETUA RAPAT:

Bahasa asing dalam kurung sudah dihilangkan "gugur demi hukum". Silakan dari

FABRI.

FADRI (IMAM SUKARSONO, S.H.) :

Sedikit saja. yang telah kita catat kemarin telah disepakati soal penulisan saja untuk Timus supaya tidak salah "gugatan terse but didasarkan pada alasan- alasan yang layak", jadi bukan " ... didasarkan kepada ... ", tetapi

" ... didasarkan pada ... ", jadi "ke" nya dicoret.

KETUA RAPAT:

Sekarang yang menjadi Pengusul Pak Hardjo. Silakan Pak Hardjo.

FKP (PROF. SOEHARDJO SASTROSOEHARDJO, S.H.) :

Ini justru kalau alasan-alasan

yang

layak ini justru harus diterima. mestinya

"alasan-alasan yang tidak layak".

KETUA RAPAT :

Mestinya "alasan-alasan yang tidak layak". ltu ayat (1) c. Jadi " ... . tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak". Jadi "tidak"nya di depan.

Bagaimana Pak Hardjo, apakah tidaknya mau dipindahkan?

FKP (PROF. SOEHARDJO SASTROSOEHARDJO, S.H.):

Mengenai c yang ada di dalam notulen ini tidak ada istilah "tidak" gugatan tersebut didasarkan pada alasan-alasan yang layak. "Di mana "tidak"nya itu?

KETUA RAPAT :

Dari catatan Saudara Wakil Ketua, c itu ada di depannya "tidak". Jadi kalimatnya "tidak didasarkan pada alasan-afasan yang la yak".

F ABRI (IMAM SUKARSONO, S.H.) : Cocok

KETUA RAPAT:

Begitu Pak Hardjo?

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Ini sumber pembacaannya saja yang berbeda, Pak Dudy dan Pak Karsono itu lari DIM barangkali, sedangkan Pak Hardjo dan saya yang saya baca tadi apa

(14)

yang diserahkan oleb Sekretariat kepada ki~ tetapi

maksudnya sama.

Cuma letaknya kata "tidak" saja

yang

berbeda. Jadi yang menurut

DIM

"gugatan tersebut tidak didasarkan ... ".

KETUA RAPAT :

Jadi itu diambil alih. Tidak ada lagi tambahan? Kalau tidak ada saya nyatakan yang dibacakan Pak Kohar, Pasal 62 menjadi 6 ayat

itu

seluruhnya diterima?

(RAPAT SETUJU)

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Kami lanjutkan Pasal 85, mengenai kalimat "Pejabat Pemerntah" diganti dengan kalimat "Pejabat Tata Usaha Negara" lalu di antara kata "Pejabat" dan kata "yang" disisipkan kata "lain".

Untuk

rnembaca selengkapnya harus melihat

DIM. . . . .

Saya baca selengkapnya ayat

(I);

dari

buku DIM

,yang kemudian dirubah berdasarkan keputusan lobby kemarin :

"Untuk kepentingan pemeriksaan dan apabila Hakim memandang perlu dapat memerintahkan pemeriksaan terhadap surat yang dipegang oleh Pejabat Tata Usaha Negara atau Pejabat lain yang menyimpan surat atau meminta penjelasan dan keterangan tentang sesuatu yang bersangkutan dengan sengketa.

KETUA RAPAT : Silakan Pak Hardjo.

FKP. (PROF. SOEHARDJO SASTROSOEHARDJO, S.H.l:

FKP menerima, tetapi penghalusan oleh Tim Perumus. karena ada jalan kalimat yang tidak begitu baik.

KETUA RAPAT :

Usul diterima. Kalau tidak ada lagi, rnaka seluruhnya dinyatakan diterima apa yang dikenakan oleh Pak Adnan Kohar Pasal 85 Batang Tupuhnya dengan ketentuan akan diperhalus oleh Tim Perumus seperti halnya sernua pasal~pasal lainnya.

(RAPAT SETUJU)

FPP

(IL

ADNAN KOHAR S) :

Pasal 86 ayat (2). Ini Tim Lobby memutuskan, bahwa Pasal 86 ayat (2) sesuai dengan Rancangan Undang-undang dengan catatan kata "dapat" dihapu dan kemudian di belakang kata "datang" ditambah kalimat "tanpa alasan yan dapat dipertanggung jawaban". Penjelasan akan dirumuskan oleh Pemerintah d

(15)

Timus.

KETUA RAPAT :

Jadi inisiatifnya dari Pemerintah. Bukan begitu?

FADRI (M.S. SITUMORANG) :

Saya rasa bukan demikian, kemufakatan kita adalah memberikan kepada Pemerintah rumusan itu setelah kita bicarakan pokok-pokok masalahnya dan kita serahkan kepada Pemerintah dan kemudian tidak lagi kita ulangi untuk membicarakan dalam pajak, akan tetapi langsung kepada Timus. Tetapi pokok- pokok masalahnya sudah kita berikan kepada Pemerintah untuk kita bicara bersama.

KETUA RAPAT :

Jadi catata~ supaya Pemerintah melihat pokok-pokok yang telah dikemukakan dalam Tim Lobby, lalu kemudian merumuskannya dan menyerahkan langsung kepada Tim Perumus.

Begitu Saudara-saudara?

(RAPAT SETUJU) FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Kemudian Pasal 92 ayat (1) akhimya diterima bulat sesuai dengan Rancangan Undang-undang.

KETUA RAPAT:

Jadi diterima bulat oleh Tim Lobby, jadi tidak ada perubahan sesuai Rancangan Undang-undang. Hanya tentunya seperti biasa oleh Tim Perumus

akan

dicek lagi. Begitu Saudara-saudara? Diterima bulat Pasal 92 ini oleh Tim Lobby dan sekarang silakan dari Panja lengkap ini apakah ada perubahan?

(RAPAT SETUJU) FPP (H. ADNAN KOHAR S.) :

Kemudian Pasal 95 ayat (4) baru atas usulan FKP. Usulan FKP ini ayat (1) sampai dengan ayat (3) diserahkan Tim Perumus. Ini memang keputusan Panitia Khusus yang lalu.

Ayat (4) baru bunyinya :

"Dalam hal telah diberitahukan secara patut seperti tersebut ayat (3) pasal ini pemeriksaan dapat dilanjutkan tanpa dihadiri salah satu pihak yang bersangkutan".

Kalimat ini, susunannya sudah ada dalam DIM dalam halaman 59, cuma ada beberapa perbaikan-perbaikan.

(16)

KETUA RAPAT :

Apakah ada usul-usul penambahan ataukah memang cocok "secara patut seperti tersebut ayat (3) pasal ini ... ".

(RAPA T

SETUJU) FPP (ff. ADNAN KOHAR S) :

Pasal 97 ayat (9) : "Kewajiban tersebut pada ayat (8) berupa : a. Pencabutan keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan atau

b. Sesuai dengan Rancangan Undang-undang dengan catatan kalimat

"berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku" dihapus dan diganti dengan kata "atau" kemudian ditambah c.

c. barn. yang sama sekali barn. berbunyi sebagai berikut -:

"Penerbitan keputusan Tata Usaha Negara yang barn dalam hal kaitannya dengan Pasal 3 ayat (I)".

KETUA RAPAT :

Saya kira "dalam kaitan" tidak pakai "hal".

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Ada "hal"nya dalam catatan kami, jadi baik di naskah maupun catatan kami ada "hal"nya.

KETUA RAPAT:

Pak Imam mau menyampaikan sesuatu.

FADRI (IMAM SUKARSONO, S.ff.) :

Bukan "dalam kaitannya", tetapi: "Penerbitan keputusan Tata Usaha Negara yang barn dalam hal gugatan berdasarkan atas Pasal 3". Itu yang telah kita terima kemarin.

KETUA RAPAT :

Jadi penerbitannya di depan. Silakan Pak Kohar baca sekali lagi.

FPP (ff. ADNAN KOHAR, S) :

Jadi bunyinya c itu ialah : "Penerbitan keputusan Tata Usaha Negara yang baru dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3 ayat (2)". Ini memang pembicaraan pada waktu itu bolak balik, kombala kombali langsir. semula kita hapus hidup lagi, hiduplagi, sehingga berubah-ubah. Maka menurut catatan saya, waktu itu say a sadar akan melapor jadi benat.:.benar mencatatnya" . . . .. . . .. . . dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3 ayat 92)".

(17)

KETUA RAPAT :

Coba Pak Adnan baca Pasal 3 ayat (2) di depan sekali dan sekaligus Pasal 3 ayat (3), supaya kita lihat mana yang cocok.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Mudah-mudahan tidak ada perubahan dari pada yang di DIM itu.

KETUA RAPAT:

Yang sudah dirubah diserahkan kepada Pak Adnan supaya Pak Adnan membacanya. Ada usul bahwa ini berlaku untuk tiga-tiganya, ayat (I) sampai (3).

Tetapi silakan dahulu baca isinya supaya dapat diikuti.

SEKRETARIAT :

"Tidak mengeluarkan suatu keputusan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha ··

Negara sedangkan hat itu menjadi kewajibannya, disamakan dengan suatu keputusan Tata Usaha Negara".

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Pasal 3 temyata ada perubahan mengenai ayat ( 1) ini dan di situ belum terketik dengan jelas, masih tulisan tangan, saya baca juga memenuhi permintaan Bapak Ketua :

Pasal 3 ayat (1) :

"Tidak mengeluarkan suatu keputusan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sedangkan hat itu menjadi kewajibannya, disamakan dengan suatu keputusan Tata Usaha Negara". Itu bunyi ayat ( 1) Pasal 3,--

Ayat (2) :

"Jika suatu Badai.i atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata U saha Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud".

Ayat (3) :

"Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan suatu jangka waktu sebagaimana yang dimaksudkan ayat (2), maka setelah lewatnya jangka waktu 4 (empat) bulan setelah diterimanya suatu permohonan Badan atau Pejabat Tata Usaha yang bersangkutan dianggap telah rnengeluarkan suatu keputusan penolakan".

KETUA RAPAT:

Jadi pada pokoknya tidak pakai ayat, tetapi cukup Pasal 3, " ... dalam hal gugatan berdasarkan atas Pasal 3".

(18)

FPP (ff. ADNAN KOHAR S) :

Jadi rumusan dari huruf ( l: 1 ini ialah :

Penerbitan Tata Usaha Negara yang baru dalam hal gugatan didasarkan pada Pasal 3.

KETUA RAPAT :

Jadi pencabutan dan penerbitan itu ayat (9) b, selanjutnya kita serahkan Tim Perumus sebagaimana usul dari

FPP.

Bagaimana diterima? Batang Tubuhnya.

(RAPAT SETUJU).

Silakan Pak Adnan.

FKP (H. ADNAN KOHAR, S) :

Menurut catatan kami sesudah Pasal 97 ini lalu Tim Pojok membicarakan Pasal 100 ayat (l). Pasal 100 ayat (I) seperti dalam naskah laporan ini ayat (l) a, b, c, b , sesuai dengan Rancangan Undang-undang kemudian ditambah c bunyinya : Pengetahuan Hakim, sehingga kalau dibaca lengkap sebagai berikut :

Pasal 100.

Ayat (l)

Alat bukti ialah : a. Surat atau tulisan b. Keterangan ahli c. Keterangan saksi d. Pengakuan para pihak e. Pengetahuan Hakim.

KETUA RAPAT :

Demikian Saudara? Silakan Pak Tambunan FKP (A. S.S. TAMBUNAN, S.H.):

Substantienya tidak ada perbedaan, hanya urutan kalau tidak salah FKP mengusulkan supaya menjadi (a), bisa dengan (e) dengan catatan karena penjelasan belum selesai dibicarakan dalam lobby, kalau nanti dalam lobby itu disetujui bahwa urut-urutannya tidak menentukan,kalau itu tidak menentukan FKP menerimanya. Karena ada hubungannya dengan ayat (2) karena Hakim menentukan dus (b) nanti ini belum selesai mengenai masalah penjelasannya, barn subtantie yang selesai, sedang waktu itu dikaitkan ayat (2) subtantie sudah diterima dengan catatan belum selesai mengenai masalah penjelasan.

(19)

KETUA RAPAT :

Baiklah kalau begitu, jadi urutan di dalam huruf ini tidak menentukan tingkat pembuktian itu.

FPP (TGK H.M. SALEH) :

Kalau kemarin ayat (I) itu sudah final sebab sampai e itu sudah diterima.

yang menjadi masalah ayat (2) bukan ayatnya tetapi penempatannya.

KETUA RAPAT:

Jadi walaupun diterima oleh Tim Lobby tetapi juga harus diterima oleh Panja, menerimanya untuk membicarakan ayat (2) lagi dengan mempertimbangkan usul dari FKP, begitu Saudara?.

(RAPAT SETUJU) Silakan Pak Adnan.

FPP (H. ADNAN KOHAR S) :

Kemudian ayat (2), sebetulnya ayat (2) ini sudah dibicarakan tetapi menurut ingatan kami belum tuntas ini. Oleh karena itu saya sebagai pelapor berpendapat sebaiknya ini tidak dilaporkan saja, sebab toh belum tuntas.

KETUA RAPAT:

Dengan demikian laporan dari FPP atas jalannya Tim Lobby ini seluruhnya diterima sampai dengan PasaJ I 00 ayat ( 1) begitu? dan bila mana ada hal-hal lain saya silakan Saudara W akil Ketua Saudara Dudy.

WAKIL KETUA (DUDY SINGADILAGA, S.H., MPA):

Terima kasih Saudara Ketua suatu aset yang terakhir ini Pasal

l 00

menurut catatan, tetapi bisa kita bicarakan di Panja. Memang ayat (2)nya subtantienya sudah selesai, tetapi dimana menempatkannya apakah menjadi ayat barn nomor berapa? kita ini belum selesai, kalau tidak salah begitu.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Saudara Wakil Ketua, dengan demikian boJehkan saya menyatakan bahwa semuanya te1ah diterima sampai sekarang dan akan meneruskannya oleh Tim Lobby. Saya nyatakan dulu Laporan dari FPP diterima.

(RAPAT SETUJU)

Dan sekarang tugas dari Tim

Lobby

yaitu mulai dengan masalah

yang terdapat dalam Pasal 100 ayat

<2>

dan seterusnya diharapkan selesai sampai masalah dalarn Pasal l 40. 2 Pasal hilang, yaitu Pasal 138. 139 sudah dihapus terrnasuk pasal k:.:sasL supaya diperhatikan dan pembagian Babnya supaya diperhatikan sehingga

(20)

nanu kita bertemu lagi pada ban Kamis, tanggal 27 - 11 - 86 Pukul 09.00 Saudara-saudara setuju?

(RAPAT SETUJU)

Dengan satu tambahan yaitu yang diusulkan oleh FPDI Pasal 84 ayat (2) demikian tidak ada lagi Saudara-saudarct?

F ABRI (M.S. SITVMORANG) :

Ada juga tempo hari yang diputuskan akan diadakan suatu open clausule bahwa akan diatur dengan Peraturan Pemerintah yang oleh FABRI menyatakan bahwa perlu kita mendalami membicarakan, karena untuk membikin suatu open mandat itu agak kurang tepat.

KETUA RAPAT:

Jadi tambahan dari Pak Situmorang yaitu ayat yang diusul oleh FKP bila mana belum cukup diatur dapat diatur lebih lanjut. ltu supaya kita pertimbangkan dan bicarakan di dalam Tim Lobby, masih ada Saudara'-saudara?

Dengan demikian maka seluruhnya sudah diterima dan saya tunda rapat ini sampai hari kamis tanggal 27 pukul 09.00 dengan ucapan Wassalamu'alaikum warah matullahi wabarakatuh.

(Rapat ditunda Pukul 10.40) Jakarta, 24 Nopember 1986 SEKRETARIS PANITIA KHUSUS

ttd.

DRS. NQER fATA

NIP. : 2 l 0000598

Referensi

Dokumen terkait

Saat potensial diberikan pada larutan, terjadi transpor ion melewati membran dan ion dapat ditranspor lebih baik oleh Nafion sehingga ion didifusikan lebih banyak

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar

Када је реч о акутној кризи и колективној опа сно сти, страх и о сећање опште рањиво сти под стиче спо собно ст људи да по ступају као

Kecekapan pula adalah melaksanakan kerja dengan usaha, kos dan pembaziran yang minimum atau dengan kata lain, „melakukan sesuatu dengan betul.‰ Sebuah organisasi akan berjaya

Skripsi berjudul Pengaruh Arus dan On time terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Permukaan pada Proses Electrical Discharge Machining Die Sinking telah diuji dan

Berdasarkan hasil analisa data, maka diperoleh kesimpulan utama bahwa tidak terdapat hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada perawat di

Sistem yang digunakan saat ini oleh perusahaan masih menggunakan aplikasi microsft excel, oleh karena itu dengan dibuatkannya Aplikasi Akuntansi Pencatatan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan pada perangkat modulator BPSK yang telah dirancang maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa perangkat