• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus untuk meneliti tentang efektivitas World Wide Fund for

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berfokus untuk meneliti tentang efektivitas World Wide Fund for"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berfokus untuk meneliti tentang efektivitas World Wide Fund for Nature (WWF) dalam menangani perburuan beruang coklat di Rumania.

Bertambah buruknya keadaan bumi karena keseimbangan alam mulai terganggu akibat banyak penyebab seperti perubahan iklim dimuka bumi secara ekstrim, pemanasan global, dan setiap tahunya permukaan air laut selalu bertambah akibat es di kutub bumi yang mencair. Selain itu, interaksi manusia dengan alam juga mempengaruhi berlangsungnya keseimbangan alam itu sendiri. Banyak aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem, kelangsungan hidup flora dan fauna. Salah satu kegiatan tersebut adalah perburuan beruang, lebih tepatnya beruang coklat (ursus arctor) di Romania. Aktivitas perburuan beruang coklat adalah untuk diperdagangkan organ dan anggota tubuh lainya untuk kepentingan pengobatan tradisional seperti bagian darah, tulang, otak, lemak, empedu, daging, cakar, dan sumsum tulang belakang yang digunakan pengobatan asia selama ribuan tahun.1 Beruang coklat (ursus arctor) merupakan mamalia karnivora besar yang menghuni hutan Eropa. Habitat terbesar beruang coklat berada di pegunungan Dinaric dan Carpatians yang mana kedua pegunungan ini termasuk kedalam beberapa wilayah negara di Eropa seperti Ceko, Slovakia, Polandia, Hongaria,

1 Amelie Knapp, 2006, Bear Necessities: an analysis of brown bear management and trade in selected range state and the European Union’s role in the trhopy trade, Brussels: TRAFFIC Europe for the European Commission, hal.12.

(2)

2

Ukraina, Serbia dan Romania.2 Pada negara Romania ditempati sekitar 40% dari keseluruhan beruang coklat yang berada di daratan Eropa terkecuali Rusia.

Kawasan hutan Timur Romania lebih tepatnya di pegunungan Carpathians terdapat kurang lebih 8000 ekor beruang coklat yang hidup liar di hutan.3 Satwa liar di Romania telah lama menjadi objek perburuan, yang mana terdapat kegiatan perburuan illegal dan terdapat perburuan legal yang difasilitasi oleh sebuah asosiasi penyedia jasa perburuan.

Asosiasi perburuan dan olahraga menjadi fasilitator penyedia jasa perburuan satwa di Romania sejak tahun 2010, dengan menyediakan trofi perburuan satwa bagi para pemburu.4 Trofi perburuan merupakan kegiatan perburuan satwa liar yang tujuannya bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan, melainkan untuk kegiatan rekreasi dan olahraga yang mana dalam pelaksanaanya, pihak yang melakukan perburuan membayar sejumlah biaya untuk mendapatkan fasilitas perburuan.5 Adanya trofi perburuan ini menjadi keuntungan tersendiri untuk pihak penyedia jasa perburuan dan pengelola perburuan. Dari adanya trofi perburuan tersebut, 80%

keuntungan menjadi bagian penyedia jasa perburuan dan 20% sisanya masuk ke pemerintah. Intensitas perburuan beruang coklat di Rumania mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya populasi beruang cokelat di Rumania

2 EuroNatur Stiftung, Brief fact sheet European brown bear (ursus arctor), EuroNatur Foundation, diakses dalam https://www.euronatur.org/en/what-we-do/endangered-species/bear/fact-sheet- brown-bear/ (21/10/2020, 08.33 WIB)

3The journal.ie , Animal right group outraged at Romania’s plan to kill bears and wolves, Agence France-Presse, diakses dalam https://www.thejournal.ie/romania-to-kill-wolves-and-bears-after- attacks-3583072-Sep2017/ (21/10/2020, 10.41 WIB)

4 Andrian Matei, Association of hunter and sport fishermen tomis, Hunt in Romania, diakses dalam https://huntinromania.com/about-us/ (21/10/2020, 21.44 WIB)

5 Global Animal Rescue, Trophy Hunting Defined, SPCA International, diakses dalam https://www.spcai.org/take-action/trophy-hunting/trophy-hunting-defined (09/08/2021, 23:51 WIB)

(3)

3

dan adanya konflik yang terjadi antara manusia dengan satwa liar yang salah satunya adalah beruang cokelat.

Pada tahun 2016 muncul pengumuman dari pemerintah Rumania untuk melakukan perlindungan terhadap satwa liar penghuni hutan Rumania seperti beruang coklat, serigala, dan kucing liar, pengumuman tersebut disampaikan oleh Cristina Pasca Palmer selaku Menteri lingkungan Rumania periode 2015 hingga 2017. Spesies yang telah dinyatakan untuk dilindungi tidak bisa diburu, kecuali satwa tersebut menyebabkan kerusakan atau menjadi ancaman.6 Pada tahun 2017 pemerintah Rumania membuat pengumuman terkait perburuan satwa liar, bahwa hewan-hewan liar dihutan Rumania dapat diburu Kembali, mengingat adanya pertumbuhan terhadap populasi beruang cokelat.7 Memasuki tanggal 25 september 2019 senat Rumania mengesahkan sebuah usulan rancangan undang-undang untuk memperbaharui undang-undang 407/2006. Undang-undang no 407/2006 Rumania tersebut mengatur tentang perburuan beserta pengaturan dana perburuan, segala aturan terkait aktivitas perburuan satwa penghuni pegunungan Carpathians di Rumania termuat dalam undang-undang tersebut. Pada usulan perbaharuan undang- undang tersebut, terdapat satu poin yang menjadi sorotan dan isinya adalah pemindahan status spesies beruang cokelat dari daftar satwa yang dilindungi, kedalam daftar satwa yang diperbolehkan untuk diburu. Beruang cokelat Eropa (ursus arctos) merupakan salah satu karnivora besar Eropa yang statusnya

6 Romania Insider, Romania stop the hunting of brown bear wolf and wildcats, Romania Insider, diakses dalam https://www.romania-insider.com/romania-stops-the-hunting-of-brown-bears- wolves-and-wildcats (21/10/2020, 22.29 WIB)

7 Nick Huisman, Romania Start Killing wolves and Bear, European Wilderness Society, diakses dalam https://wilderness-society.org/romania-starts-killing-wolves-and-bears/ (21/10/2020, 19.35 WIB)

(4)

4

dilindungi dan dilarang untuk dikenakan perburuan. Adanya usulan ini menjadi permasalahan, yang mana pemindahan status beruang cokelat dari daftar satwa yang dilindungi ke dalam daftar satwa yang dapat diburu akan berpotensi terhadap peburuan yang dapat dilakukan tanpa perlu memperhatikan batasan dalam pelaksanaanya.8

Adanya usulan legislatif terhadap undang-undang perburuan di Rumania tersebut mengundang penolakan dari beberapa pihak. World wide fund for nature sebagai organisasi internasional non-pemerintah yang menyerukan nilai-nilai konservasi, pencegahan kerusakan alam yang menjadi habitat satwa, dan pemeliharaan lingkungan secara berkelanjutan, menyatakan menolak adanya RUU perburuan pemerintah Rumania tersebut. World wide fund for nature melakukan upaya agar tercipta kondisi dimana suatu pemerintahan di negara tertentu memiliki sudut pandang tentang lingkungan hidup, dengan tujuan agar upaya yang diserukan dapat mendorong pemerintah menciptakan undang-undang terkait lingkungan dan melakukan melaksanakan implementasi undang-undang yang telah dibuat.9 Kasus perburuan beruang coklat Rumania ini menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi World wide fund for nature dalam memperjuangkan nilai dan norma yang diusung. Ini menjadi tantangan untuk World wide fund for nature sebagai organisasi internasional non-pemerintah yang mana ingin menciptakan sebuah norma perihal perburuan dan keutuhan populasi satwa dengan menghadapi pemerintahan

8 WWF, WWF-Romania Campaign to againts bear hunting, Word Wild Fund for Nature, diakses dalam https://wwf.panda.org/?353930%2FWWF-Romania-Campaigns-against-Bear-Hunting (21/10/2020, 23.52 WIB)

9 Ibid.

(5)

5

Rumania yang dalam isu ini sebagai aktor yang menaungi perburuan beruang cokelat eropa di Rumania.

Dari sini peneliti ingin meneliti apakah World wide fund for nature sebagai organisasi internasional yang berfokus pada konservasi dan kelestarian alam dapat mencegah RUU perburuan di Rumania dan menangani perburuan beruang coklat Eropa di Rumania, selain itu peneliti juga meneliti seberapa efektif World wide fund for nature dalam menjalankan dan melaksanakan nilai serta norma yang diusung ke pemerintahan Rumania.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah yang telah penulis sebutkan sebelumnya,maka penulis mengambil rumusan masalah “Bagaimana efektifitas peran World wide fund for nature Rumania (WWF Rumania) dalam menangani perburuan beruang coklat Eropa di Rumania?”

1.3 Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan urgensi dari adanya perburuan beruang coklat Eropa yang berada di Rumania.

b. Menjelaskan peran dan upaya WWF sebagai organisasi internasional non- pemerintah dalam menangani perburuan beruang coklat di Rumania.

c. Menganalisa efektivitas peran WWF dalam menguasai perburuan beruang coklat Rumania.

1.4 Manfaat Penelitian

(6)

6

Berdasar tujuan yang telah disebutkan sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis memiliki harapan penelitisn ini dapat memberi pengetahuan kepadapembaca mengenai salah satu isu lingkungan di Rumania yaitu perburuan beruang coklat Eropa di Rumania yang dikhawatirkan akan menjadikan satwa tersebut punah dan upaya organisasi WWF dalam menangani permasalahan tersebut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini kita dapat mengambil manfaat lain yaitu dengan mengetahui dan memprediksi populasi beruang coklat dan menganalisa bagaiaman upaya WWF beserta pihak-pihak yang melawan perburuan beruang coklat yang semakin banyak terjadi di Rumania.

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang menjadi pembeda antara penelitian ini dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian terdahulu diambil oleh penulis sebagai acuan dalam meneliti berdasar kesamaan fenomena atau teori yang dikaji.

(7)

7

Penelitian pertama berjudul “Peranan WWF Dalam Upaya Konservasi Populasi Badak Jawa di Indonesia” ditulis oleh Eca Chairunnisa.10 Dalam jurnal ini membahas tentang peran dan upaya WWF sebagai organisasi non-pemerintah internasional yang menangani permasalahan populasi badak jawa. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pengaplikasian teori peranan organisasi internasional dalam meneliti isu yang dibahas. Penelitian ini berangkat dari permasalahan populasi badak jawa yang tidak ada kenaiakn dan justru mengalami penurunan. Badak jawa yang merupakan satu-satunya populasi yang masih ada khususnya di Indonesia, satwa ini merupakan kunci kehidupan satwa yang lainya di hutan ujung kulon. Badak jawa tidak ada yang hidup dalam penangkaran, melainkan langsung hidup di alam bebas, jumlahnya pun yang tersedia di alam hanya berjumlah kurang dari 100 ekor. Dari pihak pemerintah melakukan banyak upaya yan difungsikan menjaga kelestarian badak jawa, salah satu programnya adalah dibentuknya unit intelijen dan penegakan hukum atau Intelligence and Law Enforcement Unit (ILEU). Dari organisasi WWF telah melaksanakan banyak upaya terkait penyelamatan badak jawa antara lain analisis nutrisi hormone badak lewat kotoran, monitoring, disease surveillance, manajemen habitat, penelitian, pembangunan patung diujung kulon, pemberdayaan masyarakat, pengamanan badak.11

Penelitian terdahulu yang kedua berjudul “Peran World Wild Fund For Nature (WWF) dalam perlindungan badak di Afrika tahun 2010-2014”, yang ditulis

10 Eca Chairunnisa, Peranan World wild fund for nature (WWF) dalam upaya konservasi populasi badak jawa di Indonesia, Global political studies journal, vol, 2, no, 1 (2018), Bandung: FISIP Universitas Komputer Indonesia.

11 Ibid.

(8)

8

oleh Rino Seffitra.12 Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif dan menggunakan teori peranan organisasi internasional dalam meneliti. Penelitian ini focus ke upaya yang dilakukan WWF untuk menangani badak di Afrika, karena 90% dari 100% badak yang ada di benua Afrika tinggal dinegara Afrika Selatan.

Populasi badak terancam karena adanya perburuan secara illegal yang memanfaatkan organ tubuh badak sebagai obat dan beberapa dijual. upaya yang dilakukan pemerintah setempat adalah melaksanakan pemantauan yang ketat dan membuat keputusan pemerintah lewat National environmental Management:

Biodiversity Act No.10 of 2004; (NEM:BA) dan National Environmental Management: Protected areas Act No.57 of 2003; (NEMPAA). Upaya dari WWF adalah kerjasama dengan pemerintah Afrika Selatan untuk peningkatan pemantauan, membentuk anti perburuan, pengelolaan dan perluasan kawasan lindung, translokasi badak, memantau kegiatan perdagangan cula badak, melakuakn pendesakan penegakan humuk lokal dan internasional, WWF mendesak pemerintah membuat peraturan khusus konservasi badak, pemberian peringatan kepada negara yang biasa menjadi konsumen hasil buruan badak, dan kampanye kesadaran lingkungan.13

Penelitian ketiga berjudul “ Peran World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam Konservasi Badak Sumatera Pada Tahun 2010-2017”, ditulis oleh Ardiansyah.14 Penelitian ini focus pada upaya dalam menangani ancaman badak

12 Rino Seffitra, Peranan World Wild Fund for Nature (WWF) dalam perlindungan badak di afrika selatan tahun 2010-2014, JOM FISIP, vol, 3, no, 1, (februari 2016) Riau: FISIP Universitas Riau.

13 Ibid.

14 Ardiansyah, Peran World Wide Fund For Nature (WWF) dalam konservasi badak sumatera pada tahun 2010-2017, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, vol, 7, n0, 3, (2019) Samarinda:

FISIP Universitas Mulawarman.

(9)

9

sumater antara lain perburuan liar yang mana hasilnya akan dijual di pasar gelap, perkwaninan sedarah spesies badak sumatera karena jumlahnya yang tidak banyak dan dari perkawinan sedarah ini akan berisiko menurunkan kualitas genetik, ancaman ketiga adalah rusaknya habitat asli badak sumatera akibat deforestasi hutan oleh manusia. Kepunahan badak mulai terjadi pada tahun 1985 yang menjadikan badak sumatera masuk kedalam red list di International Union for Conservation of Nature (IUCN). Penelitian ini mengunakan konsep International Non-Government Organization (INGO), yang mana pada kondisi tertentu INGO dapat dikategorikan sebagai Observer dan memberikan rekomendari dalam sidang PBB. Konsep adalah konsep konservasi, yang mana merupakan upaya manusia untuk melestarikan atau menjaga alam. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terkait perlindungan badak adalah dengan UU Nomor 5 tahun 1990 perihal konservasi sumber daya ala hayati dan ekosistemnya. Menjelaskan jika spesies yang dimaksud tidak boleh disakiti, dibunuh, dipelihara ataupun diperjual belikan. Kerjasama WWF dengan pemerintah mulai pada 1962 dan melakukan penelitian di ujung kulon untuk menyelamatkan populasi badak yang hampir punah.

WWF memiliki peran dalam konservasi badak sumatera di indonesia yang dibantu oleh beberapa organisasi konservasi lokal dan internasional seperti Yayasan Badak Indonesia (YABI), International Rhino Foundation (IRF), Wildlife Conservation Society (WCS), Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA- Sumatera).15

15 Ibid.

(10)

10

Penelitian keempat berjudul “Arrested development: the fight to end commercial whaling as a case of failed norm change”ditulis oleh Jennifer L.Bailey. penelitian ini membahas tentang debat antara D’Amato dan Chapro di buku Amerika yang mana jurnal hukum internasional yang menyampaikan bahwa populasi paus itu harus dipertimbangka karena itu adalah entitas moral dengan cara membiarkan hak hidup paus, negara mesti bertanggung jawab, cinta lingkungan, dan tidak memperjual belikan paus. Jurnal itu membahas tentang norma dan nilai yang disusun oleh IWC, namun negara seperti Jepang, Norwegia dan Islandia susah untuk mematuhi. Dalam upaya menjaga national interest masing-masing negara, beberapa negara menarik keberatanya pada situasi dan kondisi tertentu seperti negara Jepang yang di bawah Amerika Serikat namun pada waktu lain berpindah ke program penelitian dalam melakukan perburuan paus.16

Penelitian terdahulu kelima berjudul “Upaya World wide fund for nature (WWF) dalam mengatasi perdagangan penyu illegal di provinsi Bali tahun 2008-2013”, yang ditulis oleh Molisa Teresa Pardede. Pada penelitian ini membahas tentang peran dari WWF sebagai organisasi konservasi di dunia yang mengambil peran untuk penanganan perdagangan penyu di provinsi Bali. Penyu sendiri merupakan satwa yang statusnya terancam punah, hal tersebut tercantum dalam Appendix I di CITES. Pada penelitian ini penulis menggunakan teori organisasi internasional dan teori pluralism, yang mana menghasilkan kerjasama antara pemerintah Bali dan WWF dalam melesarikan penyu. Upaya WWF dalam

16 Jennifer L. Bailey, Arrested Development: The Flight to End Commercial Whaling as a Case of Failed Norm Change, European Journal of Internatonal Relations, Vol. 14(2), 2008, hal. 289-318.

(11)

11

melestarikan penyu Bali dalam penelitian tersebut adalah melalui TCEC (turtle conservation and education) pada 2006, pendirian TCEC merupakan strategi untuk menghapus keberadaan perdagangan penyu yang dilakukan secara illegal di pulau Serangan Provinsi Bali.17

Tabel 1.1 Posisi Penelitian No Judul dan

Nama Peneliti

Jenis Penelitian (metode/teori/konsep)

Hasil

1 Peranan WWF Dalam Upaya Konservasi Populasi Badak Jawa di

Indonesia, ditulis oleh Eca Chairunnisa

Teori peranan organisasi

Internasional, metode kualitatif

Bentuk penanganan penurunan populasi badak jawa di Indonesia, dalam pembahasan ini WWF sebagai

organisasi non-

pemerintah internasional bekerjasama dengan pemerintah indonesia untuk melakukan banyak upaya penanganan penanggulangan

17 Molisa Teresa Pardede, Upaya WWF dalam mengatasi perdagangan penyu illegal di provinsi Bali tahun 2008-2013, JOM FISIP, Vol.2, no.2 (2015) Riau: Universitas Riau.

(12)

12

populasi badak jawa dari kepunahan.

2 Peran World Wild Fund For Nature (WWF) dalam

perlindungan badak di Afrika tahun 2010- 2014, ditulis oleh Rino Seffitra

Teori peranan organisasi

internasional, metode deskriptif kualitatif

Adanya perburuan illegal di Afrika selatan yang tidak terkontrol untuk kepentingan pribadi pemburu, menyebabkan populasi badak di Afrika

jumlahnya menurun.

Afrika yang merupakan rumah dari 90% badak yang ada di benua Afrika, pemerintah menanggulangi dengan National environmental Management:

Biodiversity Act No.10 of 2004; (NEM:BA) dan National Environmental Management: Protected areas Act No.57 of 2003; (NEM:PAA).

(13)

13

Pihak WWF sebagai organisasi non-

pemerintah internasional memiliki banyak

program dengan menggandeng pemerintah untuk menanggulangi

perburuan badak Afrika.

3 Peran World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam

Konservasi Badak Sumatera Pada Tahun 2010-2017.

Ditulis oleh Ardiansyah

konsep International Non-Government Organization (INGO) dan konsep konservasi.

Kepunahan dimulai tahun 1985 yang mana perburuan menyebabkan populasi badak

menyusut. INGO dapa t dikategorikan sebagai Observer dan

memberikan rekomendari dalam sidang PBB. Upaya WWF dalam menangani penurunan populasi badak juga didukung oleh Yayasan Badak

(14)

14

Indonesia (YABI), International Rhino Foundation (IRF), Wildlife Conservation Society (WCS), Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-Sumatera).

Kerjasama WWF dengan pemerintah untuk menanggulangi pemburuan badak mulai tahun 1962.

4 Arrested Development:

The Flight to End Commercial Whaling as a Case of Failed Norm Change, ditulis oleh Jennifer L.Baley

Teori Environmentalis, pendekatan norma siklus hidup.

Perburuan paus yang masih menjadi permasalahan negara satu dengan negara lainya. Keberadaan paus dilautan berhak

dipertimbangkan secara entitas moral, paus berhak hidup bebas dan sebagai negara harus

(15)

15

menjaga kelangsungan hidup paus. IWC membuat norma yang fungsinya untuk

dipatuhi negara-negara, namun beberapa negara sepperti Norwegia, islandia dan Jepang kurang patuh terhdapa norma tersebut. Adanya norma hadir dan

memperoleh sokongan dalm menjaga

keberadaan paus, tetapi beberpa negara

berupaya mengembalikan cengkraman secara proteksionis kepada IWC dan beralih ke program penelitian, yang mereka gunakan

(16)

16

sebagai dalih perburuan ikan paus.

5 Upaya World wide fund for nature (WWF) dalam

mengatasi perdagangan penyu illegal di provinsi Bali tahun 2008- 2013

Deskriptif Kualitatif, Teori Organisasi internasional dan teori pluralism

Dibentuknya TCEC sebagai strategi WWF untuk menghapus perdagangan illegal penyu Bali,

Pelaksanaan program tersebut dibantu oleh pemerintah Provinsi Bali

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Efektivitas International Non-Govermental Organization (INGO)

Organisasi internasional adalah salah satu aktor yang berperan dalam hubungan internasional.18 Organisasi dapat menjalankan perannya untuk menekan permasalahan yang ada pada suatu negara. Keberadaan organisasi internasional dapat memberikan pengaruh terhadap tingkah laku sebuah negara.19 Evans dan Newnham mendefinisikan organisasi internasional sebagai institusi formal yang

18 Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani. (2014). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 91.

19 Ibid, hal. 95

(17)

17

tercipta atas adanya perjanjian antar aktor.20 Binschedler mendefinisikan organisasi internasional sebagai sebuah asosiasi negara yang berdiri atas dasar perjanjian untuk mencapai tujuan bersama. Secara Umum borganisasi internasional mempunyai badan khusus yang memiliki fungsi dalam organisasi. Dari adanya hal tersebut, hukum yang berlaku dalam sebuah organisasi internasional adalah hukum hasil perjanjian multilateral yang telah melalui proses kesepakatan.21

Organisasi internasional sendiri memiliki dua model. Pertama, International Govermental Organizations (IGO) atau dapat didefinisikan sebagai organisasi antar pemerintah yang memiliki anggota delegasi dari pemerintah negara-negara secara resmi. Kedua, International Non-Govermental Organizations (INGO) atau dapat didefinisikan sebagai organisasi non-pemerintah yang berasal dari kelompok swasta dengan berbagai bidang seperti keilmuan, budaya, bantuan teknik atau ekonomi, agama, lingkungan, dan bidang lainya yang keanggotaanya berasal dari masing-masing negara.22 Organisasi internasional non-pemerintah atau INGO merupakan anggota transnasional dan internasional yang mana melintasi batas negara, dan terdiri dari individu ataupun kelompok dan posisi tersebut tidak merupakan perwakilan pemerintahan. INGO dirancang tidak untuk mencari keuntungan dalam masyarakat.23

20 Citra Henida, 2015, Rezim dan organisasi internasional, (ed.1), Malang: Intrans Publishing, hal.7.

21 Rudolf L. Bindschedler. (1983). International Organizations: General Aspects. Dalam Gerd Droesse. (2020). Membership in International: Paradigms of Membership Structures, Legal Implications of Membership and the Concept of International Organization. Vienna: ASSER PRESS : hal. 303

22 Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani, op.cit. hal 94

23 Hildy Teegen, Jonathan P. Doh, and Sushil Vachani, “The Importance of Nongovernmental Organizations (NGOs) in Global Governance and Value Creation: An International Business Research Agenda,” Journal of International Business Studies 35, no. 6 (2004): 463–83, https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs.8400112.

(18)

18

INGO merupakan organisasi yang terbentuk bukan melalui kesepakatan antar pemerintah. INGO dapat menjadi aktor penting dalam lingkup lokal, nasional, dan lingkup internasional. Walaupun memiliki posisi tidak mewakili pemerintahan, INGO memiliki potensi dalam mempengaruhi suatu kebijakan dari tingkat lokal, nasional, dan tingkat internasional.24 Aktivitas INGO dalam menjalankan kepentingannya memiliki dampak berupa strategi berbentuk masukan atau saran kepada aktor terkait, yang mana digunakan untuk menyalurkan ide-ide dan pengaruh yang nantinya akan memiliki dampak terhadap pembuatan kebijakan.

INGO dalam melaksanakan perannya juga menghasilkan sebuah forum keluaran yang dapat mempengaruhi aktor yang dituju dalam merumuskan atau memodifikasi kebijakan.25

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, organisasi internasional memiliki peran dan fungsi yang berbeda dan tidak semua tujuan organisasi internasional dapat menjalankan peranannya secara efektif. Efektivitas sendiri menurut Gibson merupakan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah disepakati bersama, tingkat sasaran dan tujuan sebuah efektivitas bergantung dari adanya pengorbanan yang dilakukan.26 Efektivitas juga merupakan sebuah tingkatan pencapaian sejauh mana tujuan dapat terpenuhi. Indikator dari adanya efektivitas biasanya berfokus pada

24 Robert K Christensen, International non-govermental organization: globalization, policy learning and the national state, intl Journal of public administration, no, 29, (2006), Indiana:

School of public and environmental affairs, hal, 285.

25 Ibid., hal 288.

26 James L. Gibson, John M. Ivancevich, and James H. Donnelly, Organisasi, Terjemahan (Jakarta: Erlangga, 2001).

(19)

19

pengukuran perubahan yang terjadi dan perubahan tersebut merupakan cerminan dari tujuan awal yang telah ditentukan.27

Dalam meninjau efektvitas suatu organisasi internasional khususnya INGO, terdapat beberapa beberapa indikator yang yang dapat digunakan untuk melihat seberapa efektif peran INGO tersebut. Efektivitas suatu organisasi internasional non-pemerintah menurut Stan Yu pada penelitianya, terdapat indikator umum yang terdiri dari intended and unintended impact (dampak), sustainability (keberlanjutan), empowerment (pemberdayaan), dan replicability and scaling up (replikasi dan peningkatan skala).28 Keempat indikator tersebut mempengaruhi efektif atau tidaknya sebuah INGO.

1. Intended and unintended impact.

Penilaian dampak berdasar atas analisa sistematis dari adanya perubahan yang terjadi pada penerima manfaat dari apa yang diupayakan oleh organisasi internasional non-pemerintah, dampak yang terjadi bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif yang keduanya disengaja ataupun tidak disengaja.29 Perencanaan dan intervensi dari organisasi internasional non-pemerintah adalah sistem yang muncul dari adanya kepekaan terhadap ketidakstabilan dan perubahan besar yang terjadi pada lingkungan. Pada indikator pertama merupakan bagian yang akan menguraikan dampak dari sebuah organisasi internasional non-pemerintah,

27Jonathan Pincus, (2006), On efficiency and effectiveness, Canbera: Australian Government, hal, 6. 28 Stan Yu, “Dissecting Accountability and Effectivness of International Non-Governmental Organization (INGO) Work: Converging and Diverging Perspectives between Academia and the Field.”

29 Michael Edwards and David Hulme, “Too Close for Comfort? The Impact of Official Aid on Nongovernmental Organizations,” World Development 24, no. 6 (1996): 961–73,

https://doi.org/10.1016/0305-750X(96)00019-8.

(20)

20

hal tersebut ditinjau dari perubahan apa saja yang terjadi setelah organisasi internasional non-pemerintah melaksanakan peranya.

Nilai dari adanya dampak ditinjau melalui perubahan signifikan terhadap objek yang menjadi tujuan pencapaian INGO dalam melaksanakan peranya, hasil dapat bernilai positif ataupu negatif dan disengaja ataupun tidak. Dalam menilai efektivitas organisasi internasional non-pemerintahan teerdapat beberapa dimensi yang dilihat. Pertama, ditinjau dari output yang merupakan keluaran yang muncul atas adanya kinerja yang dilakukan sebuah organisasi internasional non-pemerintah atau pihak yang melakukan intervensi. Kedua, ditinjau dari adanya outcomes atau hasil yang terjadi setelah upaya pihak yang melakukan intervensi dilakukan.

Outcomes adalah bagaimana hasil yang muncul setelah adanya upaya yang dilakukan oleh pihak yang melakukan intervensi dilaksanakan.30 Pada tahap terakhir dilaksanakan pengukuran yang ditinjau dari keberadaan dampak yang muncul dari output dan outcomes, yang merupakan efek dari aktivitas organisasi internasional non-pemerintah. Dampak dapat ditinjau dengan adanya perubahan yang terjadi pada sasaran intervensi, setelah organisasi internasional non- pemerintah melakukan upaya, dan upaya tersebut diimplementasikan untuk membawa perubahan terhadap sasaran yang diintervensi.

2. Sustainability

30 Alan Fowler, (1997), Striking a Balance: A Guide to Enhancing the Effectiveness of Non- Governmental Organisations in International Development, London: Earthscan.

(21)

21

Pada tahap kedua adalah keberlanjutan atas adanya program, proyek, ataupun sebuah intervensi yang dilakukan oleh organisasi internasional non- pemerintahan, hal ini ditinjau setelah aktivitas organisasi internasional non- pemerintah menghasilkan dampak. Sustainability diartikan sebagai aktivitas yang mampu dipertahankan.31 Fokus dari keberlanjutan yang dimaksud adalah financial sustainability dan organizational sustainability. Pada fokus pertama yaitu financial sustainability, dasar adanaya peninjauan ini adalah melalui INGO sendiri yang bukan merupakan organisasi non-profit. Berdasar tinjauan makro atas penilaian tentang dampak organisasi internasional non-pemerintah, menyatakan bahwa organisasi internasional non-pemerintah tidak berkelanjutan, karena apabila klien yang menjadi sasaran organisasi internasional miskin, maka akan semakin kecil potensi dari adanya aktivitas intervensi dapat berkelanjutan. Sebagai organisasi internasional non-profit, akan sangat sulit mengupayakan adanya keberlanjutan akibat dana yang terbatas.32

Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan agar kesinambungan dapat terjadi. Menggunakan konsep efektivitas biaya untuk meningkatkan keterampilan dalam penyeimbangan resiko dan manfaat dari program yang dijalankan, ditinjau dari adanya peningkatan anggraan dana INGO setiap tahunya, peningkatan manajemen, dan peningkatan keahlian secara teknis. Alternatif selanjutnya adalah melalui upaya menghasilkan pendapatan dari kegiatan komersial ataupun penjualan

31 Paul Johnston et al., “Discussion Articles Reclaiming the Definition of Sustainability,”

Environmental Science and Pollution Research 14, no. 1 (2007): 60–66.

32 Emanuel Jean Francois, Financial Sustainability for Non-Profit Organizations (New York:

Springer Publishing Company, 2015).

(22)

22

jasa seperti pelatihan, konsultasi, ataupun bantuan teknis. Pemasukan sumber dana lain yang bisa didapat melalui adanya donor dari perusahaan, swasta, ataupun local.

Bentuk sustainability organisasi internasional non-pemerintah yang kedua adalah organizational sustainability. Keberlanjutan organisasi (organizational sustainability) dapat ditinjau melalui efisiensi dalam organisasi, keterampilan staff, kapabilitas manajemen dan juga internal pemerintahan yang bagus.

Keberlansungan organisasi internasional non-pemerintah juga dipengaruhi oleh visi, perencanaan, dan desain kerja yang jelas. Faktor lain yang mempengaruhi sustainability sebuah organisasi adalah melalui progam yang dilaksanakan tidak tergesa-gesan dengan perencanaan yang baik.33

3. Empowerment

Empowerment atau pemberdayaan didefinisikan oleh Attack merupakan aspek dalam meninjau efektivitas organisasi internasional non-pemerintah yang diartikan sebagai posisi dimana sasaran penerima intervensi dari organisasi internasional non-pemerintah dapat melaksanakan dan melanjutkan apa yang dilaksanakan oleh organisasi, program yang telah ada diambil alih oleh pihak yang sebelumnya menjadi sasaran organisasi dalam memperjuangkan sebuah tujuan.34 Namun, biasanya kegiatan pemberdayaan merupakan kegiatan yang diambil alih masyarakat bukan karena INGO yang menyerahkan, namun disebabkan karena faktor menipisnya dana organisasi internasionan non-pemerintah, kelelahan donor,

33 Yu, Op. Cit., hal, 38.

34

(23)

23

perpindahan personel ataupun organisasi internasional non-pemerintah yang mulai melemah. Dari penelitian menyampaikan bahwa peristiwa seperti ini akan berdampak negatif terhadap hasil masyarakat dan organisasi di masa depan.

Terdapat dua metode dalam pemberdayaan, yaitu metode partisipatif dan metode kemitraan. Metode partisipatif adalah ketika organisasi internasional non- pemerintah yang memastikan bahwa komunitas berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Pendekatan partisipatif dapat berhasil apabila dari pihak yang menjadi sasaran dapat turut ikut serta berpartisipasi dari awal dan akhir kegiatan intervensi dari organisasi internasional non-pemerintah. Apabila organisasi internasional non-pemerintah mengikutsertakan pihak yang menjadi sasaran dalam menangani permasalahan, maka aspek pemberdayaan akan berhasil.

Metode kedua adalah kemitraan, yang mana organisasi internasional non- pemerintah menjadi perantara untuk mengkoordinasi upaya organisasi grassroot dan memberikan bantuan, sambil menyebarkan diri kedalam hubungan baru, sambil memperlambat penghapusan organisasi lama. Koordinasi dari organisasi internasional non-pemerintah yang melakukan intervensi dapat menekan kemandirian organisasi mitra untuk melaksanakan program yang memiliki tujuan yang sama. Pemberdayaan menjadi tahap paling sulit pada setiap rencana atau intervensi dengan basis organisasi internasional non-pemerintah.

4. Replicability and ‘scaling up’

Replicability and scaling up memiliki beberapa pendekatan untuk meninjau indicator ini. Pertama adalah pilihan “BINGO” yang mana organisasi internasional

(24)

24

non-pemerintah meningkatkan jumlah staf, anggaran, atau kapasitas organisasi.

Kedua, organisasi internasional non-pemerintah menambah skala proyek lewat kerjasama dengan organisasi lain yang memiliki lokasi di berbagai negara. Dengan proses kemitraan, strategi penjangkauan, penyebaran pengetahuan, organisasi internasional non-pemerintah dapat menyalurkan keahlian untuk mendukung organisasi lain menduplikasi program yang telah dilaksanakan. Ketiga, organisasi internasional non-pemerintah menyebarkan proyek yang mereka usung dengan mengikutsertakan multi-aktor dalam proyek yang akan dilaksanakan, aktor-aktor tersebut seperti perusahaan perencanaan daerah, komunitas pengusaha, perguruan tinggi, ataupun asosiasi professional dalam mengembangkan sebuah program.

Mengikutsertakan aktor-aktor tersebut memiliki tantangan tersendiri, organisasi internasional non-pemerintah harus siap bekerja bersama pemerintah dan sector bisnis swasta, menerima uang dari mereka dan berusaha mendamaikan keadaan apabila terdapat perubahan yang tak terhindarkan.

Empat indicator efektivitas organisasi internasional non-pemerintah yang telah dipaparkan, akan mampu menilai keefektivitasan WWF sebagai organisasi internasional non-pemerintah dalam menangani perburuan beruang cokelat di Rumania. Pada indicator pertama berupa peninjauan dampak dari adanya upaya WWF dalam menangani perburuan beruang cokelat di Rumania. Upaya apa saja yang dilaksanakan WWF dalam menangani isu perburuan di Rumania. Selanjutnya adalah peninjauan hasil dari upaya yang dilaksankan WWF dalam menangani isu perburuan beruang cokelat, dilihat dari perubahan apa saja yang terjadi setelah WWF berusaha menekan pemerintah Rumania untuk melakukan pengurangan

(25)

25

terhadap perburuan beruang cokelat. Dari adanya keluaran dan hasil, peninjauan dilakukan pada aspek dampak yang terjadi setelah adanya upaya yang dilakukan dan hasilnya. Impact dari upaya WWF akan bernilai posisif apabila perburuan beruang cokelat mengalami penurunan pada intensitas perburuannya.

Pada indicator kedua yaitu sustainability, yang meninjau bagaimana WWF dalam mempertahankan keberlanjutan dari upayanya dalam menangani isu perburuan beruang cokelat di Rumania. Setelah efektivitas ditinjau dari indikator pertama dengan melihat perubahan yang terjadi, selanjutnya akan ditinjau sejauh mana WWF dapat mempertahankan upayanya dalam mempertahankan kelestarian beruang cokelat. Sustainability menjadi indicator dimana organisasi internasional non-pemerintah akankah membawa perubahan hingga berkelanjutan, atau hanya membawa perubahan setelah tujuan dicapai saja.

Pada indicator ketiga yaitu empowerment, digunakan untuk melihat sejauh mana sasaran tujuan dari WWF dapat mencapai kemandirian dan bekerja untuk tujuan yang telah ada. Indicator ketiga mulai digunakan setelah upaya-upaya yang dilaksanakan oleh organisasi internasional non-pemerintah telah menghasilkan hasil dan dampak yang positif sesuai tujuan awal. Penilaian efektivitas terakhir adalah replicability and scaling up yang mana kemampuan WWF dalam menerapkan ide-ide atau program yang sama dan melaksanakan penerapan pada ligkungan yang berbeda. Pada indicator keempat ini merupakan sebuah modul dari WWF untuk menjadi INGO lain dalam menerapkan program yang lainya.

1.7 Metode Penelitian

(26)

26 1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif (descriptive research) yanag memiliki tujuan untuk mendalami dan mengklarifikasi satu fenomena social, yang digunakan dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang diteliti.35

1.7.2 Teknik Analisa Data

Penulis menggunakan teknik analisa data kualitatif, yang mana teknik ini mengutamanakan metode dimana data-data yang dipakai dan dihasilkan adalah data yang bersifat penjabaran dan analisis.36 Penelitian kualitatif menghasilkan kutipan-utipan dari data yang dperoleh untuk menggambarakan dan menyediakan bukti.37

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yang mana menggunakan data studi kepustakaan (library research). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data dari buku, dokumen berita, jurnal, beserta data internet dari situs resmi.

1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.4.1 Batasan Waktu

35 Mochammad Mulyadi. (2011). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15(1), hal.127-138.

36 Lexy J. Moeloeng. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

37 Fitrah& Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &

Studi Kasus. Sukabumi: CV. Jejak.

(27)

27

Dalam Penelitian ini, peneliti hanya berfokus untuk melihat efektivitas World wide fund for nature dalam menangani perburuan di Rumania pada kurun waktu 2006 – 2020. Pemilihan titik awal batasan waktu penelitian didasari pada tahun dimana WWF Rumania secara resmi berdiri di kota Bucharest Rumania. Sedangkan pemilihan batasan waktu tahun 2020 karena ditahun tersebut merupakan tahun dimana undang-undang perburuan dan dana perburuan yang telah diamandemen pada 2019 mulai dilaksanakan.

1.7.4.2 Batasan Materi

Penulis memberikan batasan materi yang berfokus untuk membahas efektivitas world wide fund for nature dalam menangani perburuan spesies beruang cokelat Eropa di Rumania.

1.8 Argumen Pokok

Penelitian ini memiliki argument pokok bahwa, efektivitas organisasi internasional non-pemerintah yang dalam penelitian ini adalah World wide fund for nature dalam peranya menangani perburuan beruang cokelat di Rumania dapat ditinjau dari beberapa indicator. Pada indicator pertama adalah intended and unintended impact yaitu dampak yang terjadi setelah WWF menangani perburuan beruang cokelat, melaui upayanya dalam menekan pemerintah Rumania untuk membuat sebuah kebijakan yang dapat mengurangi intensitas perburuan spesies beruang cokelat. Kedua, sustainability yang merupakan upaya WWF untuk mempertahankan intensitas perburuan beruang cokelat tetap tidak dalam jumlah

(28)

28

yang besar. Ketiga, empowerment yang merupakan keadaan dimana sasaran dari intervensi WWF, yaitu pemerintah Rumania dapat tetap mengurangi perburuan beruang cokelat yang ada di Rumania tanpa WWF. Keempat adalah replicability and scaling up, yang mana dengan adanya hasil dan kemampuan yang telah didapat, WWF dapat membuat sebuah model penanganan perburuan yang dapat diimplementasikan oleh aktor yang lain, hal tersebut dapat berupa blueprints ataupun laporan tahunan WWF.

1.9 Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis 1.4.2 Manfaat Praktis 1.5 Penelitian Terdahulu 1.6 Kerangka Konsep/Teori

1.6.1 Teori Efektivitas INGO 1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian 1.7.2 Teknik Analisa Data 1.7.3 Teknik Pengumpulan Data 1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.4.1 Batasan Waktu 1.7.4.2 Batasan Materi 1.8 Argumen Pokok

1.9 Sistematika Penulisan

BAB II PERMASALAHAN PERBURUAN BERUANG

COKELAT DI RUMANIA

2.1 Gambaran World Wide Fund For Nature

2.1.1 Sejarah dan Perkembangan World Wide Fund For Nature

2.1.2 Fungsi dan Tugas WWF 2.1.3 WWF di Rumania

2.2 Perburuan Beruang Cokelat di Rumania

2.2.1 Sejarah Perburuan Beruang Cokelat Rumania 2.2.2 Regulasi Pengelolaan Beruang Cokelat Rumania

(29)

29

2.3 Dinamika Kebijakan Perburuan Beruang Cokelat Oleh Pemerintah Rumania

2.3.1 UU Perburuan dan Dana Perburuan Rumania Nomor 407/2006

2.3.2 Pelarangan Perburuan Satwa Liar Rumania Tahun 2016

2.3.3 Keputusan Pemerintah Rumania Memberi Izin Perburuan Kembali Tahun 2017

2.3.4 Usulan Legislatif Poin Lampiran IV Memperbarui Undang-undang Perburuan dan Dana Perburuan Tahun 2019

2.4 Upaya WWF Dalam Memperjuangkan Kelestarian Beruang Cokelat

2.4.1 Program Adopsi Beruang Cokelat

2.4.2 Proyek Pembukaan Habitat Terbuka di Perbatasan Ukraina

2.4.3 Penyelamatan Beruang Yatim Piatu Melalui Program Crowdfunding

2.5 Upaya WWF Dalam Mencegah Pengesahan Usulan Poin IV RUU Perburuan Rumania

2.5.1 Petisi Penolakan Terhadap Perburuan Tanpa Batasan Beruang Cokelat

2.5.2 Pengaduan Kepada Uni Eropa Terkait Salah Satu Poin RUU Perburuan

2.5.3 Masukan WWF Kepada Aktor Penyelenggara Perburuan

2.5.4 Posisi Ketidaksetujuan WWF Bersama LSM Rumania Terkait RUU Perburuan

BAB III EFEKTIVITAS UPAYA WWF RUMANIA DALAM MENCEGAH DISAHKANYA POIN USULAN UU PERBURUAN RUMANIA

3.1 Internded and unintended impact 3.1.1 Output

3.1.2 Outcome 3.1.3 Impact 3.2 Sustainability 3.3 Empowerment

3.4 Replicability and Scaling Up

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 4.2 Penutup

(30)

30

Gambar

Tabel 1.1    Posisi Penelitian  No  Judul dan  Nama Peneliti  Jenis Penelitian  (metode/teori/konsep)  Hasil  1  Peranan WWF  Dalam Upaya  Konservasi  Populasi Badak  Jawa di  Indonesia,  ditulis oleh Eca  Chairunnisa  Teori peranan organisasi  Internasion

Referensi

Dokumen terkait

Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh

informasi tentang variabel-variabel yang diteliti, yakni variabel dependen, variabel independen, variabel perancu (confounding variable), dan penjelasan teoretis ataupun

Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menanggapi positif terhadap prestasi kerja yang tinggi dari pegawai dalam suatu organisasi ditandai dengan adanya kepuasan

Ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menanggapi positif terhadap prestasi kerja yang tinggi dari pegawai dalam suatu organisasi ditandai dengan adanya kepuasan

1) Variabel tidak terikat motivasi secara parsial atau terpisah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pertanian Supiori, hal ini berarti motivasi

Menurut Hasibuan (2007:09) sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam proses meningkatkan produktivitas, terutama dalam kaitannya dengan hasil

Dari hasil pengujian regresi berganda diatas diperoleh hasil bahwa dimensi praktik-praktik kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja. Namun

Aktifitas adrenergik dapat menyebabkan relaksasi detrusor akibat stimulasi reseptor -adrenergik. Serabut sensor A delta bermyelin memberi respon pada peregangan pasif