TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Teknik (S-1)
Diajukan oleh :
NOOR FARDIANSYAH MAULA 0853010010
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul “STUDI PERENCANAAN
ANGKUTAN KERETA API KOMUTER JURUSAN SURABAYA–
LAMONGAN VIA STASIUN GUBENG”.
Penyusunan tugas akhir ini dilakukan guna melengkapi dan memenuhi
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu ( S1 ) di
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN “ Veteran ” Jawa Timur.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini saya banyak mendapat bimbingan serta
bantuan yang sangat bermanfaat untuk menyelesaikannya.
Dan sebagai akhir kata diharapkan agar tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi saya dan para pembaca pada umumnya.
Atas terselesainya tugas akhir ini, saya menyampaikan rasa hormat dan
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Ibnu Sholichin, ST, MT. Selaku dosen pembimbing utama yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi,
wawasan, saran, dan petunjuk selama penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Nugroho Utomo, ST. Selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi,
Tugas Akhir ini.
4. Ibu Ir. Siti Zaenab, MT. Selaku dosen pembimbing statistik yang
memberikan bantuan dan dukungan moral yang sangat besar kepada saya
5. Bapak Febru Djoko Handayono (Almarhum). Terimah kasih bapak sudah
mengajari apa itu essensi kehidupan.
6. Seluruh dosen dan karyawan Teknik Sipil, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, atas semua ilmu pengetahuan yang
diberikan.
7. Bapak Herijanto Widodo Selaku Asisten Manager SDM yang telah
memberikan data pada untuk penelitian tugas akhir ini
8. Seluruh karyawan Daerah Operasi VIII Surabaya, terima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian tugas
akhir ini.
9. Buat ketiga orang tuaku tercinta bapak Noor Fachri Maula (Almarhum),
bapak Agus Priyono, dan ibunda Zainab Akib kalian adalah sumber
kehidupan, pembimbing utama hidup, dan pendidikku. Merekalah yang
telah membesarkan serta mendidik untuk mampu bersikap terbuka,
disiplin, berani dan bijaksana. Mereka memiliki peran yang sangat penting
dan tak terhingga. Dan berkat doa restu merekalah saya dapat
dari kalian saya belajar apa itu identitas diri. Juga buat adik tercinta Angga
DK, dengar – dengar lagi kata orang tua.
11.Terima kasih yang sebesar – besarnya buat “Sudhian Arya: terima kasih
atas pembelajaran akan arti keikhlasan walaupun saya masih belum tahu
apa-apa tentang ikhlas, Erwin Dwiyanto : terimah kasih guru atas semua
ilmu yang kau berikan entah itu bermanfaat atau tidak, Firman : ayo
semangat terus, Peri & Hendra : terima kasih buat semuanya dalam 4
tahun ini saya minta maaf kalo ada salah. Kemudia “UNTUK SEMUA
ANGKATAN 2008 TEKNIK SIPIL UPN VETERAN JATIM” terima
kasih telah menjadi bagian kehidupan sehari – hari di kampus, terlebih
pada saat penyelesaian Tugas Akhir ini.
Harapan Saya semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bidang Perhubungan dan
Transportasi. AMIN.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Surabaya, Mei 2012
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Pembatasan Masalah ... 2
1.5 Lokasi Studi ... 3
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Transportasi ... 4
2.1.1 Komponen Sistem Transportasi ... 5
2.1.2 Peranan Transportasi ... 5
2.2 Ankutan Umum Penumpang ... 6
2.3 Konsep Pemilihan Moda ... 7
2.3.1 Pengertian Pemilihan Moda ... 7
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ... 9
2.4 Model Pemilihan Moda ... 11
2.5 Perhitungan Jumlah Sampel ... 14
3.1 Identifikasi Permasalahan ... 17
3.2 Studi Literatur ... 17
3.3 Pengumpulan Data ... 18
3.3.1 Data Primer ... 18
3.3.2 Data Sekunder ... 19
3.3 Bagan Alur Metodologi Penelitian ... 20
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel... 21
4.2 Identifikasi Identitas Responden ... 22
4.2.1 Identifikasi Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22
4.2.2 Identifikasi Identitas Responden Berdasarkan Usia 22 4.2.3 Identifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan .... 23
4.2.4 Identifikasi Responden Berdasarkan Tujuan ... 24
4.2.5 Identifikasi Responden Berdasarkan Maksud Perjalanan ... 24
4.2.6 Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraaan yang digunakan ... 25
4.2.7 Identifikasi Faktor Persepsi Konsumen Terhadap Fungsi Pelayanan Akses Antar Stasiun ... 26
4.4 Perencanaan komuter Jurusan Surabaya-Lamongan ... 53
4.4.1 Kereta eksisting operasi saat ini ... 53
4.4.2 Jumlah penumpang rencana ... 55
4.4.3 Penentuan armada komuter rencana jurusan Stasiun
Surabaya Gubeng – Stasiun Lamongan... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
Oleh :
Noor Fardiansyah M 0853010010
ABSTRAK
Dalam perkembangan jaman saat ini kemajuan moda transportasi merupakan hal yang harus diperhatikan terutama yang menyangkut harkat hidup orang banyak seperti kereta api. Kereta api khususnya di daerah Jawa Timur merupakan salah satu pilihan moda yang sangat penting untuk dibahas karena dapat memacu bangkitan-bangkitan di daerah-daerah yang nantinya di lewati jalur kereta api sendiri terutama rute Surabaya-Lamongan yang akan ditinjau. Data yang dipersiapkan untuk mengetahui keefektifan fungsi pelayanan akses Stasiun Pasar Turi dan okupansi penumpang komuter Surabaya – Lamongan dalam kondisi eksisting yaitu, data survei lapangan, kuisioner, observasi, gambar lokasi, dan data penumpang dari Daop VII Surabaya. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kelayakan fungsi sarana dan prasarana akses menuju Stasiun Pasar Turi, menentukan jumlah penumpang komuter Surabaya – Lamongan via Stasiun Gubeng dalam kondisi eksisting, menentukan tingkat keefektifan komuter jurusan Surabaya – Lamongan. Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan dari output SPSS Statistic 19.0 untuk kelayakan dan keefektifan fungsi pelayanan komuter Surabaya – Lamongan, yaitu mayoritas yang memilih sangat setuju sebanyak 369 jawaban (42%). Kemudian hasil perhitungan prediksi penumpang 5 tahun kedepan, direncanakan prediksi penumpang pada tahun 2012 sebanyak 384169 orang, tahun 2013 sebanyak 6199492 orang, tahun 2014 sebanyak 930199492 orang, tahun 2015 sebanyak 13311700 orang, tahun 2016 sebanyak 18346570 orang, dan tahun 2017 sebanyak 24523340 orang. Jadi dapat diketahui bagaiamana gambaran keefektifan moda transportasi kereta komuter dan rute Stasiun Gubeng – Stasiun Lamongan via Stasiun Gubeng dalam kondisi eksisting.
1.1. Latar Belakang
Pembentukan dan perkembangan suatu kota tidak dapat dilepas dari peranan
sistem transportasi, karena tanpa adanya perencanaan transportasi yang baik maka
akan timbul konflik-konflik yang akan mengganggu keteraturan transportasi
dikemudian hari. Jadi suatu perencanaan transportasi harus dapat melayani
pergerakan barang maupun orang untuk berpindah dari tempat asal ke tempat
tujuan dengan efektif, efisien, aman dan murah.
Adapun studi ini dilakukan untuk mengetahui okupansi penumpang pada rute
Surabaya – Lamongan via Stasiun Gubeng ini dengan asumsi jalur kereta api
Stasiun Gubeng – Stasiun Pasar Turi sudah dioperasikan dan untuk mengetahui
banyaknya penumpang ataupun barang yang dapat dipindahkan jika jalur kereta
api yang menghubungkan Stasiun Gubeng dan Stasiun Pasar Turi yang eksisting
dapat dimanfaatkan atau dioperasikan sesuai dengan kegunaannya agar nantinya
para penumpang maupun barang dapat langsung disalurkan dari Stasiun Gubeng
yang merupakan jalur selatan ke Stasiun Pasar Turi. Dengan diukurnya tingkat
okupansi penumpang ini semoga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
penumpang dan pemerintah yang di sini diwakilkan oleh PT.KAI untuk lebih
mengefektifkan jalur kereta yang eksisting namun belum ada pemanfaatan.
Meskipun penelitian ini masih sangat terbatas diharapkan dapat memberikan
sumbangan dan pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap
1.2. Per umusan Masalah
Dari penjelasan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul adalah :
1. Bagaimana kelayakan fungsi sarana dan prasarana akses menuju Stasiun
Pasar Turi ?
2. Penentuan jumlah penumpang komuter Surabaya-Lamongan via Stasiun
Gubeng dalam kondisi eksisting ?
3. Bagaimana keefektifan moda transportasi komuter jurusan
Surabaya-Lamongan ?
1.3. Maksud Dan Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang ada tujuan dari pada studi ini adalah :
1. Menentukan kelayakan fungsi sarana dan prasarana akses menuju Stasiun
Pasar Turi.
2. Untuk mengetahui jumlah penumpang komuter Surabaya–Lamongan via
Stasiun Gubeng dalam kondisi eksisting.
3. Menentukan atau menghitung tingkat keefektifan komuter jurusan
Surabaya – Lamongan.
1.4. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul tugas akhir di atas di beri beberapa batasan :
1. Tidak memperhitungkan okupansi rute selain Surabaya – Lamongan.
2. Tidak memperhitungkan pendapatan atau kerugian resmi PT.KAI atau
3. Tidak memperhitungkan faktor kepuasan, kenyamanan, dan keamanan
armada kereta api pada rute Surabaya - Lamongan.
4. Tidak memperhitungkan kesejahteraan pengguna jasa kereta api.
1.5. Lokasi Studi
2.1. Pengertia n Sistem Transpor tasi
Pengertian sistem transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi yaitu
sistem dan transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan
antara satu variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur,
sedangkan transportasi adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan,
mengangkut atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat
lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk
tujuan-tujuan tertentu.
Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem
transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai
variabel dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain
secara terstruktur untuk tujuan tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan perencanaan sistem transportasi adalah :
1. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada
masa yang akan datang (tindakan preventif).
2. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving).
Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan
3. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggapan pada keadaan di
masa depan.
4. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang
juga mencakup penggunaan dan yang terbatas seoptimal mungkin, demi
mencapai tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna
yang tinggi).
2.1.1. Komponen Sistem Tr anspor tasi
Dalam ilmu transportasi, alat pendukung proses perpindahan diistilahkan
dengan sistem transportasi mencakup berbagai unsur (subsistem) berupa:
a. Ruang untuk bergerak (jalan).
b. Tempat awal / akhir pergerakan (terminal).
c. Yang bergerak (alat angkut/kenderaan dalam bentuk apapun).
d. Pengelolaan : yang mengkoordinasi ketiga unsur sebelumnya.
Berfungsinya alat pendukung proses perpindahan ini sesuai dengan yang
diinginkan, tidaklah terlepas dari kehadiran subsistem tersebut di atas secara
serentak. Masing-masing unsur itu tidak bisa hadir beroperasi sendiri-sendiri,
kesemuanya harus terintegrasi secara serentak. Seandainya ada salah satu saja
komponen yang tidak hadir, maka alat pendukung proses perpindahan (sistem
transportasi) tidak dapat bekerja dan berfungsi.
2.1.2. Per anan Tr anspor tasi
Transportasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pembangunan
perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
hampir semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi sebagai urat nadi
kehidupan ekonomi, sosial ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan memiliki
dua fungsi ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan sebagai unsur pendorong.
Sebagai unsur penunjang, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi
yang efektif untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor dan menggerakkan
pembangunan nasional. Sebagai unsur pendorong, transportasi berfungsi
menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah-daerah yang
terisolasi, melayani daerah terpencil, merangsang pertumbuhan daerah tertinggal
dan terbelakang.
Jadi, transportasi memegang peranan yang sangat penting karena
melibatkan dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia yang saling
berkaitan. Semakin lancar transportasi tersebut, maka semakin lancar pula
perkembangan pembangunan daerah maupun nasional.
2.2. Angkutan Umum Penumpang
Angkutan umum penumpang (AUP) adalah angkutan penumpang yang
dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan
umum penumpang adalah angkutan kota (bus, mini bus dsb), kereta api, angkutan
air dan angkutan udara.Tujuan utama keberadaan angkutan umum penumpang
adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi
masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat,
Variabel tingkat pelayanan angkutan umum menurut penelitian yang
dilakukan oleh J. de D. Ortuzar dan kawan-kawan, adalah meliputi biaya
perjalanan, waktu perjalanan selama dalam kendaraan, waktu tunggu, waktu
berjalan kaki, okupansi bus, kemungkinan duduk selama perjalanan, kenyamanan
kendaraan, penampilan dan perilaku operator bus, penggunaan waktu alternatif
selama dalam perjalanan, resiko kecelakaan, variabel waktu perjalanan dan
variabel waktu tunggu.
2.3. Konsep Pemilihan Moda
2.3.1. Penger tian Pemilihan Moda
Tahap pilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan
angkutan yang bertugas dalam menentukan pembebanan perjalanan atau
mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan
menggunakan atau memilih berbagai model transportasi yang tersedia untuk
melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan
tertentu pula. Hal ini tergantung dengan perilaku pelaku perjalanan yang
dipengaruhi oleh sekumpulan faktor atau variabel.
Pemilihan moda dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu:
A.Pengguna Jasa Transportasi/Pelaku Perjalanan (Trip maker)
1. Golongan paksawan (captive), merupakan jumlah terbesar di negara
berkembang, yaitu golongan masyarakat yang terpaksa menggunakan
angkutan umum karena ketiadaan mobil pribadi. Mereka secara
ekonomi adalah golongan masyarakat lapisan menengah ke bawah
2. Golongan pemilih (choice), merupakan jumlah terbanyak di
negara-negara maju, yaitu golongan masyarakat yang mempunyai kemudahan
(akses) ke kenderaan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan
angkutan umum atau angkutan pribadi. Mereka secara ekonomi adalah
golongan masyarakat lapisan menengah ke atas (kaya atau ekonomi
kuat).
B.Bentuk Alat (Moda) Transportasi / Jenis Pelayanan Transportasi
Secara umum, ada 2 kelompok besar moda transportasi, yaitu:
a. Kendaraan pribadi (Private Transportation)
Moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi seseorang dan
seseorang itu bebas menggunakannya kemana aja, kapan saja, dan
dimana saja yang diinginkan atau tidak menggunakannya sama
sekali.
b. Kendaraaan umum (Public Transportation)
Moda transportasi yang diperuntukkan buat bersama (orang banyak),
kepentingan bersama, menerima pelayanan bersama, mempunyai
arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat dengan peraturan trayek
yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan dan para
pelaku perjalanan harus wajib menyesuaikan diri dengan
2.3.2. Faktor Yang Mempengar uhi Pemilihan Moda
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang
yang akan menggunakan setiap moda. Pemilihan moda mempertimbangkan
pergerakan yang menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan
(multimoda). Jenis pergerakan inilah yang sangat umum dijumpai di
Indonesia yang terdiri dari banyak pulau sehingga presentase pergerakan
multimoda sangat tinggi. Jadi, dapat dikatakan bahwa pemodelan pemilihan
moda merupakan bagian terlemah dan tersulit dimodelkan dari keempat
tahapan model perencanaan transportasi (Tamin, 2000).
Ada 4 (empat) kelompok faktor yang dianggap kuat pengaruhnya
terhadap pelaku perjalanan dalam memilih suatu moda transportasi (Fidel
Miro, 2005), yaitu:
1. Kelompok faktor karekteristik si pelaku perjalanan (traveler
characteristics factor).
Beberapa variabel berikut ini diyakini sangat mempengaruhi pemilihan
moda:
a. Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi (car ownership).
b. Pendapatan (income), berupa daya beli sang pelaku perjalanan untuk
membiayai perjalananya.
c. Kondisi kendaraan pribadi (tua, jelek, baru dll).
d. Kepadatan pemukiman (density of residential development).
e. Sosial ekonomi lainnya, seperti struktur dan ukuran keluarga
kelamin, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan, punya surat ijin
mengemudi (SIM) atau tidak.
2. Kelompok faktor karakteristik perjalanan (travel characteristics factor).
Terdapat beberapa variabel yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap
perilaku pengguna jasa moda transportasi dalam memilih moda:
a. Tujuan perjalanan (trip purpose) seperti pergi bekerja, sekolah,
sosial dan lain-lain.
b. Waktu perjalanan (time of trip made) seperti pagi hari, siang, tengah
malam, hari libur dan seterusnya.
c. Panjang perjalanan (trip length), merupakan jarak fisik (km) antara
asal dengan tujuan, termasuk panjang rute, waktu pembanding kalau
menggunakan moda-moda lain, disini berlaku bahwa semakin jauh
perjalanan, semakin orang cendrung memilih untuk naik angkutan
umum.
3. Kelompok faktor karakteristik sistem transportasi (transportation system
characteristics factor).
Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, faktor
kuantitatif seperti:
a. Waktu relatif perjalanan (relative travel time), mulai dari lamanya
waktu menunggu kendaraan, dan waktu di atas kendaraan.
b. Biaya relative perjalanan (relative travel cost), merupakan seluruh
untuk semua moda yang berkompetisi seperti tarif, bahan bakar dan
lain-lain.
c. Tingkat kehandalan angkutan umum dari segi waktu (tepat waktu),
ketersediaan ruang parkir dan tarif.
Kedua, faktor kualitatif
d. Tingkat pelayanan relative (relative level of service). Merupakan
variabel yang cukup bervariasi dan sulit diukur, contohnya adalah
variabel kenyamanan dan kesenangan.
e. Tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat
tujuan.
4. Kelompok faktor karakteristik kota dan zona (spacial characteristics
factor)
Variabel yang ada dalam kelompok ini contohnya :
a. Variabel Jarak kediaman dengan tempat kegiatan (CBD).
b. Variabel Kepadatan penduduk (population density).
2.4. Model Pemilihan Moda
Model merupakan alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk
mencerminkan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur atau
penyederhanaan realita untuk tujuan tertentu, yaitu penjelasan dan pengertian
yang lebih mendalam serta kepentingan peramalan.
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang
akan menggunakan setiap moda. Proses ini dilakukan dengan maksud untuk
yang mempengaruhi pemilihan moda tersebut. Setelah dilakukan proses kalibrasi,
model dapat digunakan untuk meramalkan pemilihan moda dengan menggunakan
nilai peubah bebas (atribut) untuk masa mendatang. Dalam ilmu transportasi
terutama dalam perencanaan, model berperan diantaranya:
a. Sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja sistem.
b. Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan
terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkah/alternatif
yang diambil dalam proses dan pemecahan masalah pada masa yang
akan datang.
Model dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
1. Model fisik, yaitu model yang memperlihatkan dan menjelaskan suatu
objek yang sama dengan skala yang lebih kecil sehingga didapatkan
gambaran yang lebih jelas dan rinci serta terukur mengenai prilaku objek
tersebut jika dibangun dalam skala sebenarnya. Misalnya :
a. Model arsitek (model rumah, perumahan, mall, dan lain-lain)
b. Model teknik (model pengembangan wilayah, kota, kawasan, dan
lain-lain)
2. Model peta dan diagram, yaitu model yang menggunakan garis (lurus dan
lengkung), gambar, warna, dan bentuk sebagai media penyampaian
informasi yang memperlihatkan realita objek tersebut. Misalnya, kontur
ketinggian, kemiringan tanah, lokasi sungai dan jembatan, gunung, batas
3. Model statistik dan matematik, yaitu model yang menggambarkan keadaan
yang ada dalam bentuk persamaan-persamaan dan fungsi matematis
sebagai media dalam usaha mencerminkan realita. Misalnya, menerangkan
aspek fisik, sosial-ekonomi, dan model transportasi. Keuntungan
pemakaian model matematis dalam perencanaan transportasi adalah bahwa
sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta penggunaannya, para
perencana dapat belajar banyak melalui eksperimen, tentang kelakuan dan
mekanisme internal dari sistem yang sedang dianalisis.
4. Model deskriptif dan normatif, dimana model deskriptif adalah model
yang berusaha menerangkan perilaku sistem yang ada, sedangkan model
normatif adalah model yang berusaha menerangkan perilaku sistem yang
ideal menurut keinginan si pembuat model (standar atau tujuan si pembuat
model).
Dalam studi ini, model yang digunakan adalah model statis dan matematik
yang mana menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media
dalam usaha mencerminkan realita. Beberapa keuntungan dalam pemakaian
model statis dan matematis dalam perencanaan transportasi adalah bahwa
sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta penggunaannya, para perencana
dapat belajar banyak melalui eksperimen tentang perilaku dan mekanisme
2.5.Per hitungan J umlah Sampel
Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan persamaan Slovin
(Sugiyono, 2009). Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang cukup
representatif untuk mewakili populasi yang ada.
²
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan data
yang masih dapat ditolerir/diinginkan atau biasa disebut dengan
tingkat kepercayaan. Biasanya diambil sebesar 1% sampai 10%.Pada
penelitian ini digunakan standard error sebesar 9% guna mengurangi
kebiasaan yang terlampau besar sehingga sampel yang digunakan
lebih presisi.
2.6. Per hitungan Standar Oper asi
Standar pengoperasian kereta
Keterangan :
A = Armada ( sarana yang dimiliki PT. Kereta Api)
SG = Siap guna ( A – TSG ) = 100%
TSGO = Tidak siap guna operasi = 7,5% ( Balai Yasa )
SGO = Siap guna operasi ( SG – TSGO ) = 92,5%
TSO = Tidak siap operasi = 7,5% ( didipo/lintas )
SO = Siap operasi ( SGO – TSO ) = 85% ( stamformasi + cadangan )
1. Berdasarkan hasil evaluasi yang diperlukan untuk perawatan
sarana di Balai Yasa ( TSGO ) dihitung mulai pengiriman dari
dipo induknya sampai dengan pengiriman kembali ke dipo
induknya (setelah PA) rata – rata satu persatu butuh 5 bulan.
2. Perawatan di Balai Yasa harus dilaksanakan secara rutin, dan
berdasarkan kebutuhan yang berlaku 2 tahun ( 24 bulan ) sekali
dan pada tahun 2008 dilaksanakan secara bertahap perawatan
dengan periodik 3 tahun sekali.
2.7. Per hitungan Kebutuhan Ker eta Penumpa ng dan Headway
1. Perhitungan jumlah kereta penumpang yang dibutuhkan digunakan
rumus seperti di bawah ini (Nasution, 2004) :
Kojb
F
Li
N
=
×
Di mana,
N : Jumlah kereta penumpang yang dibutuhkan
Li : Beban tiap lintasan dalam penumpang km/waktu
Kojb : Kapasitas output tiap rangkaian KA/th dalam km/th
= U X V X km ……… orang-km/th
U : Utilitas rangkaian KA
Ka penumpang = jam/hari = y = hari/tahun
V : Kecepatan rata – rata rangkaian KA dalam km/jam
Km : kapasitas muat satu kereta
2. Perhitungan headway
Pengoperasian antar KA berturutan di dalam petak jalur dengan aspek sinyal tiga,
mendapatkan jarak antara KA minimum dengan tanda berlaju terus (proceed)
adalah (satuan waktu, sekon) :
t V
C L B
TR=3,62 + + +
Bila B = panjang petak blok
L = panjang KA
C = jarak minimum yang dipersyaratkan menurut sinyal
V = kecepatan KA (km/jam)
t = waktu yang dipersyaratkan dari sinyal 3 pada saat KA di depan
Pada penyusunan tugas akhir ini perlu suatu metodologi yang praktis dan
sistematis dengan tujuan untuk mempermudah serta memperjelas topik yang akan
dibahas. Metode yang tepat akan memberikan gambaran secara jelas tentang
langkah-langkah yang akan dikerjakan sesuai dengan tujuan. Di bawah ini
dijelaskan masing-masing tahapan studi untuk dapat menyelesaikan
permasalahan, antara lain :
3.1. Identifikasi Per masalahan
Penulisan tugas akhir ini mempelajari tentang latar belakang studi
okupansi penumpang pengguna moda angkutan kereta api rute Surabaya –
lamongan via Stasiun Gubeng. Juga bagaimana mengidentifikasi permasalahan
yang timbul dan merumuskannya menjadi suatu tujuan yang harus diselesaikan
untuk mengatasi permasalahan, seperti yang dijelaskan pada bab I.
3.2. Studi Liter atur
Dalam tahapan studi literatur ini yang dilakukan ada mempelajari sumber
literatur seperti peraturan-peraturan yang digunakan, buku acuan serta literatur
berupa laporan penelitian studi yang berkaitan dan dibutuhkan dalam pemecahan
masalah guna menambah wawasan dalam mendalami teori. Sehingga pencapaian
3.3. Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan survey
pendahuluan agar proses pengumpulan data ke depan dapat berjalan lancar.
Adapun survey pendahuluan yang dilakukan adalah melakukan pendataan
mengenai waktu untuk setiap pemberangkatan kereta api sekaligus jumlah
penumpang dan melakukan survey dengan menggunakan alat kuisioner dalam
mengukur kinerja dan operasional moda angkutan kereta api rute Surabaya –
Lamongan. Sehingga dari data survey pendahuluan tersebut selanjutnya
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Menentukan waktu survey
b. Menentukan jumlah sampel
c. Menentukan jumlah surveyor
d. Menentukan teknik pengambilan data
e. Menentukan sumber responden
Selanjutnya untuk keperluan analisis dibutuhkan beberapa data yang dibagi dua
taitu data primer dan data sekunder yang diuraikan sebagai berikut :
3.3.1. Data Pr imer
Data-data primer yang diperoleh di lapangan, antara lain :
1. Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung dilapangan dan pada obyek yang di teliti
2. Kuisioner
Kuisioner disebarkan bagi penumpang kereta api di lakukan di
dalam kereta maupun distasiun terkait, dimaksudkan untuk dapat
mengetahui tujuan ataupun asal (Origin Destination) para
penumpang kereta api di rute “Surabaya-Lamongan”.
Pertanyaan-pertanyaan kepada penumpang disajikan dalam bentuk form
survey.
3.3.2. Data Sekunder
Data di peroleh dari Dinas Perhubungan dan LLAJ Perkeretaapian,
PT.KAI dan pihak yang terkait secara langsung berupa arsip-arsip dokumen yang
berhubungan dengan penelitian. Adapun data-data tersebut adalah :
1. Gambar rute kereta
Gambar ini diperoleh dari dinas perhubungan atau identifikasi di
lapangan kemudian dituangkan dalam gambar yang berupa gambar
lokasi trayek saat ini, sehingga diperoleh gambaran mengenai letak
rute di lokasi studi.
2. Jumlah armada kereta api lintas pendek eksisting
Yaitu jumlah rata-rata armada dan keseluruhan penumpang yang
ada saat ini di stasiun terkait yang diperoleh dari, PT.KAI (Daerah
3.4. Bagan Alur Metodologi Penelitian
Gambar 3.1. Bagan Alur Metodologi Penelitian Data Primer :
Data yang di dapat langsung di lapangan dengan cara : -Observasi -Kuisioner
Data Sekunder : -Gambar rute kereta
-jumlah armada kereta api eksisting : a. jumlah penumpang
b. jumlah armada Latar Belakang
Identifikasi Permasalahan
Pengumpulan Data variable yang mempengaruhi penelitian secara
umum
Analisa ranking, distribusi Frekuensi dan Crosstabs
Hasil ouput SPSS dan perencanaan kebutuhan kereta
Kesimpulan
Penetapan variabel sesuai dengan
Origin Destination Survey
4.1. Per hitungan J umlah Sampel
Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan persamaan Slovin
(Sugiyono, 2009). Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang cukup
representatif untuk mewakili populasi yang ada.
²
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan data
yang masih dapat ditolerir/diinginkan atau biasa disebut dengan
tingkat kepercayaan. Biasanya diambil sebesar 1% sampai 10%. Pada
penelitian ini digunakan standard error sebesar 9% guna mengurangi
kebiasaan yang terlampau besar sehingga sampel yang digunakan
lebih presisi.
• Perhitungan jumlah sampel
Jumlah penduduk Surabaya Utara, Timur, Selatan, dan Pusat = 2471189 jiwa
E diambil sebesar = 9%
4.2. Identifikasi Identitas Responden
4.2.1. Identifikasi Identitas Responden Berdasar kan J enis Kelamin
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasarkan jenis
kelamin diperoleh data yang ditabelkan seperti pada 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Wanita 22
Pria 103
Sumber : Hasil survei
Gambar 4.1 Diagram persentase berdasarkan jenis kelamin
4.2.2. Identifikasi Identitas Responden Berdasar kan usia
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasarkan usia
diperoleh data yang ditabelkan seperti pada 4.2 berikut :
Tabel 4.2. Identifikasi responden berdasarkan usia Rentang Usia (tahun)
17-25 26-35 36-45 46-55 56-72
15 responden 63 responden 35 responden 11 responden 1 responden
Sumber : Hasil survey
18%
82%
J umlah responden berdasar kan jenis kelamin
Wanit a
Gambar 4.2. Diagram persentase berdasarkan usia
4.2.3. Identifikasi Responden Berdasar kan Peker jaan
Dari hasil survei tentang identitas responden berdasarkan pekerjaan
diperoleh data yang ditabelkan seperti tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3. Identifikasi responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan
Sumber : Hasil survei
12%
50% 28%
9% 1%
J umlah responden ber dasar kan usia
Rentang Usia 17-25
J umlah responden ber dasar kan pekerjaan
Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa
4.2.4. Identifikasi Responden Berdasar kan Tujuan
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasar tujuan
diperoleh data yang ditabelkan seperti pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4. Identifikasi responden berdasarkan tujuan Tujuan Perjalanan
Surabaya Lamongan
15 responden 110 responden
Sumber : Hasil survei
Gambar 4.4. Diagram berdasarkan persentase tujuan perjalanan
4.2.5. Identifikasi Responden Berdasar kan Maksud Per jalanan
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasarkan
maksud perjalanan diperoleh data yang ditabelkan seperti pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Identifikasi responden berdasarkan maksud perjalanan Maksud Perjalanan
Rumah Bekerja Berkunjung Sekolah Lain-lain
23 85 16 1 0
Sumber : Hasil survei
12%
88%
Tujuan perjalanan responden
Surabaya
Gambar 4.5. Diagram persentase berdasarkan maksud perjalanan
4.2.6. Identifikasi Responden Ber dasarkan J enis Kendar aa n yang
Digunakan
Dari hasil survei kuisioner tentang identitas responden berdasarkan Jenis
kendaraan yang digunakan menuju Stasiun Pasar Turi diperoleh data yang
ditabelkan seperti pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6. Identifikasi responden berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan Jenis kendaraan yang digunakan dari Stasiun Gubeng menuju Pasar Turi
Taxi Angkutan Kota Bus Lain-lain
12 113 0 0
Sumber : Hasil survei
Gambar 4.6. Diagram persentase kendaraan yang digunakan menuju stasiun 18%
Kendar aan yang digunakan r esponden menuju Stasiun Pasar Tur i
Taxi
Angkutan Kota Bus
4.2.7. Identifikasi Faktor Per sepsi Konsumen Ter hadap Fungsi Pelayanan
Akses Antar Stasiun
Dari hasil suvei kuisioner tentang persepsi konsumen terhadap fungsi
pelayanan akses antar stasiun diperoleh data yang ditabelkan seperti pada tabel
4.7. :
Tabel 4.7.Evaluasi bagi fungsi pelayanan akses antar stasiun.
No Atribut
5. Ketepatan waktu berangkat dan
kedatangan 26 4 8 36 51
6. Travel time 25 3 6 66 25
7. Penghasilan rata-rata 7 10 3 46 59
Sumber : Pengolahan data
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk maksud perjalanan berdasarkan
peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics 19.0
Tabel 4.8. Maksud perjalanan
Frequency Percent
Gambar 4.8. Diagram persentase berdasarkan Jenis kendaraan yang
digunakan
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk jenis kendaraan yang
digunakan berdasarkan peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics
19.0
J enis kendaraan yang digunakan
Tabel 4.9.Jenis kendaraan yang digunakan
Gambar 4.9. Diagram persentase berdasarkan pengoperasian akses antar stasiun
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk pengoperasian akses antar
stasiun berdasarkan peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics 19.0
Tabel 4.10. Pengoperasian akses antar stasiun
Frequency Percent
Pengoper asian akses antar stasiun
Gambar 4.10. Diagram persentase berdasarkan akses menuju Stasiun Pasar Turi
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk akses menuju Stasiun Pasar
Turi berdasarkan peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics 19.0
Tabel 4.11. Pengoperasian akses menuju Stasiun Pasar Turi
Frequency Percent
Akses menuju Stasiun Pasar Turi
Gambar 4.11. Diagram persentase berdasarkan ketepatan waktu berangkat dan
kedatangan
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk ketepatan waktu berangkat dan
kedatangan berdasarkan peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics
19.0
Tabel 4.12. Ketepatan waktu berangkat dan kedatangan
Frequency Percent
Ketepatan waktu ber angkat dan kedatangan
Gambar 4.12. Diagram persentase berdasarkan travel time
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk travel time berdasarkan
peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics 19.0
Tabel 4.13. Ketepatan travel time
Gambar 4.13. Diagram persentase berdasarkan penghasilan rata – rata
Berikut ini adalah hasil uji frekuensi untuk penghasilan rata – rata
berdasarkan peringkat dengan menggunakan program SPSS Statistics 19.0
Tabel 4.14. Penghasilan rata – rata
Frequency Percent
4.3. Evaluasi Akses Antar Stasiun Untuk Surabaya– Lamongan
Berikut ini adalah hasil pengolahan analisa ranking menggunakan SPSS
Statistics 19.0
6% 8% 2%
37% 47%
Penghasilan r ata - r ata
Tabel 4.15. Ranking sangat setuju
Ranking sangat setuju Responden dengan
score 5
Jenis kendaraan yang digunakan (Item 2) 113
Maksud Perjalanan (Item1) 78
Penghasilan rata-rata (Item 7) 59
Ketepatan waktu berangkat dan kedatangan (Item 5) 51
Pengoperasian akses antar Stasiun (Item 3) 25
Travel time (Item 6) 25
Akses menuju Stasiun Pasar Turi (Item 4) 18
Total jawaban 369
Rata - rata 52.7
Persentase 42
Sumber : Pengolahan data
Tabel 4.16. Ranking setuju
Ranking setuju Responden dengan
score 4
Pengoperasian akses antar Stasiun (Item 3) 80
Travel time (Item 6) 66
Akses menuju Stasiun Pasar Turi (Item 4) 59
Penghasilan rata-rata (Item 7) 46
Ketepatan waktu berangkat dan kedatangan (Item 5) 36
Maksud Perjalanan (Item1) 26
Jenis kendaraan yang digunakan (Item 2) 12
Total jawaban 325
rata - rata 46.4
Persentase 37
Tabel 4.17. Ranking biasa
Ranking biasa Responden dengan
score 3
Akses menuju Stasiun Pasar Turi (Item 4) 44
Maksud Perjalanan (Item1) 16
Pengoperasian akses antar Stasiun (Item 3) 16
Ketepatan waktu berangkat dan kedatangan (Item 5) 8
Travel time (Item 6) 6
Penghasilan rata-rata (Item 7) 3
Jenis kendaraan yang digunakan (Item 2) 0
Total jawaban 93
Rata - rata 13.3
Persentase 11
Sumber : Pengolahan data
Tabel 4.18. Ranking tidak setuju
Ranking tidak setuju Responden dengan
score 2
Penghasilan rata-rata (Item 7) 10
Akses menuju Stasiun Pasar Turi (Item 4) 4
Ketepatan waktu berangkat dan kedatangan (Item 5) 4
Travel time (Item 6) 3
Maksud Perjalanan (Item1) 1
Jenis kendaraan yang digunakan (Item 2) 0
Pengoperasian akses antar Stasiun (Item 3) 0
Total jawaban 22
Rata - rata 3.1
Persentase 2
Tabel 4.19. Ranking sangat tidak setuju
Ranking sangat tidak setuju Responden dengan
score 1 Ketepatan waktu berangkat dan kedatangan (Item 5) 26
Travel time (Item 6) 25
Penghasilan rata-rata (Item 7) 7
Maksud Perjalanan (Item1) 4
Pengoperasian akses antar Stasiun (Item 3) 4
Jenis kendaraan yang digunakan (Item 2) 0
Akses menuju Stasiun Pasar Turi (Item 4) 0
Total jawaban 66
Rata - rata 9.4
Persentase 8
Sumber : Pengolahan data
Dari distribusi frekuensi dan analisa rangking dapat diketahui sebaran
jawaban responden sehingga dapat diketahui persepsi terhadap pelayanan juga
kemudahan akses antar Stasiun untuk mendukung komuter rute Surabaya –
Lamongan secara jelas dan terperinci. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.20. Hasil pengujian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan total skor dan rata – rata persentase
No Skor Total
Keterangan :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Biasa
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi dan perangkingan diatas
mengenai atribut pertanyaan, sebagian besar atau mayoritas responden
bertanggapan positif terhadap atribut pertanyaan, di antaranya :
1. Pengoperasian akses antar stasiun sebanyak 80 responden memberikan
jawaban setuju dan 25 responden memberikan jawaban sangat setuju.
2. Ketepatan waktu berangkat dan keberangkatan sebanyak 36 responden
memberikan jawaban sangat penting dan 51 responden memberikan
jawaban sangat penting.
3. Travel time atau lama perjalanan sebanyak 66 responden memberikan
jawaban penting dan 25 responden memberikan jawaban sangat penting.
4. Sarana dan prasarana akses menuju Stasiun Pasar Turi sebanyak 59
responden memberikan jawaban baik dan 44 memberikan jawaban cukup.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan beberapa tindakan yang harus diambil
untuk kedepannya :
a. Dikarenakan 84% responden bereaksi positif terhadap atribut
rute kereta dalam kota dari Stasiun Gubeng menuju Stasiun Pasar
Turi untuk melayani kebutuhan transportasi (demand of transport )
masyarakat lokal maupun regional.
b. Perlu adanya peningkatan fungsi pelayanan kereta rute Surabaya -
Lamongan mulai dari sarana dan prasarana akses menuju Stasiun
Pasar Turi sampai pembenahan sirkulasi penumpang di stasiun
maupun ketepatan waktu pelayanan kereta mulai dari kedatangan,
keberangkatan, dan waktu henti di setiap stasiun.
c. Sebagian besar responden menyatakan ketepatan waktu
kedatangan, keberangkatan, dan perjalanan merupakan hal penting
yang harus dipenuhi sebagai syarat sebagai alat transportasi publik
yang baik. Sehingga perlu dibuatnya suatu program atau jadwal
yang baik agar dapat diperbaharui secara kontinu untuk memenuhi
permintaan akan pentingnya pemanfaatan waktu.
4.3.1. Hasil uji Crosstabs
Guna memberikan gambaran yang lebih luas mengenai evaluasi bagi
keefektifan komuter rute Surabaya – Lamongan, berdasarkan jawaban yang
diberikan oleh responden yang dalam hal ini adalah penumpang komuter dapat
dilakukan dengan cara melakukan uji Crosstabs atau tabulasi silang,
selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Hasil uji Crosstabs jenis kelamin dengan atribut pertanyaan tentang persepsi
penumpang terhadap komuter rute Surabaya – Lamongan.
a. Hasil uji Crosstabs jenis kelamin dengan pengoperasian akses antar
stasiun
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan pengoperasian akses antar stasiun, secara terperinci
sebagai berikut :
Tabel 4.21.a. Hasil Crosstabs jenis kelamin dengan pengoperasian akses antar stasiun
Score Gender Total
P W
Item3 1 3 1 4
3 15 1 16
4 64 16 80
5 21 4 25
Total 103 22 125
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden yang
berjenis kelamin pria menyatakan setuju dengan adanya pengoperasian
akses antar stasiun, ini dibuktikan dengan banyaknya responden pria yang
memberikan jawaban pada opsi setuju ( score 4) dengan jumlah sebanyak
64 jawaban. Hal tersebut dapat disebabkan dari kebutuhan para pria untuk
mengakses langsung komuter Surabaya - Lamongan dari Stasiun Gubeng
Surabaya.
b. Hasil uji Crosstabs jenis kelamin dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi, secara terperinci
Tabel 4.21.b. Hasil Crosstabs jenis kelamin dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi
Score Gender Total
P W
Item4 2 4 0 4
3 36 8 44
4 49 10 59
5 14 4 18
Total 103 22 125
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berjenis kelamin pria menyatakan baik (score 4) terhadap akses menuju
Stasiun Pasar Turi, ini dibuktikan dengan banyaknya responden pria yang
memberikan jawaban pada opsi baik dengan jumlah sebanyak 49 jawaban.
Hal tersebut terjadi karena sarana dan prasarana akses menuju Stasiun
Pasar Turi sudah berjalan dengan baik seperti angkutan kota maupun
kendaraan lain yang beroperasi atau jalan menuju stasiun sudah
menunjukkan efisiensi yang baik.
c. Hasil uji Crosstabs jenis kelamin dengan ketepatan waktu berangkat dan
kedatangan
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan ketepatan waktu berangkat dan kedatangan, secara
Tabel 4.21.c. Hasil Crosstabs jenis kelamin dengan ketepatan waktu berangkat
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagian besar responden
yang berjenis kelamin pria menyatakan sangat penting (score 5) dengan
ketepatan waktu berangkat dan kedatangan kereta, hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya penumpang pria yang memberikan jawaban sangat
penting dengan jumlah 43 jawaban. Kondisi ini dapat disebabkan karena
kepentingan individu para responden yang kompleks.
d. Hasil uji Crosstabs jenis kelamin dengan travel time
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan travel time, secara terperinci sebagai berikut :
Tabel 4.21.d. Hasil Crosstabs jenis kelamin dengan travel time
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
penumpang yang berjenis kelamin pria menyatakan penting (score 4)
dengan travel time atau kesesuaian lama perjalanan kereta, hal ini
ditunjukan dengan banyaknya penumpang pria yang memberikan jawaban
penting dengan jumlah 54 jawaban. Kondisi ini terjadi karena sebagian
besar responden pria sadar akan pentingnya pemanfaatan waktu.
e. Hasil uji Crosstabs jenis kelamin dengan penghasilan rata - rata
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan penghasilan rata - rata, secara terperinci sebagai
berikut :
Tabel 4.21.e. Hasil Crosstabs jenis kelamin dengan penghasilan rata - rata Gender
Total
P W
Item7 1 3 4 7
2 2 8 10
3 2 1 3
4 41 5 46
5 55 4 59
Total 103 22 125
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
penumpang yang berjenis kelamin pria memiliki penghasilan rata – rata di
atas Rp. 2.000.000, hal ini ditunjukan dengan banyaknya penumpang pria
yang memberika jawaban pada opsi di atas Rp. 2.000.000 dengan jumlah 55
tenaga kerja yang berbanding lurus dengan kesejahteraan masing – masing
individu yang mengakibatkan besarnya pendapatan masyarakat meningkat.
2. Hasil uji crosstabs usia dengan atribut pertanyaan tentang persepsi
penumpang terhadap komuter rute Surabaya – Lamongan.
a. Hasil uji Crosstabs usia dengan Pengoperasian akses antar stasiun
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan pengoperasian akses antar stasiun, secara terperinci
sebagai berikut :
Tabel 4.22.a. Hasil Crosstabs usia dengan pengoperasian akses antar Stasiun
Score Usia Total
17-25 26-35 36-45 46-55 56-72
Item3 1 0 1 2 1 0 4
3 2 7 6 0 1 16
4 11 47 15 6 1 80
5 2 8 12 3 0 25
Total 15 63 35 10 2 125
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berusia 26-35 tahun menyatakan setuju (score 4) dengan pengoperasian
akses antar Stasiun, ini dibuktikan dengan banyaknya penumpang yang
memberikan jawaban pada opsi setuju dengan jumlah 47 jawaban. Hal
tersebut dapat terjadi akibat kebutuhan akan transportasi langsung yang
b. Hasil uji Crosstabs usia dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
usia dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi, secara terperinci sebagai
berikut :
Tabel 4.22.b. Hasil Crosstabs usia dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi
Score
Usia
Total
17-25 26-35 36-45 46-55 56-72
Item4 2 1 0 2 1 0 4
3 8 22 11 3 0 44
4 4 33 16 5 1 59
5 2 8 6 2 0 18
Total 15 63 35 11 1 125
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berusia 26-35 tahun menyatakan baik (score 4) dengan Sarana dan
prasarana akses menuju Stasiun Pasar Turi, ini dibuktikan dengan
banyaknya penumpang yang memberikan jawaban pada opsi baik dengan
jumlah 33 jawaban. Hal tersebut dapat terjadi akibat kefektifan moda –
moda yang beroperasi disekitar Stasiun Pasar Turi sudah berjalan
sebagaimana mestinya.
c. Hasil uji Crosstabs usia dengan ketepatan waktu berangkat dan kedatangan
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
usia dengan waktu berangkat dan kedatangan, secara terperinci sebagai
Tabel 4.22.c. Hasil Crosstabs usia dengan waktu berangkat dan kedatangan
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berusia 26-35 tahun menyatakan baik (score 4) dengan Sarana dan
prasarana akses menuju Stasiun Pasar Turi, ini dibuktikan dengan
banyaknya penumpang yang memberikan jawaban pada opsi baik dengan
jumlah 24 jawaban. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan individu
yang kompleks terhadap waktu dan tidak mungkin dibuang percuma
hanya untuk menunggu delay komuter.
d. Hasil uji Crosstabs usia dengan travel time
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
usia dengan travel time, secara terperinci sebagai berikut :
Tabel 4.22.d. Hasil Crosstabs usia dengan travel time
Score Usia
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden yang berusia 26-35 tahun menyatakan penting (score 4) dengan
travel time atau lama perjalanan, ini dibuktikan dengan banyaknya
penumpang yang memberikan jawaban pada opsi baik dengan jumlah 33
jawaban. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kebutuhan akan waktu
masing – masing individu yang bervariatif dan juga terdapat kesadaran
akan pentingnya waktu.
e. Hasil uji Crosstabs usia dengan penghasilan rata - rata
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
usia dengan penghasilan rata - rata, secara terperinci sebagai berikut :
Tabel 4.22.e. Hasil Crosstabs usia dengan penghasilan rata – rata
Score Usia
Total
17-25 26-35 36-45 46-55 56-72
Item7 1 7 0 0 0 0 7
2 7 3 0 0 0 10
3 0 3 0 0 0 3
4 1 22 15 8 0 46
5 0 35 20 3 1 59
Total 15 63 35 11 1 125
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden yang berusia 26-35 tahun menyatakan memiliki pendapatan rata
– rata diatas Rp. 2.000.000 (score 5), ini dibuktikan dengan banyaknya
penumpang yang memberikan jawaban pada opsi penghasilan lebih besar
menggambarkan bahwa penghasilan para penumpang di usia ini sudah
dapat dikatakan sangat baik.
3. Hasil uji Crosstabs pekerjaan dengan atribut pertanyaan tentang persepsi
penumpang terhadap komuter rute Surabaya – Lamongan.
a. Hasil uji Crosstabs pekerjaan dengan Pengoperasian akses antar stasiun
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
jenis kelamin dengan pengoeprasian akses antar stasiun, secara terperinci
sebagai berikut :
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden yang
bekerja sebagai pegawai swasta menyatakan setuju (score 4) dengan
pengoperasian akses antar Stasiun,ini dibuktikan dengan banyaknya
penumpang yang memberikan jawaban pada opsi setuju dengan jumlah 24
jawaban. Hal tersebut dapat terjadi di karenakan kebutuhan para
responden yang semakin kompleks akan rute - rute kereta api yang lebih
b. Hasil uji Crosstabs pekerjaan dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
pekerjaan dengan akses menuju Stasiun Pasar Turi, secara terperinci
sebagai berikut :
Tabel 4.23.b. Hasil Crosstabs pekerjaan dengan akses antar Stasiun Pasar Turi
Score
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
penumpang yang bekerja sebagai pegawai swasta menyatakan baik (score
4) terhadap akses menuju Stasiun Pasar Turi, hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya penumpang yang memberikan jawaban pada opsi jawaban baik
dengan jumlah 34 jawaban. Kondisi ini terjadi dikarenakan semua moda
atau kendaraan umum yang beroperasi disekitar Stasiun Pasar Turi telah
berjalan dengan efektif dalam melayani masyarakat yang ingin menuju
c. Hasil uji Crosstabs pekerjaan dengan ketepatan waktu berangkat dan
kedatangan
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
pekerjaan dengan ketepatan waktu berangkat dan kedatangan, secara
terperinci sebagai berikut :
Tabel 4.23.c. Hasil Crosstabs pekerjaan dengan ketepatan waktu berangkat dan kedatangan
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
penumpang yang bekerja sebagai pegawai swasta menyatakan penting
(score 4) terhadap akses menuju Stasiun Pasar Turi, hal ini ditunjukan
dengan banyaknya penumpang yang memberikan jawaban pada opsi
jawaban penting dengan jumlah 26 jawaban. Kondisi ini terjadi
dikarenakan kebutuhan akan manfaat waktu bagi masing – masing
individu yang semakin kompleks yang mengakibatkan tidak dapat
membuang waktu terlalu lama demi menunggu suatu kereta datang
d. Hasil uji Crosstabs pekerjaan dengan travel time
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
pekerjaan dengan travel time, secara terperinci sebagai berikut :
Tabel 4.23.d. Hasil Crosstabs pekerjaan dengan travel time
Score
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
penumpang yang bekerja sebagai pegawai swasta menyatakan penting
(score 4) terhadap travel time, hal ini ditunjukan dengan banyaknya
penumpang yang memberikan jawaban pada opsi jawaban penting dengan
jumlah 30 jawaban. Kondisi ini terjadi dikarenakan kebutuhan akan
manfaat waktu bagi masing – masing individu yang semakin kompleks
yang mengakibatkan pentingnya ketepatan waktu dalam suatu perjalanan
kereta.
e. Hasil uji Crosstabs pekerjaan dengan penghasilan rata - rata
Berikut ini akan dijabarkan hasil pengujian tabulasi silang antara
Tabel 4.23.e. Hasil Crosstabs pekerjaan dengan penghasilan rata - rata
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
penumpang yang bekerja sebagai pegawai swasta menyatakan memiliki
penghasilan diatas Rp. 2.000.000 (score 5). Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya penumpang yang memberikan jawaban pada opsi jawaban
diatas Rp. 2.000.000 dengan jumlah 42 jawaban. Kondisi ini dapat
dikatakan bahwa pegawai swasta memiliki pendapatan yang sangat baik.
Dari hasil crosstabs di atas dapat disimpulkan beberapa poin
penting, diantaranya :
1. Banyaknya pegawai swasta yang berumur 26 – 35 tahun
yang kita tahu sebagai usia produktif dalam bekerja,
memanfaatkan komuter sebagai transportasi utama. Hal ini
dapat menjadi landasan pendukung untuk pembangunan
rute baru Stasiun Gubeng – Stasiun Pasar turi untuk
2. Dominasi kaum pria terhadap transportasi publik seperti ini
masih sangat besar oleh karena itu demi kenyamanan para
wanita sebaiknya disediakan gerbong atau zona khusus
wanita untuk mengurangi kriminalisasi terhadap wanita.
3. Masih kurangnya para pelajar/mahasiswa memanfaatkan
komuter sebagai transportasi utama yang kita tahu memiliki
tarif yang sangat terjangkau dan waktu perjalanan singkat
karena sebagai alat transportasi umum yang memiliki rute
khusus yang berupa spoor atau jalan kereta.
4. Hampir sebagian besar responden dari berbagai jenis
pekerjaan, usia dan jenis kelamin menyatakan sarana dan
prasarana akses menuju Stasiun Pasar Turi yang ada sudah
cukup untuk melayani kebutuhan mereka.
4.3.2. Upaya –upaya sebagai bahan evaluasi bagi kereta komuter Surabaya -
Lamongan
1. Realisasi pengoper asian akses antar stasiun
Bersarkan hasil distribusi frekuensi yang telah didapat tentang
pengoperasian akses antar Stasiun Surabaya - Lamongan diketahui
sebanyak 84% responden bereaksi positif terhadap perencanaan akses
langsung antar stasiun. Hal ini berarti pemanfaatan jalur kereta api yang
sesungguhnya sudah tersedia dari Stasiun Gubeng menuju Stasiun Pasar
Stasiun Pasar Turi dan Stasiun Gubeng yang nantinya sebagai penghubung
langsung antar Stasiun.
2. Ketepatan waktu ber angka t dan kedatangan
Permasalahan disini terjadi akibat jalur kereta api Surabaya –
Lamongan merupakan single track yang mengakibatkan banyaknya delay
atau penundaan yang mengakibatkan keterlambatan disebabkan jadwal
kereta yang padat dan juga komuter yang merupakan kereta lokal yang
harus menunggu dan mendahulukan kereta api eksklusif lain yang lewat
pada saat bersamaan. Jadi PT. Kereta Api Indonesia harus membuat
jadwal maupun data yang baik agar dapat diupdate secara berkala atau
kontinu.
3. Meningkatkan kelengka pan fasilitas komuter Sur abaya - Lamongan
Upaya ini, dapat dilakukan oleh pihak PT. Kereta Api Indonesia
dengan melakukan pengecekan fasilitas komuter. Meliputi kelengkapan
administrasi komuter seperti izin operasi, izin berkala atau kelayakan
armada.Selain administrasi, kelengkapan di dalam kereta seperti kondisi
rem, klakson, tabung pemadam kebakaran juga emisi gas buang kereta
yang tidak boleh berlebih. Semua hal ini sangat perlu dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya kecelakaan yang diakibatkan kurang lengkapnya
4. Kritik dan sar an r esponden
Berdasar kuisioner yang telah dijawab responden dapat diambil
beberapa hipotesa yaitu,terdapat tiga masalah yang menjadi perhatian
antara lain, pemberian fasilitas toilet di dalam gerbong, perbaikan gerbong
yang rusak, dan penambahan jadwal komuter Surabaya – Lamongan yang
satu hari hanya melayani dua kali keberangkatan pada pagi dan sore.
4.4. Per encanaan komuter J ur usan Surabaya – Lamongan
4.4.1. Ker eta eksisting oper asi saat ini
Spesifikasi kereta :
Trayek = Stasiun Pasar Turi – Stasiun Lamongan
Jenis = KRD ( komuter )
Stanformation = 3 gerbong ( 1 rangkaian )
Kapasitas tempat duduk = 414 orang
Gerbong = Tipe K3
Dimensi = 20 m x 3 m per gerbong
Standar pengoperasian kereta
Keterangan :
A = Armada ( sarana yang dimiliki PT. Kereta Api)
TSG = Tidak siap guna ( konservasi ) SO 85%
SGO 92,5%
SG 100%
TSO 7,5%
SG = Siap guna ( A – TSG ) = 100%
TSGO = Tidak siap guna operasi = 7,5% ( Balai Yasa )
SGO = Siap guna operasi ( SG – TSGO ) = 92,5%
TSO = Tidak siap operasi = 7,5% ( didipo/lintas )
SO = Siap operasi ( SGO – TSO ) = 85% ( stamformasi + cadangan )
1. Berdasarkan hasil evaluasi yang diperlukan untuk perawatan
sarana di Balai Yasa ( TSGO ) dihitung mulai pengiriman dari
dipo induknya sampai dengan pengiriman kembali ke dipo
induknya (setelah PA) rata – rata satu persatu butuh 5 bulan.
2. Perawatan di Balai Yasa harus dilaksanakan secara rutin, dan
berdasarkan kebutuhan yang berlaku 2 tahun ( 24 bulan ) sekali
dan pada tahun 2008 dilaksanakan secara bertahap perawatan
dengan periodik 3 tahun sekali.
TSG = 0 ( konservasi )
SG = 4 – 0 = 4
SGO = ( SG – TSGO ) = 4 – 7,5%
= 3,925 gerbong
TSO = 7,5%
SO = ( SGO – TSO ) = 3,925 – 7,5%
= 3,85 gerbong ( 1 rangkaian )
Jadi kereta komuter yang dapat beroperasi di lapangan hanya 1
4.4.2. J umlah penumpang rencana
Dengan akan direncanakannya komuter jurusan Stasiun Gubeng –
Stasiun Lamongan maka akan diramalkan penumpang yang akan
dipindahkan, dengan perhitungan menggunakan regresi polynomial
dengan data okupansi penumpang yang didapat dari PT. Kereta Api
Indonesia Daerah Operasi VII sebagai berikut :
Tabel 4.24. Data penumpang per tahun Surabaya - Lamongan
No TAHUN REALISASI PENUMPANG
1 2007 291012
2 2008 323887
3 2009 338870
4 2010 252826
5 2011 384169
Sumber : Data Daop VIII Surabaya
Dengan hasil perhitungan regresi didapat R² sebesar 0.765 atau lebih besar dari
>0,5 jadi formula predictor sesuai. Formula ini kemudian digunakan untuk
peramalan penumpang untuk 5 tahun ke depan seperti di tunjukkan pada tabel
4.24 berikut :
Tabel 4.25. Data prediksi penumpang per tahun
No TAHUN REALISASI PENUMPANG
1 2007 291012
Sumber : Perhitungan data
4.4.3. Penentuan ar ma da komuter r encana jur usan Stasiun Surabaya
Gubeng – Stasiun Lamongan
1. Perhitungan jumlah kereta penumpang yang dibutuhkan digunakan
rumus seperti di bawah ini (Nasution, 2004) :
N : Jumlah kereta penumpang yang dibutuhkan
Li : Beban tiap lintasan dalam penumpang km/waktu
Kojb : Kapasitas output tiap rangkaian KA/th dalam km/th
= U X V X km ……… orang-km/th
U : Utilitas rangkaian KA
Ka penumpang = jam/hari = y = hari/tahun
V : Kecepatan rata – rata rangkaian KA dalam km/jam
Km : kapasitas muat satu kereta
Perhitungan rencana kereta api komuter jurusan Surabaya - Lamongan via Stasiun
Gubeng :
Diketahui :
Jumlah penumpang pada tahun 2012 = 3886570 orang
Utilitas = 6 jam / hari
= 6 x 365 = 2190 jam /tahun
Kecepatan rata – rata rangkaian (V) = 70 km/jam
Kapasitas muat (Km) = 414 orang (Tolak ukur Kinerja KA)
Jumlah kereta penumpang yang dibutuhkan (N) =
Kojb
F
Li
×
Dalam hal ini :
Li = 3886570 / 44 km (jarak tempuh kereta)
= 88331 orang-km/tahun
F = 10 x 365 = 3650 kali perjalanan per tahun
Kojb = U X V X Km
Sehingga :
N =
63466200 3650 88331×
= 5 kereta dalam 1 hari untuk tahun 2012
= 5 x 365 = 1850 kereta dalam 1 tahun
Setelah itu dihitung kebutuhan kereta dan frekuensi pada tahun berikutnya (2013)
berdasarkan perbandingan jumlah kereta api frekuensi tahun sebelumnya dalam
satu hari.
Jumlah penumpang tahun 2013 = 6199492 orang
Untuk menghitung jumlah kereta dalam satu hari pengangkutan diselesaikan
seperti berikut.
Perhitungan jumlah kereta per hari dalam tahun 2013 dimisalkan dengan X1
dapat diselesaikan dengan persamaan sebagai berikut ini :